Faktor yang mendorong Musa bin Nushair mengabulkan permohonan graff yulian adalah

Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasaanya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting yang menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di beberapa perguruan tinggi disana. Islam menjadi guru bagi orang Eropa. Oleh karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejawan.

Sejarah telah mencatat bahwa peradaban Islam pernah mencapai puncak kejayaannya, berkat adanya ketekunan pemeluk Islam dalam mencari dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan adanya dorongan yang kuat dari ajaran Islam itu sendiri, yang dapat membuat pemeluknya lebih giat dalam menggali dan menemukan sesuatu yang baru dan berguna bagi umat manusia. Selanjutnya marilah kita bahas tema makalah ini bersama-sama.

A.      Masuknya  Islam di Spanyol

Semenanjung Liberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan wilayah Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grik Tua menyebut selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di sebrang selat sempit itu terletak benua Eropa.selat sempit itu sepanjang kenyataan memisahkan lautan Tengah dan lautan Atlantik.

Semenanjung Lberia, sebelum ditaklukan bangsa Visigoths pada tahun 507 M, didiami oleh bangsa Vandls. Justru wilayah kediaman mereka itu disebut dengan Vandalusia. Dengan mengubah ejaannya dan cara menyembunyikannya, bangsa Arab pada masa belakangan menyebut semenanjung Lberia itu dengan Andalusia.

Sejarah bangsaa Vandal tidak banyak diketahui karena sebelum mereka sempat berbuat banyak, pada permulaan abad keenam datanglah bangsa Gothia Barat merebut negri itu dan mengusir bangsa Vandalusia ke Afrika. Pada permulaanya berdirinya Gothia di Spanyol merupakan kerajaan yang sangat kuat, tetapi pada akhir pemerintahannya menjadi lemah dengan berdirinya wilayah-wilayah kecil sebagai akibat adanya perpecahan dalam pemerintahan.

Disamping itu, pejabat wilayah kerajaan banyak yang dalam kemewahan, sementara rakyat hidup dalam kemelaratan karena banyak dan beratnya pajak yang harus mereka bayar. Hal tersebut menimbulkan kegelisahan di kalangan rakyat, banyak diantara mereka yang mengeluh dengan keadaan itu. Suasana yang demikian bertambah panas, ketika pejabat Gothia Barat memaksa penduduk yang beragama Yahudi agar masuk Nasrani. Orang-orang Yahudi dikejar-kejar, dan untuk mencari keselamatan dirinya, banyak yang masuk agama Nasrani walaupun dengan terpaksa. Dikarenakan tidak mempunyai kekuatan untuk melawan, maka mereka hanya berdiam diri walaupun merasa menderita dengan perlakuan tersebut. Namun dalam hati, mereka selalu mengharapkan suatu waktu dapat melepaskan diri dari penguasa-penguasa yang zalim itu.

Witiza sebagai Raja Gothia Barat yang terakhir merupakan pembuka jalan bagi rakyat spanyol untuk keluar dari kungkungan penderitaan lama yang telah mereka rasakan. Setelah meninggalnya Witiza terjadilah perebutan kekuasaan antara putra Witiza dengan Roderick, panglima perang Spanyol yang ingin menjadi raja. Namun putra Witiza tidak mampu menghadapi Roderick. Oleh karena itu, putra Witiza bersekutu dengan Graff Yulian yang sudah lama bermusuhan dengan Roderick. Bersekutunya dua kekuatan itu ternyata belum dapat mematahkan pertahanan Roderick. Oleh karena itu, untuk menambah kekuatan, Graff Yulian meminta bantuan Musa bin Nushair yang menjabat sebagai gubernur Afrika Utara dibawah pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus.

Sesungguhnya Musa telah lama mencari kesempatan untuk menyebrang ke Spanyol, maka dengan permohonan Graff itu berarti telah datang kesempatan yang telah datang kesempatan yang telah ditunggunya sekian lama.

Beberapa hal yang mendorong Musa bin Nushair mengabulkan permohonan Graff Yulian, diantaranya adalah:

1.         Karena antara penduduk Spanyol dengan Afrika Utara terlibat dalam suasana perang. Sebab penduduk Spanyol terutama yang beragama Kristen pernah melakukan beberapa kali penyerangan terhadap daerah pantai Afrika yang sudah dikuasai oleh kaum muslimin.

2.         Penduduk Spanyol pernah memberikan bantuan kepada tentara Romawi dan berusaha menduduki beberapa daerah muslim di pantai Afrika. Dasar pertimbangan itu dikemukakan Musa pada Khalifah Walid bin Abdul Malik, sewaktu Musa minta izin untuk mengirimkan bantuan tentara Spanyol. Khalifah menyetujui rencana Musa.

Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah nenguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Umayyah. Pengeuasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man Al-ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman Al-walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaanya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.

Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan Islam ini betul-betul dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.

Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang daapat dikatakan paling berjassa memimpin satuan pasukan ke wilayah tersebut. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.

Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan Benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, 500 orang isediakan oleh Julian. Dlam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yany berarti ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoths yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000 orang dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad.

Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukan selesai mendarat di wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyebrangan. Ia pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah: Al-aduwwu amamakum wal bahru wara’akum faktar ayyuma syi’tum. ( musuh didepan kamu,lautan dibelakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu kehendaki).

Sorak sorai pasukan yang berkuataan 12.000 orang pada tahun 93 H/711 M, yang memilih maju kedepan , telah meninggalkan jejak besar didalam sejarah Islam. King Roderick maju dengan pasukan berkekuatan 100.000 orang. Jumlah pasukannya besar, tetapi semangat tempurnya telah dikalahkan oleh kemewahan hidup selama ini. Pertempuran di Guadalete pada tahun 711 M, di pinggir sungai Guadalguivir, telah menentukan nasib kerajaan Visigoths. King Roderivck tewas di tempat itu. Sikap penduduk yang apatis karena dihisap dan diperas dengan beban-beban pajak yang berat, dan bantuan aktif dari pihak Yahudi, yang menderita siksaan dan penindasan selama ini, sekaligus telah menyebabkan pasukan panglima Thariq bin Ziyad bagaikan berlari-lari layaknya ke berbagai penjuru semenanjung Lberia. Aebuah faktor lainnya sangat menentukan bagi mempercepat kemenangan itu ialah disiplin yang ketat dari pasukan besar tersebut, memperlakukan penduduk dengan baik pada setiap wilayah yang dikuasai, memperlihatkan ketaatan dan kepatuhan menjalankan kebaktian-kebaktian keagamaanya setiap harinya.

Dalam penyerbuan ke Spanyol, Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk karena pasukannya lebis besar dan hasilnya lebih nyata, pasukannyaterdiri dari sebagian besar dari suku Barbar yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang arab yang dikirim Khalifah Al-walid. Pasukan itu kemudian menyebrangi selat dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad tempat dimana Thariq dan pasukannya mendarat untuk pertama kali, kemudian dikenal dengan nama Gibraltar – Jabar Thariq, diambil dari namanya sendiri Thariq.

Dengan dikuasainnya daerah ini maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari sini Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota- kota penting seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ubu kota kerajaan Gothik krtika itu). Daerah Visigoth di Spanyol termasuk juga provinsi Narbonne (sekarang prancis selatan) dan ini juga diduduki Islam dalam tahun 715 atau sesudahnya.

Sebelum Thariq menaklukan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5.000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang, jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar yaitu 100.000 orang.

Dikarenakan cemburu terhadap kemenagan-kemengan yang diraih letnannya yang tidak disangka sangat luar biasa itu, Musa pun dengan tergesa-gesa berangkat ke Spanyol pada bulan Juni 712, sambil memimpin pasukan tentara yang berjumlah 10.000 orang, semuanya terdiri dari orang-orang Arab dan Arab-Syiria. Sebagai sasaran dipilihlah kota-kota dan kubu-kubu yang tidak diganggu oleh Thariq, seperti Medinam, Serdonia, dan Carmona. Sevilla yang merupakan kota terbesar dan pusat kecerdasan Spanyol dan yang pernah menjadi ibu kota pada zaman Romawi, mempertahankan diri hingga akhir Juni 713. Akan tetapi dekat kota Merida, Musa menemui perlawanan yang sengit. Namun demikian, setelah terkepung selama setahun, stapak demi setapak kota itu dapat diduduki dalam bulan Juli 713 M. Musa kemudian bergabung dengan Thariq di Tiledo. Selanjutnya keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Al-aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada As-samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H.

Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah Al-ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Berdeso, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Prancis gagal dan tentara  yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.

Sesudah itu masih juga terdapat berbagai penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut TengaH Mallorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.

Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Massa itu berlangsung lebih dari 7,5 abad.

Dalam karun waktu 7,5 abadm Islam Spanyol telah berkembang dengan pesatnya yang pada gilirannya mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan dan pengetahuan yang terjadi di Eropa pada umumnya.

Selama Islam berkuasa di Spanyol, banyak terdapat penguasa negeri yang memerintah, diantaranya adalah:

1.         Amir-Amir Bani Umayyah

2.         Khalifah-Khalifah Bani Umayyah

3.         Daulah Ziriyah di Granada

4.         Daulah Bani Hamud di Malaga

5.         Daulah Bani Daniyah

6.         Daulah Bani Najib dan Bani Hud di Saragosa

7.         Daulah Aniriyah di Valesia

8.         Daulah Bani Ubbad di Sevilla

9.         Daulah Jahuriyah di Cordova

10.     Daulah Bani Zin-Nun di Toledo, dan

11.     Daulah Bani Ahmar di Spanyol

Dunia Islam di Spanyol mengalami kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, semenjak diperintah oleh Amir keturunan Bani Umayyah yang berdiri sendiri terpisah dari pemerintah Bani Abbasiyah di Baghdad, dimulai dari Abdurrahman Ad-dakhil. Pada tahun 756 M, kekayaan pengetahuan dan intelektual di Islam Spanyol sangatlah besar pengaruhnya di Eropa, baik filsafat, sains, fiqh, musik, kesenian, bahasa, sastra maupun pembangunan fisik.

B.       Keruntuhan Kekuasaan Islam di Andalusia

 Dalam masa  kekuasaan  Islam  di  Spanyol  yang  begitu  lama tentu memberikan catatan  besar  dalam  mengembangkan  dan  memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi peradaban dunia. Namun, sejarah panjang yang telah diukir kaum muslim menuai kemunduran  dan  kehancuran. Kemunduran dan  kehancuran disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1.      Konflik Islam dengan Kristen

Keadaan  ini  berawal  dari  kurang  maksimalnya para penguasa muslim di Andalusia dalam  melakukan  proses  Islamisasi. Hal  ini  mulai  terlihat  ketika masa  kekuasaan  setelah  al-Hakam II yang dinilai tidak secakap dari khalifah sebelumnya. Bagi para penguasa, dengan  ketundukan  kerajaan-kerajaan  kristen  dibawah  kekuasaan  kristen  hanya  dengan  membayar  upeti  saja, sudah  cukup  puas  bagi  mereka. Mereka membiarkan  umat Kristen  menganut agamanya dan menjalankan hukum adat dan tradisi kristen, termasuk hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata.

Namun, kehadiran Arab Islam tetap dianggap sebagai penjajah sehingga malah memperkuat  nasionalisme masyarakat Spanyol Kristen. Hal  ini menjadi  salah satu penyebab kehidupan negara Islam di Andalusia tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Akhirnya pada abad ke-11, umat Islam Andalusia mengalami kemunduran, sedang umat Kristen memperoleh kemajuan pesat dalam bidang IPTEK dan strategi perang.

2.      Tidak Adanya Ideologi Pemersatu

Hal ini terjadi hingga abad  ke-10 atas perlakuan  para  penguasa muslim  sebagaimana politik  yang dijalankan Bani Umayyah terhadap  para mu’allaf  yang  berasal dari  umat  setempat. Mereka diperlakukan  tidak  sama seperti tempat-tempat daerah taklukan Islam lainnya. Kenyataan ini ditandai dengan masih diberlakukannya istilah ibad dan muwalladun, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.

Akhirnya kelompok-kelompok etnis non-Arab terutama etnis Salvia dan Barbar, sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menimbulkan dampak besar bagi perkembangan sosio-ekonomi di Andalusia. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada ideologi pemersatu yang mengikat kebangsaan mereka. Bahkan banyak diantara mereka yang berusaha menghidupkan kembali fanatisme kesukuan guna mengalahkan Bani Umayyah.

3.      Kesulitan Ekonomi

Dalam catatan sejarah, pada paruh  kedua masa Islam di Andalusia, para penguasa begitu aktif  mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga mengabaikan pengembangan perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang memberatkan dan berpengaruh bagi perkembangan politik dan militer. Kenyataan ini diperparah lagi dengan datangnya  musim  paceklik dan  membuat  para  petani  tidak mampu membayar pajak. Selain itu, penggunaan keuangan negara tidak terkendali oleh para penguasa muslim.

4.      Tidak jelasnya Sistem Peralihan kekuasaan

Kekuasaan  merupakan  hal  yang  menjadi  perebutan diantara ahli waris. Karena inilah  kekuasaan  Bani  Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Maka, Granada yang  awalnya  menjadi  pusat  kekuasaan  Islam  terakhir  di Spanyol akhirnya jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella.

5.      Keterpencilan

Spanyol Islam  bagaikan negeri terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang  sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari  Afrika Utara. Oleh karena  itu, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.


hemat penulis, Andalusia adalah sebuah negeri yang meninggalkan jejak begitu besar di sepanjang sejarah umat Islam pada awal perkembangan Islam di dunia Eropa. Tentu hal ini menyita banyak perhatian besar dari berbagai khalayak umat Islam. Dikatakan demikian, karena penguasaan Islam terhadap semenanjung Iberia lebih khusus Andalusia, telah menunjukkan bahwa Islam telah tersebar ke negara Eropa.

Mulai dari tahapan awal proses masuknya Islam, dimana wilayah Spanyol diduduki oleh khalifah-khalifah dalam setiap dinasti-dinasti yang didirikan dalam setiap periodenya. Tentu, hal ini banyak memiliki peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan umat Islam. Dimana  pada akhirnya Islam pernah berjaya di Spanyol dan berkuasa selama tujuh setengah abad. Suatu masa kekuasaan dalam waktu yang sangat lama untuk mengembangkan Islam.

Namun, di balik usaha keras umat Islam mempertahankan kejayaan pada masa sekian abad itu, umat Islam menghadapi kesulitan yang amat berat. Dimana pada suatu ketika, umat Islam diterpa serangan-serangan penguasa Kristen yang sampai-sampai umat Islam tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen yang semakin kuat itu. Sehingga pada akhirnya Islam menyerahkan kekuasaannya dan semenjak itu berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol.

Demikianlah Islam di Andalusia, walaupun pada akhirnya berakhir dengan kekalahan, namun islam muncul sebagai suatu kekuatan budaya dan sekaligus menghasilkan cabang-cabang kebudayaan dalam segala ragam dan jenisnya. Banyak sekali kontribusi Islam bagi kebangunan peradaban dan kebudayaan baru Barat.


DAFTAR PUSTAKA

Samsul Munir, 2003, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Htttp://bamznatunastai.blogspot.com