Apa peran dan fungsi Baitul Hikmah yang kamu ketahui?

Rumah Kebijaksanaan atau Baitul Hikmah adalah perpustakaan, lembaga penerjemahan dan pusat penelitian yang didirikan pada masa kekhilafahan Abbasiyah di Baghdad, Irak. Baitul hikmah ini terletak di Baghdad, dan Baghdad ini dianggap sebagai pusat intelektual dan keilmuan pada masa Zaman keemasan Islam (The golden age of Islam). Karena sejak awal berdirinya kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Rumah Kebijaksanaan ini merupakan salah satu institusi kunci dari gelombang masuknya literatur asing yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab dan dianggap sebagai jembatan besar dalam transfer ilmu pengetahuan pada masa zaman keemasan Islam.

Perpustakaan ini didirikan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid dan mencapai puncaknya dimasa kepemimpinan putranya, Khalifah Al-Ma'mun yang berkuasa pada 813-833 M yang mana perpustakaan ini di sematkan sebagai usahanya. Al-Ma'mun juga diakui usahanya dalam memunculkan banyak ilmuwan terkenal untuk saling berbagi informasi, pandangan dan budaya di Rumah Kebijaksanaan. Berpusat di Baghdad sepanjang abad ke-9 hingga ke-13, terdapat banyak ilmuwan disana termasuk diantaranya orang-orang dengan latar belakang Persia maupun Kristen yang ikut ambil bagian pada penelitian dan pendidikan di lembaga ini. Selain menerjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa Arab, para ilmuwan yang memiliki hubungan dengan Rumah Kebijaksanaan juga banyak membuat kontribusi asli yang besar di berbagai bidang. Dibawah kepemimpinan Al-Ma'mun, observatorium didirikan, dan Rumah Kebijaksanaan telah menjadi pusat untuk studi humaniora dan ilmu pengetahuan yang terbaik pada abad pertengahan Islam, meliputi bidang matematika, astronomi, kedokteran, alkimia dan kimia, zoologi, geografi dan kartografi. Juga dengan mengambil literatur-literatur dari India, Yunani, dan Persia, para ilmuwan disana mampu mengumpulkan koleksi pengetahuan dunia secara masif, dan berdasarkan itu semua mereka membuat penemuan-penemuan mereka sendiri. Pada pertengahan abad ke-9 masehi Rumah Kebijaksanaan telah menjadi repositori terbesar dari buku-buku dunia.

Rumah Kebijaksanaan terus berkembang di bawah pengganti khalifah Al-Ma'mun yakni Al-Mu'tasim (berkuasa pada 833-842 M) lalu putranyaAl-Watsiq (berkuasa pada 842-847 M), tetapi mengalami titik balik di bawah pemerintahan Al-Mutawakkil (berkuasa pada 847-861 M). Khalifah Al-Ma'mun, al-Mu'tasim, dan Al-Watsiq dilatarbelakangi pemikiran sekte Mu'tazilah, yang mendukung kebebasan berpikir seluas-luasnya dan penelitian ilmiah, sementara khalifah Al-Mutawakkil mendukung interpretasi yang lebih literal berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits. Khalifah Al-Mutawakkil tidak tertarik pada ilmu pengetahuan asing dan mengubah haluan lembaga ini dari rasionalisme. Ia menganggap tersebarnya filsafat Yunani kedalam keyakinan umat Islam sebagai sesuatu yang tidak Islami karena berasal dari ajaran non-Islam (Yunani).

Sama seperti Perpustakaan Alexandria, Baitul Hikmah berakhir sama tragisnya. Dalam penyerangan Baghdad, invasi pasukan Hulagu Khan dari Mongol pada tahun 1258 M membumi-hanguskan Rumah Kebijaksanaan beserta seluruh literatur di dalamnya, bersama-sama dengan perpustakaan-perpustakaan lainnya di baghdad. Banyak naskah dan karya dari para cendekiawan yang hilang, kehancuran Baghdad dan Baitul Hikmah pun mengakhiri masa keemasan peradaban Islam.

