Jumlah responden uji validitas menurut Sugiyono

Pertanyaan yang juga sering ditanyakan adalah berapa ukuran sampel untuk ujicoba instrumen ?

Saya sangat sering mendengar angka ajaib 30 responden sebagai sampel ujicoba untuk menguji validitas dan reliabilitas sebuah kuesioner.  Karena awam, saya kemudian mencari darimana asal angka 30, dan berapa sebenarnya jumlah yang tepat untuk menguji sebuah kuesioner.

Sejarah Uji Validitas

Evaluasi pertama dalam upaya untuk menentukan kesesuaian tes dimulai Guilford (1946).  Ini kemudian dikenal sebagai uji validitas dan kemudian memperoleh spesifikasi teoritis dan didukung oleh banyak ahli psikologi di saat itu. Pada tahun 1949 Cronbach (yang pake Cronbach Alpha pasti tidak asing dengan nama beliau, disini profilnya)  mengembangkan gagasan validitas logis dan empiris.

Validitas logis disebut penilaian tentang apa saja langkah-langkah tes dan validitas empiris yang mengacu pada Guilford  (1946) melalui perbandingan statistik dari skor tes dengan langkah-langkah yang sama. Pada tahun 1954 Anastasi memberikan kategori validitas dalam beberapa jenis, yaitu validitas tampang (face validity), konten (content validity), faktorial dan validitas empiris yang tetap mempertahankan perbedaan antara metode logis dan empiris dalam menentukan validitas.

Pada tahun yang sama, Rekomendasi Teknis (APA, 1954) membagi empat jenis validitas (yaitu, konten, prediksi, bersamaan, dan validitas konstak (content, predictive, concurrent, and construct validities). Keempat jenis ini kemudian dikurangi menjadi tiga dengan kombinasi validitas prediktif dan kriteria (APA, 1966).

Ukuran Sampel Untuk Uji Validitas

Salgado (1998) dalam kajiannya menyebutkan bahwa ukuran sampel merupakan masalah penting dalam melakukan proses validasi karena kesulitan dalam memperoleh sampel dengan jumlah yang sesuai. Ghiselli (1973) dalam tulisannya menemukan banyak sampel dengan kurang dari 50 observasi/responden. Namun, penelitian yang paling relevan pada ukuran sampel dalam studi validitas dilakukan dengan Lent, Auerbach & Levin (1971). Para peneliti, menyusun studi validitas yang diterbitkan antara 1954 dan 1969, menunjukkan bahwa rata-rata ukuran sampel hanya 68 peserta. Dalam sebuah penelitian tulisan yang lebih baru, Monahan & Muchinsky (1983), dengan menggunakan artikel yang diterbitkan dalam jurnal Psychology Personil antara tahun 1950 dan 1979, menemukan bahwa ukuran rata-rata sampel  berkisar 58-125 peserta, dengan rata-rata 88 dan standar deviasi berkisar antara 31 ke 173. Selanjutnya, dalam 60 persen dari studi yang dilakukan antara tahun 1960 dan 1970-an memiliki ukuran sampel kurang dari 100 peserta (Salgado, 1998) .

Perhatikan angka-angka yang disebutkan di atas. Hasil review dari tahun mulai berkembangnya pengujian ini yaitu 1950 – 1979 menempatkan angka kisaran 58 – 128 partisipan. Kemudian, secara khusus, dari tahun 1960 – 1970, rata-rata ukuran sampelnya adalah sebesar 100.

Mari Kita Perhatikan Pendapat Ahli

  • Nunnally (1994) merekomendasikan 10 x jumlah item untuk penggunaan analisis faktor.
  • Sapnas dan Zeller (2002) berpendapat bahwa ukuran sampel 50 cukup memadai untuk mengevaluasi sifat psikometrik pada ukuran konstruk sosial.
  • Thompson, (2004) menyebutkan bahwa setidaknya 200 responden yang dijadikan  sampel untuk mencapai stabilitas melalui analisis faktor.
  • Meyers, Gamst, Guarino, (2006) menunjukkan bahwa ukuran sampel yang sesuai tergantung pada jumlah item yang tersedia yaitu untuk 10 item diperlukan 200 sampel, 25 item diperlukan 250 sampel, 90 item dibutuhkan 400 sampel, dan seterusnya.

