Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

Kategori: Pertunjukan · Ditulis oleh Dewi Fadhilah Soemanagara · Dipublish Juni 9, 2015

Topeng Blantek, sebuah seni pertunjukan yang merupakan media sosial masyarakat Betawi. Media sosial yang berlandaskan nilai-nilai sekaligus menjadi sarana apreasiasi masyarakat. Hal-hal yang diungkapkan pada publik berisikan kepedulian dan kritik sosial, menjadi bagian dari nilai sosial dalam Topeng Blantek. Seni pertunjukan Betawi ini antara lain memiliki fungsi sebagai sarana informasi masyarakat dalam aspek-aspek kebudayaan yang berisi tentang sejarah dan aktivitas masyarakat Betawi.

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

Gambar di atas merupakan salah satu latihan adegan sebelum pementasan. Pada latihan adegan atau peran menunjukkan setiap pemain harus memiliki keterampilan. Jadi pementasan Topeng Blantek merupakan media bagi para pemain untuk menunjukkan kemampuan atau keahlian dalam bermain. Keterampilan yang dimiliki oleh setiap pemain yang tergabung dalam sanggar seni Topeng Blantek, menandakan adanya sebuah keterampilan dalam kelompok.

Panggung merupakan sebuah media dalam melakukan pementasan.  Pada Topeng Blantek, panggung adalah sarana dan prasarana pementasan. Pementasan Topeng Blantek juga dapat memakai karpet lebar sebagai latar tempat untuk mengganti panggung. Seni Topeng Blantek menjadi sebuah media sosial untuk semua kalangan masyarakat. Media yang memberikan pesan pada para penonoton. Seni Topeng Blantek sebagal media sosialisasi menyampaikan pesan melalui isi cerita melalui sebuah teater. Seni Topeng Blantek merupakan sebuah teater Betawi yang memerlukan persiapan-persiapan sebelum tampil.

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

Proses sosialisasi yang dilakukan oleh pemain dengan cara menampilkan cerita yang ingin disampaikan pada masyarakat. Hal tersebut menunjukan proses sosialisasi terwujud melalui adanya hubungan komunikasi melalui perilaku terbuka dari peran seniman dan pemain Topeng Blantek itu sendiri. Perilaku terbuka dalam hal ini ditunjukkan dengan gerakan-gerakan dan adegan yang ditampilkan seni Topeng Blantek. Para pemain Topeng Blantek memberikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh para penonton. Aspek-aspek tersebut adalah kemampuan yang merupakan sebuah keterampilan, sumber ilmu pengetahuan, baik bersifat tentang seni budaya ataupun umum, serta nilai-nilai universal yang menjadi sebuah tuntunan, tidak hanya tontonan. (Abdul Azis)

Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia

Topeng Blantek merupakan teater rakyat Betawi yang kini hampir tidak dikenal masyarakat luas. Hanya sebagian masyarakat Betawi yang mengetahui teater rakyat Topeng Blantek.

Asal-usul nama kesenian ini berasal dari dua kata, yaitu topeng dan blantek. Istilah topeng berasal dari bahasa Tiongkok di zaman Dinasti Ming. Topeng asal kata dari to dan peng. To artinya sandi dan peng artinya wara. Kata Topeng bila dijabarkan berarti sandiwara. Sedangkan ada beberapa pendapat tentang kata Blantek. Ada yang mengatakan berasal dari bunyi-bunyian musik yang mengiringinya, yaitu rebana biang, dua rebana biang dan satu rebana kotek yang menghasilkan bunyi, ‘blang-blang tek-tek’. Namun karena pengaruh lafal lidah masyarakat lokal, munculah istilah Blantek. Pendapat lainnya mengatakan, asal nama Blantek berasal dari bahasa Inggris, yaitu blindtext, yang berarti buta naskah.