Beberapa ilmuwan yang dikenal dan memiliki hubungan dengan Rumah Kebijaksanaan diantaranya:

  • Sahl bin Harun (w. 830), Kepala perpustakaan;
  • Hunain bin Ishaq (809-873), Ahli Fisika;
  • Muhammad bin Musa al-Khwarizmi (780–850), Ahli matematika;
  • Banu Musa bersaudara, Teknisi dan ahli matematika;
  • Sind bin Ali (w. 864), astronomer;
  • Abu Utsman al-Jahiz, dikenal sebagai Al-Jahiz (781-861), penulis dan ahli biologi;
  • Al-Jazari (1136-1206), Ahli fisika dan teknisi.
  • Sumbangsih dunia Islam terhadap Eropa zaman pertengahan
  • 1001 Inventions
Catatan kaki

Daftar pustaka
  • Al-Khalili, Jim (2011), The House of Wisdom: How Arabic Science Saved Ancient Knowledge and Gave Us the Renaissance, New York: Penguin Press, ISBN 9781594202797 
  • Lyons, Jonathan (2009), The House of Wisdom: How the Arabs Transformed Western Civilization, New York: Bloomsbury Press, ISBN 9781596914599 
  • Meri, Joseph; Bacharach, Jere (2006), Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia, Routledge, ISBN 0415966906 
  • Hockey, Thomas (2007), The Biographical Encyclopedia of Astronomers, New York: Springer, ISBN 9780387304007 
  • Koetsier, Teun (2001), "On the prehistory of programmable machines: musical automata, looms, calculators", Mechanism and Machine Theory, Elsevier, 36 (5): 589–603, doi:10.1016/S0094-114X(01)00005-2. 
  • Micheau, Francoise, "The Scientific Institutions in the Medieval Near East",   Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan) in (Morelon & Rashed 1996, hlm. 985–1007)
  • Moore, Wendy (February 28, 2011), "All the world's knowledge", BMJ, 342, doi:10.1136/bmj.d1272 
  • Morelon, Régis; Rashed, Roshdi (1996), Encyclopedia of the History of Arabic Science, 3, Routledge, ISBN 0415124107 
  • George Saliba, 'Islamic science and the making of the European Renaissance',
  • Zaimeche, Salah (2002), "A cursory review of Muslim observatories", (PDF), Foundation for Science, Technology and Civilisation, Manchester http://www.muslimheritage.com/uploads/ACF25AE.pdf  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rumah_Kebijaksanaan&oldid=21016467"

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya ilmiah yang sederhana ini dengan baik dengan
judul “Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam”.
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memnuhi
tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar di Universitas Darussalam Gontor. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan karya ilmiah ini.
Harapan kami dalam penulisan karya ilniah ini semoga dapatmemberi
manfaat bagi semua yang membacanya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah senantiasa
meridhai segala amal perbuatan kita. Amin.

Gontor, 3 Desember 2014

Penulis

1

BAB I
PENDAHULUAN


A.

Latar Belakang
Pada masa dinasti Bani Abbasiah terkenal ada beberapa khalifah yang
mempunyai pencapaian yang luar biasa. Pencapaian tersebut ditandai dengan
majunya peradaban Islam. Puncak kemajuan ini berada pada pemerintahan
khalifah Harun Al Rasyid dan anaknya Al Ma’mun. Pada masa pemerintahan
Harun Al Rasyid Islam mengalami puncak kejayaanya dengan Bagdad sebagai
pusatnya. Pada masa ini kemajuan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek
politik, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan. Sahingga peradaban ini disebut
sebagai ”The golden age of Islam”, atau masa keemasan Islam.
Setelah Harun Al Rasyid wafat, pemerintahanpun diteruskan oleh anaknya
yang bernama Al Ma’mun. Bahkan pada masa ini kejayaan Islam masih berlanjut.
Hal ini ditandai dengan kemajuanya pada bidang pendidikan dan intelektualnya
dengan dibangunya Baitul Hikmah di Bagdad. Di baitul hikmah ini dijadikan
sebagai pusat kajian keilmuan dan pengetahuan. Pada masa itu pula banyak
muncul cendekiawan-cendekiawan muslim dan juga karya-karya besar mereka
yang nantinya akan mempengaruhi peradaban Islam bahkan dunia, sehingga
Baitul Hikmah dianggap sebagai pelecut kemajuan peradaban Islam pada zaman
Abbasiyah. Didasari atas beberapa kenyataan tersebut, pada makalah ini penulis


berusaha untuk memaparkan sejarah berdirinya baitul hikmah serta peranannya
dalam perkembangan peradaban Islam.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka pada tulisan ini
hendak mencari jawaban terhadap pertanyaan:
1. Apa Latar Belakang Berdirinya Baitul Hikmah?

