Mengapa kain iri hati kepada habel

Sangat sedikit catatan Alkitab tentang Habel. Mungkin karena hidupnya yang sangat singkat. Dia seumpama sebuah meteor yang dengan cepat melewati cakrawala, namun walau hanya sebentar saja, dia tetap bersinar terang.

Alkitab memuji Habel sebagai orang benar. Kitab Ibrani pasal 11 menyebutkan banyak orang dari Perjanjian Lama yang menjadi teladan untuk iman. Habel adalah orang pertama di antara mereka. Namun ketika kita melihat seluruh kehidupan Habel, apakah yang sudah dia lakukan? Sebenarnya Habel hanya melakukan satu hal, yaitu memberikan persembahan kepada Yahweh dan Yahweh berkenan kepada persembahan Habel.

 

Mengapa Allah berkenan pada Persembahan Habel?

Jadi, Kain dan Habel, keduanya memberikan persembahan, apakah perbedaan di antara mereka? Kenapa Allah mengindahkan persembahan Habel namun tidak mengindahkan persembahan Kain? Ketika kita mempelajari tokoh Kain, terdapat satu satu pertanyaan yang dimunculkan namun belum terjawab. Hari ini kita akan membahas hal itu secara terperinci.

Apakah Allah menyukai kambing domba dan bukan hasil tanah? Tentu saja tidak. Dalam Keluaran Allah memberi perintah kepada orang Israel bahwa mereka harus memberikan persembahan termasuk “korban sajian” yang terbuat dari tepung. Allah juga menginginkan roti sajian harus selalu ditetapkan di hadapan-Nya. Tentu saja ini juga merupakan hasil dari tanah. Jadi, Allah bukannya tidak menyukai persembahan Kain karena persembahannya berasal dari hasil tanah.

Ada juga yang berkata karena Kain tidak mempersembahkan yang terbaik, maka karena itu Allah menolak persembahannya. Alasan ini tidak ada dasar Alkitab dan tidak masuk akal juga. Alkitab hanya mengatakan Kain mempersembahkan hasil tanah, dan tidak dikatakan bahwa persembahan Kain itu tidak baik. Dan dia mempersembahkan kepada Allah atas kemauannya sendiri, tentu saja dia tidak akan mempersembahkan sesuatu yang tidak baik.

Ada juga orang yang mengatakan bahwa persembahannya ditolak dikarenakan tidak ada darah dalam persembahan Kain. Hal ini bahkan tidak ada logikanya karena pada zaman Kain tidak ada hukum Taurat. Hanya di zaman Musa, Allah memberikan arahan yang rinci tentang cara memberikan persembahan. Di zaman Kain tidak ada perintah seperti itu. Maka kita tidak dapat menerapkan prinsip yang baru muncul di kemudian hari pada era Kejadian.

Bukankah Allah pilih kasih? Siapa saja yang Dia suka, Dia suka; siapa saja yang Dia tidak suka, Dia tidak suka. Tidak ada apapun yang dapat dibahas lagi. Allah mempunyai otoritas yang mutlak. Tentu saja bukan demikian halnya. Sekalipun Allah itu Maha kuasa dan penguasa yang Maha tinggi, namun Dia bukanlah seorang yang tidak masuk akal dan diktator yang lalim. Dia tidak pernah memakai kekuasaan-Nya untuk memaksa kita. Dia baik dan memandang kita sebagai anak-anak-Nya. Selalu ada alasannya kenapa Dia tidak mengindahkan kita, dan menghukum kita, dan Dia juga akan memberitahu apa alasannya.

Lalu, apakah alasan Allah tidak mengindahkan persembahan Kain? Apakah masalahnya? Tidakkah Allah memberitahu kita? Mari kita buka Kejadian 4:4-5:

Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. (Kejadian 4:4-5)

 

Allah memandang pada Orangnya, bukan Persembahannya

Kita harus memperhatikan, di sini dikatakan “TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya”. Ini berarti, Allah pertama-tama melihat pada orang itu, kemudian persembahannya. Secara tepatnya karena Yahweh berkenan kepada seseorang, yaitu Habel, maka Dia juga berkenan pada korban yang di persembahkannya. Dengan cara yang sama, Allah tidak berkenan kepada seseorang, yaitu Kain dan oleh karena itu Dia juga tidak berkenan akan persembahan yang dipersembahkannya.

