Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Nilai guna barang pada Perilaku Konsumen pendekatan kardinal

Selembar.com – Ada banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi seseorang, apa sajakah itu? Secara garis besar perekonomian terdiri atas beberapa pelaku ekonomi. Semua anggota masyarakat yang menerima uang kemudian membelanjakannya untuk membeli barang-barang atau menggunakan jasa disebut dengan konsumen.

Anggota keluarga yang belum mempunyai penghasilan dan turut serta menentukan anggaran belanja rumah tangga juga disebut konsumen. Setiap konsumen seharusnya menentukan cara mengalokasikan uang miliknya terhadap barang-barang dan jasa yang tersedia di pasar.

Di pasar kita bisa melihat berbagai jenis, jumlah, corak, mutu dan model barang. Hal ini karena produsen ingin melayani berbagai permintaan konsumen. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang:

1. Pendapatan

Faktor Pendapatan merupakan balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor produksi. Pendapatan dapat berupa gaji atau upah, sewa bunga modal dan laba. Semakin besar pendapatan yang diterima oleh konsumen, semakin tinggi pula daya belinya. Barang yang mampu dibeli semakin banyak  dan mungkin semakin tinggi kualitasnya.

2. Harga Barang dan Jasa

Tinggi dan rendahnya harga bisa mempengaruhi konsumen dalam membeli barang dan jasa. Apabila harga-harga barang turun, tingkat konsumsi akan naik. Begitu pula sebaliknya, apabila harga-harga naik maka tingkat konsumsi akan turun.

3. Sikap, Selera dan Kepribadian Individu

Sikap, selera dan kepribadian individu  juga dapat mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang yang bersikap boros cenderung membeli barang-barang di luar perhitungannya. Orang yang menyukai barang antik cenderung membeli barang-barang antik meskipun harganya sangat mahal. Sebaliknya, orang-orang yang suka berhemat akan memperhitungkan setiap pengeluarannya dan membatasi konsumsinya.

4. Kebudayaan

Kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat dalam mempengaruhi perilaku konsumsi manusianya, misalnya orang cina dan jepang akan menggunakan sumpit dengan jenis makanan yang sudah dipotong-potong sehingga mudah diambil dengan sumpit. Orang Amerika dan Eropa banyak menggunakan pisau dan garpu karena jenis makanan utamanya harus dipotong-potong terlebih dahulu.

Baca juga: Aneka Macam Perlengkapan Kantor dan Fungsinya

Teori Perilaku Konsumen

Kita tahu bahwa konsumen membeli dan menggunakan barang dan jasa untuk memperoleh kepuasan. Bagaimana cara kita untuk mengukur besarnya kepuasan konsumen tersebut?. Untuk memahami perilaku konsumen dapat menggunakan dua pendekatan yaitu:

a. Teori Nilai Guna Kardinal

Pendekatan kardinal sering juga disebut teori nilai guna subjektif (Subjective Value Theory). Pendekatan ini dikembangkan pada tahun 1880 oleh tiga ahli ekonomi yang bekerja sendiri-sendiri yaitu William Stanley Jevons dari Inggris, Leon Walras dari Prancis dan Karl Menger dari Australia.

Menurut pendekatan ini, kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi barang dapat diukur dengan angka (nominal) seperti halnya menghitung berat dengan gram atau panjang dengan ukuran centimeter. Satuan kegunaan suatu barang disebut util (dari kata utility). Tinggi rendahnya nilai kegunaan suatu barang tergantung dari orang yang memberikan penilaian (subjektif). Keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Berikut dua konsep teori kardinal:

  • Nilai Guna Total (Total Utility)

Nilai guna total merupakan nilai kepuasan keseluruhan yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Semakin banyak barang yang dikonsumsi, kepuasan total akan semakin besar, akan tetapi pada titik tertentu nilai kepuasan total akan berkurang.

  • Nilai Guna Marginal (Marginal Utility)

Nilai guna marginal merupakan nilai tambahan kepuasan yang diperoleh konsumen sebagai akibat dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi.

