Apa itu erupsi gunung merapi

Sebagai negara yang memiliki banyak gunung berapi, maka Indonesia memang harus bersiap-siap ketika gunung itu erupsi. Contohnya, seperti erupsi Gunung Agung di Bali yang sedang terjadi. Sebenarnya, apa itu erupsi gunung berapi?

Pelepasan Material Gunung Berapi

Erupsi adalah proses pelepasan material dari gunung berapi. Material tersebut bisa dalam bentuk lava, gas, abu, dan lain-lain. Material ini nantinya akan dilepaskan ke atmosfer atau ke permukaan bumi dalam jumlah tidak menentu.

Erupsi terjadi karena adanya pergerakan magma dari dalam perut bumi. Pergerakan magma disebabkan oleh kuatnya tekanan gas dari dalam perut bumi yang secara terus menerus hingga mendorong magma untuk keluar

Dua Macam Erupsi

Terdapat dua macam erupsi gunung berapi.

1. Erupsi secara eksplosif

Jenis erupsi ini ditandai dengan keluarnya magma dalam bentuk lelehan lava. Perbedaan dengan erupsi eksplosif adalah tekanan gas tidak begitu kuat, sehingga magma keluar dalam bentuk aliran lava hingga ke lereng gunung. Suara yang ditimbulkanpun tidak terlalu nyaring.

Gunungapi (G.) Merapi, merupakan gunungapi aktif, secara administratif terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah (meliputi Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Kabupaten Sleman). Secara geografis, G. Merapi terletak pada 7° 32,5′ Lintang Selatan 110° 26,5′ Bujur Timur dengan ketinggian puncak 2.980 meter (diatas permukaan laut, sebelum letusan 2010). Sekitar kurang lebih 40.000 jiwa bermukim di sekitar G. Merapi (sebelum letusan 2010), merupakan salah satu gunungapi aktif dan sering meletus, namun daerah kawasan rawan bencana letusan gunung api padat dengan pemukiman dan aktivitas penduduk.

G.Merapi merupakan salah satu dari 127 gunungapi aktif di Indonesia (13% gunungapi aktif di dunia tersebar di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau Indonesia memiliki gunungapi aktif terbanyak di dunia). Selang waktu antara dua letusan G. Merapi rata-rata relatif pendek, berkisar 2 – 4 tahun, paling lama 18 tahun. G. Merapi mempunyai tipe letusan yang unik, yaitu pembentukan kubah lava, bila terjadi guguran kubah lava diikuti awan panas guguran, disebut erupsi/letusan tipe Merapi. Letusan tipe Merapi telah diakui dunia sebagai salah satu tipe letusan gunungapi.

Besarnya energi letusan gunungapi dinyatakan dalam satuan Volcanic Eruption Index (VEI). Energi letusan G. Merapi rata-rata VEI 2, letusan terbesar yang pernah tercatat berkisar VEI 3-4 (setara letusan tahun 2010), pada abad ke 19 terjadi pada tahun 1822, 1832, 1849, dan 1872, sedangkan pada abad ke 20 terjadi pada tahun 1930-1931 dan 1961.

Salah satu bagian mitigasi bencana letusan gunungapi adalah peringatan dini. Dengan mengetahui secara dini tingkat aktivitas gunungapi dan ancaman bahayanya, maka dapat dilakukan antisipasi secara dini guna menekan dampak bencana hingga seoptimal mungkin. Peringatan dini aktivitas gunungapi mempunyai 4 tingkatan (Level): Normal (Level I), Waspada (Level II), Siaga (Level III), dan Awas (Level IV). Tingkatan dalam peringatan dini tersebut bukan untuk meramalkan kapan dan berapa besar letusan gunungapi akan terjadi, namun tingkat aktivitas gunungapi dan ancaman bahaya yang mungkin dapat terjadi. Peringatan dini berdasarkan pada pemantauan menerus secara instrumental dan visual.

Pemantauan instrumental adalah pemantauan gunungapi menggunakan peralatan/teknologi, antara lain pemantauan gempabumi gunungapi. Pemantauan temperatur/suhu uap dan atau gas gunungapi (utamanya gas dari magma CO2 dan SO2) yang keluar melalui rekahan di dalam atau di sekitar kawah aktif. Pemantauan deformasi adalah memantau perubahan tubuh gunungapi, mengembang, mengkerut, atau tetap (utamanya bagian tubuh gunungapi di sekitar puncak/kawah).

Pemantauan visual/pandangan mata dilakukan dengan mengamati perubahan bentuk pucak/kawah/kubah dan asap (warna dan ketebalannya) yang keluar dari kawah aktif.

Apa itu erupsi gunung merapi

Pemantauan kegempaan. Kegempaan G. Merapi dipantau secara menerus dengan menggunakan 4 seismometer perioda pendek, ke-4 station tersebut yang tersebar di sekitar puncak. Data dari 4 station tersebut dipancarkan menggunakan gelombang radio ke Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaaan Geologi (BPPTKG) di Jln. Cendana No. 15, Yogyakarta. Disamping 4 station tersebut diatas, kegempaan G. Merapi dipantau dengan 6 station broadband (Gambar 2).  Penentuan sebaran sumber gempabumi vulkanik dan perhitungan energi gempabumi vulkanik G. Merapi menggunakan data kegempaan dari 4 station perioda pendek.

