Mengapa bekerja disebut ibadah brainly

Jakarta -

Secara umum, ibadah terbagi menjadi ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Kewajiban menunaikan ibadah tertuang dalam Al Quran surat Al Bayyinah ayat 5.

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ - ٥

Artinya: "Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al Bayyinah: 5)

Ibadah merupakan bukti kepatuhan seorang hamba kepadaRabbnya. Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus sedangkan ghairu mahdhah merujuk pada ibadah umum.

Setiap muslim diwajibkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah SWT berarti hanya menyembah Allah SWT semata dan tidak ada sesembahan lain selain daripada-Nya.

Tata cara pelaksanaan ibadah mahdhah sudah baku sesuai petunjuk Rasulullah SAW seperti ditetapkan dalam Al Quran atau As-Sunnah. Dalam surat An-Nisa ayat 64 Allah SWT berfirman

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا لِيُطَاعَ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ اِذْ ظَّلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ جَاۤءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللّٰهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوا اللّٰهَ تَوَّابًا رَّحِيْمًا - ٦٤

Artinya: "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS An-Nisa 64).

Sedangkan dalam hadits disebutkan Rasulullah SAW memerintahkan umatnya agar menjalankan ibadah sebagaimana yang dia contohkan

وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى

Artinya: "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR Bukhari).

Ibadah jenis ini merupakan wujud penghambaan murni dan hubungan antara hamba dengan Allah SWT secara langsung. Dalam kata lain, ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhan atau hubungan secara vertikal. Contoh ibadah mahdhah adalah sholat, zakat, puasa, haji, dan ibadah lain yang ditetapkan oleh hukum syara'.

Dikutip dari buku Kitab Lengkap Panduan Shalat oleh Khalilurrahman Al-Mahfani dkk, ibadah mahdhah dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, ibadah badaniyah mahdhah yakni ibadah jasmani seperti sholat, puasa, wudhu, dan sebagainya. Kedua, ibadah maliyah mahdhah yakni ibadah yang ditunaikan dengan harta benda seperti zakat, infak, dan qurban.

Ketiga, ibadah badaniyah wa maliyah, yakni perpaduan antara ibadah badaniyah mahdhah dab ibadah maliyah mahdhah. Ibadah ini ditunaikan dengan jiwa raga dan juga harta benda. Contohnya adalah ibadah haji dan umrah.

Sementara itu, ibadah ghairu mahdhah atau ibadah umum merupakan segala perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Ibadah ini dilakukan antar sesama manusia (muamalah) atau hubungan horizontal yang tidak hanya terkait dengan hubungan dengan Allah SWT saja.

Ibadah ghairu mahdhah dilakukan berdasarkan perintah, anjuran, atau tidak adanya larangan terhadap suatu perbuatan. Ibadah ini juga bersifat rasional. Contoh ibadah ghairu mahdhah adalah silaturahmi, menjenguk orang sakit, sedekah, mencari ilmu, bekerja, membangun masjid, dan kegiatan yang bermanfaat lainnya.

Salah satu dalil pelaksanaan ibadah ghairu mahdhah terdapat dalam surat Al Maidah ayat 2. Allah SWT berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحِلُّوا۟ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ وَلَا ٱلشَّهْرَ ٱلْحَرَامَ وَلَا ٱلْهَدْىَ وَلَا ٱلْقَلَٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ ٱلْبَيْتَ ٱلْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَٰنًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَٱصْطَادُوا۟ ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا۟ ۘ وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ lā tuḥillụ sya'ā`irallāhi wa lasy-syahral-ḥarāma wa lal-hadya wa lal-qalā`ida wa lā āmmīnal-baital-ḥarāma yabtagụna faḍlam mir rabbihim wa riḍwānā, wa iżā ḥalaltum faṣṭādụ, wa lā yajrimannakum syana`ānu qaumin an ṣaddụkum 'anil-masjidil-ḥarāmi an ta'tadụ, wa ta'āwanụ 'alal-birri wat-taqwā wa lā ta'āwanụ 'alal-iṡmi wal-'udwāni wattaqullāh, innallāha syadīdul-'iqāb

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya."

