Mengenal atman dengan perenungan diri yang sangat dalam disebut

Atman atau Atma (IAST: Ātmā, Sanskerta: आत्म‍ ) dalam Hindu merupakan percikan kecil dari Brahman yang berada di dalam setiap makhluk hidup.[1][2] Atman di dalam badan manusia disebut: Jiwatman atau jiwa atau roh yaitu yang menghidupkan manusia.[1] Demikianlah atman itu menghidupkan sarwa prani (makhluk di dunia semesta ini).[2] Indria tak bisa bekerja jika tak berada atman.[2] Atman itu bersumber dari Brahman, bagaikan matahari dengan sinarnya.[1] Brahman sebagai matahari dan atman-atman sebagai sinar-Nya yang terpencar memasuki dalam hidup semua makhluk.[1]

Sifat-sifat Atman

Dalam Bhagavad Gita dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman, selang lain adalah:[3]

  • Achedya : tak terlukai oleh senjata
  • Adahya : tak terbakar oleh api
  • Akledya :tak terkeringkan oleh angin
  • Acesyah : tak terbasahkan oleh cairan
  • Nitya : tidak berkesudahan
  • Sarwagatah : di mana- mana berada
  • Sthanu : tak berpindah- pindah
  • Acala : tak bergerak
  • Sanatana : selalu sama
  • Awyakta : tak dilahirkan
  • Acintya : tak terpikirkan
  • Awikara : tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.

Atman dalam Bhagavad Gita

Berikut merupakan sebagian kutipan sloka yang memuat sifat-sifat Atman dalam Bhagavad Gita:[3]

Sloka

nai'nam chhindanti sastranina chai'nam kledayanty apona soshayati marutah

Terjemahan

Senjata tidak bisa melukai Diadan api tidak bisa membakar- Nyaangin tidak bisa mengeringkan Diadan cairan tidak bisa membasahi- Nya

Achedyo 'yam adahyo 'yamakledya 'soshya eva chanityah sarwagatah sthanurachalo 'yam sanatanah

Dia tidak bisa dilukai, dibakarjuga tidak dikeringkan dan dibasahiDia merupakan tidak berkesudahan, tiada berubahtiada bergerak, tetap selama- lamanya.

Awyakto 'yam achintyo 'yamAwikaryo 'yam uchyatetasmad ewam widitasi 'namna 'nusochitum arhasi.

Dia dituturkan tidak termanifestasikantidak bisa dipikirkan, tidak berubah- ubahdan mengetahui halnya demikianengkau inginnya jangan bersedih.


Atman tidak bisa menjadi subyek atau obyek dan tindakan atau pekerjaan.[2] Atman tidak terpengaruh akan perubahan-perubahan yang dijalani maupun dialami pikiran, hidup dan jasad atau badan jasmani.[2] Badan jasmani bisa berubah, kelahiran, mati, datang dan pergi, namun Atman tetap langgeng bagi selamanya.[2]

Empat Perlintasan menemukan Atman

Bagi menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia wajib melakukan Yoga.[4] Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna.[4] Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam.[4] "Sebab semua latihan rohani India (yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan bagi mencapai tujuan praktis ini...bagaimana prosedurnya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."[5]

Berada empat perlintasan (yoga) bagi menemukan Atman, namun empat perlintasan tersebut membawa bagi tujuan yang satu.[4] Manusia bisa memilih salah satu dari empat perlintasan tersebut sesuai pribadi orang tersebut.[4] Menurut analisis Hindu, biasanya berada empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).[4]

Keempat perlintasan tersebut dimulai dari sebagian petuah penting mengenai kesusilaan.[4] Sebab tujuan penghabisan dari masing-masing perlintasan merupakan bagi menjernihkan permukaan diri kita supaya bisa terlihat unsur keilahian yang dibawahnya, maka tentu saja pribadi itu wajib dibersihkan dari kotoran moral yang agung.[4] Orang yang berhasrat melakukan yoga wajib memulai hukum budaya serta praktik hidup yang bermoral.[4]

Perlintasan melalui Ilmu

Perlintasan melalui ilmu atau jnana yoga diperuntukkan bagi orang-orang yang mempunyai kecenderungan intelektual yang kuat.[4] Bagi orang seperti itu, Hindu menawarkan serangkaian semadi dan pembuktian logis yang dimaksudkan bagi meyakinkan si pemikir bahwa berada hal yang semakin dari dirinya yang berhingga itu.[4]

Perlintasan bagi memperoleh ilmu ini terdiri dari tiga langkah yaitu mendengar, berpikir, dan pengalihan.[4] Pertama merupakan mendengar, yakni mendengar ucapan dari orang-orang bijaksana, dan kitab-kitab suci.[4] Tujuannya supaya orang yang bersangkutan bersahabatan dengan hipotesis pokok bahwa di pusat jati dirinya terdapat sumber kehidupan yang tak berhingga yang tidak bisa dipadamkan.[4] Langkah kedua merupakan berpikir, yaitu Atman yang tadinya berupa konsep kosong, diubah menjadi kenyataan penting.[4] Langkah ketiga merupakan pengalihan identifikasi dirinya dengan roh tidak berkesudahan dengan mencoba membayangkan dirinya sebagai roh tidak berkesudahan itu.[4] Dia wajib melihat dirinya dari sudut pandang yang tidak sama seolah-olah dia merupakan pribadi yang tidak sama, sebab memang dirinya merupakan fana dan hanya atman yang nyata.[4]

Perlintasan melalui Cinta

Perlintasan melalui cinta atau bhakti yoga tidak sama dengan jnana yoga.[4] Dalam jnana yoga gambaran tentang Tuhan bagaikan suatu samudera yang tak berhingga dan berada di landasan diri kita.[4] Tuhan dibayangkan sebagai Diri yang merembesi segala sesuatu yang sepenuhnya berada di dalam manusia ataupun di luar manusia.[4] Tugas manusia merupakan mengenal persatuan diri dengan Tuhan, dan Tuhan bukan dimengerti sebagai pribadi.[4] Akan tetapi, bagi seseorang yang semakin mengutamakan cinta daripada pikiran, Tuhan pastilah kelihatan tidak sama dengan hal-hal tersebut.[4] Pertama, bhakti akan menolak semua pandangan yang menyatakan Tuhan merupakan diri pribadinya, bahkan dirinya yang paling dalam, dan berkeras bahwa Tuhan lain dari dirinya.[4] Alasannya, sebab cinta merupakan perasaan yang dicurahkan keluar.[4] Kedua, tujuan jnana tidak sama dengan bhakti.[4] Tujuannya bukanlah melihat kesatuan dirinya dengan Tuhan, melainkan bagi memuja Tuhan dengan segenap kemampuan yang berada pada dirinya.[4] Apa yang wajib dipertontonkan merupakan mencintai Tuhan dengan setulus hati, mencintai dalam kehidupan, mencintai hal lain sebab Dia, dan mencintai-Nya tanpa pamrih apapun.[4]

Berada tiga prosedur pendekatan bhakti yang perlu dikenali yaitu:

  • a. Japam, yaitu latihan menyebut nama Tuhan berulang-ulang kali.[4]
  • b. Mendengungkan pergantian cinta, menunjukan kenyataan bahwa berada bermacam jenis cinta, misalnya cinta anak-orangtua dan suami-istri, dan sebagainya.[4] Prosedur ini mendorong orang yang melakukan yoga mengalihkan semua cinta bagi Tuhan.[4]
  • c. Pemujaan terhadap Tuhan menurut bentuk ideal seseorang.[4] Menurut agama Hindu berada tingkatan-tingkatan cinta yang semakin mendalam dan timbal balik.[4] Tahap pertama merupakan sikap mereka yang dilindungi terhadap si pelindung.[4] Tahap kedua merupakan tahap persahabatan, dimana Tuhan dipandang sebagai teman bahkan teman sepermainan.[4] Tahap ketiga merupakan sikap cinta orang tua dimana Tuhan dipandang manusia sebagai anak.[4]

Perlintasan melalui Kerja

Perlintasan melalui kerja atau karma yoga ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif.[4] Kerja merupakan pokok kehidupan manusia. Desakan bekerja bukanlah motivasi ekonomis, melainkan motivasi psikologis.[4] Manusia akan merasa gelisah atau kehilangan semangat saat tidak bekerja.[4] Perlintasan ini ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif. Perlintasan ini menggunakan kerja sebagai sarana prasarana bagi menuju Tuhan.[4]

Karma yoga mempunyai rute-rute alternatif tergantung pada pendekatan kita, apakah dengan filosofis atau dengan sikap cinta.[4] Berlaku karma yoga bisa dipraktikkan dengan gaya jnana yoga (pengetahuan) atau bhakti yoga (cinta).[4] Pekerjaan bisa menjadi wahana menuju Tuhan melalui kedua hal tersebut, sebab agama Hindu mengajarkan bahwa setiap tindakan yang dipertontonkan pada dunia di luar kita mempunyai reaksi yang sepadan di dalam diri pelakunya.[4] Setiap kelakuan yang manusia lakukan bagi kepentingan kesejahteraan diri manusia akan menambah satu lapisan ego yang semakin mempertebal jarak selang dirinya dan Tuhan, berpihak kepada yang benar yang dimengerti di dalam diri maupun di luar diri.[4] Demikian pula setiap tindakan yang dipertontonkan tanpa mengingat kepentingan diri sendiri, akan mengurangi hambatan bagi mencapai Atman di dalam diri, hingga penghabisannya tidak berada hambatan yang mengaburkan hubungan seseorang dengan Tuhan.[4]

Seorang yang menganut perlintasan karma yoga akan berusaha melakukan setiap hal yang dihadapinya seakan-akan hal itu merupakan satu-satunya tugas yang wajib dikerjakannya.[4] Dia akan berusaha memusatkan perhatiannya secara utuh dan mantap terhadap setiap tugas, dengan menjauhkan segala bentuk ketidaksabaran, kegembiraan, ataupun usaha yang sia-sia bagi melakukan atau mengingat bermacam hal yang lain dalam waktu yang sama.[4] Dia akan berusaha sekuat tenaga, sebab jika tidak faedahnya dia telah menyerah bagi kemalasan yang merupakan sifat mementingkan diri.[4]

Perlintasan melalui Latihan Psikologis

Perlintasan melalui latihan psikologis dinamakan juga raja yoga sebab jenis yoga ini bisa membawa orang ke taraf yang tinggi.[4] Satu-satunya syarat yang dibutuhkan bagi menempuh raja yoga ini merupakan dipunyainya suatu dugaan kuat bahwa diri manusia sebenarnya jauh semakin mengagumkan dari yang kita sadari saat ini.[4] Orang yang melakukan raja yoga akan melakukan percobaan terhadap rohaninya sendiri dengan hipotesis bahwa Atman berada di dalam lapisan-lapisan diri manusia.[4] Tujuan raja yoga merupakan bagi membuktikan keabsahan dari pandangan tentang lapisan-lapisan ini.[4]

Tahap-tahap dari raja yoga berada delapan tingkat, namun bisa dibagi menjadi empat anggota, yaitu:[6] a. Persiapan etis atau persiapan di anggota kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci apapun juga, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan wajib murni secara batin.[6] b. Persiapan badani, yaitu orang wajib menguasai gerak-gerik, napas tubuh, serta perasaannya.[6] c. Merenung, yaitu orang wajib bisa memusatkan perhatiannya bagi sesuatu supaya menjadi tenang. Setelah tenang orang wajib merenungkan sesuatu.[6] d. Samadhi, yang menghapuskan perasaan beradanya identitas. Tubuh dan pikiran menjadi mati terhadap segala perangsang dari luar. Hanya sasaran yang direnungkan itulah yang tinggal bersinar-sinar.[6]

Jika telah bisa mencapai tahap ini, maka dia telah mencapai tingkatan moksa, yaitu kesadaran bahwa segala sesuatu merupakan satu dan dengan pengalamannya dia merealisasikan kesatuan itu.[6] Baginya hanya Atman/Brahman saja yang abadi, sedangkan segala yang lain di dalam dunia ini merupakan maya atau tidak nyata.[6]

Referensi

  1. ^ a b c d Bagus Takwin. 2003. Filsafat Timur: Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Konsep Timur. Depok: Jalasutra.
  2. ^ a b c d e f Harun Hadiwijono. 1971. Sari Filsafat India. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  3. ^ a b (Inggris)Bhaktivedanta Swami Prabhupada (Trans.). 1986. Bhagavad Gita As It Is. Sydney: The Bhaktivedanta Book Trust.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay Huston Smith. 1999. Agama-Agama Manusia. Jakarta: Obor. Hal. 40-41.
  5. ^ Heinrich Zimmer. 1951. The Philosophy of India. New York: Patheon Books. p. 80-81.
  6. ^ a b c d e f g Harun Hadiwijono. 1982. Agama Hindu Budha. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.

Lihat pula

  • Jiwa
  • Roh
  • Roh dalam agama Kristen

Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dsb.


Page 2

Atman atau Atma (IAST: Ātmā, Sanskerta: आत्म‍ ) dalam Hindu adalah percikan kecil dari Brahman yang benar di dalam setiap makhluk hidup.[1][2] Atman di dalam badan manusia disebut: Jiwatman atau jiwa atau roh yaitu yang menghidupkan manusia.[1] Demikianlah atman itu menghidupkan sarwa prani (makhluk di dunia semesta ini).[2] Indria tak dapat melakukan pekerjaan jika tak benar atman.[2] Atman itu bermula dari Brahman, bagaikan matahari dengan sinarnya.[1] Brahman sebagai matahari dan atman-atman sebagai sinar-Nya yang terpencar memasuki dalam hidup semua makhluk.[1]

Sifat-sifat Atman

Dalam Bhagavad Gita dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman, ditengahnya adalah:[3]

  • Achedya : tak terlukai oleh senjata
  • Adahya : tak terbakar oleh api
  • Akledya :tak terkeringkan oleh angin
  • Acesyah : tak terbasahkan oleh cairan
  • Nitya : tidak berkesudahan
  • Sarwagatah : di mana- mana benar
  • Sthanu : tak berpindah- pindah
  • Acala : tak bergerak
  • Sanatana : selalu sama
  • Awyakta : tak dilahirkan
  • Acintya : tak terpikirkan
  • Awikara : tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.

Atman dalam Bhagavad Gita

Berikut yaitu beberapa kutipan sloka yang benar isinya sifat-sifat Atman dalam Bhagavad Gita:[3]

Sloka

nai'nam chhindanti sastranina chai'nam kledayanty apona soshayati marutah

Terjemahan

Senjata tidak dapat melukai Diadan api tidak dapat membakar- Nyaangin tidak dapat mengeringkan Diadan cairan tidak dapat membasahi- Nya

Achedyo 'yam adahyo 'yamakledya 'soshya eva chanityah sarwagatah sthanurachalo 'yam sanatanah

Dia tidak dapat dilukai, dibakarjuga tidak dikeringkan dan dibasahiDia yaitu tidak berkesudahan, tiada berubahtiada bergerak, tetap selama- lamanya.

Awyakto 'yam achintyo 'yamAwikaryo 'yam uchyatetasmad ewam widitasi 'namna 'nusochitum arhasi.

Dia dikatakan tidak termanifestasikantidak dapat dipikirkan, tidak berubah- ubahdan mengetahui halnya demikianengkau inginnya jangan berduka.


