Penanganan Panen & Pasca Panen (Mengamankan Produksi dan Kualitas Jagung) EKO SUKMAWANTO BASRI, S.ST 19840609 200804 1 004 Pendahuluan Penangananana pasca panen merupakan mata rantai penting dalam usaha tani jagung. Ini berdasarkan pakta yang ada bahwa pada umumnya petani memanen saat musim hujan dengan kondisi lingkungan yang lembab dan curah hujan yang masih tinggi. Hal ini telah melalui survei yang membuktikan bahwa kadar air yang terkandung pada jagung berkisar 25 – 35 %. Apabila tidak ditangani sedini mungkin maka peluang terinfeksi cendawan yang menghasilkan Mikotoksin jenis Aflatoksin . Penanganan pasca panen adalah semua tindakan yang dilakukan sejak jagung dipanen sampai menghasilkan produk yang siap dipasarkan. Dengan demikian tahap –tahap penanganan pasca panen meliputi : Pemenenan, Pengupasan, pengeringan Jagung Tongkol, Pemipilan, dan Pengolahan Jagung serta Penyimpanannya. Permasalahan – permasalahan yang sering terjadi Pada saat Pasca Panen yang mengakibatkan kerugian a) Susut Kuantitas dan mutu. Susut kuantitas terjadi akibat tertinggal dilapang waktu panen, tercecer saat pengangkutan , atau tidak terpipil. Sedangkan penurunan mutu sebagai akibat dari butir rusak, butir berkecamba, atau biji keriput selama proses pengeringan, pemipilan, pengangkutan dan penyimpanan. b) Keamanan Pangan. Penundaan pengeringan paling besar kontribusinya dalam meningkatkan infeksi cendawan (Aspergillus flavus) yang bisa mencapai diatas 50% . Cendawan tersebut dapat menghasilkan mikotoksin jenis Aflatoksin yang bersipat mutagen dandan diduga dapat menyebabkan kanker Esopagus pada manusia (Weibe and Bjeldanes 1981). Cara – Cara penanganan pasca panen yang berdasarkan prinsip – prinsip Good Handling Practices (GHP) 1. Menekan tingkat kerusakan atau kehilangan hasil jagung 2. Menjaga mutu jagung sesuai persyaratan Standar Mutu Jagung 3. Memproduksi jagung yang terjamin kuantitas, kwalitas maupun kontinuitasnya. Penentuan saat panen jagung dapat dilakukan berdasarkan : 1) Deskripsi varietas jagung 2) Umur tanaman jagung 3) Kadar air jagung 4) Kenampakan fisik Pemanenan Pemanenan jagung harus ditangani dengan baik. Jagung dapat dipanen dalam bentuk tongkol tanpa klobot maupun dalam bentuk tongkol berkelobot. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemnanenan adalah umur panen dan cara panen ; Ø Umur Panen Dalam melakukan pemanen jagung sebaiknya umur tanaman jagung 7 – 8 minggu setelah keluar bunga dan kadar air jagung 17 – 20 % yang diukur dengan alat pengukur kadar air Adapun kenampakan fisik yang nampak adalah sebagai berikut: v Umur maksimum setelah pengisian biji optimal v Daun menguning dan sebagian mengering berwarna kecoklatan atau putih kekuningan v Kelobot sudah kering atau kuning v Biji keras dan mengkilat, bila ditekan dengan kuku tidak membekas pada biji (ketika klobot dibuka) Ø Cara Panen Pemanenan dilakukan dengan cara sebagai berikut: v Pada kadar Air tinggi ( 30 – 40% ) panen dilakukan dengan cara menyabit batang jagung setinggi pinggang kemudian jagung langsung dipetik dan kupas klobotnya serta masukkan kerangjang. Sedangkan pada kadar air rendah ( 17 – 20%)panen dilakukan dengan cara memetik dan mengupas klobot jagung v Setelah panen selesai, tongkol dimasukkan kedalam karung dan biji dibawah ketepi jalan menunggu pengangkutan v Pengangkutan dapat dilakukan dengan pedati, sepeda, truk dan kuda ( alat angkut tradisional masyarakat ) Pengeringan Pengeringan jagung merupakan proses penurunan kadar air sampai batas tertentu. Pengeringan yang umumnya digunakan oleh petani dengan menggunakan ayam bambu, lembar pelastik atau terpal, lantai jemur , dan tanpa alas sama sekali adalah:
dilakukan dengan mesin. Pada saat ini terdapat dua tipe pengeringan dengan menggunakan mesin: o Bed Dryer Dengan memasukkan jagung pipilan yang akan dikeringkan kedalam ruang pengering yang telah dialiri udara panas melalui sekat yang berlobang yang berasal darihembusan api dari sumber api yang digerakkan oleh motor penggerak. Pada akhir pengeringan jagung pipilan, jagung pipilan yang dikeluarkan dimasukkan kedalam wadah/karung. o Continous Flow Dryer Merupakan mesin pengering dengan bagian komponen mesin yang digerakkan oleh motor yang berbentuk kotak. Pemipilan Pemipilan merupaka suatu usaha pemisahan biji dari tongkolnya. Pemipilan biji jagung berpengaruh terhadapbutir rusak, kotoran, dan membantu mempercepat proses pengeringan. Proses pemipilan terbagi ats dua yaitu; 1. Pemipilan secara manual Pemipilan menual dengan memipil biji satu per satu dari tongkolnya. Pemipilan dengan alat sederhana menggunakan papan kayuyang dipasangi pakusebagai alat pencongkel biji agar telepas dari tongkolnyadengan kapasitas kerja alat berkisar 8 – 12,5 Kg/jam/operator pada kondisi kadar air 25% dengan persentase biji rusak 6 – 9% 2. Pemipilan secara mekanik Dengan menggunakan tenaga gerak enjin atau motor dengan tingkat kerusakan biji 18 – 21% untuk jagung kadar air32,5 – 35%pada putaran silinder prontok 600 rpm Penyimpanan Jagung Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan jagung agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Jagung dapat disimpan dalam bentuk tongkol berkelobot, tongkol tanpa keloobot atau dalam bentuk biji pipilan. Cara penyimpanan jagung dapat dilakukan :
Klasifikasi Standar Mutu Persyaratan mutu jagung untuk perdangan harus sesuai dengan standar SNI yang mana dikelompokkan menjadi dua ( 2 ) yakni kuantitatif dan kualitatif yang meliputi beberapa persaranan: 1. Produk harus terbebas dari hama penyakit; 2. Produk harus terbebas dari bau busuk maupun zat kimia lainnya; 3. Produk harus terbebas dari bahan dan sisa pupuk dan pestisida; 4. Memiliki suhu normal.
Sumber : 1. Direktorat Jenderal Pengolahan dan penanganan pasca panen, pedoman penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan, Jakarta, 2006 2. Purnomo dan Heni Purnawati, budidaya 8 jenis tanman pangan unggul 3. Firmansyah , M. Aqil, yamin Sinuseng Penanganan Pasca Panen Jagung, Buku Jagung Bogor 2007 Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink. |