2

2. Bagaimana Sejarah Baitul Hikmah?
3. Apakah Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam
4. Apa pengaruh Baitul Hikmah Terhadap Perkembangan Ilmu
Pengetahuan
C.

Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka


maksud dari tujuan tulisan ini:
1. Ingin mengetahui latar belakang berdirinya Baitul Hikmah
2. Ingin mengetahui sejarah baitul hikmah
3. Ingin mengetahui peranan Baitul Hikmah bagi peradaban Islam
4. Ingin mengetahui pengaruh Baitul Hikmah terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan

D.

Metode
Metode penulisan makalah ini adalah bersifat Deskriptif yang artinya
menjelaskan dengan metode kajian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan
melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku
dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Berdirinya Baitul Hikmah


Motivasi didirikannya lembaga baitul hikmah boleh jadi memang
kepentingan-kepentingan praktis, seperti kepentingan untuk menguasai ilmu
kedokteran, astronomi, tetapi juga sangat penting didorong oleh kepentingan
prestise, ada yang menilai bahwa pendirian lembaga tersebut sesunggguhnya
didorong oleh keinginan meniru lembaga hebat yang didirikan oleh orang-orang
kristen Nestorians; yakni gondhesaphur yang salah satu tokohnya georgius
Gabriel pernah ditunjuk menjadi kepala sebuah rumah sakit pada jaman khalifah
al-Mansur. Tokoh ini juga aktif menerjemahkan karya-karya yunani.
Terlepas dari itu semua yang menjadi motivasi utamanya, pembentukan
lembaga Baitul Hikmah adalah disebabkan oleh faktor-faktor obyektif sebagai
berikut:
1. Melimpahnaya kekayaan negara dan tingginya apresiasi khalifah Al Makmun
terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Al-Makmun mempunyai selera
pribadi yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan (Filsafat, kedokteran, astronomi,
dan lain-lain), dan seni musik. Bersatunya “dana” dengan “selera” ini melahirkan
“political will” yang ternyata mendapat sambutan yang positif dari para
pembantunya dan dari masyarakat.
2. Pada saat itu kawasan Irak (Mesopotamia) dan sekitarnya telah memiliki
tradisi keilmuan yang tinggi yang berasal dari warisan peradaban masa lampau.
Disana telah ada daerah-daerah kantong di mana ilmu-ilmu pengetahuan orangorang kuno telah dipelajari lama secara turun temurun. Warisan peradaban masa


lampau ini masuk ke kawasan persia diantaranya dibawa oleh para imigran.
Misalnya kaum Nasrani dari madzhab Nestorias yang diusir kaisar Bizantium dari

4

mazhab Nestorias yang diusir Kaisar Bizantium dari Eddesa tahun 489. Pada
tahun 529 datang lagi gelombang imigran dan lulusan Athena yang terusir dan
akhirnya masuk kawasan Persia. Dalam hal ini tidak dapat diabaikan jasa besar
dari “The Great king” Chosrus Nushirwan (tahun 531-579);yang akhirnya bisa
menjadikan kawasan tersebut sebagai sentra-sentra ilmu pengetahuan yang
penting.Jundhisaphur adalah salah satu yang terpenting. Kota di propinsi
Khuzistan ini sangat populer dengan ilmu kedokterannya. Warga kota ini telah
mampu mengembangkan metode-metode pengobatan yang lebih dekat daripada
metode India dan Yunani. Disamping melalui para imigran, warisan perradaban
kuno juga masuk ke kawasan Persia akibat interaksi dengan dunia luar selama
berabad-abad. Karena kawasan Iraq (Mesopotamia) memang telah mempunyai
rentang sejarah peradaban yang tua.
3. Adanya apresiasi yang tinggi dari kebanyakan anggota masyarakat (dari
berbagai lapisan sosial) terhadap kegiatan keilmuan,yang menyebabkan mereka
bisa bekerja bahu-membahu satu sama lain tanpa mengalami beban psikologis


yang disebabkan oleh perbedaan etnis, agama, status sosial dan lain sebagainya.
Disini profesionalitas dijunjung tinggi dengan sikap terbuka dan fair. Sehingga
tidak mengherankan jika waktu itu, karena kualitasnya, orang-orang etnis non
arab dan non muslim banyak sekali perananya. Mereka bisa menjalankan tugas
dengan tenang meskipun memerintahkan adalah kaisar (khalifah) muslim.
B. Sejarah Baitul Hikmah
Baitul Hikmah adalah perpustakaan dan pusat penerjemahan pada masa
dinasti Abbasiah. Baitul hikmah ini terletak di Baghdad. Baghdad ini dianggap
sebagai pusat intelektual dan keilmuan pada masa Zaman Kegemilangan Islam
(The golden age of Islam). Karena sejak awal berdirinya kota ini sudah menjadi
pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya
K. Hitti menyebut bahwa Baghdad sebagai profesor masyarakat Islam.
Baitul Hikmah didirikan tahun 832 M di Baghdad pada masa Dinasti Bani
Abbasiyah, tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 M 5

