You're Reading a Free Preview Show
Full costing dan variable costing pada dasarnya merupakan metode yang berkaitan dengan penentuan harga pokok produksi (HPP). Dalam metode full costing, semua biaya produksi diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode full costing ini tidak membedakan antara biaya produksi variabel dan biaya produksi tetap, karena akan dimasukkan ke dalam harga pokok produksi. Sehingga biaya produksi tetap tersebut masih melekat pada produk yang belum terjual, dengan begitu tidak membebankan untuk kelangsungan bisnis selanjutnya dan pada periode cost. Sedangkan metode variabel costing ini merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memasukkan biaya-biaya yang bersifat variabel ke dalam harga pokok produksi. Yang mana untuk biaya produksi tetap sendiri dianggap sebagai periode cost sehingga tidak ada biaya tetap yang belum dibebankan pada periode tersebut. Apa itu Full Costing dan Variable Costing?Agar lebih jelas dalam membedakan apa itu full costing dan variabel costing, simak definisi dari kedua metode tersebut. Pengertian Full CostingFull costing adalah suatu metode di dalam dunia akuntansi yang menjelaskan bahwa seluruh biaya yang dikeluarkan di dalam proses produksi akan dimanfaatkan sebagai indikator penting untuk menghitung total biaya per unit atau harga pokok produksi di dalam suatu kegiatan bisnis. Biaya-biaya yang dimaksud dalam full costing meliputi:
Pengertian Variable CostingSedangkan variable costing adalah suatu metode perhitungan seluruh biaya yang digunakan untuk membuat suatu produk, yang mana biaya tersebut memiliki jumlah yang terus berubah sesuai dengan volume kegiatan bisnis. Itu artinya, biaya tersebut juga sifatnya fluktuatif atau naik turunnya secara proporsional dengan kuantitas output ataupun volume produksi. Kelebihan Metode Full Costing dan Variable CostingBaik full costing dan variabel masing-masing memiliki kelebihan. Oleh karena itu dalam penentuan harga, Anda bisa menerapkan salah satu dari kedua metode tersebut, dengan catatan menyesuaikan dengan kebutuhan bisnis Anda. Adapun kelebihannya dari kedua metode tersebut, yaitu: Baca Juga : 5 Keuntungan Revaluasi Aset Bagi Perusahaan Keunggulan Metode Full CostingAdapun kelebihan yang Anda dapatkan apabila menggunakan metode full costing adalah:
Keunggulan Metode Variable CostingDi sisi lain, adapun kelebihan penggunaan metode variable costing adalah sebagai berikut:
Perbedaan Full Costing dan Variable CostingBaik full costing maupun variable costing, keduanya sama-sama digunakan untuk menghitung harga pokok produksi. Karena kedua metode ini memiliki tujuan yang sama, lantas apa saja perbedaan dari kedua metode ini? Berikut beberapa poin perbedaan antar full costing dan variable costing, antara lain: 1. Biaya Per PeriodeUntuk metode full costing, adanya biaya per periode akan dianggap sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, tapi tetap akan mengurangi laba perusahaan. Sedangkan dalam metode variable cost ikut membebankan biaya dalam produksi. 2. Memiliki Perbedaan Perhitungan Harga Pokok ProduksiDari perbedaan full costing dan variable costing untuk menghitung pokok produksinya bahwa terlihat metode full cost memakai beban overhead pabrik tetap serta variable. Di sisi lain pada perhitungan variable cost hanya menggunakan beban overhead variable saja. Namun, dalam biaya overhead pabrik itu sendiri adalah biaya produksi yang tidak berkaitan dengan bahan baku serta bahan tenaga kerja langsung. Sedangkan dalam biaya overhead pabrik tetap merupakan biaya yang tidak berubah walaupun adanya perubahan pada volume produksi. Maka dari itu, contoh biaya tetap ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bertujuan untuk membeli peralatan baru. Di samping itu biaya overhead variable adalah biaya pabrik yang suka berubah dan tidak sebanding dengan volume kegiatannya, seperti contohnya yaitu biaya yang dikeluarkan untuk tujuan pengemasan produk. 3. Pengaruh Laporan Keuangan Dalam Laporan Laba RugiBagaimana pengaruh pada laporan keuangan? Untuk menggunakan metode full cost biasanya biaya overhead akan dilaporkan ketika produk sudah terjual. Namun, untuk metode variable costing akan dicatat baik itu produk terjual atau tidak. Oleh karena itu, biaya overhead tetap dilaporkan. Sehingga jumlah pendapatan perusahaan terhitung tetap berkurang. Format Laporan Keuangan Full CostingBerikut ini adalah contoh format laporan keuangan yang umumnya terdapat di dalam full costing. Perhitungan di dalam harga pokok produksi pada metode full costing dilakukan dengan cara membuat suatu laporan keuangan yang terdiri dari berbagai hal berikut: 1. Hasil PenjualanJumlah yang yang bisa diperoleh oleh perusahaan dari hasil penjualan produk yang dilakukan perusahaan. 2. Harga Pokok Produksi atau PenjualanHarga dasar per unit dari produksi ataupun penjualan suatu barang. 3. Laba KotorPerusahaan bisa memperoleh laba kotor yang berasal dari keuntungan penjualan, tapi belum bisa dikurangi dengan biaya ataupun beban perusahaan. Untuk bisa memperoleh laba kotor ini, anda bisa menghitung selisih antara hasil penjualan dan harga pokok produksi atau penjualan. 4. Laba BersihLaba bersih adalah laba yang diperoleh dengan cara menghitung adanya selisih antara laba kotor dengan jumlah total dari biaya pemasaran yang sudah dikalikan dengan:
