Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menghasilkan berbagai kemudahan dalam proses produksi di berbagai industri. Misalnya produksi barang dalam industri makanan, sabun, atau parfum. Jumlah produk yang dihasilkan oleh mesin produksi dapat mencapai ribuan bahkan jutaan dalam sehari. Dalam hal ini, tentu diharapkan mutu produk yang dihasilkan tetap stabil dan berkualitas. Namun, bagaimana kita dapat mengetahui bila ternyata terdapat penurunan kualitas produk di tengah waktu produksi? Show Rasa, warna, aroma, bentuk, dan tekstur—dalam hal ini disebut dengan atribut sensori–suatu produk seringkali dijadikan pertimbangan oleh para konsumen dalam memilih produk yang akan dikonsumsi. Oleh karena itu, harus dilakukan serangkaian pengujian dalam menjaga kestabilan kualitas suatu produk sebelum produk tersebut didistribusikan kepada para konsumen. Dr. Agr. Eny Palupi, S. TP., M.Sc., Dosen Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB University dalam sebuah wawancara singkat pada hari kamis (22/1) lalu, menyatakan bahwa dibutuhkan aspirasi konsumen terkait kesesuaian profil produk tersebut dengan apa yang mereka inginkan dan butuhkan. “Sebaik apapun kita dapat memformulasikan atau menciptakan sebuah produk dengan gizi yang tinggi dan berkualitas, bila rasa atau kriteria produk tersebut tidak dapat diterima secara sensori oleh para konsumen, maka akan percuma saja.” Ujarnya. Pengujian rasa, warna, aroma, bentuk dan tekstur suatu produk dapat dilakukan dengan pengujian Organoleptik (biasa disebut juga dengan Evaluasi Sensori). Pengujian ini dilakukan dengan memanfaatkan indera manusia dalam mengidentifikasi atribut sensori produk karena belum ada mesin atau alat yang dapat menggantikan kepekaan indera manusia. Dalam pengujian ini, dibutuhkan beberapa panelis. Panelis merupakan sebutan bagi orang-orang yang terlibat dalam rangkaian pengujian produk dan berlaku sebagai alat atau instrumen dalam uji organoleptik. Panelis berfungsi untuk menilai mutu produk dan menganalisis sifat-sifat atau atribut sensori produk yang mereka uji. Jumlah dan kriteria panelis yang digunakan dalam pengujian pun berbeda-beda, tergantung fungsi dan tujuan pengujian pada produk tersebut. Biasanya dilakukan seleksi dan serangkaian tes sebelum menentukan siapa yang dapat menjadi panelis terlatih. Gambar 1 Panelis sedang melakukan pengujian organoleptik Pengujian organoleptik dapat dilakukan pada skala kecil di lingkup laboratorium dengan jumlah 1 sampai 3 atau 8 hingga 20 panelis terlatih yang dianggap dapat merepresentasikan penilaian konsumen secara luas. Pengujian ini juga dapat dilakukan pada skala besar dengan jumlah 50 sampai 100 panelis yang merupakan konsumen umum yang belum pernah melakukan seleksi panelis terlatih sebelumnya, contohnya adalah pemberian produk tester di tempat umum dengan banyak orang seperti mall atau sekolah. Terdapat 3 jenis pengujian organoleptik yaitu Discriminative/Different test (Tes Pembedaan), Affective test (Tes Afektif), dan Descriptive test (Tes Deskripsi). Discriminative test dilakukan untuk melihat berbagai perbedaan sifat antara produk yang satu dengan yang lainnya, seperti perbedaan rasa, warna, aroma, dan macam-macam atribut sensori lainnya. Pengaplikasian Discriminative test dapat dilakukan saat produsen dihadapkan pada pilihan untuk mengganti bahan baku atau kemasan atau sistem produksi dengan harga tanpa merubah kualitas produk atau ingin membandingkan sifat produk dengan produk milik pesaing. Selanjutnya yaitu Affective test. Tes ini dilakukan untuk melihat bagaimana sikap subjektif panelis (konsumen) terhadap sifat-sifat produk (Ayustaningwarno, 2014). Lalu yang terakhir adalah Descriptive test, tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan produk dari bahan