Atman tidak dapat dijadikan subyek atau obyek dan tindakan atau pekerjaan.[2] Atman tidak terpengaruh akan perubahan-perubahan yang dijalani maupun dialami pikiran, hidup dan jasad atau badan jasmani.[2] Badan jasmani dapat berubah, kelahiran, mati, datang dan pergi, namun Atman tetap langgeng bagi selamanya.[2]

Empat Jalan menemukan Atman

Bagi menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia wajib melakukan Yoga.[4] Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna.[4] Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam.[4] "Karena semua latihan rohani India (yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan bagi mencapai tujuan praktis ini...bagaimana prosedurnya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."[5]

Benar empat jalan (yoga) bagi menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa bagi tujuan yang satu.[4] Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut sesuai pribadi orang tersebut.[4] Menurut analisis Hindu, pada umumnya benar empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).[4]

Keempat jalan tersebut dimulai dari beberapa ajar penting mengenai kesusilaan.[4] Karena tujuan akhir dari masing-masing jalan yaitu bagi menjernihkan permukaan diri kita supaya dapat terlihat unsur keilahian yang dibawahnya, maka tentu saja pribadi itu wajib dibersihkan dari kotoran moral yang agung.[4] Orang yang ingin melakukan yoga wajib memulai hukum budaya serta praktik hidup yang bermoral.[4]

Jalan melalui Ilmu

Jalan melalui ilmu atau jnana yoga diperuntukkan bagi orang-orang yang mempunyai kecenderungan intelektual yang kuat.[4] Bagi orang seperti itu, Hindu menawarkan serangkaian semadi dan pembuktian logis yang dimaksudkan bagi meyakinkan si pemikir bahwa benar hal yang bertambah dari dirinya yang berhingga itu.[4]

Jalan bagi memperoleh ilmu ini terdiri dari tiga langkah yaitu mendengar, berpikir, dan pengalihan.[4] Pertama yaitu mendengar, yakni mendengar ucapan dari orang-orang bijaksana, dan kitab-kitab suci.[4] Tujuannya supaya orang yang bersangkutan bergaul dengan hipotesis konten bahwa di pusat jati dirinya terdapat sumber kehidupan yang tak berhingga yang tidak dapat dipadamkan.[4] Langkah kedua yaitu berpikir, yaitu Atman yang tadinya berupa konsep kosong, diubah dijadikan kenyataan penting.[4] Langkah ketiga yaitu pengalihan identifikasi dirinya dengan roh tidak berkesudahan dengan mencoba membayangkan dirinya sebagai roh tidak berkesudahan itu.[4] Ia wajib melihat dirinya dari sudut pandang yang tidak sama seolah-olah ia yaitu pribadi yang tidak sama, karena memang dirinya yaitu fana dan hanya atman yang nyata.[4]

Jalan melalui Cinta

Jalan melalui cinta atau bhakti yoga tidak sama dengan jnana yoga.[4] Dalam jnana yoga gambaran tentang Tuhan bagaikan suatu samudera yang tak berhingga dan benar di landasan diri kita.[4] Tuhan dibayangkan sebagai Diri yang merembesi segala sesuatu yang sepenuhnya benar di dalam manusia ataupun di luar manusia.[4] Tugas manusia yaitu mengenal persatuan diri dengan Tuhan, dan Tuhan bukan dipahami sebagai pribadi.[4] Akan tetapi, bagi seseorang yang bertambah mengutamakan cinta daripada pikiran, Tuhan pastilah kelihatan tidak sama dengan hal-hal tersebut.[4] Pertama, bhakti akan menolak semua pandangan yang menyatakan Tuhan yaitu diri pribadinya, bahkan dirinya yang paling dalam, dan berkeras bahwa Tuhan lain dari dirinya.[4] Alasannya, karena cinta adalah perasaan yang dicurahkan keluar.[4] Kedua, tujuan jnana tidak sama dengan bhakti.[4] Tujuannya bukanlah melihat kesatuan dirinya dengan Tuhan, melainkan bagi memuja Tuhan dengan segenap kemampuan yang benar pada dirinya.[4] Apa yang wajib dilakukan yaitu mencintai Tuhan dengan setulus hati, mencintai dalam kehidupan, mencintai hal lain karena Dia, dan mencintai-Nya tanpa pamrih apapun.[4]

Benar tiga prosedur pendekatan bhakti yang perlu diketahui yaitu:

  • a. Japam, yaitu latihan menyebut nama Tuhan berulang-ulang kali.[4]
  • b. Mendengungkan pergantian cinta, menunjukan kenyataan bahwa benar berbagai macam cinta, contohnya cinta anak-orangtua dan suami-istri, dan sebagainya.[4] Prosedur ini mendorong orang yang melakukan yoga mengalihkan semua cinta bagi Tuhan.[4]
  • c. Pemujaan terhadap Tuhan menurut wujud ideal seseorang.[4] Menurut agama Hindu benar tingkatan-tingkatan cinta yang bertambah mendalam dan timbal belakang.[4] Tahap pertama yaitu sikap mereka yang dilindungi terhadap si pelindung.[4] Tahap kedua yaitu tahap persahabatan, dimana Tuhan dipandang sebagai teman bahkan teman sepermainan.[4] Tahap ketiga yaitu sikap cinta orang tua dimana Tuhan dipandang manusia sebagai anak.[4]

Jalan melalui Kerja

Jalan melalui kerja atau karma yoga ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif.[4] Kerja yaitu konten kehidupan manusia. Desakan melakukan pekerjaan bukanlah motivasi ekonomis, melainkan motivasi psikologis.[4] Manusia akan merasa gelisah atau kehilangan semangat saat tidak melakukan pekerjaan.[4] Jalan ini ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif. Jalan ini menggunakan kerja sebagai sarana bagi menuju Tuhan.[4]

Karma yoga mempunyai rute-rute alternatif tergantung pada pendekatan kita, apakah dengan filosofis atau dengan sikap cinta.[4] Aci karma yoga dapat dipraktikkan dengan gaya jnana yoga (pengetahuan) atau bhakti yoga (cinta).[4] Pekerjaan dapat dijadikan wahana menuju Tuhan melalui kedua hal tersebut, karena agama Hindu mengajarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada dunia di luar kita mempunyai reaksi yang sepadan di dalam diri pelakunya.[4] Setiap kelakuan yang manusia lakukan bagi kepentingan kesejahteraan diri manusia akan menambah satu lapisan ego yang bertambah mempertebal jarak selang dirinya dan Tuhan, adun yang dipahami di dalam diri maupun di luar diri.[4] Demikian pula setiap tindakan yang dilakukan tanpa mengingat kepentingan diri sendiri, akan mengurangi hambatan bagi mencapai Atman di dalam diri, hingga akhir-akhirnya tidak benar hambatan yang mengaburkan hubungan seseorang dengan Tuhan.[4]

Seorang yang menganut jalan karma yoga akan berupaya melakukan setiap hal yang dihadapinya seakan-akan hal itu adalah satu-satunya tugas yang wajib dikerjakannya.[4] Ia akan berupaya memusatkan perhatiannya secara utuh dan mantap terhadap setiap tugas, dengan menjauhkan segala wujud ketidaksabaran, kegembiraan, ataupun usaha yang sia-sia bagi melakukan atau mengingat berbagai hal lainnya dalam waktu yang sama.[4] Ia akan berupaya sekuat tenaga, karena jika tidak berfaedah ia telah menyerah bagi kemalasan yang adalah sifat mementingkan diri.[4]

Jalan melalui Latihan Psikologis

Jalan melalui latihan psikologis disebut juga raja yoga karena macam yoga ini dapat membawa orang ke taraf yang tinggi.[4] Satu-satunya syarat yang dibutuhkan bagi menempuh raja yoga ini yaitu dipunyainya suatu dugaan kuat bahwa diri manusia sebenarnya jauh bertambah mengagumkan dari yang kita sadari saat ini.[4] Orang yang melakukan raja yoga akan melakukan percobaan terhadap rohaninya sendiri dengan hipotesis bahwa Atman benar di dalam lapisan-lapisan diri manusia.[4] Tujuan raja yoga yaitu bagi membuktikan keabsahan dari pandangan tentang lapisan-lapisan ini.[4]

Tahap-tahap dari raja yoga benar delapan tingkat, namun dapat dibagi dijadikan empat anggota, yaitu:[6] a. Persiapan etis atau persiapan di aspek kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci apapun juga, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan wajib murni secara batin.[6] b. Persiapan badani, yaitu orang wajib menguasai gerak-gerik, napas tubuh, serta perasaannya.[6] c. Merenung, yaitu orang wajib dapat memusatkan perhatiannya bagi sesuatu supaya dijadikan tenang. Setelah tenang orang wajib merenungkan sesuatu.[6] d. Samadhi, yang menghapuskan perasaan demikianlah keadaanya identitas. Tubuh dan pikiran dijadikan mati terhadap segala perangsang dari luar. Hanya sasaran yang direnungkan itulah yang tinggal bersinar-sinar.[6]

