Penyakit yang menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh dan saat ini belum ada obat yang tepat

Penyakit yang menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh dan saat ini belum ada obat yang tepat
27 Oktober 2022, 115454 kali dilihat Index

AIDS adalah kependekan dari ‘Acquired Immune Deficiency Syndrome’. Acquired berarti didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Bila kita terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi. Sistem kekebalan kita akan membuat ‘antibodi’, molekul khusus yang menyerang HIV itu.

Tes darah untuk HIV mencari antibodi tersebut. Jika ditemukan antibodi tersebut di darah kita, berarti kita terinfeksi HIV. Orang yang mempunyai antibodi terhadap HIV disebut ‘HIV-positif’ atau terinfeksi HIV. Lihat Lembaran Informasi (LI) 102 untuk informasi lebih lanjut tentang tes HIV.

Menjadi terinfeksi HIV bukan berarti kita AIDS. Banyak orang terinfeksi HIV tidak menjadi sakit selama bertahun-tahun. Semakin lama kita terinfeksi HIV, semakin rusak sistem kekebalan tubuh kita. Virus, parasit, jamur dan bakteri yang biasanya tidak menimbulkan masalah bagi kita dapat menyebabkan penyakit jika sistem kekebalan tubuh rusak. Penyakit ini disebut ‘infeksi oportunistik (IO)’. Lihat LI 500 untuk informasi tentang IO.

Bagaimana Kita Terkena AIDS?

Sebetulnya, kita tidak ‘terkena’ AIDS. Kita mungkin terinfeksi HIV, dan kemudian mengembangkan AIDS. Kita dapat tertular HIV dari seseorang yang sudah terinfeksi, walaupun orang itu tidak kelihatan sakit, bahkan dengan hasil tes HIV yang tidak positif. Darah, cairan vagina, air mani dan air susu ibu seseorang yang terinfeksi HIV mengandung virus yang cukup untuk menularkan orang lain. Sebagian besar orang tertular HIV melalui:

  • hubungan seks dengan orang yang terinfeksi HIV
  • penggunaan jarum suntik bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV
  • kelahiran oleh ibu yang terinfeksi, atau disusui oleh perempuan yang terinfeksi HIV

Dulu ada yang tertular HIV melalui transfusi darah yang mengandung HIV (diambil dari seorang yang terinfeksi HIV), tetapi sekarang darah PMI diskrining secara sangat hati-hati, dan risikonya sangat rendah.

Belum ada kasus HIV ditularkan melalui air mata atau air ludah. Namun HIV bisa menular melalui seks oral (hubungan seks dengan mulut), bahkan dengan ciuman dalam. Penularan melalui ciuman dalam sangat jarang terjadi, kecuali jika ada luka berat pada mulut, atau gusi berdarah.

Pada 2012, Kemenkes memperkirakan ada 591.718 orang terinfeksi HIV di Indonesia. Namun pada akhir Maret 2014, hanya ada 134.053 orang diketahui terinfeksi HIV melalui tes sukarela. Pada waktu yang sama, 54.231 orang dilaporkan sudah sampai ke stadium AIDS dan 9.615 diketahui sudah meninggal dunia akibatnya.

Apa yang Terjadi Bila Kita Terinfeksi HIV?

Kita mungkin tidak tahu bahwa kita baru terinfeksi HIV. Kurang lebih 2-3 minggu setelah tertular, beberapa orang mengalami gejala mirip flu: demam, sakit kepala, otot dan sendi yang sakit, sakit perut, kelenjar getah bening yang bengkak, atau ruam pada kulit selama satu atau dua minggu. Gejala ini biasanya hilang tanpa diobati. Kebanyakan orang merasa ini memang flu. Beberapa orang tidak mengalami gejala apa pun. Lihat LI 103 untuk informasi lebih lanjut tentang tahap awal infeksi HIV.

Virus akan menggandakan diri dalam tubuh kita untuk beberapa minggu atau bahkan bulan sebelum sistem kekebalan tubuh kita menanggapinya. Selama masa ini, hasil tes HIV tetap negatif (yang kadang dilaporkan sebagai ‘non-reaktif’), walaupun kita sudah terinfeksi dan bisa menularkan orang lain.

Setelah menanggapi virus, sistem kekebalan tubuh mulai membuat antibodi. Setelah dibuat cukup banyak antibodi, hasil tes HIV akan menjadi positif atau ‘reaktif’. Setelah gejala mirip flu (jika terjadi), kita akan tetap sehat selama bertahun-tahun – beberapa orang tidak mengalami gejala selama sepuluh tahun atau lebih. Namun selama masa tanpa gejala ini, HIV terus merusak sistem kekebalan tubuh kita.