Sastra Pada Topeng Blantek

Topeng Blantek memiliki sastra dan bahasa tersendiri dalam pertunjukannya. Sastra pada Topeng Blantek ini memiliki ciri khas sebagai berikut: bahasa yang digunakan, cerita yang dibawakan, penggarapan cerita, alur cerita, dan pantun dalam pertunjukannya.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa keseharian masyarakat Jakarta yang dikenal dengan sebutan bahasa Betawi dan Sunda. Betawi memiliki daerah atau lingkungan bahasa suku kentalnya, yang terdiri dari Betawi tengah dan Betawi pinggir. Bahasa Betawi tengah cirinya setiap kata-kata yang berakhiran vokal A diganti menjadi vokal E, misalnya kata kemana menjadi kemane. Pada bahasa Betawi pinggir cirinya setiap kata-kata yang berakhiran vokal A diganti menjadi vokal AH, misalnya : kata kenapa menjadi kenapah dan orang Betawi pinggir menyingkat kata tersebut menjadi napah.

Bukan hanya bahasa Betawi pinggir saja yang digunakan oleh pelaku Topeng Blantek, terdapat pula bahasa Sunda keseharian yang kasar dalam pertunjukan Topeng Blantek, misalnya : kehet, piru yaitu cacian atau bahasa Sunda kasar yang biasa digunakan masyarakat Betawi.

Unsur-unsur Cerita Topeng Blantek antara lain:

• Cerita yang dibawakan biasanya cerita rakyat Betawi, cerita legenda Betawi (misalnya: Pitung, Jampang Mayang Sari, si Jantuk, dan lain-lain).

• Cerita yang dibawakan bisa cerita apa saja yang penting ada tokoh Jantuk yang menjadi narator atau dalang Topeng Blantek (bahkan cerita teater modern sudah sering dibawakan Topeng Blantek tetapi harus diadaptasi ulang ke dalam bentuk cerita rakyat Betawi).

• Cerita dari pertunjukan Topeng Blantek tidak memiliki naskah yang tertulis. Pada perkembangan Topeng Blantek zaman sekarang, cerita tersebut memiliki naskah yang tertulis dan naskah tersebut hanya bagian plot-plot sebagai alur cerita untuk para pemain, ada pula yang sudah menggunakan naskah tertulis dengan dialog yang rapih tetapi biasanya pemain Topeng Blantek tidak terbiasa untuk mengikuti dialog atau kata- kata yang tertulis di dalam naskah tersebut, mereka lebih terbiasa dengan improvisasi dari cerita folklore (cerita rakyat turun-temurun).

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

(Gambar kostum pencak silat Topeng Blantek)

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

(Gambar Tata Rias karakter Topeng Blantek)

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

(Gambar Tata Rias natural Topeng Blantek)

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

Gaya Dan Struktur Pertunjukan Topeng Blantek

Gaya dan Struktur pertunjukan Topeng Blantek merupakan bentuk penyajian dan pertunjukan Topeng Blantek. Bentuk yang dimaksud ialah bentuk dan awal pertunjukan dimulai, hingga akhir dan pertunjukan Topeng Blantek.

Gaya dan Struktur pertunjukan Topeng Blantek:

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

Topeng Blantek, salah satu kesenian teater rakyat budaya Betawi yang masih tetap bertahan di kota Jakarta. Meski Topeng Blantek sifatnya selalu berubah-ubah dan berkembang, namun Topeng Blantek memiliki pakem-pekem dan bentuk dan para seniman Topeng Blantek.Untuk dapat dilestarikan dan dinikmati oleh masyarakat luas, Topeng Blantek mengikuti perkembangan pada zamannya. Kesenian Topeng Blantek ini tetap memiliki pakem-pakem dan ciri khas yang dapat dikenal oleh banyak masyarakat luas dan akan terus berkembang tanpa harus menghilangkan pakem-pakem yang sudah dibuat oleh para senimannya. (Abdul Azis)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. Kasim. 2006. Mengenal Teater Tradisional di Indinesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.

Berita Jakarta Article “Topeng Blantek Hampir Punah” (http://www.beritajakarta.com/2OO8/id/berita_detail.aspnNewsld=45077).

Dahana, Radhar Panca. 2000. Homo Theafricus.Magelang: Indonesia Tera.

Djarot, Slamet Rahardjo. 2008  Membangun tokoh – Constatin Stanislavski. Jakarta: PT Gramedia.

Endraswara, Surwardi. 2011. Metode Pembelajaran Drama.Yogyakarta: CAPS.

Harymawan. 1993. Dramaturgi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

HTN Alat Pertanian Article “Panjak” (http://htn-alatpertanian.blogspot.com/2011/03/panjak)

Ruchiat, Rahmat. 1991 Asal Usul Jakarta.Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI.

