Tersohor dengan julukan "Kota Wali", Demak memiliki kekayaan unsur religi dengan nuansa Islam yang kental. Kabupaten yang berdekatan dengan Semarang ini juga menyajikan nilai-nilai budaya. Sejarah para wali, sebagai ulama di masa lampau, pun tak luput dan berjasa membangun salah satu destinasi ikonis di Demak, Jawa Tengah, yaitu Masjid Agung Demak. Diketahui sebagai salah satu masjid tertua di Indonesia, masjid ini juga jadi masjid agung pertama di pulau Jawa. Penasaran dan ingin lebih kenal dengan masjid bersejarah ini? Yuk, simak lima fakta uniknya berikut ini! potret atap Masjid Agung Demak (instagram.com/dodiwirawanxxv)Terlepas dari penampakan fisik, Masjid Agung Demak menyimpan banyak keberagaman filosofis. Salah satu yang dapat terlihat paling mencolok adalah dari arsitektur masjid yang merupakan perpaduan dari unsur Islamisasi tanah Jawa dengan Hindu-Budha. Eksistensi bangunan masjid sebagai output akulturasi ini berhubungan erat dengan fakta sejarah masuknya periode Islamisasi dengan model dakwah nusantara sehingga sukses merangkul masyarakat lokal tanpa mengubah kekayaan khas yang sudah dimiliki. Pemandangan kawasan Masjid Agung Demak dari atas. (instagram.com/babangrandy)Berlokasi di area sentral Demak, Masjid Agung Demak bersisian strategis dengan titik paling ikonis dari Demak, yaitu Alun-Alun Simpang 6 Demak. Kawasan masjid yang luas beserta hamparan alun-alun menjadi kolaborasi ciamik yang merepresentasikan wajah Demak sebagai Kota Wali. Di alun-alun juga tersedia area terbuka hijau yang cocok untuk piknik bersama keluarga, fasilitas bermain anak, tempat olah raga, hingga pelaksanaan event-event penting pun kerap diselenggarakan di lapangan alun-alun, contohnya upacara kemerdekaan, acara pertemuan antarsekolah, hingga tabligh akbar. Super strategis, bukan? Baca Juga: 6 Fakta Unik Mengenai Masjid Agung di Banten yang Wajib Kamu Tahu kompleks Masjid Agung Demak (instagram.com/journal_avrilladee)Jika bergerak ke sebelah kanan dari muka Masjid Agung Demak, kamu akan mendapati bangunan bernuansa cokelat muda atau krem. Bangunan ini tak lain adalah sebuah museum yang di dalamnya berisi arkeologi sejarah di balik keberadaan Masjid Agung Demak, di antaranya yaitu kayu bangunan asli masjid buatan Sunan Kalijaga, benda-benda peninggalan para wali lainnya, serta informasi silsilah para ulama hingga meruncing pada jalur keturunan nabi akan menambah wawasan keilmuanmu. Adapun jika bergerak ke depan museum, akan ada jalur yang menghubungkan pengunjung ke area pemakaman yang sangat terkenal di Demak, di antaranya terdapat makam raja pertama Demak, yaitu Raden Patah. Kompleks Masjid Agung Demak seakan menghidangkan sepaket destinasi lengkap yang mengenyangkan dahaga rohani. Suasana di sekitar Masjid Agung Demak (instagram.com/ariyadijaga)Sisi lain yang unik dari Masjid Agung Demak adalah jaraknya yang berdekatan dengan rumah peribadatan agama lain. Hanya dengan berjalan menyeberang alun-alun, kamu sudah dapat menjajakan kaki ke rumah ibadah yang kental dengan nuansa merah dan ornamen oriental. Yup, tepatnya kelenteng yang berhadapan dengan alun-alun Demak ini bernama Kelenteng Poo An Bio. Tak jauh dari kelenteng, terdapat juga kawasan pecinan yang dihuni oleh warga Demak keturunan Tionghoa yang didominasi latar belakang sebagai pedagang. Tak cukup hanya di situ, keberagaman khas Bhinneka Tunggal Ika ini juga makin terlihat dengan keberadaan Gereja Bethel Indonesia, rumah ibadah umat nasrani yang terletak di antara kompleks pecinan. Toleransi yang indah!
Baca Artikel Selengkapnya IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. tirto.id - Sejarah Masjid Agung Demak didirikan pada akhir abad ke-15 Masehi. Pendirinya adalah Raden Patah yang merupakan pangeran Majapahit sekaligus pemimpin pertama Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. Terkait tahun pendirian Masjid Agung Demak terdapat banyak versi. Raden Patah mendirikan salah satu masjid tertua di Jawa Tengah ini dengan bantuan Walisongo yang kala itu tengah menyebarkan dakwah Islam. Masjid Agung Demak berdiri ketika Islam mulai berkembang di Jawa seiring keruntuhan Majapahit yang pernah menjadi kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Jawa, bahkan di Nusantara.
Maka tidak mengherankan jika arsitektur Masjid Agung Demak mengandung unsur akulturasi budaya lokal Jawa, Hindu-Buddha, dan Islam dari Arab.