Satu cara untuk mengukur kerusakan pada sistem kekebalan tubuh adalah dengan menghitung jumlah sel CD4. Sel ini adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Orang yang sehat mempunyai jumlah CD4 antara 500 dan 1.500. Lihat LI 124 untuk informasi lebih lanjut tentang sel CD4.

Tanpa terapi, jumlah CD4 kita kemungkinan akan terus turun. Kita mungkin mengalami gejala penyakit HIV, misalnya demam, keringat malam, diare, atau pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala ini bertahan lebih dari beberapa hari, kemungkinan selama beberapa minggu.

Bagaimana Kita Tahu Kita AIDS?

Penyakit HIV menjadi AIDS waktu sistem kekebalan tubuh kita sangat rusak. Bila jumlah CD4 kita di bawah 200, atau persentase CD4 (CD4%) di bawah 14%, kita dianggap AIDS. Bila kita mengalami IO tertentu, kita dianggap AIDS. Kemenkes secara resmi mengeluarkan daftar IO yang mendefinisikan AIDS. Yang paling umum adalah:

  • TB (tuberkulosis), dalam paru atau di luar paru (LI 515);
  • PCP, semacam infeksi paru (LI 512);
  • CMV (sitomegalovirus), infeksi yang biasanya memengaruhi mata (LI 501); dan
  • Kandidiasis, infeksi jamur dalam mulut atau vagina (LI 516).

Gejala lain terkait AIDS termasuk kehilangan berat badan yang berlebihan, dan masalah kesehatan lain. Jika tidak diobati, IO dapat gawat.

AIDS berbeda untuk setiap Odha. Ada orang yang sampai ke AIDS beberapa bulan setelah terinfeksi, tetapi kebanyakan dapat hidup cukup sehat selama bertahun-tahun, bahkan setelah AIDS. Sebagian kecil Odha tetap sehat bertahun-tahun bahkan tanpa memakai terapi antiretroviral (ART).

Apakah Ada Obat Penyembuh AIDS?

Walaupun ada dua kasus orang yang disembuhkan, saat ini belum ada cara yang aman untuk menyembuhkan HIV (lihat LI 485). Belum ada cara untuk memberantas HIV dari tubuh kita. ART dapat menekan penggandaan virus dengan akibat kerusakan pada sistem kekebalan tubuh dihentikan dan dipulihkan. Kita dapat kembali tetap sehat, asal kita memakai ART secara patuh.

Obat lain dapat mencegah atau mengobati IO. ART juga mengurangi timbulnya IO. Namun masih ada beberapa IO yang sulit diobati.

Diperbarui 1 September 2014 berdasarkan FS 101 The AIDS InfoNet 24 Januari 2014

Gangguan immunodefisiensi adalah kondisi ketika kekebalan tubuh terganggu, sehingga tidak bisa melawan infeksi dan penyakit. Jenis gangguan ini dapat membuat tubuh mudah terinfeksi oleh virus dan bakteri. Gangguan ini bisa dimiliki sejak lahir (primer) atau didapatkan di kemudian hari (sekunder). 

Jenis-Jenis Gangguan Immunodefisiensi

Gangguan immunodefisiensi terjadi ketika sistem imun tidak bekerja seperti yang diharapkan. Seseorang yang terlahir dengan gangguan ini, bisa dibilang mengidap gangguan immunodefisiensi primer. 

Contoh gangguan imunodefisiensi primer meliputi:

  • Imunodefisiensi variabel umum.
  • Alymphocytosis.
  • Penyakit granulomatosa kronis.

Gangguan imunodefisiensi sekunder terjadi ketika sumber luar seperti bahan kimia atau infeksi melemahkan kekebalan tubuh. Contoh gangguan immunodefisiensi sekunder meliputi:

  • AIDS.
  • Kanker sistem kekebalan tubuh, seperti leukemia.
  • Penyakit kompleks imun, seperti hepatitis virus.
  • Multiple myeloma (kanker sel plasma, yang menghasilkan antibodi).

Penyebab Gangguan Immunodefisiensi

Gangguan immunodefisiensi primer paling sering disebabkan oleh mutasi gen yang diturunkan. Sementara itu, gangguan immunodefisiensi sekunder dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:

  • Kondisi kronis (seperti diabetes atau kanker).
  • Penggunaan narkoba.
  • Terapi radiasi (jarang terjadi).
  • Rawat inap jangka panjang.
  • Kekurangan nutrisi.

