Struktur fisik yang menonjol dalam penggalan puisi nomor 1 di atas adalah

Struktur fisik yang menonjol dalam penggalan puisi nomor 1 di atas adalah

Struktur fisik yang menonjol dalam penggalan puisi nomor 1 di atas adalah
Lihat Foto

Gramedia

Sampul buku kumpulan puisi Chairil Anwar yang berjudul Aku Ini Binatang Jalang.

KOMPAS.com - Puisi adalah ungkapan emosi dan perasaan. Dilansir dari Rachmad Djoko Pradopo dalam buku Pengkajian Puisi (1990), struktur merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan.

Puisi terdiri atas struktur fisik dan batin. Strukur fisik puisi di antaranya ialah tipografi, pencitraan, kata konkrit, majas, konotasi, dan versifikasi.

Berikut analisis struktur fisik puisi Aku karya Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlariBerlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Baca juga: Lapis Makna dalam Puisi

Tipografi: puisi Aku terdiri atas tujuh bait. Bait pada puisi ini singkat dan padat. Pada bait kedua, keenam, dan ketujuh hanya berisi satu baris dengan satu kalimat. Ada baris yang hanya berisi satu kata. Sementara baris paling panjang berisi enam kata.

Diksi: Chairil Anwar menggunakan pilihan kata yang lugas, tegas, dan padat. Pilihan diksi yang menunjukkan ketegasan menyiratkan sesuatu yang penuh emosi sekaligus ketegaran.

Pencitraan: salah satu citraan yang merangsang panca indera dalam puisi Aku ada pada kata “peluru menembus kulitku”. Kalimat tersebut menrepresentasikan imaji mengenai rasa sakit, perih, atau luka.

Pada keseluruhan puisi, meski rasa sakit terus dirasakan, sosok “aku” dalam puisi ini tetap tegar dan bertahan.

Kata konkrit: kata yang berhubungan dengan imaji atau pencitraan antara lain “Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Kalimat itu terdapat pada bait terakhir. Citra ketegaran dalam puisi terwakili seluruhnya melalui kalimat tersebut.

Majas: puisi ini mengandung majas personifikasi. Personifikasi adalah penggambaran benda mati yang dikiaskan seolah hidup. Contohnya kata “peluru menembus”.

Sementara penggunaan majas hiperbola atau kiasan yang melebih-lebihkan ada pada kata “sedu sedan” dan “meradang menerjang”. Chairil juga menggunakan majas metafora pada kata “Aku ini binatang jalang”.

Versifikasi: rima puisi Aku didominasi dengan akhiran yang berbunyi (i) dan (u). Iramanya terkesan lugas dan cepat karena menggunakan kata dan kalimat pendek.

Struktur fisik yang menonjol dalam penggalan puisi nomor 1 di atas adalah

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang yang dibangun dengan menggunakan irama dan sajak yang menimbulkan efek tertentu. 

Puisi seringkali juga mengandung kata kiasan yang disampaikan secara implisit. 

Secara etimologis puisi berasal dari bahasa Yunani poites artinya membentuk, membuat, dan membangun. 

Dalam bahasa Latin poeta artinya menimbulkan, membangun, menyebabkan, dan menyair.

Puisi dibangun berasal dari dua unsur yaitu unsur fisik dan unsur batin puisi. 

Unsur fisik adalah unsur yang membangun puisi dari luar. Unsur ini terdiri dari diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan tata wajah (Waluyo, 1987:106 -130)

1. Diksi (pilihan kata)

 
Kata yang dipilih dalam puisi harus mempertimbangkan makna, bunyi, dan hubungan dengan kata lainya baik bait dan barisnya. 

Kata dalam puisi ada yang bersifat konotatif dan denotatif. Pemilihan kata dalam puisi biasanya menekankan keindahan. 

Kata yang bersifat konotatif dan berlambang dapat menimbulkan multi tafsir karena dapat memiliki lebih dari satu makna. Bahasa puisi cenderung padat, jadi pilihan kata sangat diperlukan.