Mari kita melihat ayat selanjutnya ayat 7, Allah berkata kepadanya: “ Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?” Dalam kata lain, justru karena Kain tidak berbuat baik, maka Allah tidak berkenan kepada persembahannya. Sebenarnya Allah itu adalah Raja segala raja, Tuan segala tuan. Dia menciptakan segala sesuatu di bumi ini. Dia tidak membutuhkan apapun dari kita. Perhatiannya bukanlah pada soal persembahannya. Apa yang di perhatikan-Nya adalah orang itu sendiri. Alkitab berulang-ulang kali memberitahu kita akan hal ini.

Mari kita buka di 1 Samuel 15:22  

Tetapi jawab Samuel: “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. (1 Samuel 15:22)

Yesus juga mengatakan hal yang sama di Perjanjian Baru, mari kita membuka Matius 9:13:

Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan. (Matius 9:13)

Yesus mengatakan hal di atas karena orang Farisi mencelanya karena dia sering makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa. Itu tidak kudus. Yesus memakai ayat di atas untuk menjawab mereka, bahwa yang dia pedulikan adalah pribadi orang itu.

 

Allah memandang pada kehidupan dan hati umat-Nya

Jadi, yang Allah perhatikan bukanlah persembahannya, Allah memperhatikan orang yang memberikan persembahan itu. Seperti bagaimana kehidupan dan hatinya, apakah hidupnya menyenangkan Allah atau tidak. Allah dapat melihat hati orang. Dia tahu Kain orang yang seperti apa. Itulah sebabnya Allah tidak berkenan kepada persembahannya karena Allah tidak berkenan padanya dan pada apa yang dilakukannya. Dari apa yang Kain lakukan kemudian, kita tahu bahwa perilakunya sungguh tidak baik. Dia marah terhadap Allah dan Habel, dan karena itu dia akhirnya membunuh Habel. Allah tidak berkenan dengan perilaku seperti ini, dan karena itu Dia juga tidak berkenan dengan persembahannya. Allah mengetahui hati Habel, mengetahui perilakunya. Dia seorang yang benar, maka Allah berkenan dengan persembahannya.

 

Persembahan dapat diartikan sebagai Pelayanan

Lalu, apa yang dimaksudkan dengan persembahan? Pada zamannya Habel, Allah belum mengumumkan hukum. Di era bangsa Israel, saat hukum sudah diberikan, orang awam tidak dapat mempersembahkan korban kepada Allah. Tentu saja semua orang harus memberikan persembahan. Namun akhirnya orang yang dapat menyiapkan persembahan dan mempersembahkannya kepada Allah adalah Imam. Tidak semua orang boleh mempersembahkan korban persembahan secara langsung. Artinya persembahan adalah melayani Allah. Dalam Perjanjian Baru kita mendapat anugerah ini, setiap orang Kristen adalah seorang imam, orang yang melayani Allah. 

 

Pelayanan bagaimana yang Berkenan pada Allah

Namun ada dua cara dalam melayani Allah, seperti halnya Kain dan Habel. Dari luar kelihatan sama, keduanya memberikan persembahan, keduanya melayani Allah namun Allah hanya berkenan pada satu saja. Pelayanan seperti apa yang berkenan kepada Allah? Allah memperhatikan bagaimanakah hati kita, bagaimanakah sikap kita. Di atas semunya itu, yang dilihat adalah apakah kita berkenan kepada Allah.

 

Tidak semua Anak diterima Allah

Kita menemukan hal yang sangat istimewa di sini, Kain dan Habel kedua-duanya berasal dari orang tua yang sama, sama-sama anak namun sifat mereka sangat berbeda. Hal ini sangat layak untuk kita renungkan. Gambaran tentang dua orang anak sangat sering muncul di dalam Alkitab. Kain dan Habel adalah contoh pertama. Allah berkenan kepada Habel dan tidak kepada Kain. Kemudian Esau dan Yakub. Allah berkata, “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” Dalam Perjanjian Baru Yesus berbicara tentang perumpamaan dua anak dan perumpamaan anak yang hilang dan saudaranya. Kedua-duanya mempunyai sifat yang berbeda. Mereka keduanya sama-sama anak, yang satunya menyenangkan Allah, yang satu lagi tidak. Pembahasan ini sangat berharga untuk kita renungkan. Allah memberitahu kita: mereka keduanya anak, mereka keduanya Kristen tetapi memiliki sifat yang sepenuhnya berbeda. Yang satunya diterima Allah, yang satunya diabaikan.