Baca juga: 10 Ide Bisnis Online Rumahan, Untuk Ibu Rumah Tangga

b. Teori Nilai Guna Ordinal

Teori ini muncul karena beberapa ahli ekonomi merasa tidak puas dengan teori yang pertama. Para ahli ekonomi yang mengembangkan pendekatan ordinal diantaranya Francis Y Edgworth (1881), V Pareto (1909) serta John R Hick dan R.G.D Allen (1930). Menurut pendekatan ordinal, kepuasan manusia dalam mengkonsumsi barang dan jasa tidak bisa diukur dengan nominal tertentu, tetapi hanya bisa dibandingkan. Pendekatan kardinal hanya menjelaskan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi satu jenis barang. Kenyataanya manusia mengkonsumsi berbagai jenis barang,

Untuk membandingkan kepuasan dari berbagai barang dan jasa yang dikonsumsi, pendekatan ordinal menggunakan alat analisis yang berupa kurva indiferen (Indiference Curve). Kurva ini menunjukan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang atau jasa yang memberikan tingkat kepuasan yang sama. Berikut karakteristik kurva indiferen:

  1. Turun dari kiri atas ke kanan bawah
  2. Cembung ke arah titik pusat
  3. Tidak saling memotong dan yang terletak di sebelah kanan atas menunjukan tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi serta teori perilaku konsumen dalam bidang ekonomi. Semoga bisa bermanfaat dan jangan lupa baca juga artikel-artikel menarik lainnya dari selembar.com, terimakasih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Studi prilaku organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan konteks organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor ini.

Seperti halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha untuk mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada sejumlah kontroversi mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap perilaku pekerja. Karena itu, perilaku organisasi (dan studi yang berdekatan dengannya, yaitu psikologi industri) kadang-kadang dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang berkuasa. Terlepas dari tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasidan keberhasilan kerja, yang diantaranya membahas tentang Kepribadian dan Emosi, kedua hal tersebut sangat berkaitan erat dengan prilaku organisasi.

Kepribadian dan emosi akan mempengaruhi individu didalam sebuah organisasi. Maka dari itu sangat diperlukan seseorang untuk tahu dan mengerti apa itu kepribadian dan emosi baik dari segi pengertian, ciri – ciri, dll. Dengan penguasaan materi tentang Kepribadian dan Emosi ini diharapkan setiap individu akan bisa menempatkan dirinya didalam sebuah organisasi setelah menguasai materi tersebut. Keberhasilan sebuah organisasi sangat ditentukan oleh setiap individu di dalamnya.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah definisi dari Kepribadian dan emosi, ciri – ciri, dimensi emosi, serta pengaruhnya terhadap prilaku dalam  organisasi ?

1.3  Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari Kepribadian dan emosi secara psikologis maupun definisi sehari harinya, ciri – ciri, atribut kepribadian utama yang mempengaruhi prilaku oraganisasi, serta mengetahui kepribadian dan budaya nasional.

1.3.2  Untuk mengetahui dimensi dimensi emosi dan batas ekternal emosi terhadap prilaku organisasi.

1.4  Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaatnya untuk Mahasiswa adalah sebagai panduan atau tunjangan dalam mata kuliah Prilaku organisasi.

1.4.2 Manfaatnya Untuk Fakultas adalah sebagai tambahan karya tulis untuk memperkaya materi mengenai Prilaku Organisasi.

1.4.3 Manfaatnya untuk Masyarakata dan dunia kerja, jika seseorang telah mengerti apa itu kepribadian dan emosi dan tau cara mengendalikannya dalam dunia organisasi maka akan sangat berguna untuk kemajuan sebuah perusahaan dan masyarakat.

BAB I

PENDAHULUAN

Teori konsumen mengenai dua macam pendekatan, yaitu pendekatan guna kardinal atau cardinal utility approach  dan pendekatan guna ordinal  atau ordinal utility approach. Pendekatan guna kardinal menggunakan  asumsi bahwa guna atau  kepuasan seseorang tidak hanya dapat dibandingkn, akan tetapi juga dapat diukur. Oleh karena menurut kenyataan  kepuasan seseorng tidak dapat diukur, maka asumsi tersebut dengan  sendirinya dapat dikaitkan tidak realistik. Inilah yang biasanya ditonjolkansebagai kelemahan dari pada teori konsumen  yang menggunakan pendekatan guna kardinal, yang terkenal pula dengan sebuah teori konsumen dengan pendekatan gunamarginal klasik atau classical marginal utility approach.