2. Pengimajinasian

 
Pengimajinasian (imagery) merupakan kata atau rangkaian kata yang menimbulkan daya imajinasi kepada pendengar. 

Pengimajinasian atau imaji melibatkan unsur indrawi seperti penglihatan, suara, dan peraba. Unsur imaji dapat menimbulkan imajinasi seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat apa yang risaukan oleh penyair. 

Pengimajinasian dibagi menjadi tiga yaitu animasi audif (mendengar suara) yakni dengan kata - kata yang seolah - olah penikmat puisi mendesar, misal dalam "rintihan ibu pertiwi".

Imajinasi visual (melihat benda - benda) yakni seolah - olah penikmat puisi melihat kejadian "gemercik air hujan".

Imajinasi taktil (meraba dan menyentuh) yakni seolah - olah menyentuh / meraba misal "hembusan angin".

3. Kata konkret

 
Kata konkret merupakan perwujudan dari kata - kata yang jelas, mudah dipahami, dan konkret. 

Melalui kata yang konkret puisi dapat dibayangkan dengan mudah oleh pendengar atau pembaca.

Seolah-olah pendengar puisi melihat, mendengar, dan merasakan apa yang digambarkan peristiwa dan keadaan yang digambarkan oleh penyair.

4. Majas (Bahasa Figuratif)

 
Puisi sangat lekat dengan majas. Banyak perumpamaan yang ditampilkan melalui kata atau ungkapanya. 

Majas juga menimbulkan banyak makna sehingga puisi menjadi prismatif. 

Majas dalam puisi juga digunakan untuk membandingkan benda atau kata dan mengiaskan sesuatu dengan hal lain. 

Selain itu, majas juga mampu menyampaikan maksud penyair lebih efekif. Majas yang umumnya digunakan yaitu metafora, simile, anafora, dan paradoks. 5. Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum)

Rima merupakan pengulangan bunyi yang digunakan untuk memunculkan pengulangan bunyi pada keseluruhan baris dan bait.

Rima pada puisi lama disebut sajak (persamaan bunyi) yakni dengan pengulangan pada setiap baris. 

Ritma merupakan pengulangan pada frasa puisi yang juga disebut irama. Ritma diartikan pula sebagai naik turunya suara secara teratur. Metrum merupakan pengulangan tekanan kata.

6. Tata wajah (Tipografi)

 
Puisi tersusun membentuk bait, bukan paragraf. Puisi disusun secara berlarik-larik untuk menciptakan makna. 

Penerapan tipografi akan memperkuat penyajian puisi. Puisi tidak harus memenuhi aturan kepenulisan. 

Melalui tipografi ini, maka dapat dibedakan antara puisi dengan karya sastra lain seperti prosa dan scrip drama. 

Oleh sebab itu penggunaan huruf kapital dan tanda baca (titik, koma, titik titik titik, dan lain sebagainya) mempengaruhi makna puisi.

Selain unsur fisik, masih ada unsur batin seperti tema, perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), amanat (intention). 

Jenis tema puisi sudah kita bahas pada artikel sebelumnya yakni mengenal jenis tema puisi. Pembahasan unsur batin puisi akan dibahas pada artikel selanjutnya.

Sumber: Waluyo, H. J. (1987). Teori dan apresiasi puisi. Jakarta: Erlangga.

Lihat Foto

Gramedia

Sampul buku kumpulan puisi Chairil Anwar yang berjudul Aku Ini Binatang Jalang.

KOMPAS.com - Puisi adalah ungkapan emosi dan perasaan. Dilansir dari Rachmad Djoko Pradopo dalam buku Pengkajian Puisi [1990], struktur merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan.

Puisi terdiri atas struktur fisik dan batin. Strukur fisik puisi di antaranya ialah tipografi, pencitraan, kata konkrit, majas, konotasi, dan versifikasi.

