Fase yang hidup di dalam tubuh siput air

Daur hidup Fasciola hepatica meliputi tujuh tahapan yang terdiri atas mirasidium, sporosista, redia, serkaria, metaserkaria, Fasciola hepatica, dan telur. Dalam tahapan-tahapannya. daur hidup Fasciola hepatica melibatkan dua tempat tumbuh yaitu siput dan domba/sapi/hewan ternak lain. Keberadaanya pada hewan ternak membuat Fasciola hepatica dapat menyebabkan penyakit pada hewan ternak.

Fasciola hepatica dari tubuh hewan ternak akan keluar melalui kotoran dari saluran empedu atau usus. Pada tempat yang basah, telur akan menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Namun apabila berada pada keadaan lingkungan tidak baik, misalnya kering maka kulitnya akan menebal dan akan berubah menjadi metaserkaria. Mirasidium dapat masuk dalam tubuh siput dan menjadi sporosista, redia, dan serkaria yang dapat berubah menjadi metaserkaria di luar. Metaserkaria dapat menempel pada rumput dan termakan serta masuk kembali ke tubuh sapi.

Fase yang hidup di dalam tubuh siput air

Baca Juga: Siklus Hidup Taenia sp (Taenia saginata dan Taenia solium)

Selanjutnya, sobat idschool dapat mencari tahu lebih banyak mengenai daur hidup Fasciola hepatica atau cacing hati melalui ulasan di bawah.

Table of Contents

Karakteristik Fasciola hepatica

Fasciola hepatica adalah anggota Trematoda dari filum Platyhelminthes, di mana platy berati cacing dan helminthes berati pipih. Artinya Platyhelminthes merupakan filum dari jenis cacing pipih. Fasciola hepatica akrab kita kenal sebagai cacing hati yang banyak terdapat pada tubuh ternak.

Bentuk Fasciola hepatica mempunyai panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 – 1,5 cm dengan tubuh yang ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuh dan juga berguna untuk membantu bergerak. Fasciola hepatica memiliki mulut runcing yang dikelilingi oleh alat penghisap pada bagian depan. Cacing hati bersifat hermaprodit yaitu berkembang biak dengan cara melakukan pembuahan sendiri atau silang.

Beberapa karakteristik atau ciri Fasciola hepatica sesuai dengan pernyataan-pernyataan berikut.

  • Merupakan hewan hermafrodit.
  • Sistem kelamin jantan terdiri sepasang testis dan penis.
  • Testis bercabang-cabang yang terletak di bagian tengah tubuh.
  • Sistem reproduksi betina terdiri atas ovarium yang bercabang dilengkapi kelenjar kuning telur.
  • Setiap telur yang telah mengalami fertilisasi bercampur dengan kuning telur dan diberi pelindung tanpa cangkang.
  • Telur yang keluar dari tubuh cacing akan melewati saluran empedu hewan inang yang kemudian sampai di usus halus (intestin).
  • Telur yang berada di lingkungan ideal akan menetas setelah 9 hari (jika suhu tidak sesuai dengan masa inkubasi, telur dapat bertahan untuk beberapa tahun).

Baca Juga: Virus – Struktur, Sifat, dan Senyawa Penyusunnya

Tahapan Daur Hidup Fasciola hepatica

Fasciola hepatica dewasa tumbuh dalam tubuh sapi, domba, atau hewan ternak lainnya yang bersifat parasit dan dapat menimbulkan penyakit. Meskipun dikenal sebagai cacing hati, nyatanya Fasciola hepatica tidak hanya menyerang hati namun dapat berada di bagian tubuh lainnya termasuk pembuluh darah.

Proses berpindahnya kehidupan Fasciola hepatica dimulai dari telurnya yang keluar bersama kotoran domba, sapi, atau hewan ternak lainnya. Selanjutnya, telur akan berkembang menjadi mirasidium atau metaserkaria bergantung dari kondisi lingkungan.

Mirasidium tberkembang pada tubuh siput (Lymnaea sp) menjadi sporosista, redia, dan keluar dalam bentuk serkaria. Dalam tubuh siput sebagai hewan inang perantara untuk sementara berkembang secara parthenogenesis dan paedogenesis.