Apa itu erupsi gunung merapi
 
Apa itu erupsi gunung merapi

Tampak pada Gambar 3 bahwa energi kumulatif jelang letusan yang dilepaskan dalam gempabumi vulkanik G. Merapi, pada tahun 1997, 2001, dan 2006 dibawah level 300.000 x 1012 Erg. Sedangkan, energi kumulatif gempabumi vulkanik jelang letusan G. Merapi 2010, mencapai 3 kali energi kumulatif letusan G. Merapi tahun-tahun sebelumnya.

Pada Gambar 4 di bawah ini disajikan sebaran pusat/sumber gempabumi vulkanik (gunungapi), yang merupakan pergerakan fluida magma dari bawah menuju ke permukaan kawah G. Merapi.

Apa itu erupsi gunung merapi
 
Apa itu erupsi gunung merapi

Pemantauan deformasi. Pada Gambar 5 disajikan hasil pemantauan deformasi (kembang kempisnya tubuh G. Merapi) dari hasil pengukuran EDM (Electric Distance Maesurement) dari Pos Pengamatan G. Merapi (PGM) Kaliurang ke titik tetap reflektor terpasang di puncak G. Merapi. Pengembangan tubuh G. Merapi/deformasi mulai Tanggal 17 September 2010, kemudian 11 Oktober 2010, laju deformasi semakin cepat. Dalam selang waktu awal September hingga akhir Oktober 2010, sekitar 52 hari, laju rata-rata deformasi sekitar 52 cm/hari, puncak G. Merapi mengembang hingga sekitar 3 meter ke arah Selatan.

Pemantauan temperature dan kimia gas dalam fumarola. Pengukuran temperatur/suhu fumarola berupa uap bercampur gas vulkanik yang keluar dari celah/retakan di puncak/kawah G. Merapi, menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Hasil pengukuran temperatur fumarola di Kawah Woro awal bulan Mei (427° C) hingga akhir bulan September 2010 (577° C) terjadi peningkatan temperature September 2010 (577° C) terjadi peningkatan temperatur sekitar 150° C dalam 4 bulan. Pemantauan menunjukkan peningkatan kandungan gas berasal dari magma seperti antara lain C02 dan H2S, diikuti penurunan kandungan air H2O dalam fumarole.

Peringatan dini hingga letusan G. Merapi

Pada September 2010, terjadi peningkatan deformasi temperatur fumarole, maka pada tanggal 20 September 2010 menaikkan Status G. Merapi dari Normal (Level I) ke Waspada (Level II). Setelah 20 September 2010, terjadi peningkatan semua parameter hasil pemantauan. Termasuk energi gempabumi vulkano-tektonik yang berhubungan dengan “shear fractruring” dan gempa hybrid disebabkan oleh migrasi magma. Maka pada tanggal 20 Oktober 2010, Status G. Merapi dinaikkan dari Waspada (Level II) ke Siaga (Level III). Pada tanggal 24 Oktober 2010, pukul 18:00 WIB, pemantauan kegempaan dan deformasi menunjukkan peningkatan sangat tajam. Pada tanggal 25 Oktober 2010, pukul 06:00 WIB, Status G. Merapi dinaikkan dari Siaga (level III) ke Awas (Level IV).

Rangkaian letusan dan perubahan radius bahaya erupsi G. Merapi. Status Awas G. Merapi ditetapkan pada tanggal 25 Oktober 2010, pukul 06:00 WIB, tanggal 26 Oktober 2010, pukul 17:02 WIB (setelah selang waktu sekitar 35 jam), G. Merapi meletus, ketinggian material letusan mencapai sekitar 12 km dari puncak dan luncuran awan panas melalui Sungai Gendol dan Sungai Kuning sejauh sekitar 8 km dari puncak (belum pernah terjadi pada letusan-letusan sebelumnya). Tercatat 34 korban jiwa akibat terkena dampak awan panas. Tanggal 26 hingga 29 Oktober 2010, terjadi serangkaian letusan kecil, letusan 26 dan 31 Oktober 2010 melontarkan kubah lava G. Merapi yang terbentuk tahun 2006. Tanggal 29 Oktober hingga tanggal 3 November 2010, terjadi peningkatan aktivitas, terekam sekitar 150 gempa vulkanik frekuensi rendah.

Tanggal 1 hingga 3 November 2010, terjadi peningkatan pertumbuhan kubah lava dengan rata-rata 25 m3/detik dan pelepasan gas SO2 rata-rata 500 ton/hari, tanggal 3 November 2010, pukul 16:05 WIB radius bahaya erupsi G. Merapi diubah, dari 10 km menjadi 15 km dari puncak. Pada tanggal 3 November 2010, pukul 17:30 WIB terjadi letusan diikuti luncuran awan panas, dengan jarak luncur 12 km ke arah Selatan puncak G. Merapi, tidak ada korban jiwa. Tanggal 4 November 2010, terjadi peningkatan energi getaran tremor vulkanik, terasa hingga sejauh 20 km dengan 2-3 MMI. Emisi gas SO2 meningkat menjadi rata-rata sekitar 100 ton/hari, volume kubah lava sekitar 3,5 juta m3.