Berikut analisis struktur fisik puisi Aku karya Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlariBerlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Baca juga: Lapis Makna dalam Puisi

Tipografi: puisi Aku terdiri atas tujuh bait. Bait pada puisi ini singkat dan padat. Pada bait kedua, keenam, dan ketujuh hanya berisi satu baris dengan satu kalimat. Ada baris yang hanya berisi satu kata. Sementara baris paling panjang berisi enam kata.

Diksi: Chairil Anwar menggunakan pilihan kata yang lugas, tegas, dan padat. Pilihan diksi yang menunjukkan ketegasan menyiratkan sesuatu yang penuh emosi sekaligus ketegaran.

Pencitraan: salah satu citraan yang merangsang panca indera dalam puisi Aku ada pada kata “peluru menembus kulitku”. Kalimat tersebut menrepresentasikan imaji mengenai rasa sakit, perih, atau luka.

Pada keseluruhan puisi, meski rasa sakit terus dirasakan, sosok “aku” dalam puisi ini tetap tegar dan bertahan.

Kata konkrit: kata yang berhubungan dengan imaji atau pencitraan antara lain “Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Kalimat itu terdapat pada bait terakhir. Citra ketegaran dalam puisi terwakili seluruhnya melalui kalimat tersebut.

Majas: puisi ini mengandung majas personifikasi. Personifikasi adalah penggambaran benda mati yang dikiaskan seolah hidup. Contohnya kata “peluru menembus”.

Sementara penggunaan majas hiperbola atau kiasan yang melebih-lebihkan ada pada kata “sedu sedan” dan “meradang menerjang”. Chairil juga menggunakan majas metafora pada kata “Aku ini binatang jalang”.

Versifikasi: rima puisi Aku didominasi dengan akhiran yang berbunyi [i] dan [u]. Iramanya terkesan lugas dan cepat karena menggunakan kata dan kalimat pendek.

Beranda / Puisi / Sastra

Diposting oleh Agung Sejuta April 08, 2018

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang yang dibangun dengan menggunakan irama dan sajak yang menimbulkan efek tertentu. 

Puisi seringkali juga mengandung kata kiasan yang disampaikan secara implisit. 

Secara etimologis puisi berasal dari bahasa Yunani poites artinya membentuk, membuat, dan membangun. 

Dalam bahasa Latin poeta artinya menimbulkan, membangun, menyebabkan, dan menyair.

Puisi dibangun berasal dari dua unsur yaitu unsur fisik dan unsur batin puisi. 

Unsur fisik adalah unsur yang membangun puisi dari luar. Unsur ini terdiri dari diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan tata wajah [Waluyo, 1987:106 -130]

1. Diksi [pilihan kata]

 
Kata yang dipilih dalam puisi harus mempertimbangkan makna, bunyi, dan hubungan dengan kata lainya baik bait dan barisnya. 

Kata dalam puisi ada yang bersifat konotatif dan denotatif. Pemilihan kata dalam puisi biasanya menekankan keindahan. 

Kata yang bersifat konotatif dan berlambang dapat menimbulkan multi tafsir karena dapat memiliki lebih dari satu makna. Bahasa puisi cenderung padat, jadi pilihan kata sangat diperlukan.

2. Pengimajinasian

 
Pengimajinasian [imagery] merupakan kata atau rangkaian kata yang menimbulkan daya imajinasi kepada pendengar. 

Pengimajinasian atau imaji melibatkan unsur indrawi seperti penglihatan, suara, dan peraba. Unsur imaji dapat menimbulkan imajinasi seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat apa yang risaukan oleh penyair. 

Pengimajinasian dibagi menjadi tiga yaitu animasi audif [mendengar suara] yakni dengan kata - kata yang seolah - olah penikmat puisi mendesar, misal dalam "rintihan ibu pertiwi".

Imajinasi visual [melihat benda - benda] yakni seolah - olah penikmat puisi melihat kejadian "gemercik air hujan".