809 M). Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan. Institusi ini merupakan kelanjutan dari institusi
serupa di masa Imperium Sasania Persia yang bernama Jundhisapur Academy.
Namun berbeda dari institusi pada masa Sasania yang hanya menyimpan pusipuisi dan cerita-cerita untuk raja. Pada masa Abbasiyah institusi ini diperluas
penggunaannya. Bait al-Hikmah atau Graha kebijaksanaan yang dirintis oleh


khalifah Harun al-Rasyid ditujukan untuk menjadi pusat segala kegiatan
keilmuan. Pada masa Harun al-Rasyid institusi ini bernama Khizanah al-Hikmah
(Khazanah Kebijaksanaan yang berfungsi sebagai sebagai perpustakaan dan pusat
penelitian. Pada waktu itu, gerakan intelek yang hebat telah bangkit dan
mendorong kaum muslim untuk memperoleh ilmu-ilmu pengetahuan zaman kuno.
Tujuan utama didirikannya Baitul Hikmah adalah untuk mengumpulkan
dan menyalin ilmu-ilmu pengetahuan asing ke dalam bahasa Arab. Inilah yang
menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam, yaitu menggenggam dunia dengan
ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada waktu itu pula berkembang beragam
disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul
Hikmah sebagai perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan
dan peradaban terbesar pada masanya.
Di situ para sarjana sering berkumpul untuk menterjemah dan berdiskusi
masalah ilmiah. Dan khalifah Harun Ar-Rasyid kemudian Al-Makmun secara
aktif selalu ikut dalam pertemuan-pertemuan itu. Lembaga pendidikan ini
didirikan berkat adanya usaha dan bantuan dari orang-orang yang memegang
kepemimpinan dalam pemerintahan.
Jika kita melihat Harun Ar Rasyid adalah khalifah yang banyak
memanfaatkan kekayaan negara untuk kesejahteraan sosial, seperti mendirikan
rumah sakit, lembaga pendidikan kedokteran, lembaga pendidikan farmasi dan


pemandian umum. Sedangkan putranya Al ma’mun yang merupakan pengganti
Harun ar Rasyid dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu.

6

Sehingga pada masa pemerintahanya penerjemahan buku-buku asing digalakan.
Dan bukti dari jasa besarnya adalah dalam pembangunan Baitul Hikmah ini.
Pada mulanya Harun ar Rasyid (736-809 M) mendirikan Khizanat Al
Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, tempat penerjemahan dan
penelitian. Kemudian pada tahun 815 M Al Ma’mun (813-833 M) mengubahnya
menjadi Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku-buku
kuno yang berasal dari persia, Byzantium, Eithopia dan India.
Baitul Hikmah ini mengalami kemajuan pesat pada masa khalifah Al
Ma’mun. Baitul Hikmah merupakan salah satu contoh perpustakaan Islam yang
lengkap, yang berisi ilmu agama Islam dan bahasa arab, bermacam-macam ilmu
pengetahuan yang telah berkembang pada masa itu dan berbagai macam buku
terjemahan dari bahasa-bahasa Yunani, Persia, India, Qibty dan aramy.
Perpustakaan-perpustakaan Islam pada masa jayanya dikatakan sudah menjadi
aspek budaya, dikatakan sudah menjadi budaya yang penting, sekaligus sebagai
tempat belajar dan sumber ilmu pengetahuan, baik agama maupun ilmu umum.