Sejarah & Pendiri Masjid Agung DemakDikutip dari laman Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, Masjid Agung Demak dibangun oleh Raden Patah bersama Walisongo pada abad ke-15 Masehi. Letaknya di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Muhammad Zaki dalam risetnya bertajuk "Kearifan Lokal Jawa pada Wujud Bentuk dan Ruang Arsitektur Tradisional Jawa" (2017) menyebutkan, pendirian Masjid Agung Demak terbagi dalam tiga tahap pembangunan.
Tahap pertama adalah tahun 1466 M. Kala itu masjid masih berupa bangunan Pondok Glagah Wangi asuhan Sunan Ampel dan Raden Patah. Tahap kedua, tahun 1477 M, masjid dibangun kembali menjadi Masjid Kadipaten Glagah Wangi Demak. Tahap ketiga dilakukan pada 1478 M, bertepatan dengan diangkatnya Raden Patah menjadi sultan sehingga masjid direnovasi.
Baca juga:
Ada beberapa beberapa versi tahun pembangunan Masjid Agung Demak, yakni sebagai berikut: 1. Menurut Babad Tanah Jawi Dikutip dari Babad Tanah Jawi suntingan W.L. Olthof (2017), Masjid Agung Demak didirikan pada akhir adab ke-15 M. Sunan Ampel membimbing daerah sekitar Demak menjadi pusat pengajaran agama Islam. Pada dekade 1470-an Masehi, Raden Patah menemui Sunan Ampel. Versi babad menyebutkan, Raden Patah adalah putra Brawijaya V (1478-1498), Raja Majapahit terakhir, dari istri seorang perempuan asal Cina bernama Siu Ban Ci. Raden Patah kemudian masuk Islam, menetap, dan membantu Sunan Ampel menyebarkan Islam. 2. Babad Demak Menurut Babad Demak, Masjid Demak didirikan pada tahun 1399 Saka (1477 M) ditandai dengan Candrasengkala “Lawang Trus Gunaning Janma".
Baca juga:
3. Candrasengkala Agus Maryanto dan Zaimul Azzah dalam Masjid Agung Demak (2012) menelisik sejarah berdirinya Masjid Agung Demak dari candrasengkala. Candrasengka adalah susunan kata atau lukisan (sengkalan) yang menunjukkan angka tahun atau kronogram Berdasarkan candrasengkala yang terdapat pada mihrab (tempat imam sholat) bergambar kura-kura, terdapat lambang tahun 1401 Saka (1479 M) yang diperkirakan sebagai tahun pembangunan Masjid Agung Demak. 4. Lawang Bledek Lawang Bledek adalah pintu utama Masjid Agung Demak. Di hiasan pintu ini terdapat candrasengkala berbunyi “haga mulat salira wani". Dari sini kemudian ditarik kesimpulan bahwa peletakan batu pertama oleh Raden Patah dilakukan pada 1477 M. Tahun 1479 M, Masjid Agung Demak beralih dari masjid kademangan menjadi masjid kesultanan dan baru diresmikan pada 1506 M.
Baca juga:
Ciri Arsitektur dan KeunikanDikutip dari buku Sejarah 2 Kelas XI oleh Sardiman (2008), Masjid Agung Demak didirikan ketika Islam mulai berkembang di Jawa. Maka, Masjid Agung Demak membawa akulturasi budaya lokal Jawa, Hindu-Budha, dan Islam yang menjiad ciri khas sekaligus keunikan arsitektur bangunannya, di antaranya adalah:
Dikutip dari buku Masjid Agung Demak oleh Agus Maryanto dan Zaimul Azzah (2012), masjid-masjid kuno seperti Masjid Agung Demak memiliki ciri-ciri bangunan sebagai berikut:
Baca juga:
Artikel dalam laman Dinas Pariwisata Kabupaten Demak menyebutkan, atap Masjid Agung Demak berbentuk limas bersusun tiga yang mengambarkan akidah Islam yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan. Tiang utama masjid atau saka guru dibuat Walisongo. Sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, barat daya oleh Sunan Gunungjati, tenggara oleh Sunan Ampel dan timur laut oleh Sunan Kalijaga. Pintu masjid berjumlah lima berarti Rukun Islam. Jendela berjumlah enam buah bermakna Rukun Iman. Serambi Masjid Demak berukuran 30x17 meter, berupa ruang terbuka dengan atap berbentuk limas. Serambi berfungsi sebagai tempat sholat, pertemuan, musyawarah atau acara keagamaan. Tiang serambi memiliki 8 tiang utama berpenampang bujur sangkar terbuat dari kayu jati berukir dan 24 buah pilar berpenampang lintang bujur sangkar terbuat dari bata berspasi. Dua pertiga Saka dipenuhi ukuran motif daun sulur dan motif tumpal.
Baca juga:
Baca juga
artikel terkait
MASJID AGUNG DEMAK
atau
tulisan menarik lainnya
Syamsul Dwi Maarif
Subscribe for updates Unsubscribe from updates
|