Imajinasi taktil [meraba dan menyentuh] yakni seolah - olah menyentuh / meraba misal "hembusan angin".

3. Kata konkret

 
Kata konkret merupakan perwujudan dari kata - kata yang jelas, mudah dipahami, dan konkret. 

Melalui kata yang konkret puisi dapat dibayangkan dengan mudah oleh pendengar atau pembaca.

Seolah-olah pendengar puisi melihat, mendengar, dan merasakan apa yang digambarkan peristiwa dan keadaan yang digambarkan oleh penyair.

4. Majas [Bahasa Figuratif]

 
Puisi sangat lekat dengan majas. Banyak perumpamaan yang ditampilkan melalui kata atau ungkapanya. 

Majas juga menimbulkan banyak makna sehingga puisi menjadi prismatif. 

Majas dalam puisi juga digunakan untuk membandingkan benda atau kata dan mengiaskan sesuatu dengan hal lain. 

Selain itu, majas juga mampu menyampaikan maksud penyair lebih efekif. Majas yang umumnya digunakan yaitu metafora, simile, anafora, dan paradoks. 5. Versifikasi [Rima, Ritma, dan Metrum]

Rima merupakan pengulangan bunyi yang digunakan untuk memunculkan pengulangan bunyi pada keseluruhan baris dan bait.

Rima pada puisi lama disebut sajak [persamaan bunyi] yakni dengan pengulangan pada setiap baris. 

Ritma merupakan pengulangan pada frasa puisi yang juga disebut irama. Ritma diartikan pula sebagai naik turunya suara secara teratur. Metrum merupakan pengulangan tekanan kata.

6. Tata wajah [Tipografi]

 
Puisi tersusun membentuk bait, bukan paragraf. Puisi disusun secara berlarik-larik untuk menciptakan makna. 

Penerapan tipografi akan memperkuat penyajian puisi. Puisi tidak harus memenuhi aturan kepenulisan. 

Melalui tipografi ini, maka dapat dibedakan antara puisi dengan karya sastra lain seperti prosa dan scrip drama. 

Oleh sebab itu penggunaan huruf kapital dan tanda baca [titik, koma, titik titik titik, dan lain sebagainya] mempengaruhi makna puisi.

Selain unsur fisik, masih ada unsur batin seperti tema, perasaan penyair [feeling], nada atau sikap penyair terhadap pembaca [tone], amanat [intention]. 

Jenis tema puisi sudah kita bahas pada artikel sebelumnya yakni mengenal jenis tema puisi. Pembahasan unsur batin puisi akan dibahas pada artikel selanjutnya.

Sumber: Waluyo, H. J. [1987]. Teori dan apresiasi puisi. Jakarta: Erlangga.

Sebutkan struktur puisi!

PEMBAHASAN

PEMBUKAAN

Dalam hal ini kita disuruh untuk menyebutkan apa saja struktur nahh dalam kali ini nantinya akan dibahas dari pengertian puisi, struktur, dan contoh puisi meskipun tidak disuruh dalam pertanyaan.

ISI

A. Pengertian Puisi

Puisi menurut KBBI adalah kumpulan ragam sastra yang bahasanya itu biasanya tersusun dalam suatu irama, matra, rima, serta penyusunannya baik itu larik maupun bait dan bahasanya itu dipandang indah oleh pembacanya dan penuh dengan suatu makna atau arti.

B. Stuktur Puisi

Puisi itu memiliki suatu struktur yang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu struktur fisik puisi dan struktur puisi batin, apa itu struktur fisik puisi dan sturuktur puisi batin ? mari simak penjelasannya.

- Struktur Fisik Puisi

1. Tipografi: Tipografi adalah bentuk suatu puisi yang dipenuhi oleh kata – kata, tipografi itu terletak di bagian tepi kiri kanan, dan tidak mempunyai suatu aturan baris hingga suatu baris puisi yang tidak selalu diawali dengan huruf besar [kapital] dan diakhiri dengan suatu tanda yaitu tanda titik. Namun hal yang seperti ini dapat menentukan suatu makna atau arti dari suatu puisi.

