Hal apa yang dapat kamu pelajari dari cerita manusia jatuh kedalam dosa

Hal apa yang dapat kamu pelajari dari cerita manusia jatuh kedalam dosa

Oleh Aryanto Wijaya, Jakarta

Dosa. Kata ini tidak asing di telinga kita sebagai orang Kristen. Karena dosa, manusia diusir dari taman Eden. Karena dosa, maut pun datang. Dosa membawa akibat buruk.

Kendati demikian, sebagai manusia biasa, berulang kali kita mendekati dosa. Tak jarang terjun pula ke dalamnya. Seorang temanku pernah curhat dengan nada putus asa. Dia kecanduan masturbasi. Dia tahu kalau aktivitas ini adalah dosa dan setiap kali usai melakukannya, dia selalu diliputi rasa penyesalan yang hebat. “Gue harus gimana?” keluhnya. Rasa penyesalan yang sering diikuti janji “ini terakhir kalinya”, seringkali tak cukup kuat untuk mencegah kita kembali jatuh ke dalam dosa, entah itu dosa yang sama atau beda.

Pertanyaan gue harus gimana yang diajukan temanku itu menjadi titik pembahasan yang menarik. Tak hanya temanku, aku pun pernah berada di posisi itu. Ketika dosa meninggalkan kita dalam perasaan tak berdaya dan hancur, apa yang seharusnya kita lakukan? Adakah pertolongan pertama untuk menyelamatkan diri saat kita terjatuh ke dalam jurang dosa?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menyelediki kebenaran apa yang Alkitab tuliskan untuk kita. Mari kita bahas secara perlahan.

Pertama, kita perlu tahu bahwa Allah sesungguhnya tidak pernah menjauh dari kita.

“Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Yesaya 59:1-2)

Dua ayat pertama dari Yesaya 59 memberi kita gambaran jelas akan di mana peranan dosa dalam kehidupan kita. Dosa menciptakan jurang antara kita dengan Allah. Semakin kita bertekun dengan dosa, semakin dalam pula jurang tercipta. Kendati demikian, dari ayat pertama kita tahu bahwa Tuhan adalah Mahakuasa. Tangan-Nya tidak kurang panjang untuk menolong dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar.

Hanya, di ayat kedua dituliskan, kitalah yang melarikan diri dari-Nya. Ketika terjatuh ke dalam dosa, kita membiarkan dosa itu menguasai diri kita dengan cepat. Lewat rasa penyesalan yang tidak terkontrol, lewat rasa takut, atau bahkan lewat rasa nikmat, kita membiarkan jurang dosa semakin dalam. Kemudian pikiran kita berkata kalau Allah itu terasa jauh, atau mungkin juga kita merasa jijik dengan diri sendiri hingga kita takut untuk datang kepada-Nya.

Di sini, kita mendapati bahwa sebenarnya kita memiliki peranan aktif dalam menentukan respons seperti apa yang mau kita berikan dalam menyikapi kejatuhan dalam dosa. Seringkali, kita merespons kejatuhan kita dalam dosa dengan menjauh dari Allah, bergumul sendirian, dan berpikir kalau inilah respons yang paling baik. Namun, Alkitab memberitahu kita bahwa ini bukanlah cara yang dapat membawa kita kepada kemerdekaan dari dosa.

Alkitab mencatat kisah tentang Daud. Jika kita menilik kembali kisahnya dalam 2 Samuel 11:1-5, kita mendapati bahwa Daud telah berdosa di hadapan Allah karena dia berzinah dengan Batsyeba. Lalu, demi memperistri Batsyeba, Daud berbuat jahat kepada Uria dengan cara menempatkannya di garis depan pertempuran supaya dia mati terbunuh (2 Samuel 11:14). Daud tahu apa yang dia lakukan itu jahat, namun dia menyembunyikannya hingga akhirnya firman Tuhan datang menegur.

Proses pemulihan Daud dari dosa tidak dia jalani sendirian. Allah tahu bahwa Daud membutuhkan orang lain untuk menolongnya bangkit dari jurang dosa. Oleh karena itu Allah mengutus Nabi Natan untuk menegur Daud dan memberitahukan hukuman Allah kepadanya (ayat 11-12). Di titik ini Daud sadar dan dia berkata, “Aku sudah berdosa kepada Tuhan” (ayat 13). Daud berani membuka diri dengan mengakui dosanya dan menanggung hukuman yang Allah berikan kepadanya.