Jika telah dapat mencapai tahap ini, maka ia telah mencapai tingkatan moksa, yaitu kesadaran bahwa segala sesuatu yaitu satu dan dengan pengalamannya ia merealisasikan kesatuan itu.[6] Baginya hanya Atman/Brahman saja yang abadi, sedangkan segala lainnya di dalam dunia ini yaitu maya atau tidak nyata.[6]

Referensi

  1. ^ a b c d Bagus Takwin. 2003. Filsafat Timur: Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Konsep Timur. Depok: Jalasutra.
  2. ^ a b c d e f Harun Hadiwijono. 1971. Sari Filsafat India. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  3. ^ a b (Inggris)Bhaktivedanta Swami Prabhupada (Trans.). 1986. Bhagavad Gita As It Is. Sydney: The Bhaktivedanta Book Trust.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay Huston Smith. 1999. Agama-Agama Manusia. Jakarta: Obor. Hal. 40-41.
  5. ^ Heinrich Zimmer. 1951. The Philosophy of India. New York: Patheon Books. p. 80-81.
  6. ^ a b c d e f g Harun Hadiwijono. 1982. Agama Hindu Budha. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.

Lihat pula

  • Jiwa
  • Roh
  • Roh dalam agama Kristen

Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 3

Atman atau Atma (IAST: Ātmā, Sanskerta: आत्म‍ ) dalam Hindu adalah percikan kecil dari Brahman yang benar di dalam setiap makhluk hidup.[1][2] Atman di dalam badan manusia disebut: Jiwatman atau jiwa atau roh yaitu yang menghidupkan manusia.[1] Demikianlah atman itu menghidupkan sarwa prani (makhluk di dunia semesta ini).[2] Indria tak dapat melakukan pekerjaan jika tak benar atman.[2] Atman itu bermula dari Brahman, bagaikan matahari dengan sinarnya.[1] Brahman sebagai matahari dan atman-atman sebagai sinar-Nya yang terpencar memasuki dalam hidup semua makhluk.[1]

Sifat-sifat Atman

Dalam Bhagavad Gita dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman, diantaranya adalah:[3]

  • Achedya : tak terlukai oleh senjata
  • Adahya : tak terbakar oleh api
  • Akledya :tak terkeringkan oleh angin
  • Acesyah : tak terbasahkan oleh cairan
  • Nitya : tidak berkesudahan
  • Sarwagatah : di mana- mana benar
  • Sthanu : tak berpindah- pindah
  • Acala : tak bergerak
  • Sanatana : selalu sama
  • Awyakta : tak dilahirkan
  • Acintya : tak terpikirkan
  • Awikara : tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.

Atman dalam Bhagavad Gita

Berikut yaitu beberapa kutipan sloka yang benar isinya sifat-sifat Atman dalam Bhagavad Gita:[3]

Sloka

nai'nam chhindanti sastranina chai'nam kledayanty apona soshayati marutah

Terjemahan

Senjata tidak dapat melukai Diadan api tidak dapat membakar- Nyaangin tidak dapat mengeringkan Diadan cairan tidak dapat membasahi- Nya

Achedyo 'yam adahyo 'yamakledya 'soshya eva chanityah sarwagatah sthanurachalo 'yam sanatanah

Dia tidak dapat dilukai, dibakarjuga tidak dikeringkan dan dibasahiDia yaitu tidak berkesudahan, tiada berubahtiada bergerak, tetap selama- lamanya.

Awyakto 'yam achintyo 'yamAwikaryo 'yam uchyatetasmad ewam widitasi 'namna 'nusochitum arhasi.

Dia dikatakan tidak termanifestasikantidak dapat dipikirkan, tidak berubah- ubahdan mengetahui halnya demikianengkau inginnya jangan berduka.


Atman tidak dapat dijadikan subyek atau obyek dan tindakan atau pekerjaan.[2] Atman tidak terpengaruh akan perubahan-perubahan yang dijalani maupun dialami pikiran, hidup dan jasad atau badan jasmani.[2] Badan jasmani dapat berubah, lahir, mati, datang dan pergi, namun Atman tetap langgeng bagi selamanya.[2]

Empat Jalan menemukan Atman

Bagi menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia wajib melakukan Yoga.[4] Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna.[4] Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam.[4] "Karena semua latihan rohani India (yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan bagi mencapai tujuan praktis ini...bagaimana prosedurnya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."[5]

Benar empat jalan (yoga) bagi menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa bagi tujuan yang satu.[4] Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut sesuai pribadi orang tersebut.[4] Menurut analisis Hindu, pada umumnya benar empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).[4]

Keempat jalan tersebut dimulai dari beberapa ajar penting mengenai kesusilaan.[4] Karena tujuan akhir dari masing-masing jalan yaitu bagi menjernihkan permukaan diri kita supaya dapat terlihat unsur keilahian yang dibawahnya, maka tentu saja pribadi itu wajib dibersihkan dari kotoran moral yang agung.[4] Orang yang ingin melakukan yoga wajib memulai hukum budaya serta praktik hidup yang bermoral.[4]

Jalan melalui Ilmu

Jalan melalui ilmu atau jnana yoga diperuntukkan bagi orang-orang yang mempunyai kecenderungan intelektual yang kuat.[4] Bagi orang seperti itu, Hindu menawarkan serangkaian semadi dan pembuktian logis yang dimaksudkan bagi meyakinkan si pemikir bahwa benar hal yang bertambah dari dirinya yang berhingga itu.[4]

Jalan bagi memperoleh ilmu ini terdiri dari tiga langkah yaitu mendengar, berpikir, dan pengalihan.[4] Pertama yaitu mendengar, yakni mendengar ucapan dari orang-orang bijaksana, dan kitab-kitab suci.[4] Tujuannya supaya orang yang bersangkutan bergaul dengan hipotesis konten bahwa di pusat jati dirinya terdapat sumber kehidupan yang tak berhingga yang tidak dapat dipadamkan.[4] Langkah kedua yaitu berpikir, yaitu Atman yang tadinya berupa konsep kosong, diubah dijadikan kenyataan penting.[4] Langkah ketiga yaitu pengalihan identifikasi dirinya dengan roh tidak berkesudahan dengan mencoba membayangkan dirinya sebagai roh tidak berkesudahan itu.[4] Ia wajib melihat dirinya dari sudut pandang yang tidak sama seolah-olah ia yaitu pribadi yang tidak sama, karena memang dirinya yaitu fana dan hanya atman yang nyata.[4]

Jalan melalui Cinta

Jalan melalui cinta atau bhakti yoga tidak sama dengan jnana yoga.[4] Dalam jnana yoga gambaran tentang Tuhan bagaikan suatu samudera yang tak berhingga dan benar di landasan diri kita.[4] Tuhan dibayangkan sebagai Diri yang merembesi segala sesuatu yang sepenuhnya benar di dalam manusia ataupun di luar manusia.[4] Tugas manusia yaitu mengenal persatuan diri dengan Tuhan, dan Tuhan bukan dipahami sebagai pribadi.[4] Akan tetapi, bagi seseorang yang bertambah mengutamakan cinta daripada pikiran, Tuhan pastilah kelihatan tidak sama dengan hal-hal tersebut.[4] Pertama, bhakti akan menolak semua pandangan yang menyatakan Tuhan yaitu diri pribadinya, bahkan dirinya yang paling dalam, dan berkeras bahwa Tuhan lain dari dirinya.[4] Alasannya, karena cinta adalah perasaan yang dicurahkan keluar.[4] Kedua, tujuan jnana tidak sama dengan bhakti.[4] Tujuannya bukanlah melihat kesatuan dirinya dengan Tuhan, melainkan bagi memuja Tuhan dengan segenap kemampuan yang benar pada dirinya.[4] Apa yang wajib dilakukan yaitu mencintai Tuhan dengan setulus hati, mencintai dalam kehidupan, mencintai hal lain karena Dia, dan mencintai-Nya tanpa pamrih apapun.[4]