baku yang digunakan, mengidentifikasi proses produksi, atau menentukan atribut sensori produk yang dapat diterima oleh alat indera konsumen (Tarwendah, 2017). Dari ketiga jenis uji organoleptik tersebut, masing-masing memiliki metode spesifik yang dapat diterapkan dalam pengujian sensori, untuk Discriminative/Different test metode spesifiknya terdiri dari uji segitiga (Triangle test), uji duo-trio, dan uji perbandingan jamak. Affective test terdiri dari uji perbandingan pasangan (Paired Comparative Test), uji hedonik dan uji ranking. Sementara itu, untuk Descriptive test terdiri dari uji scoring/skaling, uji flavor/texture profile, dan uji qualitative descriptive analysis (Ebookpangan.com). Menurut Eny Palupi, dalam melakukan uji organoleptik, terdapat 7 tahap penting yang dapat diterapkan. Tahap pertama para peneliti harus terlebih dahulu mengetahui dengan jelas tujuan dari pengujian dan informasi yang ingin diperoleh dari uji organoleptik tersebut, jika tujuan telah ditentukan maka bisa beralih ke tahap selanjutnya yaitu penyiapan panelis (pengecekan jumlah panelis yang bersedia untuk mengikuti uji sensori), dilanjutkan dengan penentuan metode pengujian (pilih metode yang cocok dan efisien dengan kasus yang dihadapi), jika sudah terpilih metode yang sesuai selanjutnya yaitu penyiapan sampel/contoh (perhatikan ukuran, suhu, kenampakan, jumlah, dan cara penyajian sampel), jika seluruh panelis dan sampel telah tersedia maka dapat bersiap untuk tahap pengeksekusian uji sensori, pengumpulan dan pengolahan data serta interpretasi data. Penilaian mutu suatu produk dengan menggunakan uji organoleptik tidak hanya terbatas pada ranah industri pangan saja namun juga merambah ke industri lainnya. Contoh produk lainnya selain makanan dan minuman yaitu sabun, lotion, shampo, make up, kain, parfum dan lain sebagainya. Perusahaan yang produknya digemari masyarakat adalah perusahaan yang menghasilkan produk dengan mutu yang baik. Oleh karena itu uji organoleptik perlu dilakukan untuk mengevaluasi dan memperbaiki kualitas suatu produk perusahaan agar tetap laku di pasaran. (Himasiera). Butuh pelatihan terkait evaluasi sensori? kunjungi: Tes darah umumnya dilakukan dalam pemeriksaan kesehatan secara rutin atau dalam proses diagnosis suatu penyakit. Meski sama-sama menggunakan sampel darah, tetapi tes ini terbagi menjadi beberapa jenis dan setiap jenisnya memiliki fungsi yang berbeda-beda. Tes darah merupakan jenis pemeriksaan menggunakan sampel darah yang diambil melalui jari atau pembuluh darah di bagian tubuh tertentu, seperti lipatan siku maupun tangan. Pada umumnya, tes darah dilakukan untuk memastikan suatu penyakit, mengevaluasi fungsi organ dan kondisi kesehatan tertentu, serta menentukan keberhasilan pengobatan. Beragam Jenis Tes Darah yang Perlu DiketahuiAda beragam jenis tes darah yang dapat disesuaikan dengan tujuan pemeriksaan. Berikut ini adalah jenis tes yang umumnya dilakukan dan perlu Anda ketahui: 1. Tes darah lengkapTes darah lengkap merupakan salah satu jenis pengambilan sampel darah yang sering dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan. Tes ini biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya beberapa gangguan kesehatan, seperti anemia, infeksi, dan masalah pembekuan darah. Pada tes darah lengkap, pemeriksaan dilakukan dengan mengevaluasi jumlah sel darah putih, kadar hemoglobin, hematokrit, dan trombosit dalam tubuh. 2. Tes C-reactive protein (CRP)CRP sebenarnya adalah protein yang diproduksi oleh hati sebagai respons terhadap adanya peradangan pada tubuh. Bila hasil tes menunjukkan adanya peningkatan kadar CRP, maka peradangan sedang terjadi di bagian tubuh tertentu. 