Apa yang dilakukan oleh bangsa Belanda yang membuat kehidupan rakyat Indonesia menderita

Apa yang dilakukan oleh bangsa Belanda yang membuat kehidupan rakyat Indonesia menderita

Rakyat Indonesia mengalami penderitaan yang sangat panjang selama masa penjajahan kolonial. Berikut ini kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan yaitu:

  1. Monopoli perdangan mematikan ekonomi rakyat, penjajah memaksa rakyat untuk menjual hasil pertaniannya degnan harga murah sehingga rakyat menderita kerugian yang sangat besar.
  2. Kerja rodi menyebabkan kesengsaraan dan kelaparan.Kurang lebih 300.000 jiwa penduduk meninggal dunia pada masa pemeritnahan Daendels ketika membuat jalan dari Anyer hingga panarukan. Panjang jalan tersebut ialah kuranglebih 1000 km.
  3. Tanam paksa yang diprakarsai oleh VAN DEN BOSCH membuat pertani semakin menderita bahkan banyak yang meninggal dunia akibat kelaparan.
  4. Perbudakan menyebabkan banyak rakyat Indonesia yagn dijual untuk dipekerjakan di perusahaan perkebungan milik penjajah.
  5. Penjajah memandang rakyat Indonesia sebagai warga kelas tiga sehingga rakyat Indonesia tidak memperoleh fasilitas hidup yang memadai dan tidak diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan di sekolah-sekolah formal.
  6. Apabila rakyat melanggar atau memberontak maka penjajah tidak segan-segan menyiksanya, menginjak-injak, mencambuk, menendang bahkan menghukum gantung.

Dengan demikian, kondisi rakyat pada masa pemerintahan kolonial adalah menderita, sengsara dan lain sebagainya sebab ekonomi kolonial menerapkan sistem monopoli utamanya dalam bidang perdagangan sehingga kemampuan ekonomi masyarakat (pribumi) dipangkas habis-habisan. Selain itu sejumlah kebijakan juga memberatkan rakyat sebab menjadian mereka perkerja tanpa imbalan yang pantas, selain itu juga tanah-tanah milik rakyat dirampas.

KOMPAS.com - Menurut catatan sejarah, Indonesia dijajah oleh Belanda selama sekitar 350 tahun.

Selama masa penjajahan, Belanda banyak memberikan penderitaan bagi bangsa Indonesia, salah satunya dengan menetapkan kebijakan sistem tanam paksa pada 1830.

Lewat sistem ini, setiap desa diharuskan menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditas ekspor, seperti kopi dan tebu.

Kebijakan ini membuatt rakyat Indonesia semakin sengsara. Alhasil, Belanda pun mendapat kecaman dari berbagai pihak, bahkan dari orang Belanda sendiri.

Kendati demikian, masih ada orang Belanda yang mempunyai kesadaran dari penderitaan bangsa Indonesia akibat penjajahan.

Penderitaan yang dialami bangsa Indonesia menyadarkan beberapa orang Belanda yang tinggal atau pernah tinggal di Indonesia.

berikut merupakan beberapa dari mereka.

Baca juga: Ketentuan Sistem Tanam Paksa

Baron van Houvell

Baron van Houvell merupakan salah satu tokoh Belanda yang membantu rakyat Indonesia, terutama setelah sistem tanam paksa diberlakukan.

Baron, yang menganggap kebijakan tanam paksa sangat tidak pro rakyat, berusaha keras menghapuskannya lewat parlemen Belanda.

Akibat tindakannya ini, Baron pun sempat diusir oleh pemerintah Belanda. Kendati demikian, ia tidak menyerah dan terus berjuang untuk membantu rakyat pribumi.

Baca juga: Baron van Hoevell, Penentang Sistem Tanam Paksa

Ernest Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi merupakan seorang Indo (keturunan Belanda-Jawa) yang ikut berjuang melepas rakyat pribumi dari kesengsaraan yang dilakukan oleh Belanda.