Dengan bertambahnya usia, sistem imun menjadi semakin kurang efektif. Jaringan sistem imun (terutama jaringan limfoid, seperti timus) menyusut dan jumlah serta aktivitas sel darah putih menurun.

Kondisi dan penyakit berikut juga dapat menyebabkan gangguan immunodefisiensi:

  • Ataxia-telangiectasia.
  • Defisiensi komplemen.
  • DiGeorge syndrome.
  • Hypogammaglobulinemia.
  • Job syndrome.
  • Defek adhesi leukosit.
  • Bruton disease.
  • Wiskott-Aldrich syndrome.

Faktor Risiko 

Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan immunodefisiensi primer memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan gangguan ini. Apa pun yang melemahkan sistem kekebalan juga dapat menyebabkan gangguan imunodefisiensi sekunder. 

Misalnya, paparan cairan tubuh yang terinfeksi HIV atau pengangkatan dan penggantian organ dapat menjadi penyebab keduanya. Penuaan juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Seiring bertambahnya usia, beberapa organ yang memproduksi atau memproses sel darah putih menyusut dan menjadi kurang efisien.

Gejala 

Gejala-gejala umum dari gangguan immunodefisiensi, meliputi:

  • Mata merah.
  • Infeksi sinus.
  • Pilek.
  • Diare.
  • Pneumonia.
  • Infeksi jamur.
  • Gingivitis.

Orang dengan gangguan immunodefisiensi juga dapat mengalami sakit perut kronis. Mereka bahkan dapat mengalami penurunan berat badan seiring waktu.

Diagnosis 

Jika dokter menduga seseorang mungkin mengalami gangguan immunodefisiensi, dokter akan:

  • Menanyakan tentang riwayat medis.
  • Melakukan pemeriksaan fisik.
  • Menentukan jumlah sel darah putih.
  • Menentukan jumlah sel T.
  • Menentukan kadar imunoglobulin.

Vaksin dapat menguji respons sistem imun dengan tes antibodi. Dokter akan memberi vaksin, kemudian melakukan tes darah untuk melihat respons terhadap vaksin beberapa hari atau minggu kemudian.

Jika tidak memiliki gangguan immunodefisiensi, sistem imun akan menghasilkan antibodi untuk melawan organisme pada vaksin. Seseorang dapat memiliki gangguan jika tes darah tidak menunjukkan antibodi.

Pengobatan 

Pengobatan gangguan immunodefisiensi biasanya berkisar pada:

  • Mencegah infeksi bila memungkinkan.
  • Mengobati infeksi saat terjadi.
  • Memperkuat bagian dari sistem kekebalan tubuh.

Perawatan gangguan immunodefisiensi bisa berbeda pada setiap orang, tergantung pada kondisi tertentu. Contohnya, AIDS menyebabkan beberapa infeksi berbeda. Dokter akan memberikan obat untuk setiap infeksi. Seseorang juga dapat diberikan antiretroviral untuk mengatasi infeksi HIV jika memungkinkan.

Perawatan untuk gangguan penyakit ini biasanya meliputi antibiotik dan terapi imunoglobulin. Obat antiviral lain, yang bisa diberikan seperti amantadine dan acyclovir, atau obat yang disebut interferon digunakan untuk perawatan infeksi viral akibat gangguan imunodefisiensi.

Jika sumsum tulang seseorang tidak menghasilkan cukup limfosit, dokter dapat melakukan transplantasi sumsum tulang (stem cell). Jika gangguan immunodefisiensi dibiarkan, dapat menyebabkan daya tubuh mudah terinfeksi dan bahkan bisa berujung pada kematian.

Pencegahan 

Karena gangguan kekebalan primer disebabkan oleh cacat genetik, tidak ada cara untuk mencegahnya. Namun, ketika seseorang atau anak memiliki sistem kekebalan yang melemah, maka dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah infeksi dengan melakukan kebersihan yang baik. Contohnya, cuci tangan dengan sabun ringan setelah menggunakan toilet dan sebelum makan.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika kamu mengalami gejala gangguan immunodefisiensi seperti yang dijelaskan tadi, segeralah temui dokter untuk mendiskusikannya. Semakin cepat diagnosis dan pengobatan dilakukan, maka semakin baik.

Agar mudah, kamu bisa gunakan aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan dokter di rumah sakit. Jadi, pastikan sudah download Halodoc, ya!

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2022. Immunodeficiency Disorders.
WebMD. Diakses pada 2022. What Are Immune Deficiency Disorders?
Medine Plus. Diakses pada 2022. Immunodeficiency Disorders.

Diperbarui pada 14 April 2022