Penokohan TENGGELAMNYA Kapal Van Der Wijck

Santoso, Satrio Budi (2018) KARAKTERISASI TOKOH UTAMA PADA NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA BUYA HAMKA. Undergraduate (S1) thesis, University of Muhammadiyah Malang.

Abstract

Proses sastrawan memberikan karakter pada tokoh disebut karakterisasi. Karakterisasi merupakan pemeranan atau pelukisan watak. Permasalan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana proses pengarang menggambarkan karakter tokoh utama secara langsung (telling) dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka, (2) bagaimana proses pengarang menngambarkan karakter tokoh utama secara tidak langsung (showing) dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan struktural. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata atau kalimat yang mengandung keterkaitan dengan karakterisasi secara langsung dan tidak langsung. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka yang diterbitkan pada tahun 1999 oleh PT Bulan Bintang. Teknik Analisis data dalam penelitian ini berupa (1) reduksi data, (2) penyajian data dan (3) penarikan kesimpulan. Dari hasil analisis dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa karakterisasi tokoh utama pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka, mengenai (1) Karakterisasi tokoh utama secara langsung (telling) yang digambarkan oleh perngarang kepada karakter Zainuddin yang kerja keras, cerdas, beriman dan bertakwa. Karakter Hayati disini melukiskan cerdas, sederhana, dan berbudi baik. Karakter Aziz melukiskan sosok yang licik, pembohong dan tamak. (2) Karakterisasi secara tidak langsung (showing) yang digambarkan oleh pengarang kepada karakter Zainuddin yang memiliki kecerdasan, suka menolong, dan cermat. Hayati pun dilukiskan menjadi karakter yang cerdas, sederhana dan beriman. Aziz memiliki karakter yang berbeda dengan kedua tokoh yang sudah dijelaskan. Aziz berkarakter licik, pendusta, dan penipu

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Student ID:201310080311027
Keywords:Karakterisasi, Karakter, Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, dan deskriptif analisis
Subjects:L Education > L Education (General)
Divisions:Faculty of Teacher Training and Education > Department of Indonesia Language and Literature Education (88201)
Depositing User: Ida Fitriani Noor
Date Deposited:20 Sep 2018 02:18
Last Modified:20 Sep 2018 02:18
URI : http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/37526

Actions (login required)

Penokohan TENGGELAMNYA Kapal Van Der Wijck
View Item

Sinopsis buku novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

oleh: Tamy Erissanti

Di wilayah Mengkasar, di tepi pantai, di antara Kampung Baru dan Kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk Mengkasar. Di sanalah hidup seorang pemuda berumur 19 tahun. Pemuda itu bernama Zainuddin. Saat ia termenung, ia teringat pesan ayahnya ketika akan meninggal. Ayahnya mengatakan bahwa negeri aslinya bukanlah Mengkasar.

Di Negeri Batipuh Sapuluh Koto (Padang panjang) 30 tahun lampau, seorang pemuda bergelar Pendekar Sutan, kemenakan Datuk Mantari Labih, yang merupakan pewaris tunggal harta peninggalan ibunya. Karena tak bersaudara perempuan, maka harta bendanya diurus oleh  mamaknya. Datuk Mantari labih hanya bisa menghabiskan harta tersebut, sedangkan untuk kemenakannya tak boleh menggunakannya. Hingga suatu hari, ketika Pendekar Sutan ingin menikah namun tak diizinkan menggunakan hartany atersebut, terjadilah pertengkaran yang membuat Datuk Mantari labih menemui ajalnya. Pendekar Sutan ditangkap, saat itu ia baru berusia 15 tahun. Ia dibuang ke Cilacap, kemudian dibawa ke Tanah Bugis. Karena Perang Bone, akhirnya ia sampai di Tanah Mengkasar. Beberapa tahun berjalan, Pendekar Sutan bebas dan menikah dengan Daeng Habibah, putri seorang penyebar agama islam keturunan Melayu. Empat tahun kemudian, lahirlah Zainuddin.

Saat Zainuddin masih kecil, ibunya meninggal. Beberapa bulan kemudian ayahnya menyusul ibunya. Ia diasuh Mak Base. Pada suatu hari, Zainuddin meminta izin Mak Base untuk pergi ke Padang Panjang, negeri asli ayahnya. Dengan berat hati, Mak Base melepas Zainuddin pergi.