Sitorus, Eka. 2003. The Art OfActing, Seni Peran Untuk Teater, Film & TV.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sastrapraja, Nurhadi. 2002. Ragam Budaya Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI.

Selasar Bahasa dan Sastra Indonesia Article “Unsur-Unsur Drama” (http://bektipatria.wordpress.com/rnateri).

Sjahrial. 2000. Seni Budaya Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI.

Tambayong, Yapi. 2011. Akting Susah Susah Gampang, Gampang Gampang Susah. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Yudiaryani. 2002. Panggung Teater Dunia. Purwoharjo, Samigaluh: Pustaka Gondho Suli.

Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

– Jakarta-KoPi| Dalam rangka menyambut HUT Kota Jakarta ke 488, Forkabi bersama masyarakat Selatan mengadakan Gelar Budaya Betawi Festival Bintaro II. Festival ini menampilkan berbagai seni Betawi seperti Topeng Blantek, Lenong, Gambang Kromong, Tanjidor, Tari Betawi.

Drs. Ruslan, Asisten Ekonomi Kota Administrasi Jakarta Selatan mengatakan bahwa festival ini merupakan wujud komitmen pemerintah terhadap kesenian Betawi.

Ruslan juga mengatakan bahwa kegiatan Gelar Budaya Betawi Festival Bintaro II di tingkat kecamatan ini bisa lebih meriah di tahun berikutnya.

“Masukkan ke dalam Agenda Peringatan HUT Kota Jakarta ke tingkat Kota dan kalau perlu ke tingkat Provinsi DKI Jakarta,” tandasnya disela Pembukaan.

Turut hadir Ka Kesbangpol Jakarta Selatan, Kasdim Jakarta Selatan, Kapolres Jakarta Selatan, Camat Pesanggrahan, Lurah Ulujami, serta tokoh masyarakat Se Jakarta Selatan.

Sementara itu, Bang Juari Blek, Ketua Panitia Gelar Budaya Betawi Festival Bintaro II dan sekaligus Ketua Forkabi Kelurahan Bintaro menyatakan terimaksihnya kepada Walikota Jakarta Selatan, Camat Pesanggrahan, Lurah Bintaro atas rekomendasi penyelenggaraan kegiatan ini.

“Festival Bintaro ini Insya Allah kedepannya akan menjadi satu event terbesar di Kecamatan Pesanggrahan.”

Bang Juari menjelaskan bahwa Forkabi juga melibatkan semua unsur masyarakat yang berada wilayah Kelurahan Bintaro dan masyarakat Kecamatan Pesanggrahan dengan menggandeng LMK, Karang Taruna, KSK, PP, Kembang Latar, dan FBR.

“Sengaja kami bentuk kegiatan ini milik kita bersama bukan hanya menjadi milik Forkabi, tetapi Forkabi hanya menjadi penggerak awal kegiatan ini,” tuturnya. | Ziz

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

– Siaran Pers – Banten-KoPi- Surat Kabar (SK) Tangsel Pos bekerjasama dengan Surat Kabar (SK) Satelit News beserta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten menyelenggarakan kegiatan Gebyar Cinta Budaya Banten. Kegiatan HUT Kota Banten ke 14 tersebut diisi dengan pagelaran seni budaya Banten, seperti Debus, Barongsai, Ubrug, dan 17 (tujuh belas) seni budaya tradisional lainnya.

Sebagaimana pada perwakilan kota Tangerang Selatan yang menampilkan teater tradisional Betawi Topeng Blantek, terlihat cukup meriah dan juga menghibur. Dengan iringan musik rebana hadroh yang menghentak, tiba-tiba muncul lelaki bertopeng sambil menari riang menyapa para penonton.

“Lelaki bertopeng itu, biasa disebut Si Jantuk yang mempunyai peran sentral dalam pertunjukan Topeng Blantek sebagai pengatur alur dan sekaligus membuka serta menutup pertunjukan,” kata Sabrawi “sang sutradara” Topeng Blantek Tangsel dengan tegas.

Menurutnya bahwa pertunjukan Topeng Blantek dengan seni budaya Betawi lainnya berbeda. Terutama perbedaannya dilihat dari setting panggungnya dan musik pengiringnya. Topeng Blantek Topeng Blantek mempunyai ciri khas tersendiri dalam pertunjukannya, seperti keberadaan sundung dan obor yang digunakan sebagai pembatas serta pengatur situasi dalam lakon Topeng Blantek.

“Selain itu juga musik pengiring pertunjukan Topeng Blantek menggunakan rebana hadroh (rebana lainnya) dan berbeda dengan Lenong serta Topeng Betawi yang menggunakan Gambang Kromong serta Gamelan Topeng sebagai musik pengiring lakonnya,” imbuhnya.

( Sanggar Dhian Riang Utama )

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

– Siaran Perss – Durasi 1 jam, pemain, pemusik, sutradara dan crew total 25 orang.

Dalam rangka Pekan Budaya Provinsi Banten 2014 Minggu,12 Oktober 2014, di Pendopo lama, Balai Budaya Serang – Banten.

Perkawinan

Sutradara : Sabrawi

Samiun, pemuda Betawi dari keluarga sederhana jatuh cinta pada seorang gadis kaya keturunan Tiongkok, Engtai. Perbedaan budaya, agama maupun tingkat sosial telah menimbulkan konflik di dalam hubungan kedua insan yang saling mencintai itu, begitu pula konflik pun terjadi di dalam dua keluarga masing2 yang berbeda.

Tetapi karena kebesaran cinta mereka akhirnya mereka bisa mengalahkan konflik yang ada dengan kedamaian dan kebahagian yang di akhiri dengan Perkawinan.

Selamat menyaksikan!

Salam budaya, Dhian Widyawati, Sanggar Dhian Riang Utama (DRU), 08211 0649897

Sejarah Topeng Blantek

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

Menurut sdr. Warta Seli Pimpinan Topeng Blantek Do’a Sumiati Desa Mekar, Kedung Gede RT. 001 RW. 02, Tambun, Bekasi Timur bahwa kata Blantek berasal dari Blan yang berarti buta, tek berarti naskah, Blantek artinya tanpa naskah. Ini berdasarkan kebiasaan para penggarap cerita Blantek yang tanpa naskah. Selain itu sdr. Beni pelaku Blantek mengungkapkan bahwa kata Blantek merupakan meniran bunyi-bunyian dari kaleng. Adapula yang berpendapat bahwa kata Blantek berasal dari Blang yang merupakan peniruan 2 buah rebana ditabuh yang bersamaan waktu namun tidak sama frekuensinya. Kata Blang berubah menjadi Bland an tek adalah peniruan bunyi kotek (instrument). Pak Arwanto Pimpinan Topeng Blantek Patra 27 Pademangan Timur IV Gang 27 RT. 006 RW. 01 No. 4 Jakarta Timur bahwa Blantek berasal dari Blantakan yang berarti tidak teratur. Pendapat ini bertitik tolak pada dialog para pemain yang tidak karuan. Ini disebabkan oleh pementasan yang tidak memakai naskah. Kata Blantakan sepadan artinya dengan Blatak-Bletik yaitu Ceplas-Ceplos tidak beraturan dalam berbicara.

Cerita Topeng Blantek

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

Jika kita melihat pementasan Topeng Blantek selalu mempergunakan cerita-cerita rakyat misalnya (Bodoh Pinter, Ketiban Duren, Si Jampang Jagoan Betawi, Salah Colek, serta diiringi oleh musik rakyat Betawi). Sehubungan dengan informasi dan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Topeng Blantek adalah Sandiwara Rakyat Tradisional yang menampilkan cerita-cerita dan musik tradisional Betawi. Berbeda dengan saat sekarang, ketika Jakarta masih sepi dikala hiburan lain belum ada, radio masih merupakan barang langka, sangat banyak jenis kesenian Betawi yang tumbuh serta berkembang, diantaranya (Cador, Gambang Kromong, Gambang Rancag, Jipeng, Jinong, Keroncong, Keroncong Tugu, Lenong, Topeng Betawi, Topeng Blantek, Pencak Silat, Gamelan Ajeng, Tari-Tarian, serta Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek). Namun setelah banyaknya seni pertunjukan asing masuk, maka seni-seni diatas makin menghilang. Dan mulai tahun 70-an, diantara seni-seni diatas ditayangkan pada TVRI, mulailah dikenal kembali oleh masyarakat Betawi, serta menjadi akrab kembali. Lebih-lebih Topeng Betawi dan Topeng Blantek yang disajikan diruang terbuka di halaman dengan arena terbentuk oleh kerumunan para penontonnya hingga merupakan lingkaran atau tapal kuda jika penonton menghadap ke layar tunggal. Dengan bentuk yang demikian, maka posisi pemain dan penonton tanpa batas selama pertunjukan berlangsung. Terkadang terjadi dialog antara para pemain dengan para penonton secara spontan dalam beberapa saat.

Perbedaan Topeng Betawi Dengan Topeng Blantek

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah
(sumber:www.liveauctioneers.com)

Pada dasarnya Topeng Blantek dengan Topeng Betawi adalah sama. Perbedaannya terletak pada iringan musiknya. Topeng Betawi diiringi oleh musik Gamelan Topeng berbau gaya Sunda yang ditambah oleh iringan gesekan Rebab, sedangkan Topeng Blantek diiringi oleh Rebana Biang yang terdiri dari 3 buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek).

Perkembangan Topeng Blantek

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

Topeng Blantek berkembang dan disebar luaskan oleh para pedagang keliling jaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka suka bercerita diantara sundung dagangannya. Sejak jaman dulu, para penggarap Topeng Blantek kebanyakan bertani dan berdagang pada siang harinya, itupun jika diantara mereka tidak manggung pada malam harinya. Pada dasarnya para seniman-seniwati memiliki kedudukan yang lebih rendah dari masyarakat umumnya. Akan tetapi masih untuk pada masa lalu kesenian tersebut masih banyak dibutuhkan orang. Jadi kehidupan mereka masih dapat didambakan oleh para keluarganya. Dilihat dari segi pendidikan, mereka banyak tidak meneruskan ke sekolah lanjutan. Kebanyakan hanyalah lulusan SD atau SR saja. Kadang-kadang SD pun tidak tamat (putus sekolah). Melihat kondisi yang demikian, dengan sendirinya wawasan untuk mengembangkan seni diatas sangat terbatas. Akhirnya akan diabaikan orang jika tidak diadakan pengadaptasian dengan selera masa kini. Walaupun sangat mengkhawatirkan, penggarap Topeng Blantek kini tampak ada upaya pewarisan. Ini dapat dibuktikan dengan adanya para penggarap diantaranya yang berusia 25 tahun ke bawah. Ini berarti mereka lah yang akan melanjutkan garapan seni Topeng Blantek di masa yang akan dating dan kemungkinan besar mereka lah yang akan mewariskan keterampilannya kepada para generasi yang akan datang. Selain itu banyak diantara penggarap seni Topeng Blantek yang mempunyai pekerjaan yang tetap antara lain menjadi sopir dan pegawai negeri, disamping latar belakang pendidikannya ada yang lulus SMP dan SMA. Inilah yang merupakan harapan di masa yang akan datang.

Musik Topeng Blantek

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah
(sumber:gambang.wordpress.com)

Musik Topeng Blantek meliputi beberapa aspek diantaranya (tangga nada, instrument-instrumen, lagu-lagu). Tangga nada yang dipergunakan untuk mengiringi Topeng Blantek kebanyakan tangga nada diantonis, antara lain lagu sirih kuning, surilang dan ada lagu yang bertangga nada pelog atau slendro antara lain lagu kang haji, lagu kangsreng dan adapula yang bertangga nada debusi misalnya jali-jali dan kicir-kicir. Instrumen-instrumen yang dipergunakan untuk mengiringi Topeng Blantek antara lain 3 Buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek) dan adapula yang mempergunakan Rebab, Kendang, Kenong, Kecrek, Bende dan Gong.

(Sumber : Copyan Proyek Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Tradisional Betawi, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Tahun 1993, Atik Sopandi, M Suaman, Abdurachman, Dan Hisman, SM Ardan)

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

Berikut ini yang bukan teater tradisional betawi adalah

On the last Sunday 15 October 2009, the Fajar Ibnu Sena Topeng Blantek performed in my village (home ). Photography on My Life and My Journey Just another weblog of Instagram @JGAWIBOWO