  • Parthenogenesis: reproduksi aseksual di mana betina memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi.
  • Paedogenesis: reproduksi yang terjadi ketika suatu organisme belum mencapai usia kedewasaan secara fisik seperti pada fase larva.

Selanjutnya serkaria akan menjadi metaserkaria yang umumnya menempel pada rumput. Rumput yang mengandung serkaria akan termakan oleh hewan ternak dan masuk dalam daur hidup Fasciola hepatica berikutnya. Secara ringkas, tahapan daur hidup Fasciola hepatica sesuai dengan urutan-urutan berikut.

Fase yang hidup di dalam tubuh siput air

Dalam tubuh siput sebagai hewan inang perantara untuk sementara berkembang secara parthenogenesis dan paedogenesis.

  • Parthenogenesis: reproduksi aseksual di mana betina memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi.
  • Paedogenesis: reproduksi yang terjadi ketika suatu organisme belum mencapai usia kedewasaan secara fisik seperti pada fase larva.

Penjelasan tahapan daur hidup Fasciola hepatica sesuai dengan urutan-urutan berikut.

  • Telur yang dihasilkan cacing dewasa akan keluar dari tubuh hewan ternak bersama feses/kotoran hewan ternak.
  • Apabila telur berada di lingkungan yang tepat/tempat yang basah, telur akan menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium.
  • Larva tersebut akan berenang mencari hewan perantara sementara yaitu siput Lymnea auricularis dan akan menempel pada mantel siput.
  • Setelah berada pada tubuh kemudian larva berkembang dan berubah menjadi sporokista.
  • Selanjutnya (masih di dalam tubuh siput): sporokista yang akan berkembang secara parthenogenesis menjadi redia (larva II).
  • Redia kemudian melakukan metamorfosis (berkembang secara paedogenesis) menjadi larva berekor yang disebut serkaria.
  • Berikutnya, serkaria akan meninggalkan tubuh siput. Kemudian akan tumbuh menjadi metaserkaria (kista) yang menempel pada rumput. Metaserkaria yang menempel pada rumput akan termakan oleh domba, sapi atau hewan ternak lainnya kemudian berkembang menjadi cacing dewasa Fasciola hepatica.
  • Cacing dewasa tersebut akan menghasilkan telur dan selanjutnya akan masuk dalam daur hidup Fasciola hepatica berikutnya, begitu seterusnya.

Kemungkinan lain juga dapat terjadi.
Apabila telur yang keluar bersama kotoran hewan berada pada keadaan lingkungan tidak baik, misalnya kering maka kulitnya akan menebal dan akan berubah menjadi metaserkaria. Pada saat ternak makan rumput yang mengandung metaserkaria, maka kista akan menetas di usus ternak dan akan menerobos ke dalam hati. Selanjutnya metaserkaria akan berkembang menjadi cacing muda (larva). Begitulah tadi tahapan yang akan terjadi dan berkembang pada daur hidup Fasciola hepatica.

Baca Juga: Daur Hidup Aurelia aurita (Ubur – Ubur)

Contoh Soal Daur Hidup Fasciola hepatica dan Pembahasannya

Beberapa contoh soal di bawah dapat sobat idschool gunakan untuk menambah pemahaman bahasan di atas. Setiap contoh soal yang diberikan dilengkapi dengan pembahasannya. Sobat idschool dapat menggunakan pembahasan tersebut sebagai tolak ukur keberhasilan mengerjakan soal. Selamat Berlatih!

Contoh 1 – Soal Daur Hidup Fasciola hepatica

Perhatikan daur hidup Fasciola hepatica berikut!

Fase yang hidup di dalam tubuh siput air

Proses yang terjadi pada tahap X adalah peristiwa ….A. reproduksi seksualB. hermofroditC. paedogenesisD. pembentukan tunas

E. perubahan bentuk

Ditulis oleh : Administrator - Diterbitkan : Selasa, 16 November 2021 - Dibaca : 2618

Fase yang hidup di dalam tubuh siput air

Di Indonesia sendiri Fasciolosis = Penyakit pada spesies ternka ruminansia atau spesies lain yang disebabkan oleh cacing fasciola sp. Fasciola sp atau cacing trematoda yang menyerang organ hati sehingga disebut juga dengan cacing hati (liver fluke), dan menetap dalam saluran empedu. Fasciola sp biasanya berkembang pada lingkungan yang basah, dengan siput Lymnaea rubiginosa sebagai inang perantara, telur cacing yang keluar bersama feses sapi menetas menjadi larva mirasidium, kemudian masuk ke tubuh siput menjadi sporokis dan bermetamorfosis menjadi redia, lalu keluar dari siput dan berenang mencari tanaman yang ada di pinggir perairan misalnya rumput, tanaman padi / tumbuhan air lainnya menjadi larva metasarkaria dan mampu bertahan lama. Apabila tumbuhan termakan oleh ternak, maka larva tersebut dapat menebus dinding usus, kemudian masuk ke dalam hati, lalu ke saluran empedu dan menjadi dewasa dalam beberapa bulan sampai bertelur.

Fasciolosis  sendiri dapat disertai gejala klinis atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala klinis yang dapat ditimbulkan pada ternak diantaranya lemah, lesu, tubuh kurus, nafsu makan menurun, perut membesar, diare, serta bulu kasar dan kusam juga bentuk akut  migrasi cacing muda merusak jaringan hati. Terdapat pula bentuk kronisnya pada sapi dimana anemia, membran mukosa pucat dan edema dirahang bawah atas (Bottle jaw) dan dibawah perut, ikterus dan kematian dapat terjadi dalam 1-3 bulan. Hal ini lebih sering terjadi pada sapi dan kerbau daripada domba atau kambing dimana seorang induk semang antara siput Lymnaea runiginosa, siput air tawar yang umum ditemukan dilahan sawah irigasi serta dihamparan dimana ada genangan air dalam kurun waktu tertentu.

World Assosiation of Veterinary Parasitology (2005) melaporkan bahwa 700.000 sapi menderita Fasciolosis dan menyebabkan kerugian ekonomi mencapai U$ 3,2 milyar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada sapi di pulau Bali dapat mencapai Rp.445.220.800,- pertahun dan di pulau Lombok kerugian dapat mencapai Rp 3.600.000.000,- per tahun (Astiti, 2012)

Berbicara mengenai malsah kerugian tentunya sangat berdampak pada hewan berupa :

  1. Penurunan bobot badan
  2. Kerusakan hari
  3. Penurunan tenaga kerja
  4. Penurunan produksi susu 10-20%
  5. Penurunan fungsi reproduksi
  6. Kematian
  7. Biaya untuk pengobatan

Namun, jangan khawatir ada beberapa tips untuk mencegah terjadinya penyakit Fasciolosis dimana :

  1. Perbaikan pakan, hindari pengambilan jerami yang berasal dari sawah dekat kandang
  2. Jerami dipotong minimal 30 cm dari permukaan tanah, yang kemudian dikeringkan dengan cara dijemur, minimal 3 hari dibawah sinar matahari
  3. Pemberatasan induk semang antara siput, dengan molukisida atau secara biologik dengan memelihara Bebek atau Itik supaya kotorannya dapat tercampur dengan kotoran ternak ruminanisa
  4. Memutus siklus hidup Fasciolosis dengan mengindari mengembalakan ternak pada pagi hari, sehingga ternak tidak mengkonsumsi ujung rumput yang masih basah oleh embun dan kemungkinan mengandung metaserkaria
  5. Pemberian obat cacing secara teratur, minimal dua kali setahun

WHO memasukan Fasciolosis dalam group foodborne trematode infection dan bersifat zoonosis yang berarti dapat menular ke manusia, penularan ini terjadi melalui makanan (terutama tanaman air ) atau air yang tercemar oleh larva infektif (metaserkaria) Fasciola. Gejala pada manusia yaitu 40-42°C, anemia, nyeri perut dan gangguan pencernaan lainnya, jika berlanjut mengakibatkan pembekalan hati, kekuningan, asites dan sesak napas.

Pencegahan Fasciolosis pada manusia yaitu mengubah kebiasaan pola makan masyarakat seperti tidak mengkonsumsi sayuran mentah atau hati mentah atau setengah matang dan minum air putih yang sudah direbus.

Sumber : DRH. Azmi Firman Bangkit