3. Laju endap darahPengendapan darah dapat menjadi petunjuk adanya peradangan dalam tubuh. Tes laju endap darah dilakukan dengan mengukur berapa lama waktu yang diperlukan sel darah merah untuk mengendap ke dasar tabung pemeriksaan. Semakin cepat sel darah merah mengendap, kemungkinan Anda mengalami peradangan juga semakin tinggi. Jenis tes darah ini biasanya dilakukan untuk memastikan adanya beberapa kondisi, seperti endokarditis, radang sendi, radang pembuluh darah, penyakit Crohn, maupun penyakit autoimun. 4. Tes elektrolitTes darah dapat dilakukan untuk mengukur kadar elektrolit dalam tubuh. Pada kondisi medis tertentu, seperti dehidrasi, diabetes, gagal ginjal, penyakit hati, dan gangguan jantung, perubahan kadar elektrolit dalam tubuh bisa saja terjadi. Tes darah ini juga dapat dilakukan untuk menilai keberhasilan pengobatan untuk gangguan elektrolit. 5. Tes koagulasiTes koagulasi bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan pada proses penggumpalan darah atau koagulasi. Bila hasil tes darah menunjukkan adanya peningkatan waktu koagulasi, kondisi ini bisa menjadi tanda adanya kelainan perdarahan, seperti penyakit von Willebrand atau hemofilia. 6. Tes fungsi tiroidDokter bisa merekomendasikan tes fungsi tiroid jika dicurigai adanya kondisi medis yang memengaruhi hormon tiroid, seperti hipertiroid atau hipotiroid. Tes darah untuk mengetahui fungsi tiroid dilakukan dengan melihat kadar hormon tiroid, triidotironin (T3) dan tiroksin (T4), serta hormon pemicu tiroid (thyroid stimulating hormone/TSH) pada tubuh. 7. Tes enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)Tes darah dengan metode ELISA atau EIA, merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi antibodi dalam darah, yang muncul akibat adanya respons terhadap infeksi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk mendiagnosis beberapa penyakit seperti, seperti HIV/AIDS, toksoplasmosis, dan virus Zika. 8. Analisa gas darahAnalisa gas darah merupakan jenis tes darah yang dilakukan untuk mengevaluasi tingkat keasaman (pH) darah dan kadar gas dalam darah, seperti oksigen dan karbon dioksida. Tes darah ini dilakukan untuk meninjau gangguan keseimbangan asam basa tubuh seperti asidosis dan alkalosis, mengevaluasi fungsi paru, menilai keberhasilan terapi penyakit paru, serta memastikan sumber ketidakseimbangan asam basa yang terjadi sekaligus memantau keberhasilan terapi oksigen yang diberikan. 9. Tes darah untuk meninjau risiko penyakit jantungTes darah ini dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan kolesterol total, kolesterol baik (HDL), kolesterol jahat (LDL), dan lemak dalam darah (trigliserida). Adanya kelainan pada hasil pemeriksaan tes ini dapat meningkatan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Selain beberapa jenis tes darah di atas, masih ada beberapa prosedur lainnya seperti tes genetik atau kromosom, tes golongan darah, tes kanker atau tumor marker, tes fungsi hati dan ginjal, serta pengecekan glukosa. Langkah-Langkah Pengambilan Sampel DarahSebelum mengambil sampel darah, dokter akan memberikan instruksi sesuai jenis pemeriksaan tes darah yang dilakukan. Beberapa pemeriksaan mewajibkan Anda untuk puasa atau tidak makan selama 9–12 jam, serta menghentikan konsumsi obat-obatan dan suplemen tertentu. Pastikan Anda selalu mengikuti anjuran dokter sebelum pemeriksaan, karena dapat memengaruhi keakuratan hasil tes darah Anda. Berikut ini adalah langkah-langkah pengambilan sampel darah untuk tes darah:
Prosedur pengambilan darah biasanya berlangsung selama 5–10 menit, tergantung lokasi pembuluh vena yang mudah terlihat atau tidak. Meski tes darah dapat dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan atau penyakit yang sedang Anda alami, selalu konsultasikan ke dokter mengenai keluhan yang Anda rasakan agar dokter dapat memberikan arahan tes serta pengobatan yang sesuai. |