Douwes Dekker melihat ada banyak kejanggalan, khususnya mengenai diskriminasi antara kaum keturunan Belanda dengan kaum Indo.

Berawal dari situ, ia terus berusaha menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa nasib mereka tidak bergantung pada pemerintah kolonial.

Untuk menyebarluaskan pemikirannya tersebut, Douwes Dekker melakukan ekspedisi ke Pulau Jawa pada 15 September hingga 3 Oktober 1912.

Di tengah ekspedisinya, ia bertemu dengan Cipto Mangunkusumo, salah seorang tokoh yang pro pada gerakannya.

Setibanya di Bandung, Douwes Dekker bertemu dengan Suwardi Suryadiningrat (Ki Hajar Dewantara), yang ikut mendukungnya.

Baca juga: Danudirja Setiabudi (Ernest Douwes Dekker): Kehidupan dan Perjuangan

Ketiga tokoh ini lalu dikenal sebagai Tiga Serangkai, setelah mendirikan Indische Partij (IP), partai politik pertama di Hindia Belanda.

Sayangnya, Indische Partij hanya bertahan selama satu tahun, hingga 1913, karena Douwes Dekker bersama dua orang lainnya diasingkan ke Belanda akibat tulisan yang dibuat Ki Hajar Dewantara.

Eduard Douwes Dekker (Multatuli)

Eduard Douwes Dekker atau yang dikenal dengan nama pena Multatuli, menulis buku tentang penderitaan rakyat Lebak akibat jajahan Belanda.

Lewat buku bertajuk Max Havelaar tersebut, Multatuli mengajukan tuntutan kepada pemerintah Belanda untuk memperhatikan kehidupan bangsa Indonesia.

Multatuli ingin menyadarkan pemerintah Belanda bahwa kejayaan yang mereka dapatkan berasal dari hasil kerja keras rakyat Indonesia.

Baca juga: Multatuli, Penulis Belanda yang Memihak Indonesia

Conrad Theodor van Deventer

Tokoh Belanda yang simpati terhadap penderitaan rakyat Indonesia dan mencetuskan politik etis adalah Conrad Theodor van Deventer.

Sebagai pengusul Politik Balas Budi, Van Deventer bersama Pieter Brooshooft berusaha membuat program peningkatan kesejahteraan rakyat pada masa penjajahan.

Politik Balas Budi atau Politik Etis adalah tindakan balas budi yang diberikan oleh Belanda untuk kesejahteraan pribumi karena telah diperlakukan secara tidak adil dan dieksploitasi kekayaan alamnya.

Pada 17 September 1901, Politik Etis resmi diberlakukan setelah Ratu Wilhelmina, yang baru naik takhta, menegaskan bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan utang budi terhadap rakyat Hindia Belanda.

Terdapat tiga kebijakan Politik Etis yang terangkum dalam program yang disebut Trias van deventer, yaitu:

  • Masyarakat Indonesia mendapat pendidikan yang layak (edukasi)
  • Membangun saluran perairan (irigasi)
  • Penduduk di daerah padat dipindahkan ke daerah yang lebih jarang penduduknya (emigrasi)

Baca juga: Trias van Deventer, Politik Balas Budi Belanda

Fransen van de Putte

Tokoh selanjutnya adalah Fransen van de Putte, yang menulis sebuah buku bertajuk Suiker Contracten.

Isi dari buku itu adalah protes terhadap kebijakan sistem tanam paksa yang diterapkan Belanda.

Van de Putte kerap melakukan aksi protes terhadap sistem kebudayaan kolonial yang hanya memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dan rakyat Indonesia lewat kerja paksa.

Ia pun terus berusaha menghapus berbagai pelanggaran yang telah dilakukan pemerintah Belanda terhadap Indonesia.

Johannes Cornelis Princen

Johannes Cornelis Princen adalah orang Belanda yang beralih menjadi warga negara Indonesia pada 1949.

Di Indonesia, ia dikenal sebagai tokoh pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) yang menolak keras adanya Agresi Militer Belanda.

Princen, yang dianggap sebagai pembelot oleh Belanda, memilih untuk membantu Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KOMPAS.com - Seperti banyak diketahui, bangsa Eropa mendarat di bumi pertiwi dilatarbelakangi keinginan untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan agama Kristen.

Dikutip dari buku IPS Terpadu Jilid 1B oleh Sri Pujiastuti dkk, ternyata hal ini berujung pada keinginan untuk menjajah Indonesia.

Hal ini muncul sejalan dengan meningkatnya kebutuhan rempah di Eropa.

Baca juga: Perang Kuning, Bersatunya Masyarakat Tionghoa dan Jawa Melawan Penjajahan

Bangsa Eropa, dalam hal ini Belanda, kemudian mengklaim daerah-daerah di Indonesia sebagai daerah kekuasaannya.

Mereka melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah, yang membuat bangsa Indonesia terjajah.

Berikut gambaran kondisi bangsa Indonesia di masa pendudukan Belanda.

Baca juga: Sejarah Bengkulu: Asal-usul Nama, Kerajaan, dan Masa Penjajahan

Liciknya Monopoli VOC

VOC adalah kunci perekenomian Belanda pada masa itu. Perusahaan dagang ini didirikan pemerintah Belanda sekitar abad ke-17 akibat persediaan rempah Belanda melimpah, namun harganya turun drastis.

VOC didirikan pada 20 Maret 1602 dengan modal 6,5 juta gulden. Perusahaan dagang ini lalu memonopoli perdagangan rempah di Indonesia dengan hak jual beli dimonopoli VOC.

Petani tidak boleh melakukan jual beli dan harus menjual rempah hanya pada VOC, dengan harga yang ditentukan.

Semua kebutuhan petani juga harus dibeli dari VOC dengan harga yang dipatoknya. Ini jelas menyulitkan bangsa Indonesia.

Baca juga: Seberapa Kaya VOC hingga Jadi Cikal Bakal Penjajahan Belanda?

Tanam paksa, peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830, membuat rakyat semakin menderita.

Sistem ini mewajibkan setiap desa menyisihkan 20 persen tanahnya untuk ditanam komoditi ekspor, seperti teh, tebu, kopi, dan tarum atau nila.

Hasil tanaman dijual kepada bangsa Belanda dengan harga yang sudah ditetapkan. Penduduk yang tidak memiliki tanah harus bekerja 65 hari dalam setahun pada kebun milik pemerintah Belanda.

Tanam paksa menimbulkan penderitaan dan kemiskinan. Belanda dengan licik menerapkan perjanjian yang merugikan pribumi.

Tanah yang dipilih hanya tanah yang subur, tanah tetap dikenakan pajak, rakyat harus bekerja melebihi waktu yang ditentukan, hingga harus mendahulukan tanaman pemerintah dari tanaman sendiri.

Baca juga: Dampak Positif Penjajahan Belanda di Indonesia

Sistem Kerja Rodi Sumber Sengsara

Dalam masa jabatan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, sekitar tahun 1808 hingga tahun 1811, masyarakat Indonesia harus merasakan sistem kerja rodi.

Kerja rodi dilakukan guna mendukung sistem tanam paksa. Belanda membangun berbagai sarana seperti pabrik, rel kereta api, jalan raya, bendungan, hingga pelabuhan.

Pembangunan berbagai sarana tersebut menyebabkan penderitaan bagi rakyat Indonesia.

Baca juga: Sejarah Korea Utara, dari Penjajahan Jepang hingga Merdeka

Selama kerja rodi, para pekerja tidak dibayar. Kalaupun dibayar, hanya sedikit saja yang diterima. Rakyat harus bekerja dengan menahan sakit dan kelaparan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.