Kenapa bank jepang ingin akuisisi danamon begini penjelasannya

Kenapa bank jepang ingin akuisisi danamon begini penjelasannya

Kenapa bank jepang ingin akuisisi danamon begini penjelasannya
Lihat Foto

KOMPAS.com/Ade Miranti

Wakil Direktur Utama Danamon Hafid Hadeli dan Direktur Syariah & Sustainability Finance Herry Hykmanto memberikan keterangan pers dalam rangka HUT Danamon yang ke-66, di Jakarta, Kamis (14/7/2022).

JAKARTA, KOMPAS.com - Induk usaha dari PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) asal Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Grop Inc (MUFG), dikabarkan akan mengakuisisi saham Bank Panin.

Merespons kabar tersebut, Wakil Direktur Utama Danamon Hafid Hadeli mengatakan enggan memberikan banyak pernyataan. Sebab kata dia, hal tersebut menjadi kebijakan MUFG.

"Entah apa yang dilakukan oleh induk perusahaan. Jadi kami tidak bisa banyak berkomentar," ucapnya ditemui di Jakarta, Kamis (14/7/2022).

Baca juga: Erick Thohir: Sarinah Dikunjungi 5 Juta Orang sejak Dibuka Kembali

Dikutip dari pemberitaan Kontan, grup keuangan Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc, dikabarkan tertarik menjajaki akuisisi saham Bank Panin.

Kabar rencana MUFG mengakuisisi Bank Panin ini dilaporkan Bloomberg pada Rabu (13/7/2022). Sumber yang mengetahui hal itu mengatakan ketertarikan MUFG sejalan dengan upayanya memperkuat posisi di Indonesia.

MUFG kabarnya berencana menggabungkan Panin Bank dengan bisnis perbankannya yang sudah ada di Indonesia saat ini yakni Bank Danamon sebagai bagian dari kesepakatan.

Baca juga: Danamon Mengaku Tidak Tutup Kantor Cabang meski Ada Tren Transaksi Digital

Ketertarikan MUFG mengakuisisi Bank Panin muncul karena keluarga Gunawan yang menguasai sekitar 46 persen saham bank tersebut, turut membuka diri seiring kerja sama dengan penasihat keuangan untuk mengeksplorasi opsi kepemilikannya.

Pemegang saham terbesar Bank Panin telah menerima minat awal dari pembeli, termasuk pemberi pinjaman regional lainnya yang ingin berekspansi di Asia Tenggara serta investor lokal.

Baca juga: Jokowi Berencana Tambah Dana Bansos, Kemenkeu: Belum Ada Arahan Jelas

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Oleh:

JIBI/Dwi Prasetya Kantor Bank Danamon.

Bisnis.com, JAKARTA -  Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ dikabarkan akan mengakuisisi saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

Seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (9/11/2017) pagi, anak usaha dari Mitsubishi UFJ Financial Group itu berencana mengakusisi saham mayoritas Bank Danamon yang saat ini dimiliki oleh Temasek Group asal Singapura.

Harian Nikkei melaporkan bahwa Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ mengalokasikan dana 200 miliar yen atau setara US$1,8 miliar untuk membeli 40% saham Bank Danamon dan akan menjadi pemegang saham pengendali.

Juru bicara Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ enggan berkomentar saat ditanya mengenai rencana aksi korporasi itu.

CEO Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Kanetsugu Mike bulan lalu menyampaikan bahwa tengah menyiapkan dana sekitar 100 miliar yen untuk akuisisi bank di Indonesia dan sejumlah Negara di Asia atau Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini : bank of tokyo-mitsubishi ufj ltd, bank danamon

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Editor: Hendri Tri Widi Asworo

Kenapa bank jepang ingin akuisisi danamon begini penjelasannya
Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ dan Bank Danamon. google.com

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Heru Kristiyana menilai rencana Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ (BMTU) mengakuisisi 40 persen saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk. akan berdampak positif. Rencana akuisisi bank tersebut dinilai akan membantu Bank Danamon lebih berkembang.

"BMTU itu kan pemegang saham perusahaan besar, sehingga jika benar mereka akan membeli saham Danamon, diharapkan Danamon juga akan berkembang lebih besar," kata Heru di kantornya, Jakarta, Jumat, 10 November 2017.

Baca: OJK Bakal Panggil Manajemen Bank Danamon

Meski begitu, menurut Heru, BMTU harus lulus uji fit and proper test terlebih dahulu untuk bisa mengakusisi bank di Indonesia. BMTU juga harus mendetailkan rencana bisnis mereka untuk membantu perekonomian nasional.

Salah satu yang dicontohkan Heru adalah komitmen bank asal Jepang untuk memberikan kredit khusus kepada proyek-proyek infrastruktur dan UMKM serta mendukung program pemerintah.

Jika rencana bisnis syarat terpenuhi, BMTU bahkan dapat memiliki saham Danamon lebih dari 40 persen. Heru menuturkan, BMTU memungkinkan menjadi pemegang saham pengendali di Danamon meski sudah menjadi pemilik mayoritas di Bank Nusantara Parahyangan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/24/2012 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia atau single presence policy menyatakan bank hanya boleh menjadi pemegang saham pengendali di satu bank lain. Jika ingin membeli saham bank lain atau menjadi pemegang saham pengendali di lebih dari satu bank, ketentuan kepemilikan tunggal wajib dipenuhi.

Salah satu cara memenuhinya adalah dengan merger atau konsolidasi atau membentuk perusahaan induk perbankan (holding). "Kalau BMTU bisa merger ya lebih bagus," ujar Heru.