5. Biaya Pemasaran VariabelDana yang dikeluarkan guna melakukan pemasaran dari berbagai variabel sebuah produk oleh pihak perusahaan. 6. Biaya Pemasaran TetapPihak perusahaan mengeluarkan sejumlah dana untuk memasarkan suatu produk dengan jumlah yang tetap atau tidak berubah. 7. Biaya Administrasi dan Umum VariabelSejumlah dana yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan guna mendukung adanya proses produksi. 8. Biaya Administrasi dan Umum TetapSejumlah uang yang digunakan untuk mendukung proses produksi perusahaan yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan. Cara Menghitung Harga Pokok Produksi pada Metode Full Costing dan Variable CostingLalu seperti apa cara menghitung harga pokok produksi pada metode full coseting dan variabel costing? Untuk lebih jelasnya, berikut detail perhitungan pada metode full costing dan variable costing. Perhitungan Full CostingPada ilmu akuntansi biaya dalam metode full costing adalah semua biaya yang telah dikeluarkan sebagai proses produksi. Dengan demikian akan melibatkan semua biaya yaitu seperti biaya variabel, biaya tetap, langsung, tidak langsung, investasi, dan seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi. Sehingga metode ini dijadikan sebagai tolak ukur dalam menghitung total biaya per unit maupun harga pokok produksi pada sebuah perusahaan. Perhitungan harga pokok produksi pada metode full costing terdiri dari:
Untuk mendapatkan harga pokok produksi maka menjumlahkan total dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap. Di mana sebelumnya untuk mencari biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik variabel harus mengkalikan dengan jumlah unit produk yang diproduksi. Selanjutnya dari perhitungan harga pokok produksi pada metode tersebut dilakukan pelaporan keuangan yang terdiri dari:
Yang mana untuk mendapatkan laba kotor, dapat dengan menghitung selisih antara hasil penjualan dan harga pokok produksi atau penjualan. Baca Juga : Bedakah Beban dan Biaya Menurut Akuntansi? Sedangkan untuk mendapatkan laba bersih, diperoleh dengan menghitung selisih antara laba kotor yang telah didapatkan sebelumnya dengan jumlah total dari biaya pemasaran variabel yang telah dikalikan dengan unit produk yang terjual, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum variabel, biaya administrasi dan umum variabel serta biaya administrasi dan umum tetap. Perhitungan Variabel CostingSetelah mengetahui perhitungan harga pokok produksi metode full costing, maka selanjutnya adalah terkait cara perhitungan harga pokok produksi sebagai berikut:
Untuk mendapatkan biaya pokok produksi, dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik variabel yang telah dikalikan dengan jumlah unit produk yang diproduksi. Selanjutnya untuk laporan keuangan dari metode variabel costing ini terdiri dari:
Di mana untuk mendapatkan marjin kontribusi, hasil penjualan yang telah dikalikan dengan jumlah unit produk yang diproduksi dengan cara menghitung selisihnya dengan biaya produksi variabel dan biaya pemasaran varibel yang telah dikalikan dengan jumlah unit produk yang diproduksi. Kemudian untuk mendapatkan laba bersih, dapat dengan menghitung selisih antara marjin kontribusi dengan biaya produksi tetap, biaya pemasaran tetap dan biaya administrasi dan umum tetap. KesimpulanDari informasi dan cara perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan variabel costing di atas, dapat bahwa metode full costing semua biaya produksi diperhitungkan dalam harga pokok produksi. Akan tetapi akan ada biaya tetap yang belum dibebankan pada periode tersebut jika ada produk yang belum laku terjual, karena di dalam produk tersebut terdapat biaya overhead tetap yang melekat. Sedangkan metode variable costing hanya memperhitungkan biaya-biaya produksi yang bersifat variabel dalam perhitungan harga pokok produksi. Di mana biaya tetap dianggap sebagai period cost dan langsung dibebankan pada periode yang bersangkutan. Selain itu dalam penyajian laporan keuangan terkait laba rugi, metode full costing dan variabel costing ini memiliki perbedaan. Pada metode metode full costing, biaya overhead tetap yang dilaporkan dalam laporan laba rugi hanya biaya overhead tetap produk yang telah terjual saja pada periode tersebut. Sedangkan variable costing, seluruh biaya overhead tetap yang terjadi dalam periode tersebut dilaporkan dalam laporan laba rugi perode tersebut sehingga akan mengurangi pendapatan pada periode tersebut. Demikianlah pembahasan terkait metode full costing dan variabel costing. Semoga dapat memberikan manfaat bagi anda dalam menentukan harga pokok produksi. |