Review yang dilakukan oleh Anthoine, dkk (2014) pada sebuah instrumen di bidang kesehatan menyebutkan bahwa Validitas isi, validitas konstruk, validitas kriteria dan konsistensi internal yang paling umum digunakan dalam studi validasi. Dari 114 artikel yang direview,  sekitar 92% dari artikel melaporkan rasio sampel dan jumlah variabel lebih besar dari atau sama dengan 2, sedangkan 25% memiliki rasio lebih besar dari atau sama dengan 20. Sekitar 90% dari artikel memiliki ukuran sampel yang lebih besar dari atau sama dengan 100, sedangkan 7% memiliki ukuran sampel yang lebih besar dari atau sama dengan 1000

Kesimpulan
Dari berbagai tinjauan litelatur,  saya tidak menemukan angka 30 responden untuk mengujicoba sebuah kuesioner. Angka ini menjadi sangat tidak relevan bilamana pertanyaan yang diajukan justru lebih banyak daripada responden (sering saya temukan dalam penelitian mahasiswa).
Pedoman untuk menentukan berapa ukuran sampel yang digunakan untuk ujicoba instrumen (untuk menguji validitas dan reliabilitas) adalah didasarkan pada teknik analisis yang digunakan. Untuk menguji validitas konstrak, EFA maupun CFA, dibutuhkan minimal sampel 5 – 10 x jumlah item yang digunakan. Atau, untuk jumlah item kuesioner sebanyak 10, dapat menggunakan minimal 50 responden sebagai ujicoba.

Daftar Referensi

Anthoine, E., Moret, L., Regnault, A., Sabille, V & Jean-Benoit Hardouin. Sample size used to validate a scale: a review of publications on newly-developed patient reported outcomes measures. Health and Quality of Life Outcomes 2014, 12:176

Beran, Tanya N. The role of validity in psychological measurement for school psychology applications. Canadian Journal of School Psychology18.1/2 (2003): 223-243

Mantilla, Jesús Miguel Rodríguez; Díaz, Ma José Fernández. Development and Validation of a Measuring Instrument for Burnout Syndrome in Teachers. The Spanish Journal of Psychology15.3 (2012): 1456-65.

Meyers, L.S., G. Gamst, A.J. Guarino, 2006. Applied Multivariate  Research:  Design  and  Interpretation. Sage Publications. Washington,  DC:  American Psychological Association

Nunnally, J. C., & Berstein, I. H. (1994). Psychometric theory (3rd ed.). New York, NY: McGraw-Hill

Salgado, Jesus F. Sample size in validity studies of personnel selection. Journal of Occupational and Organizational Psychology71 (Jun 1998): 161-164.

Sapnas, K. G., & Zeller, R. A. (2002). Minimizing sample size when using exploratory factor analysis for measurement. Journal of Nursing Measurement, 12(2), 97-109

Thompson,  B.  2004.  Exploratory  and  confirmatory factor analysis : Understanding  concepts  and applications. Washington,  DC:  American. Psychological Association

Berapa orang responden untuk uji validitas?

4.3.1 Hasil Uji Validitas Jumlah sampel diambil adalah sebesar 30 responden, hal ini sesuai pendapat Singarimbun dan Effendi (1995) yang mengatakan bahwa jumlah minimal uji coba kuesioner adalah minimal 30 responden. Dengan jumlah minimal 30 orang maka distribusi nilai akan lebih mendekati kurve normal.

Kenapa Uji validitas harus 30 responden?

Menurut (Sugiono:2009) pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan 30 responden dikarenakan agar hasil pengujian mendekati kurva normal. Instrument dikatakan valid mempunyai nilai signifikansi korelasi £ dari 95% atau a=0,05.

Berapa jumlah responden yang dibutuhkan untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas?

Untuk menjamin validitas dan reliabilitas kuesioner, dapat dilakukan validasi dan reliabilitas secara statistik. Namun, jumlah responden yang digunakan tidak ada patokan khusus, sebagian besar menggunakan 30 responden yang kadang memberatkan untuk penelitian dengan populasi kecil.

Berapa jumlah sampel uji validitas?

Untuk menguji validitas konstrak, EFA maupun CFA, dibutuhkan minimal sampel 5 – 10 x jumlah item yang digunakan. Atau, untuk jumlah item kuesioner sebanyak 10, dapat menggunakan minimal 50 responden sebagai ujicoba.