Sebagaian ilmuwan bependapat, bahwa usaha ilmiah terpenting
dijalankan oleh akademi ini terjadi sewaktu dikepalai oleh Hunain ibn Ishaq,
seorang Kristen yang pandai berbahasa Arab dan Yunani. Dia memperkenalkan
metode penerjemahan baru yaitu menterjemahkan kalimat, bukan menerjemahkan
kata per kata, hal ini agar dapat memperoleh keakuratan dan keotentikan naskah,
Hunain juga menggunakan metode penerjemahkan dengan membandingkan
beberapa naskah untuk diperbandingkan. Hunain berhasil memindahkan ke dalam
bahasa Arab Apollonius, Plato, Galen, Aristoteles, Themitius, Perjanjian lama,dan
sebuah buku kedokterann yang dikarang oleh Paulus al-Agani dengan bantuan
para penerjemah dari Bait al-Hikmah. Ia menerjemahkan kitab Republik dari
Plato, dan kitab Kategori, Metafisika, Magna Moralia dari Aristoteles .
Penerjemahan buku-buku ilmu falak, kedokteran ,filsafat, dan lain-lain
dilakukan secara langsung dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab selain kota
Baghadad, juga di Harran, Merv (Persia Timur) , dan Jundhisaphur (Persia
7

Barat). Pasca Ma’mun, penerjemahan berjalan terus,bahkan tidak hanya menjadi
urusan istana, tetapi telah menjadi usaha pribadi oleh orang yang gemar dan
mencintai ilmu, misalnya Muhammad, Ahmad, dan al-Hasan anak-anak Musa Ibn
Syakir yang telah menafkahkan sebagian besar hartanya untuk penerjemahan


buku-buku. Sementara itu, Musa telah menerjemahan ke dalam bahasa Arab
buku-buku karangan Plato, Aristoteles, dan lain-lain.
Sebagai catatan orang Nestor Syiriah yang berbahasa Suryani yang
banyak terlibat dalam penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahsa Arab.
Yahya al-batrik, ahli bahasa Suryani dan Yunani menyerahkan buku terjemahan
dari Yunani ke Arab kepada khalifah Abbasiyah, kemudian khalifah menyuruh
Mu’allim Tsani, al-Farabi untuk mengedit lagi, karena al-batrik dianggap kurang
mahir bahasa arab. Hal ini menunjukkan betapa perhatian pemerintah dalam hal
memelihara ilmu pengetahuan Yunani.
Kegiatan kaum muslimin bukan hanya menerjemahkan,bahkan mulai
memberikan syarahan (penjelasan), dan melakukan tahqiq (pengeditan). Pada
mulanya muncul dalam bentuk karya tulis yang ringkas, lalu dalam wujud yang
lebih luas dan dipadukan dalam berbagai pemikiran dan petikan,analisis dan kritik
yang disusun dalm bentuk bab-bab dan pasal-pasal. Dengan kepekaan mereka,
hasil kritik dan analisis itu memancing lahirnya teori-teori baru sebagi hasil
renungan mereka sendiri. Misalnya apa yang telah dilakukan oleh Muhammd ibn
Musa al-Khawaizmi dengan memisahkan aljabar dan ilmu hisab yang pada
akhirnya menjadi ilmu tersendiri secara sistematis.
Baitul Hikmah berkembang maju di bawah pengganti al-Ma’mun, alMu’tasim dan al-Wathiq tetapi menurun di bawah pemerintahan al-Mutawakkil.
Ini disebabkan Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim dan Al-Watshiq mengikut mazhab


Muktazilah tetapi Al-Mutawakkil mengikut aliran Islam tradisional. AlMutawakkil hendak menghentikan merebaknya falsafah Yunani yang merupakan
salah satu asas ajaran Muktazilah. Sama seperti perpustakaan lain di Baghdad,
Baitul Hikmah dimusnahkan masa penaklukan Mongol pada tahun 1258.

8

Diriwayatkan Sungai Tigris menjadi hitam selama enam bulan karena tinta dari
buku-buku yang dihamburkan ke dalam sungai.
C. Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam
Masa dinasti abasiyyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai
bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa ini umat
Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga
mengalami kemajuan pesat. Pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara
menerjemahkan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti bukubuku karya bangsa Yunani, Romawi dan Persia. Berbagai naskah yang ada di
kawasan Timur Tengah dan Afrika seperti Mesopotamia dan Mesir juga menjadi
perhatian.
Banyak para ahli yang berperan dalam proses perkembangan ilmu
pengetahuan adalah kelompok mawali atau orang-orang non arab, seperti Persia.
Pada masa permulaan Dinasti Abasiyah, belum terdapat pusat-pusat pendidikan
formal, seperti sekolah-sekolah. Akan tetapi sejak masa pemerintahan Harun Ar
Rasyid mulailah dibangun pusat-pusat pendidikan formal seperti Khizanatul
Hikmah dan pada masa Al Ma’mun diubah menjadi Baitul Himah yang kelak dari
lembaga ini melahirkan para sarjana dan para ahli ilmu pengetahuan yang
membawa kejayaan bagi umat Islam.
Pada masa Al Ma’mun ilmu pengetahuan dan kegiatan intelektual
mengalami masa kejayaanya. Ia mendirikan Baitul Hikmah pengembangan dari
Khizanatul Hikmahyang menjadi pusat kegiatan ilmu, terutama ilmu pengetahuan
nenek moyang Eropa (Yunani). Pada masa itu banyak karya-karya Yunani yang
diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Selanjutnya model ini dikembangkan di
Darul Hikmah Cairo kemudian diterima kembali oleh barat melalui Kordoba dan
kota-kota lain di Andalusia.
Khalifah Al Ma’mun lebih lagi melangkah, yaitu mengirim tim-tim sarjana
ke berbagai pusat ilmu di dunia, untuk mencari kitab-kitab penting yang harus