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :

  1. Apakah Konsep Teori Perilaku Konsemuen?
  2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen?
  3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan konsumen kardinal?
  4. Apa yang dimaksud dengan pendekatan konsumen ordinal?
  1. TUJUAN
  2. Menambah ilmu pengetahuan untuk para pembaca dan pengkaji tentang konsep“Teori Perilaku Konsumen”.
  3. Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
  4. Menambah pengetahuan tentang pendekatan konsumen kardinal dan ordinal.
  5. SUMBER DATA

Sumber data yang digunakan dalam membuat makalah ini berasal dari buku dan internet.

BAB II

PEMBAHASAN

Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari,menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap untuk memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas, seperti : uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan demi kepuasan mereka.

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

  1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Untuk memahami perilaku konsumen bergantung pada psikologi dan sosiologi. Hasilnya berfokus pada empat bidang yang menjadi pengaruh utama terhadap perilaku konsumen: psikologis, pribadi, sosial, dan budaya (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366)

  1. Pengaruh psikologis mencakup motivasi, presepsi, kemampuan belajar, dan sikap perseorangan.
  2. Pengaruh pribadi mencakup gaya hidup, kepribadian, dan status ekonomi.
  3. Pengaruh sosial mencakup keluarga, pendapat pemimpin (orang yang pendapatnya diterima oleh orang lain), dan kelompok referensi lainya seperti teman, rekan sekerja, dan rekan seprofesi.
  4. Pengaruh budaya mencakup budaya (“cara hidup” yang membedakan satu kelompok besar dengan kelompok lainya), subkultur (kelompok yang lebih kecil, seperti kelompok etnis yang memilliki nilai-nilai bersama), dan kelas sosial (kelompok-kelompok berdasarkan peringkat budaya menurut kriteria seperti latar belakang, pekerjaan, dan pendapatan.

Walaupun seluruh faktor itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampk faktor-faktor itu terhadap pembelian aktual beberapa produk menjadi sangat  lemah atau dapat diabaikan. Beberpa konsumen, misalnya, memperlihatkan loyalitas terhadap merek (Brand Loyalty) tertentu, yang berarti mereka secara rutin membeli produk-produk karena mereka puas atas kinerja merek produk itu.

  1. Pendekatan Konsumen Kardinal

Pendekatan konsumen Kardinal adalah daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati.

Pendekatan kardinal memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilain dengan orang lain.

Pendekatan ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek yang menilai.

Dalam pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal, Gossen, yaitu hukum Gossen.

  • Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terus-menerus maka kepuasanya akan semakin menurun.
  • Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai kebutuhanya sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio antaramarginal utility  dengan harga dari barang yang satu dengan rasio marginal utility dengan harga barang yang lain.

Hipotesis utama teori niali guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan satu barang  akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya pada barang tersebut.

Dalam pendekatan ini, konsumen dianggap mengonsumsi kombinasi barang untuk mendapatkan kepuasan yang maksimal dan tambahan kepuasan yang diperoleh dari tambahan konsumsi suatu barang secara terus menerus akan semakin berkurang.

Asumsi dasar:

  1. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
  2. Semakin banyak barang dikonsumsi maka semakin besar kepuasan.
  3. Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.

Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah. Pendekatan

  1. Pendekatan Konsumen Ordinal

Pendekatan konsumen Ordinal adalah pendekatan yang daya guna suatu barangtidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuaturutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah:

  • Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya
  • Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering
  • Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya. Kelemahan pendekatan konsumen ordinal yaitu terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dari satu kepuasan.

BAB III

PENUTUP

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Menurut pendekatan kardinal kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan (misalnya:uang). Sedangkan menurut pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuaturutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang.