Kamus bahasa Madura-Belanda oleh H.N. Kiliaan Bahasa Madura (bahasa Madura: Bhâsa Madhurâ; Pegon: بْاْسا مادْوراْ) adalah bahasa yang digunakan suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur kurang lebih 8 juta orang (perkiraan), dan terpusat di Pulau Madura, Jawa Timur atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai Banyuwangi, Kepulauan Masalembo, Bawean, hingga Pulau Kalimantan. Penutur bahasa Madura juga dapat ditemui di pulau Kalimantan, masyarakat suku Madura banyak mendiami daerah yang terpusat di kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat, sedangkan di Kalimantan Tengah mereka berkonsentrasi di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas.[butuh rujukan] Namun, kebanyakan generasi muda suku Madura di kawasan ini sudah tidak menguasai bahasa asli mereka.[butuh rujukan] FonologiBahasa Madura memiliki 6 vokal, 31 konsonan, dan 3 diftong.[1] VokalVokal dalam bahasa Madura disebut keccap. Bahasa Madura memiliki 6 vokal antara lain /a/, /i/, /u/, /ɛ/, /ə/, dan /ɔ/.[1] Vokal dalam bahasa Madura menurut Sofyan (2012)[1]
Sedangkan menurut Davies, vokal dalam bahasa Madura terdiri dari: Vokal dalam bahasa Madura menurut Davies (2010)
Keenam vokal tersebut memiliki alofon antara lain:
KonsonanBahasa Madura memiliki 31 konsonan, yakni /p/, /t/, /T/, /c/, /k/ /q/, /'/, /b/, /d/, /D/, /j/, /g/, /bh/, /dh/, /Dh/, /jh/, /gh/, /f/, /s/, /š/, /z/, /x/, /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/, /r/, /l/, /w/, dan /y/. Pasangan konsonan lambat /p/-/b/-/bh/; /t/-/T/-/d/-/D/-/dh/-Dh/; /c/-/j/-/jh/; dan /k/-/q/-/g/-/gh/ selain memiliki perbedaan pada daerah artikulasinya, juga memiliki kesamaan dalam pembentukannya, yakni /p/, /t/, /T/, /c/, dan /k/ dibentuk dengan pita suara tak bergetar; /b/, /d/, /D/, /j/, /g/ dibentuk dengan suara tak bergetar; sedangkan /bh/, /dh/, /Dh/, /jh/, /gh/ dibentuk dengan pita suara bergetar dan beraspirasi.[1] Ketiga puluh satu konsonan dalam bahasa Madura tersebut semuanya merupakan fonem. Sebab, antara [k] dengan [ʔ] dan antara konsonan takberaspirasi ([b], [d], [D], [g], [j]) dengan konsonan beraspirasi ([bh], [dh], [Dh], [gh], [jh]) serta antara [t] dengan [T] merupakan fonem-fonem yang berbeda.[1] Dalam bahasa Madura, [ʔ] di samping merupakan fone, yang berbeda dengan [k], distribusinya tidak hanya pada suku ultima tetapi juga ada yang berposisi pada suku penultima dan di antara dua vokal. Contoh pasangan minimal antara [k] dan [ʔ] antara lain dârâk 'jerit' dan dârâʔ'sobek', kaTɔk 'bersinggungan' dan kaTɔʔ 'celana dalam', lɔklak 'goyah, rusak' dan lɔʔlaʔ 'cadel', ɔlɔk 'panggil' dan ɔlɔʔ 'lunglai', serta pakaʔ 'masam' dan paʔaʔ 'tatah (alat untuk melubangi kayu)'.[1] Pasangan minimal yang menunjukkan bahwa antara konsonan takberaspirasi dengan konsonan beraspirasi yang merupakan fonem yang berbeda misalnya:
Semua konsonan dalam bahasa Madura dapat berposisi di awal suku, baik pada suku pertama maupun pada suku kedua, kecuali konsonan glotal stop (/ʔ/) yang hanya dapat berposisi di akhir suku. Semua konsonan dalam bahasa Madura tidak dapat berposisi di tengah suku, baik pada suku pertama maupun pada suku kedua. Konsonan dalam bahasa Madura yang dapat berposisi pada akhir suku tertutup antara lain /b/, /d/, /c/, /f/, /g/, /h/, /j/, /k/, /m/, /n/, /ŋ/, /p/, /r/, /s/, /t/, /D/, /T/, /ʔ/, /x/, /z/, dan /y/, sedangkan konsonan yang tidak dapat berposisi pada akhir suku adalah /bh/, /dh/, /Dh/, /gh/, /jh/, /ñ/, /q/, /w/, dan /š/. Konsonan dalam bahasa Madura[2]
DiftongDalam bahasa Madura terdapat tiga buah diftong, yaitu /ay/, /ɔy/, dan /uy/. Diftong /ay/ memiliki dua alofon, yakni [ay] dan [ây]; sehingga ada beberapa linguis berpendapat bahwa dalam bahasa Madura terdapat empat diftong, yakni /ay/, /ây/, /uy/, dan /ɔy/.[1] Diftong dalam bahasa Madura tidak hanya terdapat pada suku ultima, tetapi juga terdapat pada suku penultima. Contoh pemakaian diftong pada suku ultima antara lain tapay 'tape', kəppay 'kipas', bârâkay 'biawak', ghâbây 'buat, pesta', aŋghây 'orong-orong', lɛmbây 'lembai', kɔmpɔy 'cucu', apɔy 'api', sɔrɔy 'sisir', tamɔy 'tamu', dan kərbhuy 'kerbau'. Contoh pemakaian diftong pada suku penultima antara lain ñayñay 'lembek, terlalu banyak air', paypay 'lunglai', dan lɔylɔy 'penat'.[1] FonotaktikFonotaktik dalam bahasa Madura jauh lebih kompleks jika dibandingkan fonotaktik bahasa Indonesia. Maka dari itu, jika dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia hanya dibahas masalah deretan vokal, dalam bahasa Madura juga harus diuraikan mengenai penggabungan vokal-konsonan. Deretan VokalDeretan dua vokal yang terdapat dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut: Deretan vokal bahasa Madura
Berdasarkan deretan vokal di atas bisa dilihat bahwa /i/ hanya dapat diikuti atau berdert dengan /i/, /u/, dan [â]; tidak dapat berderet dengan *[a], */ɛ/, dan */ɔ/. Vokal /ɛ/ hanya dapat diikuti oleh /ɛ/, /a/, dan /ɔ/; tidak dapat berderet dengan */i/, */u/, dan *[â]. Vokal /ə/ tidak pernah terdapat dalam deretan vokal, tidak dapat diikuti oleh vokal. Vokal [a] hanya dapat berderet dengan [a], /ɛ/, dan /ɔ/; tidak dapat berderet dengan */i/, */u/, dan *[â]. Vokal [â] hanya dapat berderet denga [â], /i/, dan /u/; tidak dapat berderet dengan *[a], */ɛ/, dan */ɔ/. Vokal /u/ hanya dapat berderet dengan /u/, /i/, dan [â]; tidak dapat berderet dengan *[a], */ɛ/, dan */ɔ/. Vokal /ɔ/ hanya dapat berderet dengan /ɔ/, [a], dan /ɛ/; tidak dapat berderet dengan */i/, */u/, dan *[â]. Dengan demikian, deretan vokal yang lazom dalam bahasa Madura adalah: /i-i/, /i-u/, /i-â/, /ɛ-ɛ/, /ɛ-a/, /ɛ-ɔ/, /a-a/, /a-ɛ/, /a-ɔ/, [â-â], /â-i/, /â-u/, /u-u/, /u-â/, /u-i/, /ɔ-ɔ/, /ɔ-a/, dan /ɔ-ɛ/.[3] Deretan konsonanDeretan dua konsonan yang umum ditemui dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut: Deretan konsonan bahasa Madura
Dari daftar deret konsonan di atas:
Hampir semua kata dalam bahasa Madura mengandung geminasi, baik yang berupa bentuk dasar maupun yang terjadi sebagai akibat dari prises sufiksasi.[3] Penggabungan Vokal dan KonsonanBahasa Madura memiliki keunikan berupa kaidah penggabungan antara vokal dan konsonan yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut yaitu:
Penggunaan unsur leksikal yang tidak sesuai dengan fonotaktik bahasa Madura tersebut dapat dipastikan merupakan unsur pungutan, dan bukan merupakan kosakata asli bahasa Madura. Tata BahasaPronomina personaPronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu ke orang; yang dibagi menjadi pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga. Pronomina persona yang digunakan dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut: Pronomina persona dalam bahasa Madura
Bahasa Madura juga memiliki pronomina tak tentu antara lain sabbhân orèng 'masing-masing', dhibi' 'sendiri', bi'-dhibi' 'masing-masing', sapa orèng 'barang siapa', sapa bhâi 'siapa saja', ano 'anu' dan sebagainya.[3] DemonstrativaDemonstrative dalam bahasa Madura
Demonstrativa yang digunakan sebagai penunjuk benda dan kejadian adalah: arèya 'ini', jârèya 'itu', dan arowa 'itu'. Dalam penggunaan, a pada kata arèya dan arowa sering dilesapkan; sehingga kata-kata tersebut sering dituturkan rèya, jârèya, dan rowa.[3] Demonstrativa yang digunakan sebagai penunjuk tempat adalah: diyâ 'sini', dinna' 'sini', jâdiyâ 'situ', dan dissa' 'sana'. Dalam penggunaan, antara diyâ dan dinna' sering tumpang tindih atau saling berganti, dan yang paling sering digunakan adalah diyâ. Akan tetapi, antara jâdiyâ dan dissa' tidak pernah tejadi penggunaan yang tumpang tindih; karena keduanya tidak dapat saling menggantikan kata yang lain. Sebagai penunjuk tempat kata-kata tersebut biasanya dirangkaikan dengan preposisi pengacu arah: è 'di', dâri 'dari', dan dâ' atau ka 'ke'. Demonstrativa yang digunakan untuk penunjuk ihwal ialah bâriyâ 'begini', cara jârèya 'begitu', dan iyâ arèya 'yaitu'.[3] NominaNomina dalam bahasa Madura berdasarkan bentuk dapat dikategorikan menjadi dua antara lain nomina dasar dan turunan. Nomina dasarNomina dasar adalah nomina yang berupa bentuk dasar, tidak dirangkai dengan satuan lain.
Nomina turunanNomina turunan adalah nomina yang berupa bentuk kompleks. Nomina turunan dalam bahasa Madura dapat dikelompokkan menjadi (a) nomina berafiks, (b) nomina reduplikasi, (c) nomina gabungan proses, dan (d) nomina komposisi. Nomina berafiks
NumeraliaNumeralia bahasa Madura
Bilangan gugus atau bentuk klitika dalam numeralia dimulai dengan sa/'سا "satu". Bilangan gugus yang penyebutannya khusus adalah saghâmè/ساڬْاْمَيء "dua puluh lima", saèket/sèket/سَيكٓت/سَائَيكٓت "lima puluh", dan sabidhâk/سابيدْاْك "enam puluh". Komponen yang digunakan untuk menyebut bilangan gugus adalah polo/ڤَولَو "puluh", ratos/راتَوس "ratus", èbu/أَيبو "ribu", dan juta/جوتا "juta". Contoh penggunaannya yaitu:
KosakataBahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Melayu-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Madura memiliki asal usul yang erat dengan bahasa Jawa Kuno (mengingat dalam Kakawin Nagarakretagama pupuh 15 yakni Pulau Madura dahulu masih satu daratan dengan Pulau Jawa). Bahasa Madura juga memiliki serapan dari bahasa Melayu sebagai sesama bangsa Austronesia, bahasa Arab, bahasa Tionghoa, dan beberapa bahasa lainnya. Bahasa Madura juga memiliki keterkaitan erat dengan Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, dan Bahasa Bali mengingat masih merupakan satu komunitas budaya. Sebagian besar kata-kata dalam bahasa Madura berakar dari bahasa Melayu, bahkan ada beberapa kata yang mirip dengan yang ada pada dengan bahasa Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda. Minangkabau mengucapkan "a" sebagai "o" pada posisi akhir, sedangkan pada bahasa Madura, diucapkan "ə" ("e" pepet) atau "a". Contoh:
Sistem pengucapanBahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi. Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j], [g], jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd, dan bb. Namun penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah. Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan [o]. Tingkatan bahasaBahasa Madura sebagaimana bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga mengenal tingkatan-tingkatan, tetapi agak berbeda karena hanya terbagi atas tiga tingkat yakni:
Èngghi-Bhunten adalah bentuk kalimat yang paling sopan dan paling halus yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang diajak bicara ataupun yang sedang dibicarakan. Seperti berbicara kepada orang tua, orang yang lebih tua, orang yang lebih tinggi jabatannya, pemuka agama, tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh yang dihormati oleh masyarakat umum.
Enjâ'-iyâ adalah bentuk kalimat yang digunakan dalam situasi keakraban di antara teman sebaya atau orang-orang yang lebih muda. Enjâ'-iyâ biasanya sering dipakai dalam kehidupan pergaulan sehari-hari. Enjâ'-iyâ tidak umum digunakan ketika dalam pertemuan pertama, biasanya penutur meminta izin terlebih dahulu untuk menggunakan Enjâ'-iyâ setelah mengenal satu sama lain. Terhadap penutur yang lebih muda atau anak-anak, Enjâ'-iyâ umum dan dapat diterima untuk digunakan tanpa meminta izin terlebih dahulu. Penggunaan Enjâ'-iyâ terhadap senior atau orang yang lebih tua atau tinggi jabatannya tanpa izin, dianggap tidak sopan. Enjâ'-iyâ hanya digunakan dengan orang yang sebaya usianya, dengan orang yang lebih muda, atau (jika dengan orang yang lebih tua) harus seizin orang tersebut. Jika tidak diketahui usia atau status orang yang diajak bicara, lebih baik tidak menggunakan Enjâ'-iyâ. Namun jika tahu orang tersebut usianya lebih muda, boleh menggunakan Enjâ'-iyâ, tapi untuk kenyamanan lebih baik minta izin terlebih dahulu untuk menggunakan Enjâ'-iyâ.
Dialek-dialek bahasa MaduraBahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa dialek seperti:[4][a 1]
Dialek yang dijadikan acuan standar bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep pada masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini sering kali bercampur dengan Bahasa Jawa sehingga kerap mereka lebih suka dipanggil sebagai Pendâlungan daripada sebagai Madura. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali daerah Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai Bahasa Jawa selain Madura. Contoh pada kasus kata ganti "kamu":
Perbandingan bahasaPerbandingan dengan bahasa Melayu
Perbedaan imbuhan di depan, contohnya:
Konsonan [j] biasanya ditukar ke [d͡ʒ], seperti:
Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:
Perbandingan dengan bahasa JawaPerkataan yang sama dengan bahasa Jawa: Bahasa Jawa = Bahasa Bawean
Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti: Bahasa Jawa ~ Bahasa Bawean
Konsonan [j] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [d͡ʒ], seperti: Bahasa Jawa ~ Bahasa Bawean
Perbandingan dengan bahasa BanjarPerkataan yang sama dengan bahasa Banjar: Bahasa Banjar = Bahasa Bawean
Perbandingan dengan Bahasa TagalogBahasa Bawean = Bahasa Tagalog
Contoh:
Pranala luar
Referensi
Berapa harganya bahasa maduranya?Berempa Argena = Berapa Harganya?
bahasa Madura minum apa?“minum” dalam bahasa Madura yaitu “ngenom”. Sementara untuk”makan” yaitu “ngakan”. “toles atau noles” yang artinya “menulis atau tulis”. “mecah atau becah' berarti “membaca atau baca.
bahasa Madura Sayang apa?Sengkok lebur ka be'nah / Sengko' terro ka ba'na.
Berapa dalam bahasa Madura?berempan : berapa (berempah dalam bahasa Madura)
|