Sandikala jam berapa sampai jam berapa?

bagi pasangan yang baru memiliki balita, terutama usia rentan bagi orang bali (0-3 bulan), masalah klasik yang sering dihadapi oleh para orang tua yang selalu bikin kelimpungan, galau dan resah adalah tangisan bayinya yang tiada hendi di jam/waktu tertentu, misalnya menangis pada saat sandikala (antara jam 5 - 7 pagi, jam 12 siang, serta jam 6 - 7 malam), bayi menangis saat tengah malam serta bayi yang sering menangis di waktu rahinan/piodalan jagat seperti kajeng klion dll.

banyaknya kejadian bayi menangis di waktu-waktu tertentu tersebut mungkin saja dikarenakan oleh sebab MEDIS, karena itu sebelum lebih jauh bertindak, ada baiknya bayi anda diperiksakan dulu ke para medis baik dokter, perawat maupun bidan. nah.. apabila secara medis ternyata tidak ada masalah, barulah pendekatan non-medis dijalankan.

berikut ini beberapa pendekatan non-medis untuk mengatasi Bayi menangis di tengah malam maupun diwaktu-waktu tertentu.

  1. Kelengkapan upakara/uparengga dan ritual di lokasi menamam ari-arinya serta ritual hariannya
  2. uparengga di depan pintu kamar tidurnya

berikut ini penjelasannya:

Kelengkapan Upakara, Uparengga dan Ritual harian

untuk kelengkapan uperengga di lokasi menanam ari-ari yang mesti diperhatikan:

  1. lampu sentir/ganjreng/sambe layar. merupakan lampu (dipa) dengan pangkal sumbu dimasukan kedalam rumah keong sawah. gunakan minyak kelapa (lengis tanusan) sebagai bahan bakarnya. upayakan menggunakan "catu" lengis nyuh surya dan lengis dalang wayang. dipa ini merupakan wakil dari hyang agni.
  2. Beruk bulu (batok kelapa) yang diisi air kembang, isi dengan penuh, isi kembang di air tersebut. ini merupakan simbol dewa wisnu
  3. lokasi menanam ari-ari diisi batu kali (batu bulitan).
  4. guwungan (sangkar ayam jago) sebagai penutup 3 poin diatas.
  5. Sanggah tutuan/cucuk, yang berisikan kayu bakar (saang alutan), beratapkan klopek bambu. sanggah ini disebut dengan sanggah satoyoni, yang merupakan linggih hyang siwa.

lakukan ritual masegeh di tempat ari-ari tersebut setiap hari hingga dilaksanakannya upcara 3 bulanan. berikut ini upakaranya:

  1. Segehan kepelan sebanyak 4, yang masing-masing beralaskan daun kayu dapdap, diisikan bawang jahe, uyah areng (garam yang dimohonkan kepada dewa brahma, garam tersebut disentuhkan di "atas [gidat] cangkem paon [dapur]" sebanyak 9x, sehingga ada arang yang mewarnai garam tersebut). letakkan segehan tersebut di atas batu sungainya, letakkan juga dipa dan beruk airnya disana. dupa 3 batang. haturkan segehan ini pada sang catur sanak.
  2. taruh bawang nunggal di batu bulitan tersebut, yang mana saat bayi menangis, tekankan bawang tersebut ke batu sebanyak 3x hingga mengeluarkan airnya. kemudian mohonkan agar sang catur sanak menjaga sang bayi. gunakan bawang ini setiap hari hingga tidak layak/layu/kering. dan apabila sudah tidak bisa digunakan akibat layu, taruh kembali bawang nunggal di batu tempat menanam ari-ari disaat menghaturkan segehan.
  3. haturkan canang sari dan geti-geti di pelinggih sato yoni.
  4. haturkan canang sari dan geti-geti di sanggah kumara. ini dihaturkan pada hyang kumara, sebagai dewanya penjaga bayi. taruh juga bawang nunggal yang ditusukkan dengan pisau (tiyuk puntul).
  5. hatur segehan kepelan seperti point 1, hanya 1 kepel saja di sebelah ranjang tempat tidur bayi. haturkan segehan ini pada nyama bajang colong pangempu rare. 

Uparengga di depan Pintu Kamar

  1. membuat kelabang mantri yang berisikan; duri canging, pandan duri, duri tumbuhan "kem", sejengkal kayu dapdap yang bercabang tiga yang pangkalnya dirajah dengan "pamor/kapur" bentuk tapak dara (+), porosan, ikat dengan benang tridatu dan sebuah uang kepeng.
  2. letakkan uparenga kelabang tersebut ditas pintu kamar tidur sang bayi. fungsinya untuk nyengker dan menghalangi energi negatif yang mendekati kamar tersebut.

DAN...
tips tambahan yang mesti dilakukan untuk menenangkan bayi anda adalah dengan memutarkan "Kidung Pangerakseng Jagat" berikut ini, silahkan Download DISINI.
tidak sampai habis kidung tersebut, suasana kamar tempat tidur bayi anda akan terasa lebih sejuk dan tenang, selamat mencoba...

demikian sekilas Tips Atasi Bayi menangis di tengah malam, menjelang kajeng klion atau rahinan jagat dan waktu-waktu tertentu, semoga bermanfaat.

