Salah satu teater tradisional china yang terkenal adalah

Peking Opera, Cina, Budaya

Peking Opera atau Jingju adalah seni pentas asal Cina yang memadukan seni drama, tarik suara, tari, yang tak jarang diisi juga dengan aksi akrobat dan seni bela diri kungfu. Karena ada banyak kombinasi di sana, barang siapa yang ingin tampil di Peking Opera harus ikut sekolah khusus. Calon siswa dipilih lewat seleksi ketat dan disekolahkan sejak usia belia. Biasanya mereka akan berlatih selama 7-10 tahun diajarkan oleh seorang guru, yang disebut juga sifu. Sekolah mulai dari pukul 5 pagi dan seharian penuh murid-murid belajar akrobat, kungfu, lantas pelajaran tarik suara dan akting. Para siswa yang berbakat akan dapat peran utama, sementara yang penampilannya masih sedikit di bawah standar diarahkan menjadi pemain musik opera. Banyak orang kagum dengan pertunju Pertunjukan Peking Opera dikagumi karena koreografinya yang cantik dan kostum indah yang berwarna-warni. Peking Opera dianggap menampilkan karakteristik bangsa Cina yang tulus, hangat, optimis dan bermartabat. Peking Opera bermula pada tahun 1790 ketika sekelompok orang asal Ahui yang tergabung dalam sebuah kelompok opera datang ke Peking – nama lama kota Beijing. Kelompok itu datang untuk ikut bergabung dalam pertunjukan perayaan hari ulang tahun Kaisar Cina. Tak lama setelah itu, banyak orang asal Ahui yang datang untuk mengadakan pertunjukan opera. Sejak itulah Opera Peking itu berkembang menjadi sebuah kesenian yang dinikmati para kaisar dan raja. Satu hal yang menjadi ciri khas Peking Opera adalah dandanannya. Para aktor opera mengecat wajah mereka dengan aneka warna untuk menampilkan karakter tertentu. Misalnya, wajah yang dicat merah mewakili kesetiaan dan kesopanan, wajah yang dicat hitam mewakili keberanian dan bijaksana, warna putih untuk peran kejam dan hina. Perannya sendiri dibagi menjadi empat jenis, yaitu Sheng (sebutan untuk pemeran laki-laki), Dan (sebutan untuk pemeran perempuan), Jing (peran laki-laki yang wajahnya digambar atau diwarnai dan Chou (badut, si karakter jenaka). Untuk dapat menyaksikan Peking Opera, pastikan Anda punya tiket ke Beijing ya. Ada dua teater besar yang mengadakan pertunjukan Peking Opera yaitu Hu Guang Hui Guan Opera Theatre dan Beijing Liyuan Opera Theatre. Teater yang terakhir lebih terkenal dan hampir setiap malam menggelar Opera Peking. Tapi mesti sigap ya, karena tiket yang dijual jumlahnya terbatas dan selalu habis dalam beberapa jam saja. Sumber: www.tionghoa.com, cina.panduanwisata.com 

Fuji Jelang Ramdhan 3:12 PM   Seni Budaya

Salah satu teater tradisional china yang terkenal adalah

Hallo!! Assalamalakim sahabat PandaiBelajar. Semoga kabar baik bagi kita semua yaa. Pada kesempatan kali ini, kami selaku admin akan membahas tentang Teater Tradisional Asia yang di dalam pembahasan kali ini ada beberapa subbagian yaitu, Teater Tradisional Cina, Teater Tradisional Jepang, Teater Tradisional India, Jenis-Jenis Teater Tradisional Asia, Makna Teater, Simbol Teater, dan juga Peran Teater Dunia. Langsung saja mari kita lihat pembahasan di bawah ini! 

Salah satu teater tradisional china yang terkenal adalah

TEATER TRADISIONAL ASIA

  Teater tradisional di Asia sangatlah banyak dan juga beragam. Di setiap negara di Asia memiliki teater tradisionalnya masing-masing dan juga dengan diperuntukan tidak hanya hiburan saja, tetapi ada juga untuk upacara kerjaan atau juga upacara peradatan di beberapa negara di Asia. Dari sekian banyak teater tradisional Asia di sini kami mengerucutkannya menjadi tiga yang terbesar yaitu, Teater Tradisioal Cina, Teater Tradisional Jepang, dan juga Teater Tradisional India.

A. Teater Tradisional Cina

  Salah satu dari sekian banyak teater tradisional yang berasal dari Cina adalah Opera Peking. Teater yang bernama Opera Peking ini merupakan salah satu Teater Tradisional yang terkenal di Cina. Teater ini menggabungkan antara perpaduan musik, tarian, nyanyian, pantomim dan juga akrobatik. Tetaer ini pertama kali dipertunjukan pada akhir abad ke-18 di Cina dan mulai disukai hingga popular pada pertengahan abad ke-19. Dalam teater ini tata rias dan tata busana mendesain busana tokoh-tokoh yang berperan dengan penuh warna dan juga sangat rumit. Gerakan-gerakan yang diperlakonkan dalam teater tradisional dari Cina ini cenderung simbolik dan juga sugestif. Lakon atau sumber-sumber cerita dair opera atau teater tradisional dari Cina ini berasal dari sejarah China, legenda, cerita Rakyat, dan terkadang dipadukan juga dengan cerita-cerita yang kekinian, atau bahkan mengangkat cerita-cerita yang masih baru atau kekinian di atas panggungnya. 