Benar tiga prosedur pendekatan bhakti yang perlu diketahui yaitu:

  • a. Japam, yaitu latihan menyebut nama Tuhan berulang-ulang kali.[4]
  • b. Mendengungkan pergantian cinta, menunjukan kenyataan bahwa benar berbagai macam cinta, contohnya cinta anak-orangtua dan suami-istri, dan sebagainya.[4] Prosedur ini mendorong orang yang melakukan yoga mengalihkan semua cinta bagi Tuhan.[4]
  • c. Pemujaan terhadap Tuhan menurut wujud ideal seseorang.[4] Menurut agama Hindu benar tingkatan-tingkatan cinta yang bertambah mendalam dan timbal belakang.[4] Tahap pertama yaitu sikap mereka yang dilindungi terhadap si pelindung.[4] Tahap kedua yaitu tahap persahabatan, dimana Tuhan dipandang sebagai teman bahkan teman sepermainan.[4] Tahap ketiga yaitu sikap cinta orang tua dimana Tuhan dipandang manusia sebagai anak.[4]

Jalan melalui Kerja

Jalan melalui kerja atau karma yoga ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif.[4] Kerja yaitu konten kehidupan manusia. Desakan melakukan pekerjaan bukanlah motivasi ekonomis, melainkan motivasi psikologis.[4] Manusia akan merasa gelisah atau kehilangan semangat saat tidak melakukan pekerjaan.[4] Jalan ini ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif. Jalan ini menggunakan kerja sebagai sarana bagi menuju Tuhan.[4]

Karma yoga mempunyai rute-rute alternatif tergantung pada pendekatan kita, apakah dengan filosofis atau dengan sikap cinta.[4] Aci karma yoga dapat dipraktikkan dengan gaya jnana yoga (pengetahuan) atau bhakti yoga (cinta).[4] Pekerjaan dapat dijadikan wahana menuju Tuhan melalui kedua hal tersebut, karena agama Hindu mengajarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada dunia di luar kita mempunyai reaksi yang sepadan di dalam diri pelakunya.[4] Setiap kelakuan yang manusia lakukan bagi kepentingan kesejahteraan diri manusia akan menambah satu lapisan ego yang bertambah mempertebal jarak selang dirinya dan Tuhan, adun yang dipahami di dalam diri maupun di luar diri.[4] Demikian pula setiap tindakan yang dilakukan tanpa mengingat kepentingan diri sendiri, akan mengurangi hambatan bagi mencapai Atman di dalam diri, hingga akhir-akhirnya tidak benar hambatan yang mengaburkan hubungan seseorang dengan Tuhan.[4]

Seorang yang menganut jalan karma yoga akan berusaha melakukan setiap hal yang dihadapinya seakan-akan hal itu adalah satu-satunya tugas yang wajib dikerjakannya.[4] Ia akan berusaha memusatkan perhatiannya secara utuh dan mantap terhadap setiap tugas, dengan menjauhkan segala wujud ketidaksabaran, kegembiraan, ataupun usaha yang sia-sia bagi melakukan atau mengingat berbagai hal lainnya dalam waktu yang sama.[4] Ia akan berusaha sekuat tenaga, karena jika tidak berfaedah ia telah menyerah bagi kemalasan yang adalah sifat mementingkan diri.[4]

Jalan melalui Latihan Psikologis

Jalan melalui latihan psikologis disebut juga raja yoga karena macam yoga ini dapat membawa orang ke taraf yang tinggi.[4] Satu-satunya syarat yang dibutuhkan bagi menempuh raja yoga ini yaitu dipunyainya suatu dugaan kuat bahwa diri manusia sebenarnya jauh bertambah mengagumkan dari yang kita sadari saat ini.[4] Orang yang melakukan raja yoga akan melakukan percobaan terhadap rohaninya sendiri dengan hipotesis bahwa Atman benar di dalam lapisan-lapisan diri manusia.[4] Tujuan raja yoga yaitu bagi membuktikan keabsahan dari pandangan tentang lapisan-lapisan ini.[4]

Tahap-tahap dari raja yoga benar delapan tingkat, namun dapat dibagi dijadikan empat anggota, yaitu:[6] a. Persiapan etis atau persiapan di aspek kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci apapun juga, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan wajib murni secara batin.[6] b. Persiapan badani, yaitu orang wajib menguasai gerak-gerik, napas tubuh, serta perasaannya.[6] c. Merenung, yaitu orang wajib dapat memusatkan perhatiannya bagi sesuatu supaya dijadikan tenang. Setelah tenang orang wajib merenungkan sesuatu.[6] d. Samadhi, yang menghapuskan perasaan demikianlah keadaanya identitas. Tubuh dan pikiran dijadikan mati terhadap segala perangsang dari luar. Hanya sasaran yang direnungkan itulah yang tinggal bersinar-sinar.[6]

Jika telah dapat mencapai tahap ini, maka ia telah mencapai tingkatan moksa, yaitu kesadaran bahwa segala sesuatu yaitu satu dan dengan pengalamannya ia merealisasikan kesatuan itu.[6] Baginya hanya Atman/Brahman saja yang abadi, sedangkan segala lainnya di dalam dunia ini yaitu maya atau tidak nyata.[6]

Referensi

  1. ^ a b c d Bagus Takwin. 2003. Filsafat Timur: Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Pemikiran Timur. Depok: Jalasutra.
  2. ^ a b c d e f Harun Hadiwijono. 1971. Sari Filsafat India. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  3. ^ a b (Inggris)Bhaktivedanta Swami Prabhupada (Trans.). 1986. Bhagavad Gita As It Is. Sydney: The Bhaktivedanta Book Trust.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay Huston Smith. 1999. Agama-Agama Manusia. Jakarta: Obor. Hal. 40-41.
  5. ^ Heinrich Zimmer. 1951. The Philosophy of India. New York: Patheon Books. p. 80-81.
  6. ^ a b c d e f g Harun Hadiwijono. 1982. Agama Hindu Budha. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.

Lihat pula

  • Jiwa
  • Roh
  • Roh dalam agama Kristen

Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 4

Atman atau Atma (IAST: Ātmā, Sanskerta: आत्म‍ ) dalam Hindu adalah percikan kecil dari Brahman yang benar di dalam setiap makhluk hidup.[1][2] Atman di dalam badan manusia disebut: Jiwatman atau jiwa atau roh yaitu yang menghidupkan manusia.[1] Demikianlah atman itu menghidupkan sarwa prani (makhluk di dunia semesta ini).[2] Indria tak dapat melakukan pekerjaan jika tak benar atman.[2] Atman itu bermula dari Brahman, bagaikan matahari dengan sinarnya.[1] Brahman sebagai matahari dan atman-atman sebagai sinar-Nya yang terpencar memasuki dalam hidup semua makhluk.[1]

Sifat-sifat Atman

Dalam Bhagavad Gita dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman, diantaranya adalah:[3]

  • Achedya : tak terlukai oleh senjata
  • Adahya : tak terbakar oleh api
  • Akledya :tak terkeringkan oleh angin
  • Acesyah : tak terbasahkan oleh cairan
  • Nitya : tidak berkesudahan
  • Sarwagatah : di mana- mana benar
  • Sthanu : tak berpindah- pindah
  • Acala : tak bergerak
  • Sanatana : selalu sama
  • Awyakta : tak dilahirkan
  • Acintya : tak terpikirkan
  • Awikara : tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.

Atman dalam Bhagavad Gita

Berikut yaitu beberapa kutipan sloka yang benar isinya sifat-sifat Atman dalam Bhagavad Gita:[3]

Sloka

nai'nam chhindanti sastranina chai'nam kledayanty apona soshayati marutah

Terjemahan

Senjata tidak dapat melukai Diadan api tidak dapat membakar- Nyaangin tidak dapat mengeringkan Diadan cairan tidak dapat membasahi- Nya

Achedyo 'yam adahyo 'yamakledya 'soshya eva chanityah sarwagatah sthanurachalo 'yam sanatanah

Dia tidak dapat dilukai, dibakarjuga tidak dikeringkan dan dibasahiDia yaitu tidak berkesudahan, tiada berubahtiada bergerak, tetap selama- lamanya.