Sebenarnya Allah menggunakan prinsip tentang dua anak dengan penampilan yang sama namun dengan sifat yang berbeda ini sebagai suatu peringatan untuk kita. Allah juga menggunakan gambaran lain yaitu kambing dan domba; perumpamaan sepuluh gadis, lima yang bijaksana dan yang lima lagi bodoh; perumpamaan lalang dan gandum; dan perumpamaan rumah dengan dua macam dasar. Semuanya ini adalah untuk memperingatkan kita. Dengan memakai gambaran yang berbeda-beda, Allah memberitahu kita prinsip yang sama: yakni, kedua-duanya Kristen namun mereka adalah orang yang berbeda jenisnya. 

Jadi jangan berpikir, “Saya telah menjadi Kristen dan saya telah menjadi anak Allah, saya banyak mengalami Allah, saya juga melayani Allah, saya sudah membangun gereja maka saya akan dipersilahkan memasuki kerajaaan surga! Semuanya akan baik-baik saja. Tidaklah demikian, Allah memberitahu kita ada dua jenis orang Kristen. Di hari penghakiman Allah akan memisahkan kedua jenis ini, yang satunya akan masuk ke dalam kerajaan, yang satunya lagi akan dibuang ke dalam kegelapan. Ini adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Sekalipun kita semua di dalam gereja, semuanya adalah orang Kristen dan semuanya melayani Allah, namun ketika harinya tiba, Allah akan memisahkan kita ke dalam dua jenis orang. Termasuk jenis yang manakah anda? Orang benar atau orang jahat?

 

Mengapa Kain sepertinya lebih Beruntung dari Habel?

Mari kita kembali ke tokoh Habel. Alkitab berkata bahwa Habel adalah orang benar. Allah berkenan kepadanya. Namun melihat pada seluruh kehidupannya kita dapat berkata, tidak ada pencapaian yang berarti jika dipandang dari sudut pandang manusia. Jangka waktu hidupnya sangatlah singkat. Apa yang dia dapatkan dari dunia? Tidak ada ketenaran maupun keberuntungan. Dia bahkan tidak memiliki hal yang sangat mendasar seperti umur panjang. Manusia paling menghendaki umur panjang. Kita takut jatuh sakit dan mati. Panjang umur itu dipandang sebagai berkat dari Tuhan. Kematian, sakit penyakit dan mati di usia muda dianggap sebagai kesialan besar bagi manusia. Jadi, dari sudut pandang manusia, apakah yang telah diperoleh oleh Habel? Tidak ada! Malah yang menjadi jatahnya adalah perlakuan yang tidak adil. Hidupnya tidak bercela namun dibunuh oleh kakaknya sendiri. Sebaliknya Kain yang dapat menikah, memiliki anak, membangun satu keluarga dan punya usaha sendiri. Setelah menjalani semua itu, baru dia meninggal dengan damai. Kain menikmati apa yang manusia dapat nikmati di dunia. Apakah ini adil?

 

Bersediakah kita diperlakukan secara Tidak Adil?

Saya bertemu banyak orang non-Kristen. Mereka sering berkata, “Jika Allah memang ada, kenapa orang jahat hidupnya lebih enak di dunia? Kenapa orang baik tidak mendapat upah yang baik? Kita semua kesulitan menolerir ketidak-adilan. Tapi itulah harga yang harus dibayar oleh orang benar dan orang yang berkenan kepada Allah. Tidak heran, orang benar selalu dapat dihitung dengan jari, karena tidak ada orang yang bersedia membayar harga seperti itu. Apakah Anda mau menjadi orang benar? Apakah Anda mau menjadi orang yang berkenan kepada Allah? Jika ya, maka di dunia dan di sepanjang hidup kita tidak ada yang adil. Bersediakah kita membayar harga? Menjadi orang benar dan menjadi orang yang berkenan kepada Allah berarti kita tidak akan memperoleh apa-apa di dalam hidup di dunia ini, menurut penilaian manusia. Dan kita harus menghadapi ketidak-adilan. Dan buat sementara waktu kita bahkan tidak melihat pembalasan Allah. Kita berusaha untuk hidup berkenan kepada Allah dalam segala apapun yang kita lakukan, dengan tangan yang bersih, hati yang murni, kita berusahalah hidup damai dengan semua orang, namun kita tidak dihargai dan orang-orang akan sengaja mempersulit kita. Tetapi ketika orang jahat berbuat jahat, seolah-olah hidup mereka baik-baik saja. Mereka mempunyai kuasa dan wewenang untuk menganiaya orang benar. Di manakah keadilan?

 

Teladan Bibi Wong

Di China, saya mendapat penghargaan untuk mengenal seorang hamba Tuhan yang sejati. Dia seorang saudari perempuan yang sudah tua yang melayani Allah dengan setia di sepanjang hidupnya. Saya memanggilnya Bibi Wong. Bibi Wong memutuskan melayani Allah ketika dia masih muda. Dia pergi ke sebuah seminari untuk belajar. Pada waktu itu, dia bertemu dengan seorang saudara yang juga sangat mencintai Tuhan – Paman Wong. Mereka menikah dan memutuskan untuk melangkah di jalan surgawi bersama dan melayani Tuhan. Namun, tanpa diduga, kehidupan di hadapan mereka berubah menjadi kehidupan yang penuh dengan kesulitan dan banyak penderitaan.

Pada waktu itu adalah era revolusi budaya Tiongkok. Hampir setengah dari populasi di Tiongkok dikecam dan dianiaya. Orang Kristen dan khususnya mereka yang melayani Allah, tidak mungkin dapat lepas dari bencana semacam itu. Pertama Paman Wong ditangkap dan dikirim ke perbatasan untuk direformasi “otaknya” lewat kerja paksa. Dan seluruh keluarga dikirim ke peternakan terpencil dan mendapat pengawasan dari banyak orang. Mereka harus melewati pendidikan ulang agar bisa direformasi, juga lewat kerja paksa. Makanan mereka adalah kentang merah yang kering yang sudah ditutupi oleh lumut yang disedekahkan oleh tetangga yang baik hati. Mereka tinggal di rumah lumpur yang akan runtuh jika turun hujan lebat. Anak-anak mereka sering dicela dan dipanggil “anak-anak yang menyebalkan.” Mereka juga dicap sebagai anti-revolusi. Mereka harus memanggul beban yang sulit dan hidup yang berat. Menghadapi tampang-tampang congkak dan komentar sinis dari kerabat, teman dan tetangga dan menanggung kesepian dan penderitaan yang tiada habisnya di dalam hati mereka. Tetapi mereka tidak pernah meninggalkan rasa takut akan Allah dan melayani Allah. Satu peristiwa yang tidak dapat saya lupakan adalah pada suatu malam hujan yang deras meruntuhkan atap mereka. Kita dapat membayangkan apa yang harus mereka lewati. Semua orang akan menyalahkan Allah dan orang-orang di sekitar mereka. Namun keluarga ini, yang benar-benar hidup di dalam Kristus, mereka saling bergandengan tangan, menyanyikan himne dan dengan keras memuji Allah. Saya pikir, di mata Allah, itu adalah pengorbanan yang menyebarkan aroma yang tak tertandingi.

Mereka hidup di dalam kesulitan seperti itu selama lebih dari 10 tahun. Akhirnya mereka kembali ke kampung halaman mereka – kota kecil yang biasa. Mereka mulai memimpin pertemuan, menggembalakan gereja. Tapi tidak lama, ketika hari-hari mereka menjadi sedikit lebih baik, Paman Wong meninggal karena kanker. Bibi Wong terus melayani Tuhan dengan setia. Namun tidak lama kemudian, beberapa pemimpin gereja lain karena prasangka mereka, menuduh Bibi Wong telah menerima ajaran sesat. Mereka berkata bibi Wong telah menjadi sesat begitu juga ajarannya. Sejak saat itu, teman-teman lama tanpa terduga berhenti bergaul dengan Bibi Wong.