Tanggal 4 November 2010, pukul 23:00 WIB, radius bahaya diubah, dari 15 km menjadi 20 km dari puncak, tanggal 6 November 2010 sekitar pukul 00:00 WIB lebih, G. Merapi meletus besar, ketinggian material letusan mencapai 17 km dan jarak luncur awan panas mencapai 16 km arah Selatan (belum pernah terjadi letusan sebelumnya). Kubah lava dengan volume sekitar 3,5 juta m3 terlempar habis pada saat terjadi letusan. Setelah letusan 6 November 2010 dini hari, aktivitas vulkanik G. Merapi semakin menurun, maka tanggal 3 Desember 2010, Status G. Merapi diturunkan dari Awas (Level IV) ke Siaga (Level III). Sebagian masyarakat dapat kembali ke rumah masing-masing, sebagian karena pemukimannya hancur terlanda awan panas dan sebagian menunggu di tenda-tenda hingga aktivitas G. Merapi mencapai keseimbangan baru.

Penutup

G. Merapi telah mengajarkan secara cerdas kepada kita, (letusan 2010 lebih besar dari letusan sebelumnya) bahwa besarnya energi letusan bergantung pada proses saat ini, tidak harus sama dengan masa lalu. Tercatat volume material letusan G. Merapi sekitar 150 juta m3. Kejadian ini untuk memberi berkah berupa kesuburan, material yang melimpah, keindahan, dan lainnya lebih besar dari 3 letusan sebelumnya. Berkat pendidikan dan pelatihan maka kesiapsiagaan pemerintah daerah, masyarakat, relawan bencana dan lainnya, korban jiwa dan harta benda akibat letusan dapat ditekan hingga seoptimal mungkin.

G.Merapi mengajarkan kepada kita, IPTEK, riset, dan lainnya, merupakan bagian penting dalam mitigasi bencana erupsi gunungapi, namun yang terpenting adalah bagaimana menyelamatkan manusia dan harta benda miliknya dari ancaman bahaya erupsi gunungapi. IPTEK menjadi tidak bermanfaat bila masyarakat tidak mengetahui ancaman bahaya dan tata cara mengantisipasi ancaman bahaya.

Pada saat terjadi ancaman bahaya letusan gunungapi, masyarakat berani menyerahkan ruang yang dipinjam untuk keleluasaan gunungapi mencari keseimbangan baru/meletus, dalam kurun waktu tertentu. Bila letusan telah berakhir, masyarakat, kembali dapat meminjam ruang kepada gunungapi dalam selang waktu tertentu.

Tulisan ini disarikan dari:

Surono, Mitigation Policy of Geological Agency In Deal With Volcanic Eruption in Indonesia, IAVCEI Scientific Assembly Forecasting Volcanic Activity Kagoshima, 20 – 24 July 2013.

Surono, Hazard Mitigation Strategy for Densely Populated Volcanoes in Indonesia, Presented on: Cities on Volcanoes 7th, Colima, Mexico, 19-23 November 2013.

Dr. Surono, geofisikawan, mengenyam pendidikan Sarjana di program studi Fisika, ITB (1977-1982), D.E.A Mechanique Milieux Geophysique et Encironment, Grenoble University, Grenoble, Perancis (1987-1989), dan Doctor in Geophysics, Savoie University, Chambery, Perancis (1989-1992).

Saat ini menjabat sebagai Staf Ahli bidang Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Pernah menjabat sebagai Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM.

Anggota International Research for Development (France, 2012-2015), Permanent Representative of Indonesia to CCOP (2014-2015).

Jelaskan apa yang dimaksud dengan erupsi gunung berapi?

Letusan Gunung Berapi adalah proses keluarnya magma dari ruang magma dalam perut gunung berapi, akibat aktifitas magma dan pergerakan lempeng tektonik. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.

Apa yang menyebabkan erupsi Gunung Merapi?

Erupsi dimulai ketika pada batas lempeng bumi terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material disekitarnya, yaitu cairan pijar ( atau magma ). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah melalui rekahan-rekahan, lalu keluar mendekati permukaan bumi.

Apa beda erupsi sama meletus?

Erupsi dan meletus hanya berbeda dalam istilah penyebutan saja. Keduanya memiliki arti bahwa aktivitas gunung berapi dalam mengeluarkan material di perut bumi. Material tersebut adalah lava, abu, dan gas, serta material lainnya. Adanya pergerakan magma karena kuatnya tekanan gas dari dalam bumi secara terus menerus.

Apa dampak dari erupsi Gunung Merapi?

Dampak buruk erupsi Merapi meliputi rusaknya daerah aliran sungai (DAS), rusaknya infrastruktur air, perubahan karakteristik air tanah (soil water) dan air bumi (groundwater), deteriorasi kualitas air, dan tertutupnya mata air oleh material erupsi dan lahar dingin.