Usage Examples

Nuju sandi kala warnan langite luung sajan

No translation exists for this example.


In Balinese:   Kanti sandikala, tusing masih tepukina pianakne majlawatan.

In English:

In Indonesian:

In Balinese:   Kanti sandikala, tusing masih tepukina pianakne majlawatan.

In English:

In Indonesian:   Ia memanggil-manggil nama ayahnya yang saat itu tepat ada di depannya.

In Balinese:   Duk sandikala, ramè pesan masyarakatè mabondong - bondong pesu ngaba perabot.

In English:

In Indonesian:   Hidup..." Ibu berteriak Ketika sore tiba, ramai sekali masyarakat berbondong - bondong keluar membawa perabktan.

In Balinese:   Sampun sandikala, rame pesan kramane mabondong- bondong pesu ngabe alat-alat sane dados kebakte.

In English:

In Indonesian:

In Balinese:   Kanti suba sandikala Pan Meri ngalihin tusing masih tepukina merine.

In English:

In Indonesian:   bingung Pan Meri, dan sedih karena anak bebeknya tidak ditemukan.

In Balinese:   Kanti suba sandikala Pan Meri ngalihin tusing masih tepukina merine.

In English:

In Indonesian:

In Balinese:   Kacrita suba liwat sandikala Ida Sang Prabu jagi ngerayunang kairing antuk asune I Blanguyang.

In English:

In Indonesian:

In Balinese:   Para petani kantun makarya saking semeng nyantos sandikala mangda sida polih pangupajiwa.

In English:

In Indonesian:   Mereka tetap bekerja dari pagi hingga menjelang sore agar bisa mendapatkan penghasilan.

In Balinese:   Sawatara jam telu sanjane buin ngarit padi kanti sandikala.

In English:

In Indonesian:

In Balinese:   Upacara puniki kamargiang ring sandikala, ring rahina purnama Sasih Kalima (sawetara ring bulan November-Desember) nuju piodalan ring Pura Puseh.

In English:   The meaning of this ceremony, according to the traditional belief of the Sembiran people, is to expell misfortunes and dangers.

In Indonesian:   Upacara ini digelar pada senja hari, di hari purnama Sasih Kalima (sekitar bulan November-Desember) pada saat piodalan di Pura Puseh desa setempat.

In Balinese:   Rauh sandikala ring rahina Pangrupukan, para wkramane rauh tangkil ring Pura Daha sane magenah ring wewengkon desa adat Nagi.

In English:   According to long existing story, there was a disease in Nagi Village, and the disease could be cured by lighting coconut fibers.

In Indonesian:   Para pemuda di Desa Nagi, Gianyar, melakukan ritual perang api setiap hari Pangerupukan (Tawur Agung Kasanga), sehari sebelum hari Nyepi.

In Balinese:   Upacara puniki mamargi sore-sore ring rahina Panampahan Galungan (cingak entri “Galungan”) tur tan dados nglintangin sandikala.

In English:   In this ceremony, people give gifts of food, fruit and cakes to parents who have just had a baby.

In Indonesian:   Dalam upacara ini, orang-orang memberikan hadiah makanan, buah-buahan dan kue-kue kepada orang tua yang baru mempunyai bayi.

In Balinese:   Ritatkala sandikala, margine rame pisan duaning Ogoh-ogohe jagi mamargi.

In English:   The next day, the Balinese celebrate silent Nyepi day as the first day of the new Saka year.

In Indonesian:   Saat sore menjelang, jalan-jalan ramai dengan arakan ogoh-ogoh.

In Balinese:   Kacrita jani suba sandikala, Ida Sang Prabu marayunan.

In English:

In Indonesian:

In Balinese:   Siat Sambuk utawi perang antuk sambuk punika ketahnyane kamargiang ri tatkala upacara pangrupukan ring galah sandikala, arahina sadurung rahina jagat Nyepi kamargiang.

In English:   Siat Sambuk (Coconut Fiber War) is usually carried out the day before Nyepi, which is right on the day of pengrupukan before sunset (sandikala).

In Indonesian:   Siat Sambuk (Perang Serabut Kelapa) biasanya dilaksanakan sehari sebelum hari raya Nyepi yaitu tepat pada hari pengerupukan sebelum matahari tenggelam (sandikala).

Sandikala dimulai dari jam berapa?

Setelah matahari terbenan disebut sandikala, sandikawon, engsebai, neremeng, sarumua dan tetebmua, yang mengacu pada waktu kira-kira 18.00---19.00. Orangtua zaman dahulu selalu melarang anak-anaknya keluar rumah bahkan beraktivitas saat jam-jam tersebut atau disebut sandikala atau sandikawon.

Sandikala bahasa apa?

Sandekala (bahasa Sunda: ᮞᮔ᮪ᮓᮦᮊᮜ, pengucapan bahasa Sunda: [sandɛkala] atau [sanɛkala]) adalah mitos masyarakat Sunda tentang sejenis bangsa jin atau makhluk halus. Makhluk halus ini datang ketika pergantian sore dan malam untuk mengganggu anak kecil yang masih bermain di luar rumah.