Perjalanan Daud untuk pulih itu kemudian dia tuliskan dalam mazmur-mazmurnya. Salah satu mazmur yang menggambarkan pergumulan Daud akan dosa-dosanya dapat kita lihat di kitab Mazmur 51.

“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku” (ayat 3-5).

Mazmur ini diawali dengan seruan: “Kasihanilah aku ya Allah,” Daud menyadari betul bahwa dia hanya bisa pulih oleh belas kasihan Allah. Oleh karena itu dia berseru nyaring kepada Allah untuk mencurahkan belas kasih kepadanya. Kesadaran Daud akan kasih setia Allah itulah yang kemudian membuatnya berani untuk meminta ampun dan memohon Allah menghapuskan segala pelanggarannya seturut kasih setia-Nya.

Dari Daud, kita dapat belajar bahwa ketika kita terjatuh ke dalam dosa, pertolongan pertama dan terbaik adalah mendekat pada Allah dan orang percaya yang dapat membimbing kita. Kita mungkin merasa malu dan jijik, tetapi ingatlah bahwa Allah adalah Allah yang penuh dengan kasih setia dan belas kasih. Dia ingin kita berbalik kepada-Nya karena hanya inilah yang mampu menolong kita lepas dari jeratan dosa.

Seperti Daud yang membutuhkan kehadiran Nabi Natan untuk menegur dan membimbingnya pulih dari dosa, kita pun tidak dapat berjalan sendirian untuk pulih dari dosa. Mungkin Tuhan tidak mengirmkan orang seperti Nabi Natan yang datang dan langsung menegur kita, namun kita bisa membuka diri kita kepada sesama orang percaya yang memiliki kapasitas untuk mendukung kita.

Ketika aku berkomitmen untuk pulih dari dosa, kuakui proses itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Ada rasa malu ketika aku harus berkata jujur tentang dosa-dosaku di hadapan Allah dan saudara seimanku. Namun, proses inilah yang akhirnya menolongku untuk pulih dari jeratan dosa.

Satu hal yang perlu kita ingat: menjauhi Allah dan menyembunyikan dosa itu berbahaya karena kita akan semakin rawan diserang oleh dosa. Namun, kita juga perlu tahu bahwa berbalik kepada Allah membutuhkan kebesaran hati untuk jujur di hadapan-Nya dan sesama orang percaya akan keberdosaan kita, seperti Daud yang bersedia jujur di hadapan Allah dan Nabi Natan. Dari titik inilah perjalanan pemulihan kita akan dimulai.

Jika hari ini kamu sedang terjerembab dalam dosa dan merasa Allah telah menjauh darimu, berdoalah dan nyatakanlah kesungguhan hatimu untuk pulih kepada Allah juga kepada orang percaya yang dapat membimbingmu.

2 Kelas V SD itu merupakan kenyataan yang mengerikan. Namun, jika mereka taat dan setia, maka Allah memberikan anugrah kepada mereka dan keturunannya. Mereka mendengarkan perintah Allah dengan penuh rasa hormat. Iblis menyelinap masuk ke dalam taman itu dan ingin merusak pekerjaan Allah. Iblis tahu bahwa manusia akan berbahagia dan selama mereka taat dan setia kepada Allah. Oleh sebab, itu iblis menggoda serta membujuk mereka agar tidak setia pada kehendak Allah. Iblis menggunakan ular sebagai alat untuk mempengaruhi manusia. Hal ini dilakukan iblis karena ular adalah binatang yang paling licik dari segala binatang yang ada. Ular datang menghampiri dan menggoda Hawa dengan memutarbalikkan perintah Allah. Ular berbisik: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Hawa mendengar dan percaya pada perkataan dan tipuan Iblis. Ia melihat bahwa pohon itu sedap dipandang mata dan buahnya baik untuk dimakan. Lalu, ia mengambil buahnya, memakannya, dan memberikannya kepada Adam, suaminya. Adam memakan buah itu. Adam memilih percaya pada dusta Iblis daripada kebenaran Allah. Pada saat itu dosa masuk ke dalam hidup mereka, juga rasa takut dan gentar yang menghalau kebahagiaan mereka. Inilah asal mula dosa. Dosa terjadi ketika manusia tidak taat kepada Allah, ia lebih memilih untuk menuruti keinginannya sendiri, dan bukan menuruti kehendak Allah. Sekarang Adam dan Hawa sadar bahwa iblis sudah menipu mereka. Mereka sudah jatuh dalam dosa. Namun, kesadaran mereka itu sudah terlambat. Mereka sadar, apa yang terjadi tidak seperti rayuan ular. Mereka tidak menjadi sama seperti Allah. Mereka malu karena tidak berpakaian. Lalu, mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat menjadi pakiannya. Mereka ketakutan karena telah melanggar perintah Allah. Ketika suara Allah terdengar memanggil mereka, mereka tidak berani berjumpa dengan-Nya. Namun, tidak ada satu manusia pun yang dapat melarikan diri dari hadapan Allah. Suara Allah yang selalu menyukakan hati, sekarang menimbulkan rasa takut dalam hati mereka. Akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa kepada Allah, hubungan mereka dengan Tuhan menjadi rusak. Mereka diusir dan tidak boleh lagi tinggal di taman itu. Mereka mengalami penderitaan sebagai akibat dari dosa yang dilakukannya.