9

diterjemahkanya. Hal inilah salah satu yang menjadikan Islam mengalami
kemajuan. Karena umat Islam bis mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang
ada di penjuru dunia.
Disamping sebagai pusat penerjemahan, Baitul Hikmah juga berperan
sebagai perpustakaan dan pusat pendidikan. Karena pada masa perkembangan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, buku mempunyai nilai yang sangat
tinggi. Buku merupakan sumber informasi berbagai macam ilmu pengetahuan
yang ada dan telah dikembangkan oleh ahlinya. Orang dengan mudah dapat
belajar dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang telah tertulis dalam buku.
Dengan demikian buku merupakan sarana utama dalam usaha pengembangan dan
penyebaran ilmu pengetahuan. Sehingga Baitul Hikmah selain menjadi lembaga
penerjemahan juga sebagai perpustakaan yang mengoleksi banyak buku.
Pada masa ini berkembang berbagai macam ilmu pengetahuan, baik itu
pengetahuan umum ataupun agama, seperti Al Qur’an, qiraat, Hadits, Fiqih,
kalam, bahasa dan sastra. Disamping itu juga berkembang empat mazhab fiqih
yang terkenal, diantaranya Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi, Imam Maliki
ibn Anas pendiri madzhab Maliki, Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’i pendiri
madzhab syafi’i dan Muhammad ibn Hanbal, pendiri madzhab Hanbali.
Disamping itu berkembang pula ilmu-ilmu umum seperti ilmu filsafat, logika,
metafisika, matematika, alam, geometri, aritmatika, mekanika, astronomi, musik,
kedokteran dan kimia. Ilmu-ilmu umum masuk kedalam Islam melalui terjemahan
di Baitul Hikmah dari bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab,
disamping dari bahasa India. Pada masa pemerintahan al Ma’mun pengaruh
Yunani sangat kuat. Diantara para penerjemah yang masyhur saat itu ialah Hunain
ibn Ishak, seorang Kristen Nestorian yang banyak menerjemahkan buku-buku
Yunani ke dalam bahasa Arab. Ia terjemahkan kitab Republik dari Plato dan kitab
Kategori, Metafisika, Magna Moralia dari dari Aristoteles
Peran Baitul Hikmah memang sangat besar dalam kemajuan peradaban
Islam, terutama dalam ilmu pengetahuanya yang pada masa itu lahir banyak

10

ilmuan-ilmuan Islam, berikut Sarjana-sarjana dan ilmuan-ilmuan yang lahir dari
lembaga ini:
1. Ilmu Pengetahuan Umum
Dibidang ilmu pengetahuan umum banyak lahir ilmuan-ilmuan besar dan sangat
berpengaruh terhadap peradaban islam.
A. Ilmu kedokteran
1) Hunain ibn Ishaq (804-874 M), terkenal sebagai dokter penyakit mata.
2) Ar Razi (809-873 M), terkenal sebagai dokter ahli penyakit cacar dan campak.
Buku karanganya dibidang kedokteran berjudul Al Hawi.
3) Ibn sina (980-1036 M), karyanya yang terkenal adalah al Qonun fi at-Tibb dan
dijadikan buku pedoman kedokteran bagi universitas di negara Eropa dan negara
islam.
4) Abu Marwan Abdul Malik ibn Abil’ala ibn Zuhr (1091-1162 M), terkenal
sebagai dokter ahli penyakit dalam. Karyanya yang terkenal adalah At Taisir dan
Al Iqtida.
5) Ibn Rusyd (520-595 M), terkenal sebagai perintis penelitian pembuluh darah
dan penyakit cacar
B. Ilmu Perbintangan
1) Abu Masy’ur al Falaki, karyanya adalah Isbatul’Ulum dan Haiatul Falaq.
2) Jabir Al Batani, pencipta teropong bintang yang pertama, karya yang terkenal
adalah Kitabu Ma’rifati Matlil-Buruj Baina Arba’il Falaq.
5) Raihan Al Biruni, karya yang terkenal adalah at-Tafhim li Awa’ili Sina’atitTanjim.

