Apa itu return on asset

Dalam akuntansi dan bisnis, kita mengenal banyak rasio yang dapat digunakan untuk mengukur performa sebuah perusahaan, salah satunya return on assets (ROA). Apa itu return on assets (ROA)? Bagaimana cara menghitungnya? Apa itu fungsi ROA? Apa ROA itu bisa dijadikan variabel penelitian seperti skripsi dan tesis?

Return on assets (ROA) adalah sebuah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba (profit) dari total aktiva (asset) yang dimiliki (Hargrave, 2021). Dengan ROA, manajer, analis, dan investor dapat menilai seberapa efisien sebuah perusahaan menggunakan aktiva/asetnya untuk memperoleh laba (Birken, 2021).

Rumus Return on Assets (ROA)

Rumus return on assets (ROA) adalah:

ROA = Laba Bersih setelah Pajak / Total Aktiva

atau

ROA = (Laba Bersih setelah Pajak / Total Aktiva) x 100%

Semakin tinggi ROA perusahaan, semakin produktif dan efisien perusahaan tersebut dalam menggunakan aktiva/asetnya dalam memperoleh laba (CFI, n.d.).

Berapa Return on Assets (ROA) yang Baik?

Pada umumnya, return on assets (ROA) yang baik adalah 5% atau lebih, dan di atas 20% sudah sangat baik (Zinn, 2021; Birken, 2021). Namun, seorang peneliti juga harus memperhatikan perusahaan kompetitor, industri, dan jangka waktu dalam menentukan tingkat ROA yang baik dan membandingkan performa perusahaan menggunakan ROA.

Fungsi Return on Assets (ROA)

Return on assets (ROA) adalah rasio yang penting dalam mengukur kinerja perusahaan. Terdapat dua fungsi ROA dalam penelitian: untuk melihat kinerja sebuah perusahaan dari waktu ke waktu dan membandingkan kinerja sebuah perusahaan dengan kompetitornya (CFI, n.d.).

1. Melihat kinerja sebuah perusahaan dari waktu ke waktu

Seorang peneliti dapat melihat perkembangan ROA sebuah perusahaan seiring berjalannya waktu. Apabila ROA perusahaan tersebut naik, dapat disimpulkan bahwa seiring berjalannya waktu, perusahaan tersebut dapat menghasilkan lebih banyak laba dari aktiva yang dimilikinya. Sebaliknya, apabila ROA perusahaan tersebut turun, dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut tidak menggunakan aktivanya dengan baik dalam memperoleh laba, terjebak dalam investasi yang tidak baik, dan bisa saja semakin bermasalah kedepannya (Birken, 2021).

2. Membandingkan ROA perusahaan dengan kompetitornya

Seorang peneliti juga dapat membandingkan ROA sebuah perusahaan dengan kompetitornya di industri yang sama. Industri yang membutuhkan banyak aktiva tetap untuk menjalankan operasinya (contoh: otomotif, pertambangan) cenderung memiliki ROA yang lebih rendah, namun dapat tinggi juga apabila labanya cukup tinggi (CFI, n.d.).

Anda harus berhati-hati dalam menggunakan ROA untuk membandingkan sebuah perusahaan dengan kompetitornya karena ukuran perusahaan dapat menjadi faktor pembeda yang sangat penting. Anda juga tidak dapat membandingkan perusahaan dari industri yang berbeda dengan ROA. Dengan demikian, penggunaan ROA yang terbaik adalah untuk membandingkan performa perusahaan dari waktu ke waktu (Birken, 2021).

Perbedaan Return on Assets (ROA) dengan Return on Equity (ROE)

Return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) sama-sama mengukur efisiensi sebuah perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya. Namun, terdapat pula beberapa perbedaan karena dua rasio ini memiliki pembagi yang berbeda (aktiva dan modal) (Hargrave, 2021; Birken, 2021)

Return on Assets (ROA) Return on Equity (ROE)
Pembagi Aktiva Ekuitas pemegang saham
Interpretasi Mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk memperoleh laba Mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan modal yang ditanamkan investornya untuk memperoleh laba
Menghitung hutang Ya, karena Aktiva = Hutang + Modal

Ketika hutang bertambah, ROA akan lebih rendah dari ROE

Tidak, karena hanya menghitung bagian modal saja

Ketika hutang bertambah, ROE akan lebih tinggi dari ROA

Keunggulan Return on Assets (ROA)

Menurut Munawir (2004) dan Hagel et al. (2013), terdapat 5 keunggulan return on assets (ROA):

  1. Dapat dibandingkan dengan rasio industri, sehingga posisi perusahaan dalam industri dapat terlihat jelas
  2. Dapat mengukur efisiensi penggunaan modal secara menyeluruh
  3. Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi pada level divisi dan produk
  4. Dapat digunakan sebagai basis kontrol dan perencanaan
  5. Tidak mudah dipengaruhi oleh “permainan” keuangan perusahaan jangka pendek, karena banyak dari aktiva perusahaan yang merupakan aktiva tetap (contoh: gedung, tanah, peralatan)