Rencana akuisisi Bank Danamon oleh BMTU dilansir media Jepang, Nikkei. BMTU dikabarkan akan mengambil alih saham mayoritas Danamon yang kini dimiliki holding BUMN Singapura, Temasek.

Ketiganya dikabarkan sudah bertemu untuk bernegosiasi. Kabar tersebut dikonfirmasi Sekretaris Perusahaan Bank Danamon Rita Mirasari melalui pernyataan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin, melalui keterbukaan informasi.

Dalam suratnya dia menyatakan perseroan telah menerima pemberitahuan dari Asia Financial (Indonesia) Pte Ltd (AFI), pemegang saham pengendali perseroan terkait tawaran pembelian saham. "AFI telah menerima expression of interest sehubungan dengan saham milik mereka dalam perseroan," tulis dia dalam surat yang dipublikasikan Kamis, 9 November 2017.

Rita menuturkan ketertarikan tersebut belum tentu terlaksana. Pasalnya realisasi masih bergantung kepada hasil negosiasi lebih lanjut. Pihak OJK belum menerima laporan resmi mengenai aksi korporasi tersebut.

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebutuhan permodalan jadi alasan utama bank lokal menerima pinangan untuk diakuisisi oleh investor global. Tren ini terus meningkat belakangan ini, dan diperkirakan masih akan berlanjut tahun ini.

Hari ini, PT Bank Danamon Tbk (BDMN) secara resmi mendeklarasikan mengabungkan usaha atau merger dengan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) setelah kedua entitas tersebut diakuisisi Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG). Kepemilikan MUFG Bank di Bank Danamon akan naik menjadi 72,78% dari posisi sebelum merger sebesar 40%.

Bukan hanya Bank Danamon, sebelumnya PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) resmi mulai proses penggabungan usaha (merger) tahun lalu. Dalam proses merger itu, SMBCI akan bergabung ke dalam BTPN sebagai bank penerima penggabungan.


Terakhir PT Bank Permata Tbk (BNLI) juga dikabarkan akan dibeli oleh investor dari Jepang. Namun belum jelas pemodal mana yang akan membeli Bank Permata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT


Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto mengatakan, jumlah bank asing dari Jepang yang mencaplok bank-bank dalam negeri semakin banyak karena bank lokal membutuhkan modal. Modal dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis dan masuk ke era perbankan digital yang membutuhkan modal besar, dan dana tersebut dimiliki perusahaan-perusahana investasi kaliber dunia seperti MUFG dan kawan-kawannya."Memang persaingan perbankan semakin ketat dan eranya digitalisasi. Jadi, rata-rata bank itu masuk ke ranah uang elektronik dan sebagainya. Mereka butuh dana dan modal besar untuk masuk segmen itu," kata Eko kepada CNBC Indonesia, Selasa (22/1/2019).Bank asing, lanjut Eko, melihat industri sektor keuangan Indonesia tumbuh prospektif. Dengan pertumbuhan kredit masih di sekitaran 12% saat deposito 5%-6%.Artinya, keuntungannya bisa mencapai 100%. Dari sisi nett interest margin (NIM) perbankan Indonesia masih 6%. Pertumbuhan kredit bank-bank kecil bahkan bisa lebih tinggi lagi.Sementara, bank-bank luar negeri seperti di Singapura pertumbuhannya belum tentu setinggi itu. Oleh karena itu, lanjut Eko, menjadi wajar bila bank asing lebih tertarik mengakuisisi bank-bank di kawasan Asia, termasuk Indonesia."Singapura itu sangat rendah (bunga kredit) sehingga wajar ekspansi ke negara berkembang. Salah satu tujuannya Indonesia karena suku bunganya sangat menarik," ujarnya.Ditambah lagi, dari segi regulasi perbankan lokal dan global mendukung. Eko menjelaskan, dalam aturan perbankan global arah kebijakan cenderung ke permodalan, selain risiko. Arsitektur perbankan Indonesia juga arahnya ke penguatan permodalan.Lebih jauh lagi, Undang-Undang (UU) perbankan dalam negeri masih membolehkan penguasaan asing terhadap bank lokal sebesar 99%. Di negara lain, asing tidak bisa leluasa memiliki bank lokal sebesar itu."Ini masih dugaan, tapi kalau dari data-data angka sudah membuktikan kalau keuntungan besar dari industri perbankan asing itu belum banyak memberi manfaat ke Indonesia," ucapnya.Semua bermula saat Indonesia mengalami krisis tahun 1998. Untuk menyelamatkan industri perbankan nasional, Pemerintah saat itu membuka peluang asing untuk masuk bank dalam negeri hingga 99%. Kebijakan itu ternyata mampu mengerek naik rupiah dari Rp15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) ke level Rp9.000 per dolar.Akuisisi dinilai Eko memang penting untuk bank dalam negeri. Namun, perlu diperhatikan juga siapa yang mengakuisisi. Pasalnya, keuntungan, bila sudah menjadi milik asing, akan lebih banyak masuk ke induk usaha. Secara otomatis, dana yang diputar juga tidak di Indonesia, kata Eko."Bank asing juga OJK di awal-awal saat akuisisi mewacanakan akan menyalurkan kredit ke UMKM sebesar 20%, itu sifatnya hanya imbauan saja. Apakah real-nya bank-bank asing itu menyalurkan kredit ke UMKM? belum tentu." pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]


(hps/hps)