11

C. Ilmu Pasti (Riyadiyat)
1) Sabit bin Qurrah al Hirany, karyanya yang terkenal adalah Hisabul Ahliyyah.
2) Abdul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas, karyanya yang
terkenal ialah Ma Yahtaju Ilaihi Ummat Wal Kuttab min Sinatil-hisab.
3) Al Khawarijmi, tokoh matematika yang mengarang buku al Jabar.
4) Umar Khayam, karyanya tentang al Jabar yang bejudul Treatise on al-Gebra
telah diterjemahkan oleh F Woepcke ke dalam bahasa Perancis (1857 M). Karya
Umar Khayam lebih maju daripada al Jabar karya Euklides dan Al Khawarizmi.
D. Ilmu farmasi dan Kimia
Salah satu ahli farmasi adalah ibn Baitar, karyanya yang terkenal adalah
Al Mugni, Jami’ Mufratil Adwiyyah, wa Agziyah dan Mizani tabib. Adapun
dibidang Kimia adalah Abu Bakar Ar Razi dan Abu Musa Ya’far al Kufi.
E. Ilmu Filsafat
Tokoh-tokoh filsafat Islam antara lain, Al Kindi (805-873), Al Farabi
(872-950 M) dengan karyanya Ar-Ra’yu Ahlul Madinah al Fadilah, Ibnu sina
(980-1036 M), Al Ghazali (450-505 M) dengan karya Tah-Afut al-Falasifat, Ibnu
Rusyid dan lain-lain.
F. Ilmu Sejarah
Ahli Sejarah yang lahir pada masa itu adalah Abu Ismail al Azdi, dengan
karyanya yang berjudul Futuhusyi Syam, al Waqidy dengan karyanya al Magazi,
Ibn Sa’ad dengan karyanya at-Tabaqul Kubra dan Ibnu Hisyam dengan karyanya
Sirah ibn Hisyam.
G. Ilmu Geografi

12

Tokohnya ialah Ibnu Khazdarbah dengan karyanya Kitabul masalik wal
Mamalik, Ibnu Haik dengan karyanya Kitabus Sifati Jaziratil-‘arab dan Kitabul
Iklim, Ibn Fadlan dengan karyanya Rihlah Ibnu fadlan.
H. Ilmu Sastra
Pada masa itu juga berkembang ilmu sastra yang melahirkan beberapa
penyair terkenal seperti, Abu Nawas, Abu Atiyah, Abu Tamam, Al Mutannabbi
dan Ibnu Hany. Di samping itu mereka juga menghasilkan karya sastra yang
fenomenal seperti Seribu Satu Malam “Alf Lailah Walailah”, yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris menjadi The Arabian Night.
2. Ilmu Agama
Di samping ilmu pengetahuan umum, pada masa itu berkembang pula
ilmu agama dengan tokoh-tokohnya sebagai berikut:
A. Ilmu Tafsir
Pada masa itu berkembang 2 macam tafsir dengan tokoh-tokohnya:
1) Tafsir Bil Ma’tsur (penafsiran ayat Al Qur’an oleh Al Qur’an atau Hadits
Nabi), diantara tokohnya adalah Ibnu Jarir At Tabari, Ibnu Atiyah al Andalusy,
Muhammad Ibn Ishak dan lain-lain.
2) Tafsir Bir-Ra’yi (Tafsir dengan akal pikiran), diantara tokohnya adalah Abu
Bakar Asam, Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany, Ibnu Juru Ak Asadi
dan lain-lain.
B. Ilmu Hadits
Pada masa itu sudah ada pengkodifikasian Hadits sesuai kesahihannya.
Maka lahirlah ulama-ulama Hadits terkenal seperti Imam Bukhori, Muslim, At
Tirmadzi, Abu Dawud, Ibn Majah dan An Nasa’i. Dan dari merekalah diperoleh
Kutubus Sittah.