Sampai di Padang Panjang, Zainuddin langsung menuju Negeri Batipuh. Sesampai di sanan, ia begitu gembira, namun lama-lama kabahagiaannya itu hilang karena semuanya ternyata tak seperti yang ia harpakan. Ia masih dianggap orang asing, dianggap orang Bugis, orang Mengkasar. Betapa malang dirinya, karena di negeri ibunya ia juga dianggap orang asing, orang Padang. Ia pun jenuh hidup di padang, dan saat itulah ia bertemu Hayati, seorang gadis Minang yang membuat hatinya gelisah, menjadikannya alasan untuk tetap hidup di sana. Berawal dari surat-menyurat, mereka pun menjadi semakin dekat dan kahirnya saling cinta.

Kabar kedekatan mereka tersiar luas dan menjadi bahan gunjingan semua orang Minang. Karena keluarga Hayati merupakan keturunan terpandang, maka hal itu menjadi aib bagi keluarganya. Zainuddin dipanggil oleh mamak Hayati, dengan alasan demi kemaslahatan Hayati, mamak Hayati menyuruh Zainuddin pergi meninggalkan Batipuh.

Zainuddin pindah ke Padang Panjang dengan berat hati. Hayati dan Zainuddin berjanji untuk saling setia dan terus berkiriman surat. Suatu hari, Hayati datang ke Padang Panjang. Ia menginap di rumah temannya bernama Khadijah. Satu peluang untuk melepas rasa rindu pun terbayang di benak Hayati dan Zainuddin. Namun hal itu terhalang oleh adanya pihak ketiga, yaitu Aziz, kakak Khadijah yang juga tertarik oleh kecantikan Hayati.

Mak Base meninggal, dan mewariskan banyak harta kepada Zainuddin. Karena itu ia akhirnya mengirim surat lamaran kepada Hayati di Batipuh. Hal itu bersamaan pula dengan datangnyarombongan dari pihak Aziz yang juga hendak melamar Hayati. Zainuddin tanpa menyebutkan harta kekayaan yang dimilikinya, akhirnya ditolak oleh ninik mamak Hayati dan menerima pinangan Aziz yang di mata mereka lebih beradab.

Zainuddin tak kuasa menerima penolakan tersebut. Apalagi kata sahabatnya, Muluk, Aziz adalah seorang yang bejat moralnya. Hayati juga merasakan kegetiran. Namun apalah dayanya di hadapan ninik mamaknya. Setelah pernikahan Hayati, Zainuddin jatuh sakit.

Untuk melupakan masa lalunya, Zainuddin dan Muluk pindah ke Jakarta. Di sana Zainuddin mulai menunjukkan kepandaiannya menulis. Karyanya dikenal masyarakat dengan nama letter “Z”. Zainuddin dan Muluk pindah ke Surabaya, dan ia pun akhirnya menjadi pengarang terkenal yang dikenal sebagai hartawan yang dermawan.

Hayati dan Aziz hijrah ke Surabaya. Semakin lama watak asli Aziz semakin terlihat juga. Ia suka berjudi dan main perempuan. Kehidupan perekonomian mereka makin memprihatinkan dan terlilit banyak hutang. Mereka diusir dari kontrakan, dan secara kebetulan mereka bertemu dengan Zainuddin. Mereka singgah di rumah Zainuddin. Karena tak kuasa menanggung malu atas kebaikan Zainuddin, Aziz meninggalkan istrinya untuk mencari pekerjaan ke Banyuwangi.

Beberapa hari kemudian, datang dua surat dari Aziz. Yang pertama berisi surat perceraian untuk Hayati, yang kedua berisi surat permintaan maaf dan permintaan agar Zainuddin mau menerima Hayati kembali. Setelah itu datang berita bahwa Aziz ditemukan bunuh diri di kamarnya. Hayati juga meminta maaf kepada Zainuddin dan rela mengabdi kepadanya. Namun karena masih merasa sakit hati, Zainuddin menyuruh Hayat pulang ke kampung halamannya saja. Esok harinya, Hayati pulang dengan menumpang Kapal Van Der Wijck.

Setelah Hayati pergi, barulah Zainuddin menyadari bahwa ia tak bisa hidup tanpa Hayati. Apalagi setelah membaca surat Hayati yang bertulis “aku cinta engkau, dan kalau kumati, adalah kematianku di dalam mengenang engkau.” Maka segeralah ia hendak menyusul Hayati ke Jakarta. Saat sedang bersiap-siap, tersiar kabar bahwa kapal Van Der Wijck tenggelam. Seketika Zainuddin langsung syok, dan langsung pergi ke Tuban bersama Muluk untuk mencari Hayati.