Semoga penjelasan ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah bisa meningkatkan wawasan dan keimanan detikers semua.

Simak Video "Momen Jutaan Jemaah Haji Lakukan Ritual Lempar Jumrah"



(kri/row)

Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan, ampunan dan rakhmat serta kasih sayang dari Allah SWT.  Diwajibkan kepada seluruh orang Islam yang beriman untuk melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan dengan tujuan agar menjadi orang-orang yang bertakwa, seperti dinyatakan pada QS Al-Baqarah 183 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Bagi Pegawai Negeri Sipil dilingkungan DJKN, menjalankan ibadah puasa memiliki banyak keutamaan baik untuk diri sendiri maupun hubungan sesama manusia serta hubungan dengan Allah SWT.  Hikmah menjalankan ibadah puasa berkaitan erat dengan amalan puasa yang dijalani, tidak terbatas hanya dengan menahan lapar dan dahaga, namun berkaitan pula dengan menjalankan amalan ibadah puasa Ramadhan lainnya, seperti bersedekah, itikaf, membaca Al-Qur’an, shalat tarawih, menghindarkan diri dari perbuatan yang haram, serta kegiatan lain dalam kehidupan ini.

Bekaitan dengan datangnya bulan suci Ramadhan  1437 H ini tentunya diharapkan mampu menjadi pilar dan motivasi bagi seluruh pegawai dilingkungan DJKN untuk tidak bermalas-malasan bekerja tetapi berupaya  meningkatkan disiplin diri dan etos kerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, karena kita melakukan semua pekerjaan dengan niat karena Allah dan tentunya disertai doa agar apa yang kita kerjakan hendaknya selalu berada di jalan yang lurus dan diridhoi oleh Allah SWT.

Selain itu bulan yang penuh berkah ini hendaknya menjadi ajang intropeksi dan perbaiki iman, moral dan hati, sehingga dapat bekerja lebih optimal demi kesejahteraan masyarakat. Makna dan hikmah menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan 1437H. ini ditinjau dari sisi rohani dan jasmani, antara lain:

1. Melatih diri untuk tetap bersyukur kepada Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah SWT pada surat Al-Baqarah 186 “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. Demikian pula Allah telah memberikan kepada kita berbagai hidayah secara bertahap, seperti hidayatul ilham (Naluri), hidayatul wasa (panca indra), hidayatul akli (akal), hidayatuddiin (agama), dan hidayatut taufik. Juga dalam surat Ar-Rahman, 31 kali Allah SWT menantang kita dengan “fabiayyi aalaa i robbikumaa tukadzdzibaan” (maka nikmat-Ku yang mana yang hendak/bisa kau dustakan?). Semua demikian jelas, maka dengan sampainya kita pada bulan Ramadhan, maka kita bersyukur bahwa kita masih diberi waktu oleh Allah SWT untuk menjalankan amal ibadah dengan pahala yang berlipat ganda. Saat berbuka puasa, kita harus merasa bersyukur diberi kenikmatan oleh Allah SWT untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga dengan semua rizki-Nya yang dapat kita nikmati bersama keluarga.

2. Melatih disiplin terhadap waktu

Dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, kita harus patuh pada waktu sahur dan buka. Kita bangun untuk makan sahur saat dini hari dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi bahwa kita bekerja dengan bangun lebih pagi, agar mendapatkan rejeki yang halal. Kaum muslim dan muslimah agar dapat menjalankan shaum dengan tetap kuat dan sehat di siang hari, perlu mengatur ritme bekerja agar tubuh mendapatkan istirahat yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan diubahnya jam kerja di lingkungan DJKN, sehingga para pegawai dapat pulang lebih cepat agar memiliki waktu yang cukup untuk menyiapkan berbuka puasa di bulan Ramadhan.