Terakhir kali saya bertemu Bibi Wong dia sudah mendekati usia 80 dengan berbagai macam penyakit. Namun dia masih melayani Tuhan dengan setia. Saat melihat pada dia, saya tidak dapat berhenti berpikir: Paman dan Bibi Wong adalah orang yang sangat mencintai Tuhan. Namun lihat seluruh hidup mereka, apa yang mereka dapat? Dari sudut pandang manusia mereka sungguh tidak mendapatkan apa-apa. Sebaliknya mereka diperlakukan tidak adil di mana-mana. Di dunia, mereka tidak punya bisnis apapun status. Mereka tinggal di sebuah kota kecil yang tidak kaya dan tidak istimewa. Mereka sendiri bukanlah orang yang kaya. Mereka menderita seumur hidup mereka dan di usianya yang tua Allah tidak mengurangi penderitaannya walaupun dia sudah banyak menderita waktu mudanya. 

Pertama-tama dia kehilangan pasangan hidupnya di usia muda. Kemudian dia mengalami berbagai macam penyakit. Apakah dia mendapat penghargaan dari gereja? Tidak satupun juga. Gereja yang mereka pimpin kebanyakan adalah kelompok wanita tua, dan dia telah dituduh sesat oleh pemimpin-pemimpin gereja lain. Jadi, jangan berpikir bahwa setelah mengorbankan dunia maka kita akan berhasil di gereja. Tidak, tidak. Kain adalah kakak kandung Habel. Dia bukan orang di luar gereja. Gambaran tentang dua orang anak bukanlah gambar tentang satu orang di dalam gereja dan dan satu di luar gereja. Itu adalah gambaran dari dua jenis orang Kristen di dalam gereja. Allah sedang mencoba mengatakan kepada kita bahwa orang-orang dalam gerejalah yang akan menganiaya Anda. Bahkan di dalam gereja kita menghadapi perlakuan yang tidak adil.

Jadi, saya pikir: apa yang Bibi Wong dapatkan di sepanjang hidupnya? Tidak ada. Dalam hidup ini, dia tidak memperoleh apa-apa. Yang dia dapatkan hanyalah penderitaaan dan diperlakukan secara tidak adil, sama seperti Habel. Lalu kenapa dia mencari Allah dan berusaha hidup benar? Inilah iman. Itulah sebbanya Alkitab berkata Habel adalah teladan iman, inilah alasannya. Iman tidak melihat sesuatu di hadapan kita, iman melihat pada sesuatu yang di baliknya. Apa yang ingin kita peroleh adalah prestasi di surga. Keadilan di surga. Surga adalah rumah abadi kita! Hanya orang benar yang dapat mewarisi kerajaan Allah. Tetapi tanpa iman, tidak seorangpun ingin menjadi orang benar dan tidak ada orang yang mau menjadi Habel. Karena tanpa mata iman, yang kita lihat di hadapan kita semuanya adalah hal buruk dan mengecewakan.

Habel bahkan mendapat hal yang lebih berharga, yaitu pujian dari Allah. Allah mengingat dia. Allah masih menyebutkan namanya sampai ribuan tahun kemudian. Kita sudah melihat Matius 23:35, inilah perkataan Yesus,

supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. (Matius 23:35)

Habel masih diingat dan disebut sebagai orang benar. Kitab Ibrani pasal 11 adalah daftar nama manusia iman. Habel adalah orang pertama. Mari kita melihat kembali Ibrani 12:24:  

dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel. (Ibrani 12:24)

Di sini, Alkitab membandingkan darah Yesus dan darah Habel. Allah selalu mengingat Habel dan terus menyebutkan tentang dia. Dia tidak mendapat apapun dari dunia dan bahkan menderita, namun dia mendapat hal yang paling berharga, Allah mengingat dia.