Kelemahan Return on Assets (ROA)

Walaupun return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang paling banyak dipakai, bukan berarti rasio ini tidak memiliki kekurangan. Menurut Munawir (2004), Birken (2021), dan Hargrave (2021), terdapat 3 kekurangan return on assets (ROA):

  1. Tidak bisa digunakan untuk membandingkan perusahaan dari industri yang berbeda
  2. Sangat tergantung dengan metode depresiasi yang digunakan perusahaan
  3. Sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga aktiva

Ide Penelitian Mengenai Return on Assets (ROA)

Return on assets (ROA) merupakan rasio yang banyak digunakan oleh peneliti dan investor untuk menganalisa sebuah perusahaan karena kemudahannya dan datanya yang tersedia secara publik.

Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa:

  • Terdapat hubungan positif yang signifikan antara konsentrasi kepemilikan, independensi dewan, dualitas CEO, dan masa jabatan CEO terhadap return on assets (ROA). Sebaliknya, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepemilikan institusional dan ukuran dewan terhadap return on assets (ROA). (Rostami et al., 2016)
  • Return on assets (ROA) tdak mempengaruhi harga saham perusahaan (Rusdiyanto et al., 2020)
  • Return on assets (ROA) memiliki efek negatif terhadap tax avoidance (Dharmayatri & Wiratmaja, 2021)

Dikarenakan adanya perbedaan dalam penemuan (yang bisa jadi berkaitan dengan ruang lingkup regional penelitian), salah satu penelitian yang dapat kamu lakukan adalah mereplika penelitian terdahulu menggunakan bukti terkini dari perusahaan publik Indonesia.

Return on assets (ROA) dapat menjadi variabel independen maupun dependen dalam penelitian kamu. Kamu dapat menghubungkan return on assets (ROA) dengan:

  • Ukuran dewan direksi/komisaris
  • Ukuran perusahaan (firm size)
  • Price-to-book value
  • Return on equity (ROE)
  • Inventory turnover
  • Asset turnover
  • Return on investment (ROI)
  • Capital expenditure
  • Kepemilikan perusahaan

Masih bingung ingin meneliti tentang apa? Berikut adalah beberapa ide penelitian mengenai return on assets (ROA):

  • Pengaruh sektor perusahaan terhadap return on assets (ROA)
  • Pengaruh firm size (ukuran perusahaan) terhadap return on assets (ROA) di perusahaan publik Indonesia sektor …
  • Pengaruh ukuran dewan direksi/komisaris terhadap return on assets (ROA)
  • Pengaruh kepemilikian perusahaan (keluarga/BUMN/asing/manajerial) terhadap return on assets (ROA)
  • Pengaruh inventory turnover terhadap return on assets (ROA)
  • Pengaruh asset turnover terhadap return on assets (ROA)
  • Hubungan antara return on equity (ROE) dan return on assets (ROA) dalam perusahaan publik Indonesia sektor …
  • Hubungan antara return on investment (ROI) dan return on assets (ROA) dalam perusahaan publik Indonesia sektor …
  • Pengaruh capital expenditure terhadap return on assets (ROA)
  • Pengaruh return on assets (ROA) terhadap price-to-book value

Variabel-variabel ini tersedia di ESGI Dataset, lho! Kunjungi Katalog Data ESGI Dataset untuk mengetahui lebih lengkap mengenai variabel apa saja yang tersedia untuk diunduh.

Masih bingung bagaimana cara membeli datanya? Temukan langkah-langkahnya dalam artikel ini.

Mari #RisetTanpaRibet dengan ESGI Dataset!

Apa yang dimaksud dengan Return on Asset?

Secara sederhana, ROA adalah singkatan dari Return on Assets yang berarti tingkat pengembalian aset. Teknik analisis ini merupakan sebuah cara untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit karena pada rasio tersebut mewakilkan atas seluruh aktivitas perusahaan.

Apa itu ROA dan contohnya?

Mudahnya, ROA ini merupakan sebuah rasio yang memperlihatkan perbandingan laba bersih yang dihasilkan dalam perusahaan dengan modal yang telah diinvestasikan pada sebuah aset. Sebagai contohnya, untuk dapat menjual nasi goreng di jalanan, kita membutuhkan sebuah gerobak nasi goreng.

Kenapa menggunakan return on asset?

Menurut Dewi, Kartika dan Prasetyono (2012), ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba.

Bagaimana jika ROA rendah?

Semakin kecil (rendah) rasio dari ROA, maka semakin kurang baik demikian pula sebaliknya. Sedangkan menurut Rivai, ROA adalah kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba.