Jika bisnis seseorang mengalami apa yang dinamakan break even point maka bisnis tersebut

Dalam menjalankan bisnis, setiap pengusaha pasti mengalami yang namanya rugi maupun laba. Laba diperoleh ketika jumlah pendapatan lebih besar daripada seluruh biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi. Sedangkan, kerugian akan dialami oleh seorang pengusaha jika seluruh hasil pendapatannya tidak mampu menutup biaya produksi yang ia keluarkan. Agar Anda terhindar dari yang namanya rugi, maka Anda perlu mengenal yang namanya BEP atau Break-even Point.

Break-even Point atau BEP adalah sebuah kondisi di mana jumlah pengeluaran yang diperlukan untuk biaya produksi sama dengan jumlah pendapatan yang diterima dari hasil penjualan. Akibatnya, perusahaan tidak mengalami laba maupun rugi. Dalam istilah akuntansi, BEP disebut dengan titik impas.

Jika bisnis seseorang mengalami apa yang dinamakan break even point maka bisnis tersebut
Apa yang dimaksud dengan break-even point? (Source: creative-commons-images.com)

  1. Manfaat Menghitung Break-even Point

    Salah satu manfaat utama dari menghitung BEP adalah Anda jadi tahu berapa kira-kira harga jual minimal yang harus Anda tentukan agar tidak mengalami kerugian. Tanpa menghitung BEP, bisa jadi harga jual yang Anda pasang terlalu rendah sehingga Anda pun akan mengalami kerugian. Selain harga jual, Anda pun dapat mengira-ngira berapa banyaknya jumlah unit yang harus diproduksi agar total keuntungan yang Anda dapat bisa menutup biaya pengeluaran. Bagi mereka yang masih pemula dan belum tahu mengenai apa itu BEP, tentunya akan merasa kesulitan untuk menentukan harga jual dan berapa keuntungan yang harus dipertimbangkan. Oleh sebab itu, setelah Anda menghitung besarnya harga pokok, hitung juga BEP sebelum menentukan harga jual.

    Baca juga: Inilah 4 Cara Menghitung Laba Bersih Bisnis Anda

  2. Unsur-Unsur Pembentuk BE

    Sebelum menghitung BEP, terlebih dahulu Anda harus mengetahui apa saja komponen yang membentuk break-even point ini. Berikut di antaranya:

    Biaya Tetap (FC)

    Biaya tetap atau fixed cost merupakan salah satu biaya yang wajib dikeluarkan oleh seorang pengusaha, terlepas apakah ia melakukan proses produksi atau tidak. Yang termasuk biaya tetap adalah gaji karyawan, biaya sewa gedung, serta biaya penyusutan.

    Biaya Variable per Unit (VC)

    Berkebalikan dengan biaya tetap, besarnya biaya variabel atau variabel cost dipengaruhi oleh banyak sedikitnya unit yang diproduksi. Contoh biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli bahan baku, membayar tagihan air, listrik, dan telepon.

    Harga Jual per Unit (P)

    Istilah ini merupakan harga yang ditentukan oleh pengusaha untuk setiap satuan unit produksi yang dihasilkan. Harga jual diperoleh dari harga pokok yang sudah ditambah dengan jumlah keuntungan yang ingin diperoleh.

Jika bisnis seseorang mengalami apa yang dinamakan break even point maka bisnis tersebut
BEP adalah kondisi di mana jumlah pengeluaran yang diperlukan untuk biaya produksi sama dengan jumlah pendapatan yang diterima dari hasil penjualan. (Source: Entrepreneur.com)

  1. Rumus Menghitung BEP

    Dalam menghitung BEP, ada dua macam hal yang harus diperhatikan, yakni BEP Unit dan BEP Penjualan. Pengertian BEP Unit adalah berapa banyak jumlah barang yang akan diproduksi agar mendapatkan BEP. Perhitungan ini diperoleh dari total biaya tetap dibagi harga jual yang dikurangi harga variabel.

    BEP = FC : (P – VC)

    Sedangkan, BEP Penjualan merupakan jumlah penjualan yang harus didapatkan agar mampu menutup BEP itu tadi. Cara menghitungnya sebagai berikut.

    BEP = FC : (1 – (VC/P))

    Semisal dengan biaya tetap senilai Rp20 juta dan biaya variabel sebesar Rp12.000 serta harga jual per unit barang adalah Rp16.000, maka berapa barang unit barang yang harus dihasilkan dan jumlah penjualan yang didapat agar mendapatkan BEP?

    BEP Unit = FC : (P – VC)

                    = Rp20.000.000 : (Rp16.000 – Rp12.000)

                    = 5000

    BEP Penjualan = FC : (1 – (VC/P))

                             = Rp20.000.000 : (1 – Rp12.000 : Rp16.000))

                             = Rp80.000.000

    Jadi, dari perhitungan di atas, untuk mendapatkan kondisi BEP, perusahaan tersebut harus memproduksi sebanyak 5000 unit dan menghasilkan penjualan sebesar Rp40.000.000.

Menghitung BEP sangatlah penting untuk menentukan jumlah unit yang harus diproduksi serta besarnya harga penjualan yang harus didapat agar bisnis tidak mengalami kerugian.

Jika bisnis seseorang mengalami apa yang terjadi Break Even Point maka bisnis tersebut?

Maka dari itu, breakeven point juga dikenal dengan istilah titik impas karena perhitungan breakeven point akan membuat perusahaan tidak mendapatkan laba tetapi juga tidak mengalami kerugian.

Apa yang disebut dengan Break Even Point?

Definisi Break Even Point (BEP) Sebuah kondisi dimana besarnya jumlah pengeluaran yang dikeluarkan untuk biaya produksi sama dengan jumlah pendapatan yang diterima dari hasil penjualan. Total laba dan rugi ada pada posisi 0 titik, artinya pada titik ini perusahaan tidak mengalami kerugian atau mendapat keuntungan.

Break Even Point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu kegiatan usaha seseorang tidak mendapat untung maupun kerugian * Penjual?

Break Even Point (BEP) adalah kondisi dimana nilai dari penjualan sama dengan nilai pengeluaran dan perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Dalam bahasa kita, BEP ini sering juga disebut sebagai Titik Impas.