Bagaimana cara penularan hiv aids jelaskan

, Jakarta – Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2016, menyebutkan terdapat lebih dari 40 ribu kasus penyakit HIV di Indonesia. Tidak hanya pria, nyatanya wanita pun rentan mengalami kondisi yang serupa. Penyakit HIV atau Human Immunodeficiency merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat merusak sistem kekebalan tubuh seseorang. 

Baca juga: Siapa Saja Kelompok Orang yang Berisiko Terkena HIV? 

Virus penyebab HIV nyatanya bekerja dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak CD4 yang dihancurkan dalam tubuh nyatanya akan membuat sistem kekebalan tubuh semakin lemah, sehingga tubuh rentan mengalami berbagai gangguan kesehatan. Penyakit HIV menjadi salah satu penyakit yang mudah menular. Tidak ada salahnya mengetahui beberapa cara penularan HIV agar kamu dapat lakukan pencegahan.

Ketahui Cara Penularan HIV

Penyakit HIV merupakan salah satu penyakit yang disebabkan adanya paparan virus dalam tubuh. Virus human immunodeficiency menjadi salah satu penyebab seseorang mengalami penyakit HIV. Virus HIV yang masuk dalam tubuh nyatanya dapat menyebabkan hancurnya sel CD4. Sel CD4 sendiri merupakan bagian dari sel darah putih yang membantu tubuh dalam melawan adanya infeksi dalam tubuh.

Semakin banyak sel CD4 yang hancur, kondisi ini jumlah sel CD4 semakin menurun. Kondisi inilah yang menyebabkan tubuh tidak dalam melawan infeksi maupun zat berbahaya lainnya yang dapat memicu gangguan kesehatan pada tubuh. Dengan begitu, pengidap HIV sangat rentan terserang penyakit.

Penyakit HIV merupakan penyakit yang menular. Lalu, bagaimana penularan virus HIV dapat terjadi? Berikut ada beberapa cara penularan yang mungkin terjadi pada pengidap HIV dilansir dari Mayo Clinic.

  1. Pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan pengidap HIV.
  2. Penggunaan peralatan pribadi yang tidak disterilkan dan pernah dipakai oleh pengidap HIV, misalnya peralatan tato, alat piercing, atau cukur jenggot.
  3. Melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV. Umumnya, hubungan intim yang dilakukan melalui vagina atau dubur menjadi risiko tertinggi penularan HIV. Hubungan intim yang dilakukan secara oral nyatanya sangat jarang menyebabkan penularan HIV, kecuali terdapat luka terbuka pada mulut, misalnya sariawan atau luka pada bagian gusi.
  4. Mendapatkan transfusi darah dari pengidap HIV juga menyebabkan kamu dapat tertular virus HIV.
  5. Virus HIV juga dapat menular dari ibu hamil ke janin dalam kandungan. Selain itu, virus HIV dapat ditularkan melalui proses persalinan atau menyusui.

Baca juga: Mitos atau Fakta Nyamuk Bisa Menularkan HIV dan AIDS

Itulah beberapa penularan virus HIV yang perlu diwaspadai. Tidak ada salahnya untuk melakukan pencegahan dengan tidak menggunakan alat suntik secara bersamaan dan hubungan intim yang sehat tanpa berganti pasangan serta selalu menggunakan kondom.

Kenali Gejala Penyakit HIV

Pengidap HIV nyatanya akan mengalami gejala secara bertahap. Pada tahap pertama, biasanya pengidap HIV tidak akan menyadari kondisi infeksi virus yang telah dialami. Gejala di tahap pertama nyatanya dapat muncul dan menghilang dengan sendirinya. Namun, pada tahap ini jumlah virus dalam tubuh sangat tinggi, sehingga pada tahap inilah penularan lebih berisiko terjadi.

Ada beberapa gejala awal yang akan dialami pengidap HIV, seperti demam, muncul ruam pada kulit, nyeri pada sendi serta otot, sakit kepala, sakit perut, hingga sakit tenggorokan. Gejala akan semakin bertambah parah ketika kondisi ini tidak diatasi dengan tepat. Gejala yang lebih parah akan menyebabkan penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas, diare, berkeringat pada malam hari, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, dan tubuh yang terasa sangat lemah.

Baca juga: Apa Saja Pemeriksaan untuk Mendeteksi HIV

Jika kondisi ini tidak segera diatasi, maka virus HIV bisa berkembang menjadi penyakit AIDS. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh pengidap HIV sudah mengalami kerusakan parah sehingga lebih rentan mengalami gangguan penyakit lainnya. Ada beberapa penyakit yang rentan dialami pengidap AIDS, seperti tuberkulosis, infeksi jamur, meningitis, wasting syndrome, dan juga gangguan neurologis.

Jangan ragu segera lakukan pemeriksaan pada rumah sakit terdekat ketika kamu mengalami beberapa keluhan kesehatan yang terkait dengan penyakit HIV. Jangan ragu untuk ceritakan kondisi kesehatan pada pasangan ketika kamu mengalami penyakit HIV agar virus tidak menyebar dan penularan dapat dihentikan.

KOMPAS.com – Human immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

Virus HIV bisa masuk ke dalam sel darah putih dan merusaknya, sehingga jumlah sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi akan menurunkan.

Sebagai akibat dari kondisi ini, sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderitanya mudah terkena berbagai penyakit.

Baca juga: 4 Tahapan Infeksi HIV Menjadi AIDS

Kondisi inilah yang disebut sebagai Acquired Immuno Deficiency Sindrom (AIDS), yakni kumpulan penyakit (sindrom) yang muncul akibat penurunan sistem kekebalan tubuh akibat HIV.

HIV/AIDS kiranya termasuk penyakit yang tak layak dianggap remeh karena bisa mengancam jiwa.

Ketika seseorang sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh, maka semua penyakit dapat masuk ke dalam tubuh dengan mudah (infeksi oportunistik).

Oleh karena sistem kekebalan tubuh penderita AIDS menjadi lemah, maka penyakit yang tadinya tidak berbahaya bisa menjadi sangat berbahaya.

AIDS biasanya disertai adanya macam-macam penyakit, seperti penyakit konstitusional, penyakit saraf, dan penyakit infeksi sekunder.

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK(K), FINSDV, FAADV, menjelaskan bahwa ada beberapa cara penularan HIV yang perlu dipahami bersama.

Bagaimana saja?

  1. Hubungan seksual tidak aman
  2. Transfusi darah atau produk darah yang tercemar HIV
  3. Alat suntik, tindik, tato yang digunakan secara bersamaan tanpa disterilkan
  4. Dari ibu yang terinfeksi HIV pada janin yang dikandungnya

Baca juga: Akhiri AIDS pada 2030, Perkuat Kolaborasi dan Tingkatkan Solidaritas!

Terkait cara penularan HIV ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) UI dan Ketua Tim Penasihat Kolegium Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) itu menuturkan, masing-masing memiliki tingkat efektivitas sendiri.

Berikut angkanya:

  • Penularan HIV melalui hubungan seks memiliki efektivitas 0,1-1 persen
  • Penularan HIV melalui alat suntik narkoba memiliki efektivitas 99,9 persen
  • Penularan HIV melalui komponen darah memiliki efektivitas 99,9 persen
  • Penularan HIV melalui ibu hamil ke janin memiliki efektivitas 20-40 persen
  • Penularan HIV melalui tertusuk jarum memiliki efektivitas 0,3 persen

Dia mengatakan, efektivitas penularan HIV lewat hubungan seksual sebenarnya kecil, tetapi sering terjadi, sehingga banyak penambahan kasus HIV/AIDS akibat hal tersebut.

“Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual tidak aman belum terkendali. Ini masih perlu menjadi perhatian bersama,” tutur dr. Sjaiful saat menjadi pemateri dalam webinar dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS) 2020 yang diadakan PERDOSKI bekerja sama dengan Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSIMSI), Durex Eduka5eks PT. Reckitt Benckiser (RB) Indonesia, dan sejumlah organisasi kemahasiswaan, seperti AMSA dan CIMSA, pada Senin (30/11/2020).

Sebagai peluang solusi untuk mengatasi persoalan ini, edukasi kepada kelompok risiko terkait langkah pencegahan penularan HIV/AIDS penting terus dilakukan.

Hingga saat ini belum tersedia obat ataupun vaksin yang dapat mencegah dan menyembuhkan HIV/AIDS. Namun, bagi penderita HIV, ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi tersebut, yakni dengan mengonsumsi obat ARV sesuai petunjuk dokter.

Obat ARV akan membantu menekan aktivitas virus dalam tubuh, sehingga pengidap HIV/AIDS dapat memiliki harapan hidup lebih panjang, hidup lebih sehat, termasuk memperkecil risiko penularan HIV kepada pasangan.

“Hindari faktor risiko penularan HIV/AIDS dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual, berhubungan seks dengan penjaja seks, tidak menggunakan kondom saat kontak seksual berisiko, dan melakukan kontak seksual sesama jenis,” jelas dia.