Awyakto 'yam achintyo 'yamAwikaryo 'yam uchyatetasmad ewam widitasi 'namna 'nusochitum arhasi.

Dia dikatakan tidak termanifestasikantidak dapat dipikirkan, tidak berubah- ubahdan mengetahui halnya demikianengkau inginnya jangan berduka.


Atman tidak dapat dijadikan subyek atau obyek dan tindakan atau pekerjaan.[2] Atman tidak terpengaruh akan perubahan-perubahan yang dijalani maupun dialami pikiran, hidup dan jasad atau badan jasmani.[2] Badan jasmani dapat berubah, lahir, mati, datang dan pergi, namun Atman tetap langgeng bagi selamanya.[2]

Empat Jalan menemukan Atman

Bagi menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia wajib melakukan Yoga.[4] Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna.[4] Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam.[4] "Karena semua latihan rohani India (yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan bagi mencapai tujuan praktis ini...bagaimana prosedurnya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."[5]

Benar empat jalan (yoga) bagi menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa bagi tujuan yang satu.[4] Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut sesuai pribadi orang tersebut.[4] Menurut analisis Hindu, pada umumnya benar empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).[4]

Keempat jalan tersebut dimulai dari beberapa ajar penting mengenai kesusilaan.[4] Karena tujuan akhir dari masing-masing jalan yaitu bagi menjernihkan permukaan diri kita supaya dapat terlihat unsur keilahian yang dibawahnya, maka tentu saja pribadi itu wajib dibersihkan dari kotoran moral yang agung.[4] Orang yang ingin melakukan yoga wajib memulai hukum budaya serta praktik hidup yang bermoral.[4]

Jalan melalui Ilmu

Jalan melalui ilmu atau jnana yoga diperuntukkan bagi orang-orang yang mempunyai kecenderungan intelektual yang kuat.[4] Bagi orang seperti itu, Hindu menawarkan serangkaian semadi dan pembuktian logis yang dimaksudkan bagi meyakinkan si pemikir bahwa benar hal yang bertambah dari dirinya yang berhingga itu.[4]

Jalan bagi memperoleh ilmu ini terdiri dari tiga langkah yaitu mendengar, berpikir, dan pengalihan.[4] Pertama yaitu mendengar, yakni mendengar ucapan dari orang-orang bijaksana, dan kitab-kitab suci.[4] Tujuannya supaya orang yang bersangkutan bergaul dengan hipotesis konten bahwa di pusat jati dirinya terdapat sumber kehidupan yang tak berhingga yang tidak dapat dipadamkan.[4] Langkah kedua yaitu berpikir, yaitu Atman yang tadinya berupa konsep kosong, diubah dijadikan kenyataan penting.[4] Langkah ketiga yaitu pengalihan identifikasi dirinya dengan roh tidak berkesudahan dengan mencoba membayangkan dirinya sebagai roh tidak berkesudahan itu.[4] Ia wajib melihat dirinya dari sudut pandang yang tidak sama seolah-olah ia yaitu pribadi yang tidak sama, karena memang dirinya yaitu fana dan hanya atman yang nyata.[4]

Jalan melalui Cinta

Jalan melalui cinta atau bhakti yoga tidak sama dengan jnana yoga.[4] Dalam jnana yoga gambaran tentang Tuhan bagaikan suatu samudera yang tak berhingga dan benar di landasan diri kita.[4] Tuhan dibayangkan sebagai Diri yang merembesi segala sesuatu yang sepenuhnya benar di dalam manusia ataupun di luar manusia.[4] Tugas manusia yaitu mengenal persatuan diri dengan Tuhan, dan Tuhan bukan dipahami sebagai pribadi.[4] Akan tetapi, bagi seseorang yang bertambah mengutamakan cinta daripada pikiran, Tuhan pastilah kelihatan tidak sama dengan hal-hal tersebut.[4] Pertama, bhakti akan menolak semua pandangan yang menyatakan Tuhan yaitu diri pribadinya, bahkan dirinya yang paling dalam, dan berkeras bahwa Tuhan lain dari dirinya.[4] Alasannya, karena cinta adalah perasaan yang dicurahkan keluar.[4] Kedua, tujuan jnana tidak sama dengan bhakti.[4] Tujuannya bukanlah melihat kesatuan dirinya dengan Tuhan, melainkan bagi memuja Tuhan dengan segenap kemampuan yang benar pada dirinya.[4] Apa yang wajib dilakukan yaitu mencintai Tuhan dengan setulus hati, mencintai dalam kehidupan, mencintai hal lain karena Dia, dan mencintai-Nya tanpa pamrih apapun.[4]

Benar tiga prosedur pendekatan bhakti yang perlu diketahui yaitu:

  • a. Japam, yaitu latihan menyebut nama Tuhan berulang-ulang kali.[4]
  • b. Mendengungkan pergantian cinta, menunjukan kenyataan bahwa benar berbagai macam cinta, contohnya cinta anak-orangtua dan suami-istri, dan sebagainya.[4] Prosedur ini mendorong orang yang melakukan yoga mengalihkan semua cinta bagi Tuhan.[4]
  • c. Pemujaan terhadap Tuhan menurut wujud ideal seseorang.[4] Menurut agama Hindu benar tingkatan-tingkatan cinta yang bertambah mendalam dan timbal belakang.[4] Tahap pertama yaitu sikap mereka yang dilindungi terhadap si pelindung.[4] Tahap kedua yaitu tahap persahabatan, dimana Tuhan dipandang sebagai teman bahkan teman sepermainan.[4] Tahap ketiga yaitu sikap cinta orang tua dimana Tuhan dipandang manusia sebagai anak.[4]

Jalan melalui Kerja

Jalan melalui kerja atau karma yoga ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif.[4] Kerja yaitu konten kehidupan manusia. Desakan melakukan pekerjaan bukanlah motivasi ekonomis, melainkan motivasi psikologis.[4] Manusia akan merasa gelisah atau kehilangan semangat saat tidak melakukan pekerjaan.[4] Jalan ini ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif. Jalan ini menggunakan kerja sebagai sarana bagi menuju Tuhan.[4]

Karma yoga mempunyai rute-rute alternatif tergantung pada pendekatan kita, apakah dengan filosofis atau dengan sikap cinta.[4] Aci karma yoga dapat dipraktikkan dengan gaya jnana yoga (pengetahuan) atau bhakti yoga (cinta).[4] Pekerjaan dapat dijadikan wahana menuju Tuhan melalui kedua hal tersebut, karena agama Hindu mengajarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada dunia di luar kita mempunyai reaksi yang sepadan di dalam diri pelakunya.[4] Setiap kelakuan yang manusia lakukan bagi kepentingan kesejahteraan diri manusia akan menambah satu lapisan ego yang bertambah mempertebal jarak selang dirinya dan Tuhan, adun yang dipahami di dalam diri maupun di luar diri.[4] Demikian pula setiap tindakan yang dilakukan tanpa mengingat kepentingan diri sendiri, akan mengurangi hambatan bagi mencapai Atman di dalam diri, hingga akhir-akhirnya tidak benar hambatan yang mengaburkan hubungan seseorang dengan Tuhan.[4]

Seorang yang menganut jalan karma yoga akan berusaha melakukan setiap hal yang dihadapinya seakan-akan hal itu adalah satu-satunya tugas yang wajib dikerjakannya.[4] Ia akan berusaha memusatkan perhatiannya secara utuh dan mantap terhadap setiap tugas, dengan menjauhkan segala wujud ketidaksabaran, kegembiraan, ataupun usaha yang sia-sia bagi melakukan atau mengingat berbagai hal lainnya dalam waktu yang sama.[4] Ia akan berusaha sekuat tenaga, karena jika tidak berfaedah ia telah menyerah bagi kemalasan yang adalah sifat mementingkan diri.[4]