Di sebuah rumah sakit di daerah Lamongan, Zainuddin menemukan Hayati yang terbarng lemah sambil memegangi foto Zainuddin. Dan hari itu adalah pertemuan terakhir mereka, karena setelah Hayati berpesan kepada Zainuddin, Hayati meninggal dalam dekapan Zainuddin.

Sejak saat itu, Zainuddin menjadi pemenung. Dan tanpa disadari siapapun ia meninggal dunia. Kata Muluk, Zainuddin meninggal karena sakit. Ia dikubur bersebaelahan dengan pusara Hayati

Unsur Intrinsik Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

  1. Tema:

Novel karya Hamka yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, yang bertema tentang cinta yang sejati, tulus dan cinta yang setia antara laki-laki dan perempuan tetapi tidak dapat dipersatukan dan tak tersampaikan karena tradisi adat Minangkabau yang begitu mengikat dan terlalu mendiskriminasi adat lainnya pada saat itu.

  1. Alur:

Menggunakan Alur maju

Karena di dalam Novel tersebut banyak mengulang kisah masa lalu dari kehidupan Zainuddin, seperti contoh dari awal cerita Novel tersebut, terdapat bagian cerita tentang perjalanan hidup ayah Zainuddin yang diceritakan oleh Mak Base. Cerita dari Muluk tentang karya Zainuddin yang terakhir kalinya sebelum dia meninggal. Selebihnya menceritakan tentang masa depan kehidupan Zainuddin dan Hayati.

  1. Tokoh:

Tokoh Utama:
–         Zainuddin
–          Hayati
–          Khadijah
–          Aziz

Alasanya karena di dalam cerita mereka sering terlibat dalam dialog langsung maupun tidak langsung. Konflik dalam cerita juga diakibatkan oleh tokoh tersebut.

Tokoh Pendukung:
–          Mak Base (Orang Tua Angkat Zainuddin)
–          Muluk    (Sahabat Zainddin)
–          Daeng Masiga
–          Mak Tengah Limah (Mamak dari Hayati)

Alasannya karena mereka sebagai tokoh pendukung dari tokoh utama mereka juga melakukan dialog dengan tokoh utama pada novel tersebut. Tokoh Pendukung juga menjadi tokoh dalam adanya konflik dalam novel tersebut.

  1. Penokohan:

–          Zainuddin (Tokoh Protagonis)

Seorang pemuda yang baik hati, alim, sederhana, memiliki ambisi dan cita-cita yang tinggi, pemuda yang setia, sering putus asa, hidupnya penuh kesengsaraan oleh cinta, tetapi memiliki percaya diri yang tinggi, mudah rapuh, orang yang keras kepala.

Bukti: “Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya’ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”. (1986 : 27)

–          Hayati  (Tokoh Protagonis)

Perempuan yang baik, lembut, ramah dan penurut adat. Perempuan yang pendiam, sederhana, dan memiliki kesetiaan. Perempuan yang menghormati ninik mamaknya, penyayang, memiliki belas kasihan, orang yang tulus, sabar dan terkesan mudah dipengaruhi.

–          Aziz (Tokoh Antagonis)

Seorang laki-laki yang pemboros, suka berfoya-foya, tidak setia, tidak memiliki tujuan hidup, orang kaya dan berpendidikan, orang yang tidak beriman, tidak bertanggung jawab dan dalam hidup hanya bersenang-senang senang menganiaya istrinya dan putus asa.

Bukti: “…..ketika akan meninggalakan rumah itu masih sempat juga Aziz menikamkan kata-kata yang tajam ke sudut hati Hayati…..sial”. (181:1986)

–          Khadijah

Perempuan yang berpendidikan, berwatak keras, senang mempengaruhi orang lain, orang kaya, penyayang teman, merupakan orang kota, memiliki keinginan yang kuat.

  1. Sudut Pandang

Penulis dalam meceritakan Novel tersebut menggunakan sudut pandang orang ke tiga.

Bukti dengan menggunakan “dia” dan menggambakan tokoh Zainuddin dan hayati secara jelas melalui deskripsi dan cerita yang menyampaikan melalui pengamatan dari pembaca. Terlihat dialog-dilaog yang menceritakan tentang karakter dari para tokoh.