C. Memahami Penyebab Manusia Jatuh dalam Dosa

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini 1. Mengapa manusia jatuh ke dalam dosa? 2. Apa akibat ketidaktaatan manusia kepada Tuhan Allah? 3. Seandainya kamu adalah Hawa, apa yang akan kamu lakukan, jika dirayu oleh iblis untuk makan buah yang indah dan sedap dipandang mata, padahal hal itu dilarang oleh Tuhan Allah? 4. Hal apa yang dapat kamu pelajari dari cerita ini? 5. Berilah tanda √ pada kotak di sebelah kanan yang menurut kamu menjelaskan keadaan manusia atau akibat perbuatan dosa yang dilakukan Adam dan Hawa. Dan berilah tanda x bila keadaan itu bukan merupakan akibat dari dosa manusia. T ID A K U N T U K D IG A N D A K A N 3 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti No. Keadaan Manusia Akibat Dosa 1 Diusir dari taman Eden 2 Menjadi takut kepada Tuhan 3 Hidup sejahtera dan bahagia 4 Menjadi malu karena tidak berpakaian 5 Menikmati hidup yang indah di taman Eden 6 Harus bekerja keras 7 Hidup sukar dan menderita 8 Bersusah payah mencari rezeki 9 Susah payah waktu mengandung 10 Dihukum mati D. Mengapa Manusia Berdosa? Pada waktu Allah menciptakan Adam dan Hawa, mereka dibuat segambar dengan -Nya dengan tujuan untuk mengasihi dan mengerjakan yang baik dan benar. Adam, bapak dari semua manusia, jatuh dalam dosa karena tidak menaati Allah. Semua anak Adam, cucu Adam, serta semua keturunan Adam yang hidup sampai saat ini adalah orang berdosa. Namun demikian Allah tetap mengasihi Adam dan Hawa. Allah tidak langsung menghukum mereka dengan kematian, namun Allah memberi mereka kesempatan untuk tetap hidup. Kehidupan yang harus mereka jalani adalah kehidupan di luar taman yang indah itu. Mereka akan mengalami banyak kesukaran dan penderitaan, sebagai akibat yang harus ditanggung karena tidak taat pada perintah Allah. Allah menghendaki kita selalu taat kepada-Nya, akan tetapi kita sering tidak taat kepada Allah. Allah menghendaki kita selalu mengasihi-Nya, namun kita sering tidak mengasihi Allah. Allah menghendaki kita untuk melakukan hal-hal yang baik, namun kita cenderung melakukan hal-hal yang jahat. Allah ingin kita selalu berkata jujur, namun kita cenderung untuk berbohong. Allah menghendaki kita untuk berlaku ramah, namun kita cenderung untuk berlaku kasar. Allah menghendaki kita untuk memaafkan orang lain, namun kita cenderung untuk menyimpan amarah dan dendam. Allah menghendaki kita bersikap rendah hati, namun kita cenderung menjadi sombong. Kecenderungan menjadi melakukan hal-hal yang tidak dikehendaki oleh Allah, menyebabkan kita jatuh dalam dosa. Itulah akar dari dosa. Allah menghendaki kita untuk taat kepada-Nya dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Jika kita tidak taat mengikuti kehendak Allah, kita akan jatuh ke dalam dosa. Kita dapat belajar taat kepada Allah dengan mulai melakukan hal-hal yang sederhana. Kita dapat belajar taat misalnya dengan tidak mencuri barang orang lain, berkata jujur kepada orang tua atau guru di sekolah, berlaku rendah hati, mengampuni teman yang bersalah, dan hal- hal baik lainnya . T ID A K U N T U K D IG A N D A K A N 4 Kelas V SD

E. Menghayati agar Manusia Tidak Jatuh dalam Dosa