13

C. Ilmu Kalam
Ilmu Kalam lahir karena dua faktor, yaitu musuh Islam ingin
melumpuhkan Islam dengan filsafat dan semua masalah termasuk agama berkisar
pada akal dan ilmu. Diantar tokohnya ialah Wasil ibn Atho’, Abu Hasan Al
Asy’ari, Imam Ghozali dan lain-lain.
D. Ilmu Tasawuf
Diantara tokohnya adalah al Qusairy dengan karyanya Risalatul
Qusairiyah dan Al Ghozali dengan karyanya Ihya’ Ulumuddin.
E. Ilmu bahasa
Pada masa itu kota Basrah dan kuffah menjadi pusat kegiatan bahasa.
Diantara tokohnya ialah Sibawaih, AL Kisai dan Abu Zakariya al Farra.
F. Ilmu Fikih
Pada masa ilmu fikih juga berkembang pesat, terbukti pada masa ini
muncul 4 madzhab fiqih, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali.
Dari uraian di atas maka lelas bahwa ilmu pengetahuan ini hanya dapat
maju apabila masyarakat berkembang dan berperadaban. Jika kita ketahui bahwa
pendidikan akan maju maka suatu rakyat harus sejahtera, disamping itu segala
sarana yang menunjang lengkap. Hal itulah yang terjadi di Bagdad dengan Baitul
Hikmah yang mampu memajukan peradaban Islam.
D. Pengaruh Baitul Hikmah terhadap ilmu Pengetahuan
Setelah meluasnya peran lembaga tersebut, lembaga ini juga membawa
dampak positif secara makro bagi masyarakat luas diantaranya:
1. Ditemukannya jakur “benang merah” yang menjelaskan rentangan sejarah
perkembangan peradaban umat manusia sejak kurun waktu yang sangat tua, dan

14

diperoleh kembali kekayaan warisan peradaban kuno yang bernilai tinggi dari
Yunani,India, Persia dan lainnya.
2. Semakin tumbuh suburnya kondisi sosial yang favourable bagi perkembangan
ilmu pengetahuan
3. Terjadinya integrasi sosial yang kian intensif dan berkurangnya sikap
primordialisme. Diantara penyebab Daulah Abbasiyah pada periode pertama ini
berhasil mencapai masa keemasan ialah terjadinya asimilasi dalam Daulah
Abbasiyah ini, keterlibatan unsur-unsur non Arab, terutama bangsa Persia, dalam
pembinaan peradaban Baitul Hikmah.
Pada masa itu perpustakaan-perpustakaan tampaknya lebih menyerupai
sebuah universitas ketimbang sebuah taman bacaan. Orang-orang datang ke
perpustakaan itu untuk membaca, menulis, dan berdiskusi. Di samping itu,
perpustakaan ini juga berfungsi sebagai pusat penerjemahan. Tercatat kegiatan
yang paling menonjol adalah terhadap buku-buku kedokteran, filsafat,
matematika, kimia, astronomi dan ilmu alam.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baitul Hikmah bahasa Arab Bait al-Hikmah adalah perpustakaan dan pusat
penerjemahan pada masa dinasti Abbasiah yang terletak di Bagdad. Pada mulanya
Harun ar Rasyid (736-809 M) mendirikan Khizanat Al Hikmah yang berfungsi
sebagai perpustakaan, tempat penerjemahan dan penelitian. Kemudian pada tahun
815 M Al Ma’mun (813-833 M) mengubahnya menjadi Baitul Hikmah yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang berasal dari persia,
Bizantium, Eithopia dan India.
Pada masa Al Ma’mun Baitul Hikmah mengalami kemajuan yang luar
biasa. Karena pada saat itu Baitul Hikmah menjadi pusat kajian yang
memunculkan banyak ilmuan, baik ilmuan agama atau ilmu umum. Maka di
sinilah Baitul Hikmah mempunyai peranan yang cukup besar dalam memajukan
peradaban Islam, bahkan pada masa itu Islam mengalami masa keemasanya ”The
golden age of Islam”.
B. Penutup
Demikian uraian makalah ini, kami sadar masih banyak kekurangan
ataupun kesalahan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

16

REFERENSI
Issawi, Charles, Filsafat Islam Tentang Sejarah, (Jakarta: Tintamas, 1976).
Karim, M Abdul, Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher, 2007).
Mubarok, Jaiha, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,
2005).
Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997).
Wahid, N Abbas dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam, (Solo: PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009).
http://ms.wikipedia.org/wiki/Baitul_Hikmah.

17

18