Jalan melalui Latihan Psikologis

Jalan melalui latihan psikologis disebut juga raja yoga karena macam yoga ini dapat membawa orang ke taraf yang tinggi.[4] Satu-satunya syarat yang dibutuhkan bagi menempuh raja yoga ini yaitu dipunyainya suatu dugaan kuat bahwa diri manusia sebenarnya jauh bertambah mengagumkan dari yang kita sadari saat ini.[4] Orang yang melakukan raja yoga akan melakukan percobaan terhadap rohaninya sendiri dengan hipotesis bahwa Atman benar di dalam lapisan-lapisan diri manusia.[4] Tujuan raja yoga yaitu bagi membuktikan keabsahan dari pandangan tentang lapisan-lapisan ini.[4]

Tahap-tahap dari raja yoga benar delapan tingkat, namun dapat dibagi dijadikan empat anggota, yaitu:[6] a. Persiapan etis atau persiapan di aspek kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci apapun juga, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan wajib murni secara batin.[6] b. Persiapan badani, yaitu orang wajib menguasai gerak-gerik, napas tubuh, serta perasaannya.[6] c. Merenung, yaitu orang wajib dapat memusatkan perhatiannya bagi sesuatu supaya dijadikan tenang. Setelah tenang orang wajib merenungkan sesuatu.[6] d. Samadhi, yang menghapuskan perasaan demikianlah keadaanya identitas. Tubuh dan pikiran dijadikan mati terhadap segala perangsang dari luar. Hanya sasaran yang direnungkan itulah yang tinggal bersinar-sinar.[6]

Jika telah dapat mencapai tahap ini, maka ia telah mencapai tingkatan moksa, yaitu kesadaran bahwa segala sesuatu yaitu satu dan dengan pengalamannya ia merealisasikan kesatuan itu.[6] Baginya hanya Atman/Brahman saja yang abadi, sedangkan segala lainnya di dalam dunia ini yaitu maya atau tidak nyata.[6]

Referensi

  1. ^ a b c d Bagus Takwin. 2003. Filsafat Timur: Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Pemikiran Timur. Depok: Jalasutra.
  2. ^ a b c d e f Harun Hadiwijono. 1971. Sari Filsafat India. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  3. ^ a b (Inggris)Bhaktivedanta Swami Prabhupada (Trans.). 1986. Bhagavad Gita As It Is. Sydney: The Bhaktivedanta Book Trust.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay Huston Smith. 1999. Agama-Agama Manusia. Jakarta: Obor. Hal. 40-41.
  5. ^ Heinrich Zimmer. 1951. The Philosophy of India. New York: Patheon Books. p. 80-81.
  6. ^ a b c d e f g Harun Hadiwijono. 1982. Agama Hindu Budha. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.

Lihat pula

  • Jiwa
  • Roh
  • Roh dalam agama Kristen

Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 5

Atman atau Atma (IAST: Ātmā, Sanskerta: आत्म‍ ) dalam Hindu adalah percikan kecil dari Brahman yang benar di dalam setiap makhluk hidup.[1][2] Atman di dalam badan manusia disebut: Jiwatman atau jiwa atau roh yaitu yang menghidupkan manusia.[1] Demikianlah atman itu menghidupkan sarwa prani (makhluk di dunia semesta ini).[2] Indria tak dapat melakukan pekerjaan jika tak benar atman.[2] Atman itu bermula dari Brahman, bagaikan matahari dengan sinarnya.[1] Brahman sebagai matahari dan atman-atman sebagai sinar-Nya yang terpencar memasuki dalam hidup semua makhluk.[1]

Sifat-sifat Atman

Dalam Bhagavad Gita dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman, ditengahnya adalah:[3]

  • Achedya : tak terlukai oleh senjata
  • Adahya : tak terbakar oleh api
  • Akledya :tak terkeringkan oleh angin
  • Acesyah : tak terbasahkan oleh cairan
  • Nitya : tidak berkesudahan
  • Sarwagatah : di mana- mana benar
  • Sthanu : tak berpindah- pindah
  • Acala : tak bergerak
  • Sanatana : selalu sama
  • Awyakta : tak dilahirkan
  • Acintya : tak terpikirkan
  • Awikara : tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.

Atman dalam Bhagavad Gita

Berikut yaitu beberapa kutipan sloka yang benar isinya sifat-sifat Atman dalam Bhagavad Gita:[3]

Sloka

nai'nam chhindanti sastranina chai'nam kledayanty apona soshayati marutah

Terjemahan

Senjata tidak dapat melukai Diadan api tidak dapat membakar- Nyaangin tidak dapat mengeringkan Diadan cairan tidak dapat membasahi- Nya

Achedyo 'yam adahyo 'yamakledya 'soshya eva chanityah sarwagatah sthanurachalo 'yam sanatanah

Dia tidak dapat dilukai, dibakarjuga tidak dikeringkan dan dibasahiDia yaitu tidak berkesudahan, tiada berubahtiada bergerak, tetap selama- lamanya.

Awyakto 'yam achintyo 'yamAwikaryo 'yam uchyatetasmad ewam widitasi 'namna 'nusochitum arhasi.

Dia dikatakan tidak termanifestasikantidak dapat dipikirkan, tidak berubah- ubahdan mengetahui halnya demikianengkau inginnya jangan berduka.


Atman tidak dapat dijadikan subyek atau obyek dan tindakan atau pekerjaan.[2] Atman tidak terpengaruh akan perubahan-perubahan yang dijalani maupun dialami pikiran, hidup dan jasad atau badan jasmani.[2] Badan jasmani dapat berubah, kelahiran, mati, datang dan pergi, namun Atman tetap langgeng bagi selamanya.[2]

Empat Jalan menemukan Atman

Bagi menemukan Atman yang tersembunyi di dalam diri manusia, manusia wajib melakukan Yoga.[4] Jika telah menemukan dan bersatu dengan Atman, maka barulah manusia mencapai kebahagiaan sempurna.[4] Yoga berfungsi menyatukan jiwa manusia dengan Atman, yang tersembunyi di dalam lubuk hati yang paling dalam.[4] "Karena semua latihan rohani India (yang dibedakan dengan latihan jasmani) sungguh dimaksudkan bagi mencapai tujuan praktis ini...bagaimana prosedurnya mencapai Brahman dan hidup seperti Brahman."[5]

Benar empat jalan (yoga) bagi menemukan Atman, namun empat jalan tersebut membawa bagi tujuan yang satu.[4] Manusia dapat memilih salah satu dari empat jalan tersebut sesuai pribadi orang tersebut.[4] Menurut analisis Hindu, pada umumnya benar empat tipe pribadi manusia yaitu suka merenung, aktif, emosional, dan empiris (menekankan pengalaman).[4]

Keempat jalan tersebut dimulai dari beberapa ajar penting mengenai kesusilaan.[4] Karena tujuan akhir dari masing-masing jalan yaitu bagi menjernihkan permukaan diri kita supaya dapat terlihat unsur keilahian yang dibawahnya, maka tentu saja pribadi itu wajib dibersihkan dari kotoran moral yang agung.[4] Orang yang ingin melakukan yoga wajib memulai hukum budaya serta praktik hidup yang bermoral.[4]

Jalan melalui Ilmu

Jalan melalui ilmu atau jnana yoga diperuntukkan bagi orang-orang yang mempunyai kecenderungan intelektual yang kuat.[4] Bagi orang seperti itu, Hindu menawarkan serangkaian semadi dan pembuktian logis yang dimaksudkan bagi meyakinkan si pemikir bahwa benar hal yang bertambah dari dirinya yang berhingga itu.[4]

Jalan bagi memperoleh ilmu ini terdiri dari tiga langkah yaitu mendengar, berpikir, dan pengalihan.[4] Pertama yaitu mendengar, yakni mendengar ucapan dari orang-orang bijaksana, dan kitab-kitab suci.[4] Tujuannya supaya orang yang bersangkutan bergaul dengan hipotesis konten bahwa di pusat jati dirinya terdapat sumber kehidupan yang tak berhingga yang tidak dapat dipadamkan.[4] Langkah kedua yaitu berpikir, yaitu Atman yang tadinya berupa konsep kosong, diubah dijadikan kenyataan penting.[4] Langkah ketiga yaitu pengalihan identifikasi dirinya dengan roh tidak berkesudahan dengan mencoba membayangkan dirinya sebagai roh tidak berkesudahan itu.[4] Ia wajib melihat dirinya dari sudut pandang yang tidak sama seolah-olah ia yaitu pribadi yang tidak sama, karena memang dirinya yaitu fana dan hanya atman yang nyata.[4]