3. Memberikan keseimbangan dalam kehidupan.

Umat muslim dan muslimah pada hakekatnya adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk beribadah. Namun demikian, ada kalanya karena kesibukan pekerjaan duniawi dan hawa nafsu, terkadang melupakan kewajiban ibadah. Pada bulan suci Ramadhan ini, kita dilatih untuk mengingat dan melaksanakan seluruh kewajiban beribadah dengan imbalan pahala yang berlipat ganda

4. Mempererat silaturahmi dan meningkatkan kepedulian kepada sesama.
Pada bulan suci Ramadhan ini, rasa persaudaraan sesama muslim, tampak sangat jelas. Silaturahmi antar sesama semakin ditingkatkan, misalnya dengan memberikan tajil untuk  berbuka puasa di mesjid secara gratis dan bergiliran. Selanjutnya shalat bersama di mesjid yang juga diisi dengan siraman rokhani serta tadarusan bersama di mesjid maupun di mushala di tempat pekerjaan

5. Mengetahui bahwa ibadah puasa memiliki tujuan.

Tujuan puasa Ramadhan adalah melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Akan tetapi, jika tujuannya gagal maka puasa  tidak memiliki arti apa-apa. Dengan demikian kita menjadi terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala amal ibadah termasuk kegiatan rutin yang kita jalani sesuai  dengan tugas dan fungsinya masing-masing untuk menghasilkan kinerja yang baik.

6. Mengetahui bahwa tiap kegiatan mulia merupakan ibadah.

Umat muslim dan musliman menyadari bahwa setiap langkah kaki menuju masjid merupakan ibadah, menolong orang juga ibadah, berbuat adil pada manusia juga ibadah, tersenyum pada saudara termasuk ibadah, membuang duri di jalan juga ibadah, sampai tidurnya orang yang berpuasa merupakan ibadah, sehingga segala sesuatu yang baik kita jalankan  dapat dijadikan ibadah. Demikian halnya dengan bekerja di lingkungan DJKN seusai tugas dan fungsinya dengan baik juga termasuk ibadah. Dengan menjalankan ibadah puasa diharapkan kita mengetahui bahwa tiap kegiatan merupakan amal ibadah dalam kehidupan ini.

7. Meningkatkan kehati-hatian dalam melaksanakan perbuatan.

Berpuasa dibulan suci Ramdhan ini akan bernilai sempurna dan tidak sia-sia, apabila selain menahan lapar dan haus juga kita menghindari godaan dan keharaman atas  mata, telinga, perkataan dan perbuatan. Dengan demikian kita harus menjalankannya pada kehidupan keseharian di tempat kerja dan  lingkungan masyarakat. Latihan ini memberikan kemajuan positif bagi kita, agar setelah selesai bulan Ramadhan kita juga dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, fitnah, berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.

8. Melatih diri menjadi lebih tabah dan sabar.
Selama Puasa pada bulan suci Ramadhan ini, kita dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya tidak boleh marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan agar bersifat sabar atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada fitnah, tetapi kita tetap sabar karena kita dalam keadaan puasa. Hal ini hendaknya dapat menjadikan diri lebih tabah tidak hanya pada saat puasa dibulan suci Ramadhan ini namun hendaknya tetap sabar dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pegawai DJKN.

9. Melatih hidup sederhana.

Ketika waktu berbuka puasa tiba, saat minum dan makan sedikit saja, kita telah merasakan nikmatnya makanan yang sedikit tersebut, pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam sebetulnya hanya hawa nafsu saja. Oleh karena itu, dengan puasa Ramadhan kita hendaknya dapat menahan nafsu duniawi .

10. Mencegah penyakit karena pola makan yang berkelebihan

Makanan yang berkelebihan gizi belum tetu baik untuk kesehatan seseorang. Kelebihan gizi  atau overnutrisi mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kolestrol, tekanan darah tinggi,  jantung koroner, diabetes melitus dan lain-lain. Maka dengan kita menjalankan puasa dibulan suci Ramadhan ini  paling tidak dapat memberikan kesempatan bagi alat pencernaan kita untuk beristirahat, membebaskan tubuh dari racun, kotoran yang merusak kesehatan dan memblokir makanan untuk bakteri, virus dan sel kanker sehingga kuman-kuman tersebut tidak bisa bertahan hidup

Harun Husin
Kepala Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Bima

Disclaimer : Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.