  Dalam perjalanannya, Teater Tradisional Cina ini atau yang disebut dengan Opera Peking terus mengalami perubahan-perubahan baik lakon atau pun penataan yang pada akhirnya berbuah dengan bentuk yang sekarang popular. Teater Tradisional Cina ini, berisi perpaduan dari banyak kesenian-kesenian yang beredar di China. Sama halnya dengan Teater Tradisional di Indonesia, Teater Tradisional Cina ini juga pada awalnya hanya diperankan oleh kaum lelaki. Sampai akhirnya, perempuan baru dipertunjukan main di Shanghai, pada tahun 1894. Opera Peking juga sangat berkembang pesat di Taiwan dan menarik minat banyak orang terutama turis, baik turis lokal maupun turis dari luar. 

B. Teater Tradisional Jepang

  Salah satu Teater Tradisional yang berasal dari Jepang adalah Kabuki. Sebagaimana halnya dengan teater tradisional Cina, tata rias dan juga tata busana pada teater tradisional Jepang ini juga sangat rumit  dan sulit. Pertunjukan teater tradisional asal Jepang ini (Kabuki) berbentuk campuran dari musik, tari-tarian, dan disertai dengan nyanyian. 

  Kata dari penamaan Kabuki ini berasal dari tiga suku kata yaitu, Ka yang berarti menyanyi, Bu yang artinya menari, Ki yang artinya keterampilan. Jadi jika disatukan makna dari arti kata tersebut adalah keterampilan bernyanyi dan juga menari. Kabuki sering juga diartikan sebagai seni menari dan menyanyi. Teater tradisional Jepang ini telah diturankan secara tradisi dari generasi ke generasi oleh masyarakat sekitar dan pendukung-pendukung lainnya. Dalam sejarah teater tradisional Jepang, Kabuki tidak banyak mengalami perubahan-perubahan yang besar dan mendetail. Hal ini sangat berbeda dengan teater-teater dari Barat, di mana pelaku lakon dan juga penonton dibatasi oleh lengkungan dari peoskenium, dalam tontonan teater tradisional Jepang ini pelaku, pelakon, dan juga penontonnya tidak diberi jarak dengan panggung pertunjukan sehingga para pelakon bisa berinteraksi langsung dengan para penonton yang menyaksikan pertunjukan secara langsung. Hal ini didukung dengan posisi panggung pertunjukan dari salah satu teater tradisional asal Jepang ini yang didesain menjorok ke arah penonton. 

C. Teater Tradisional India

  Jika pada zaman Yunani kuno salah satu tokohnya yaitu Aristoteles pada tahun 384 sebelum masehi - 322 sebelum masehi, menulis sebuah risalah yang berisi tentang ulasan puisi, tragedi, komedi, dan lain sebagainya. Maka jika di negara India pada tahun 1500 sebelum masehi, ada salah satu tokoh yang setara, Bharata Muni, yang menulis sebuah karya Natya shastra  yaitu, risalah yang ditujukan kepada penulis naskah, sutradara, dan aktor yang ada saat itu bahkan sampai sekarang. Risalah tersebut berisi sebuah ulasan yang melukiskan tentang akting, tari, musik, struktur dramatik, arsitektur, tata busana, tata rias, properti, manajemen produksi, dan juga yang lain sebagainya. 

  Teater tradisional yang berasal dari India ini bermula dari bentuk narasi yang diekpresikan atau diimplementasikan melalui gerak berupa tarian dan juga suara berupa nyanyian. Sehingga pada perkembangannya gerak pelakon atau pelaku pada teater tradisional dari India didominasi oleh nyanyian dan juga gerakan berupa tari-tarian. Semua hal tersebut yaitu, tarin dan juga nyanyian merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi satu sama lain di dalam seni teater tradisional asal India tersebut. Sementara itu, alur cerita dan struktur perlakonan atau pelaku mengikuti alur dan struktur dari Mahabharata dan dari Ramayana, dengan bertemakan cinta dan juga kepahlawanan. 

Makna, Simbol, dan Peran Teater Dunia

  Teater di dunia berasal dari upacara keagamaan yang khusus ditujukan untuk kesuburan tanaman dan keselamatan masyarakat dalam perburuan-perburuan yang dilakukan. Kemudian setelah itu,  pada perkembangannya, menjadi pertunjukan yang dipertontonkan kepada khalayak ramai atau masyarakat sekitar daerah tradisi tersebut, ketika adegan perburuan itu diperagakan oleh kelompok masyarakat pendukungnya. Pada perkembangan selanjutnya, teater menjadi sarana untuk pengajaran dan hiburan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai moral, sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Begitu juga perkembangannya pada teater tradisional di Asia dan juga perkembangan teater tradisional di Nusantara. Lakon-lakon yang dapat disaksikan melalui Oedipus Sang Raja, Mahabharata, Ramayana, Romeo dan Juliet, Lutung Kasarung, Malin Kundang, dan lain sebagainya. Semua menceritakan nilai timbal balik baik-buruk, dimana masyarakat yang menontonnya bisa bercermin terhadap pertunjukan yang dipertontonkan berupa teater tersebut.