Bibi dan Paman Wong juga mendapat hal yang paling berharga. Selama hidup Paman Wong, kondisi kerohanian ketiga anaknya tidak baik. Beberapa dari mereka bahkan tidak percaya Tuhan. Tetapi Allah mengingat mereka, ketiga anaknya satu per satu telah ditarik oleh kasih Allah dan berkomitmen kepada Tuhan setelah Paman Wong meninggal. Mereka semua sekarang melepaskan pekerjaan mereka yang bagus dan mengambil bagian dalam melayani Tuhan sepenuh waktu. Mata jasmani Paman Wong tidak dapat melihat semua ini. Tetapi sekarang di surga dia melihat mereka. Saya rasa dia akan berdiri di pintu surga, menantikan waktu untuk berkumpul dengan keluarganya.

Jenis orang Kristen yang manakah kita? Kita mau mendapat hal yang paling berharga dari Allah atau kita hanya bisa melihat kebahagiaan sementara dalam hidup ini? Ketika kita berhadapan dengan perlakuan yang tidak adil, tidak peduli di dunia ataupun di gereja, apakah kita begitu bersikeras untuk mendapatkan perlakuan yag adil? Jika ini masalahnya, kita masih tidak mengerti, seperti apakah Kekristenan di dalam Alkitab. Dan pemikiran seperti ini akan menghalangi pertumbuhan kehidupan rohani kita. Saya dapati mereka yang selalu bersikeras untuk mencari keadilan begitu sulit untuk bertumbuh di dalam Kristus karena hati mereka terlalu banyak dipenuhi kepahitan.

 

Kesimpulan

Semua kejadian tentang Habel tercatat dalam Kejadian pasal 4. Dia adalah anak Adam dan Hawa. Adik Kain. Hidupnya sangat singkat karena dia mati di tangan saudaranya sendiri yaitu Kain. Tetapi Alkitab memuji Habel sebagai orang benar dan dia disebut sebagai teladan kita di dalam iman. Terdapat dua jenis orang Kristen di dalam gereja. Yang satunya seperti Habel, yang satu lagi seperti Kain. Yang satunya diterima Allah yang satu lagi diabaikan. Kenapa? Sekalipun dari luar mereka terlihat sama dan melayani, Allah melihat ke dalam hati seseorang untuk melihat apakah dia menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah atau tidak. Di atas semua itu, Allah ingin melihat, apakah kita adalah orang benar.

Kedua, kita juga sudah melihat bahwa di masa ini, apakah harga untuk seorang yang benar? Kita tidak akan memperoleh apapun di dunia dan kita akan diperlakukan tidak adil di mana-mana termasuk di dalam gereja. Karena kita sudah melihat bahwa ada dua jenis orang Kristen di dalam gereja. Dan mereka akan dipisahkan hanya di hari terakhir ketika Yesus datang untuk menghakimi. Kita juga melihat bahwa orang benar yang sesungguhnya akan dianiaya oleh orang jahat, seperti halnya Kain yang membunuh Habel. Orang benar adalah orang yang beriman. Karena hanya orang yang beriman yang dapat melepaskan apa yang terjadi di depan matanya. Dia dapat melihat  hal-hal yang lebih jauh, dia dapat melihat masa depan. Apa yang ingin kita peroleh adalah harta surgawi dan keadilan surgawi di masa depan.

Mengapa Kain membenci Habel?

Karena Allah tidak mau menerima apapun yang tumbuh dari bumi maka Allah tidak menerima persembahan kain, Allah menerima kurban Habel, dan karena itu Kain membunuh Habel, karena alasan yang juga tidak dijelaskan, sering kali dianggap sebagai sekadar rasa iri karena Allah pilih kasih.

Apa yang membuat Kain cemburu kepada Habel?

Jawaban. Qabil membunuh Habil karena kurban persembahannya tidak diterima oleh Allah karena ketidaktulusannya dengan mempersembahkan hasil pertaniannya yang sudah agak busuk.

Mengapa Kain membunuh adiknya Habel Menurut brainly?

Jawaban. Karena, Allah tidak mau menerima apapun yang tumbuh dari bumi maka Allah tidak menerima persembahan Kain, Allah menerima kurban Habel,dan karena itu Kain membunuh Habel, adiknya sendiri.

Apa yang terjadi dengan Kain dan Habel?

Cerita mereka dikisahkan dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, yaitu dalam Kitab Kejadian pasal 4. Kain melakukan pembunuhan yang pertama kali dengan membunuh saudaranya setelah Allah menolak korbannya, tetapi menerima korban Habel.