2. Diksi: Diksi adalah penggunan suatu kata yang digunakan oleh sang penyair didalam suatu puisinya. Karena puisi itu bersifat memiliki bahasa yang padat maka pada pemilihan kata yang sesuai dan mengandung makna atau arti itu harus dilakukan. Pemiilihan kata ini dilakukan dengan mempertimbangkan baik itu iramanya, nadanya,serta estetikanya [keindahan bahasanya].

3. Imaji: Imaji atau lebih sering disebut dengan imajinasi merupakan suatu unsur yang melibatkan penggunaan indra manusia, baik itu imaji penglihatan, imaji suara dan lain sebagainya. Penggunaan imaji ini bertujuan supaya pembaca ataupun pendengar ini dapat berimajinasi ,membayangkan atau bahkan merasakan sesuatu apa yang dirasakan oleh sang penyair.

4. Kata Konkret: kata konkret adalah kata - kata yang mendorong terjadinya suatu imaji pada pembaca atau pendengar. Kata konkret itu seperti permata senja dapat bermakna pantai atau suatu tempat yang sesuai untuk melihat muculnya senja. Kata konkret ini bersifat imajinatif sehingga memunculkan imaji pada pembaca atau pendengar.

5. Gaya Bahasa: Gaya bahasa merupakan suatu penggunaan bahasa yang bersifat seakan - akan menghidupkan dan menimbulkan makna atau arti konotasi dengan memakai bahasa figuratif. Umumnya gaya bahasa yang dipakai pada puisi berbentuk suatu majas baik itu majas metafora, simile, anafora, paradoks dan lain sebagainya.

6. Irama atau bisa disebut Rima: Irama atau bisa juga disebut rima adalah suatu persamaan bunyi. Irama atau Rima ini biasanya terletak di bagian awal atau utama, tengah maupun akhir puisi.

- Struktur Puisi Batin

1. Tema: Tema adalah unsur utama atau awal pada puisi karena temanya sangat berkaitan dengan makna atau arti yang dihasilkan dalam suatu puisi. Tanpa adanya suatu tema yang jelas tentunya akan menghasilkan puisi yang makna atau artinya tidak jelas

2. Nada: Nada berhubungan dengan suatu sikap sang penyair terhadap pembaca atau pendengarnya. Biasanya nada yang dipakai bervariasi baik itu nada sombong, nada tinggi, nada rendah dan lain sebagainya.

3. Amanat: Amanat merupakan suatu pesan atau nasihat yang terkandung pada suatu puisi. Amanat ini dapat dijumpai dengan memaknai atau mengartikan puisi tersebut secara langsung.

C. Contoh Puisi

kau yang telah ada di hatiku.

yang selalu bisa membuatku merasaka.

indahnya cinta yang telah tercipta.

kini telah kurasakan betapa ku mencintai mu.

selalu menyayangi mu dan mengasihimu.

mendambakan datangnya dirimu.

indahnya cinta yang kau beri.

membuatku tak merasa sepi.

kau yang selalu hadir dalam hariku tuk..

mencintaiku.

nikmatnya cinta bagai surga seperti itulah

yang kurasa...

aku yakin bisa bahwa cinta kita kan kekal

selamanya.....

KESIMPULAN

Puisi itu memiliki suatu struktur yang sudah dijelaskan diatas secara lebih lengkap.

Contoh soal serupa yang mungkin bisa dipelajari:

brainly.co.id/tugas/3800397 - Terkait tentang contoh puisi

brainly.co.id/tugas/2539418 - Pengertian puisi

brainly.co.id/tugas/8966080 - Arti puisi lama

Mapel: B. Indonesia

Kelas: VIII

Materi: 8.1.4 [Bab 4 – Indahnya Berpuisi]

Kata Kunci: pengertian puisi, struktur , dls

#backtoschoolcampaign

Video yang berhubungan