Jalan melalui Cinta

Jalan melalui cinta atau bhakti yoga tidak sama dengan jnana yoga.[4] Dalam jnana yoga gambaran tentang Tuhan bagaikan suatu samudera yang tak berhingga dan benar di landasan diri kita.[4] Tuhan dibayangkan sebagai Diri yang merembesi segala sesuatu yang sepenuhnya benar di dalam manusia ataupun di luar manusia.[4] Tugas manusia yaitu mengenal persatuan diri dengan Tuhan, dan Tuhan bukan dipahami sebagai pribadi.[4] Akan tetapi, bagi seseorang yang bertambah mengutamakan cinta daripada pikiran, Tuhan pastilah kelihatan tidak sama dengan hal-hal tersebut.[4] Pertama, bhakti akan menolak semua pandangan yang menyatakan Tuhan yaitu diri pribadinya, bahkan dirinya yang paling dalam, dan berkeras bahwa Tuhan lain dari dirinya.[4] Alasannya, karena cinta adalah perasaan yang dicurahkan keluar.[4] Kedua, tujuan jnana tidak sama dengan bhakti.[4] Tujuannya bukanlah melihat kesatuan dirinya dengan Tuhan, melainkan bagi memuja Tuhan dengan segenap kemampuan yang benar pada dirinya.[4] Apa yang wajib dilakukan yaitu mencintai Tuhan dengan setulus hati, mencintai dalam kehidupan, mencintai hal lain karena Dia, dan mencintai-Nya tanpa pamrih apapun.[4]

Benar tiga prosedur pendekatan bhakti yang perlu diketahui yaitu:

  • a. Japam, yaitu latihan menyebut nama Tuhan berulang-ulang kali.[4]
  • b. Mendengungkan pergantian cinta, menunjukan kenyataan bahwa benar berbagai macam cinta, contohnya cinta anak-orangtua dan suami-istri, dan sebagainya.[4] Prosedur ini mendorong orang yang melakukan yoga mengalihkan semua cinta bagi Tuhan.[4]
  • c. Pemujaan terhadap Tuhan menurut wujud ideal seseorang.[4] Menurut agama Hindu benar tingkatan-tingkatan cinta yang bertambah mendalam dan timbal belakang.[4] Tahap pertama yaitu sikap mereka yang dilindungi terhadap si pelindung.[4] Tahap kedua yaitu tahap persahabatan, dimana Tuhan dipandang sebagai teman bahkan teman sepermainan.[4] Tahap ketiga yaitu sikap cinta orang tua dimana Tuhan dipandang manusia sebagai anak.[4]

Jalan melalui Kerja

Jalan melalui kerja atau karma yoga ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif.[4] Kerja yaitu konten kehidupan manusia. Desakan melakukan pekerjaan bukanlah motivasi ekonomis, melainkan motivasi psikologis.[4] Manusia akan merasa gelisah atau kehilangan semangat saat tidak melakukan pekerjaan.[4] Jalan ini ditujukan secara khusus bagi orang yang berwatak aktif. Jalan ini menggunakan kerja sebagai sarana bagi menuju Tuhan.[4]

Karma yoga mempunyai rute-rute alternatif tergantung pada pendekatan kita, apakah dengan filosofis atau dengan sikap cinta.[4] Aci karma yoga dapat dipraktikkan dengan gaya jnana yoga (pengetahuan) atau bhakti yoga (cinta).[4] Pekerjaan dapat dijadikan wahana menuju Tuhan melalui kedua hal tersebut, karena agama Hindu mengajarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada dunia di luar kita mempunyai reaksi yang sepadan di dalam diri pelakunya.[4] Setiap kelakuan yang manusia lakukan bagi kepentingan kesejahteraan diri manusia akan menambah satu lapisan ego yang bertambah mempertebal jarak selang dirinya dan Tuhan, adun yang dipahami di dalam diri maupun di luar diri.[4] Demikian pula setiap tindakan yang dilakukan tanpa mengingat kepentingan diri sendiri, akan mengurangi hambatan bagi mencapai Atman di dalam diri, hingga akhir-akhirnya tidak benar hambatan yang mengaburkan hubungan seseorang dengan Tuhan.[4]

Seorang yang menganut jalan karma yoga akan berupaya melakukan setiap hal yang dihadapinya seakan-akan hal itu adalah satu-satunya tugas yang wajib dikerjakannya.[4] Ia akan berupaya memusatkan perhatiannya secara utuh dan mantap terhadap setiap tugas, dengan menjauhkan segala wujud ketidaksabaran, kegembiraan, ataupun usaha yang sia-sia bagi melakukan atau mengingat berbagai hal lainnya dalam waktu yang sama.[4] Ia akan berupaya sekuat tenaga, karena jika tidak berfaedah ia telah menyerah bagi kemalasan yang adalah sifat mementingkan diri.[4]

Jalan melalui Latihan Psikologis

Jalan melalui latihan psikologis disebut juga raja yoga karena macam yoga ini dapat membawa orang ke taraf yang tinggi.[4] Satu-satunya syarat yang dibutuhkan bagi menempuh raja yoga ini yaitu dipunyainya suatu dugaan kuat bahwa diri manusia sebenarnya jauh bertambah mengagumkan dari yang kita sadari saat ini.[4] Orang yang melakukan raja yoga akan melakukan percobaan terhadap rohaninya sendiri dengan hipotesis bahwa Atman benar di dalam lapisan-lapisan diri manusia.[4] Tujuan raja yoga yaitu bagi membuktikan keabsahan dari pandangan tentang lapisan-lapisan ini.[4]

Tahap-tahap dari raja yoga benar delapan tingkat, namun dapat dibagi dijadikan empat anggota, yaitu:[6] a. Persiapan etis atau persiapan di aspek kesusilaan, yaitu tidak membunuh atau membenci apapun juga, tidak mencuri, tidak berbuat mesum, tidak berbuat curang, dan wajib murni secara batin.[6] b. Persiapan badani, yaitu orang wajib menguasai gerak-gerik, napas tubuh, serta perasaannya.[6] c. Merenung, yaitu orang wajib dapat memusatkan perhatiannya bagi sesuatu supaya dijadikan tenang. Setelah tenang orang wajib merenungkan sesuatu.[6] d. Samadhi, yang menghapuskan perasaan demikianlah keadaanya identitas. Tubuh dan pikiran dijadikan mati terhadap segala perangsang dari luar. Hanya sasaran yang direnungkan itulah yang tinggal bersinar-sinar.[6]

Jika telah dapat mencapai tahap ini, maka ia telah mencapai tingkatan moksa, yaitu kesadaran bahwa segala sesuatu yaitu satu dan dengan pengalamannya ia merealisasikan kesatuan itu.[6] Baginya hanya Atman/Brahman saja yang abadi, sedangkan segala lainnya di dalam dunia ini yaitu maya atau tidak nyata.[6]

Referensi

  1. ^ a b c d Bagus Takwin. 2003. Filsafat Timur: Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Konsep Timur. Depok: Jalasutra.
  2. ^ a b c d e f Harun Hadiwijono. 1971. Sari Filsafat India. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  3. ^ a b (Inggris)Bhaktivedanta Swami Prabhupada (Trans.). 1986. Bhagavad Gita As It Is. Sydney: The Bhaktivedanta Book Trust.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay Huston Smith. 1999. Agama-Agama Manusia. Jakarta: Obor. Hal. 40-41.
  5. ^ Heinrich Zimmer. 1951. The Philosophy of India. New York: Patheon Books. p. 80-81.
  6. ^ a b c d e f g Harun Hadiwijono. 1982. Agama Hindu Budha. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 25.

Lihat pula

  • Jiwa
  • Roh
  • Roh dalam agama Kristen

Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.