  1. Latar/ Setting

Latar tempat:

–          Mengkasar (tempat Zainuddin dilahirkan)

–          Dusun Batipuh (tempat Hayati tinggal dan bertemu dengan Zainuddin pertama kali)

–          Padang Panjang (Tempat Zainuddin pindah dari Batipuh untuk mendalami ilmu, tempat Khadijah                  tinggal, tempat adanya pacuan kuda dan Pasar Malam)

–          Jakarta/ Batavia (Tempat Zainuddin dan temannya Muluk pertama kali pindah ke Jawa)

–          Surabaya (Tempat Zainuddin tinggal dan menjadi penulis, tempat pindahan kerja Aziz dan Hayati)

–          Lamongan (di rumah sakit, tempat terakhir kalinya Zainuddin dan Hayati berdialog sebelum                            meninggal)

Latar waktu:

–          Siang

–          Malang

Penggambaran Waktu tidak begitu tergambar jelas dalam cerita hanya mengalir siang dan malam.

Latar Suasana:

–          Mengharukan (saat Hayati menerima cinta Zainuddin ketika Zainuddin menyatakan lewat surat dan              bertemeu di bentang sawah milik Datuk)

–          Menyedihkan (ketika Zainuddin hiup dengan sengsara, permintaan Zainuddin di tolak oleh keluarga              Hayati, ketika Hayati meninggal)

  1. Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck menggunkan bahasa melayu kental di padukan bahasa Minangkabau. Sering pula menggunakan bahasa pengandaian.

  1. Amanat

–          Tersirat

“Demikian penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di antara Pembina yang menegakkan batu pertama dari kemuliaan bangsanya; yang hidup didesak dan dilamun oleh cinta. Dan sampai matipun dalam penuh cinta. Tetapi sungguhpun dia meninggal namun riwayat tanah air tidaklah akan dapat melupakan namanya dan tidaklah akan sanggup menghilangkan jasanya. Karena demikian nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi kesenangannya buat orang lain. Buat dirinya sendiri tidak”

–          Tersurat

  1. Jika cinta itu tulus dari hati yang sebenarnya, maka cinta itu tidak perlu memaksanakan untuk dimiliki.
  2. Walaupun cinta tak tersampaikan, kita harus tetap menjaga cinta itu dengan baik.
  3. Dalam hidup kita tidak boleh mudah putus asa dan harus selalu memiliki tujuan hidup.
  4. Ikutilah kata hati dan juga dengan pemikiran jika ingin bertindak.
  5. Cinta tak sampai seharusnya bukan akhir dari segalanya.
  6. Cinta dapat membuat orang yang merasakan cinta itu melakukan segalanya untuk orang yang dicintai.
  7. Cinta sejati dan tulus tak lekang oleh waktu.
  8. Sejahat-jahat orang yang mencintai kita, sadarlah bahwa ia tidak pernah membenci kita.

Hidup merupakan pilihan yang harus kita pilih sendiri tujuan hidup kita

Siapa tokoh dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

2) Tokoh dan perwatakan yang terdapat dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka Tokoh utama adalah Zainuddin, berwatak sopan, baik budi. Hayati, pandai berterima kasih. Aziz, memiliki karakter kasar. Khadijah, senang mempengaruhi orang lain.

Bagaimana alur cerita Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Dari Makasar, Zainuddin berlayar menuju tanah kelahiran ayahnya di Padang Panjang. Hatinya terpikat pada seorang gadis jelita bangsawan, Hayati. Namun apa daya, adat istiadat menghalangi cinta mereka.Tenggelamnya Kapal Van der Wijck / sinopsisnull

Kapan latar waktu cerita novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Namun, jika kita melihat perilaku masyarakat dan juga latar sosial yang masih sangat kental dengan budaya Minangkabau dapat diperkirakan bahwa latar waktu dalam cerita Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah pada tahun 1950-an.

Pesan moral apa saja dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Pesan Moral Tenggelamnya Kapal Van der Wijck Orang yang tak bersuku minang dianggap tidak berbangsa, tidak paham akan adat minang. Sehingga dianggap sebagai sebuah aib. Meskipun saat sekarang sudah banyak orang tua minang modern yang tidak lagi menganggap suku sebagai sebuah syarat utama dalam mengangkat menantu.