Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending

Karawitan yaitu seni suara daerah baik vokal atau instrumental yang hadir klarifikasi dan perkembangan dari daerahnya itu sendiri. Karawitan di bagi 3, yaitu :

  • Karawitan Sekar,
  • Karawitan Gending,
  • Karawitan Sekar Gending.

Sebelum merambah pada penjelasan pembagian tiga jenis karawitan ini, perlu diketahui bahwa deskripsi karawitan berikut ini semakin difokuskan pada Karawitan Sunda.

Karawitan Sekar

Karawitan Sekar merupakan salah satu wujud kesenian yang dalam penyajiannya semakin mengutamakan terhadap unsur vokal atau suara manusia. Karawitan sekar sangat mementingkan unsur vokal.

Karawitan Gending

Karawitan Gending merupakan salah satu wujud kesenian yang dalam penyajiannya semakin mengutamakan unsur instrumental atau alat musik. KARAWITAN VOKAL/SEKARAN

Pengertian

Yang dimksud dengan karawitan vokal atau semakin dikenal dalam karawitan Sunda dengan istilah Sekar ialah seni suara yang dalam substansi dasarnya mempergunakan suara manusia. Tentu saja dalam penampilannya akan berbeda dengan berkata biasa yang juga mempergunakan suara manusia. Sekar merupakan pengolahan yang khusus sebagai menimbulkan rasa seni yang sangat sempit berkomunikasi langsung dengan indra pendengaran. Dia sangat sempit bersentuhan dengan nada, bunyi atau alat-alat pendukung lainnya yang selalu dekat bertdampingan

Pada kehidupan orang Sunda pada masa lalau sejak mereka lahir secara tidak langsung telah didekatkan dengan alunan sekar. Sejak mereka lahir sang ibu menimang, meninabobokan dengan menggunakan sekar. Dalam mengajak melakukan permainan, dalam tahap-tahap mulai berupaya bisa berkata, berupaya bisa berjalan, sekar sangat sering didengarkan oleh orang tua atau pengasuhnya. Itulah karenanya lagu-lagu dalam meninabobokan atau ngayun ngambing anak selalu populer dari masa ke masa, dalam guna kelestariannya terlihat karena selalu dilaksanakan dari generasi ke generasi.

Seperti telah diterangkan di atas, sekar berkedudukan yang tersendiri dalam kehidupan karawitan, walaupun pada dasarnya sekar berbeda dengan berkata biasa, sekar sangat tidak jauh bahkan terkadang sangat dominant dengan lagam berkata atau dialek. Dialek Cianjur, Garut, Ciamis, Majalengka dalam mengungkapkan dialog seringkali seolah-olah bermelodi seperti bernyanyi. Oleh karena kesan dialek yang sangat sempit itulah agaknya banyak orang luar daerah Sunda yang secara tidak langsung menyebutkan bahwa cara berkata orang Sunda seperti bernyanyi. Memang sempit dengan penggunaan kata-kata di dalamnya tetapi kata-kata dalam sekar telah diolah sedemikian rupa sehingga berbentuklah penampilan secara utuh menjadi sebuah komposisi lagu. Dengan demikian, jelaslah bahwa kata dalam posisi sekar merupakan salah satu alat pengungkap masalah atau tema yang diutarakan. Kata yang sama dapat diungkapkan dalam berbagai lagu/melodi, menurut kehendak rasa seni si pencipta itu sendiri. Akan tetapi tanpa disadari bahwa terkadang dalam kehidupan sekar tidak selalu dipergunakan kata secara utuh, sering terdengar suara bunyi dijadikan lagu. Hal ini sering terjadi dalam lagu-lagu tertentu, misalnya hanya mempergunakan bunyi a saja atau nang neng nong atau hm dan lain-lain. Penggunaan kata yang tidak jelas sering didapati apabila bersenandung atau ngahariring/hariring.

Dari kesimpulan itu, dapatlah ditarik beberapa hal yang sangat sempit berkomunikasi dengan sekar, yaitu: Lagam berkata dialek yaitu khas daerah tertentu dalam berkata sehari-hari yang dari ungkapannya dapat kita tarik satu garis melodi yang sangat sempit berkomunikasi dengan nada. Contoh dapat ditemukan dalam kata Punten, Masya Allah di daerah Cianjur. Khusus sebagai lagam berkata ini dalam gending karesmen, sering ditemukan teknik bernyanyi dan lagu yang dipergunakan dalam dialog yang secara utuh mempergunakan lagam berkata. Hanya dalam pengungkapannya dilaksanakan lagam berkata. Jadi, dia berkata dalam nada. Sifatnya kebanyakan datar atau melengking tinggi. Lagu yang demikian dikenal dengan sebutan sekar biantara (nyanyian bicara). Dalam pergelaran wayang golek sangat terasa sekali dalam memerankan/antawacana tokoh-tokoh tertentu yang selalu mempergunakan lagu berkata, sangat terasa pula dalam nyandra.

Contoh kata-kata yang sangat lekat dengan lagu dalam lagam berkata selang lain:

a) Pun……ten

b) Sorangan bae yeuh…….!

c) Tunjuk-tunjuk hey, sakali deui…hey!

Dalam pergelaran wayang golek, hal ini akan terasa pada tokoh Semar, misalnya pada biantara di bawah ini:

Aduh aduh ngeran

Sumangga ieu pelayan lurah Semar Kudapawana nyanggakeun sembah pangbakti

Ageung alit kalepatan mugia ngahapunten, Ngeran……...

Beberapa sebutan yang berkaitan dengan sekaran

1.1. Ngahariring (Senandung)

Sifat dari ngahariring kebanyakan dibawakan secara halus sekali, pemakaian kata dalam lagu semakin menonjol kata bunyi. Pengertian halus disini lain sekali dengan dinamika lagu. Halus dalam membawakan hariring yaitu ruang lingkup dari sikap yang cenderung bernyanyi sebagai diri sendiri. Ngahariring dalam kehidupan sehari-hari sangat sempit hubungannya dengan pengisi jiwa sambil bekerja. Ngahariring dapat bersifat improvisasi ataupun lagu yang telah hadir. Kata bekerja lain dari ngaharirirng yaitu bersenandung dengan volume suara yang halus, lunak supaya penampilannya itu tidak berisik sehingga mengganggu orang lain. Sering pula hal ini terjadi bila seseorang sedang mempelajari lagu yang belum direbut. Suasana ngahariring timbul semakin cenderung dalam hadirnya gembira sambil bekerja. Dalam penampilannya, ngahariring dapat saja menjadi lain, hal ini tergantung dari kalimat yang dipergunakan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ngahariring yaitu bernyanyi hanya ungkapannya semakin dalam sebagai diri sendiri atau dengan kata lain kesannya semakin subjektif.

1.2. Ngahaleuang

Pada dasarnya ngahaleuang berfaedah bernyanyi. Haleuang berfaedah nyanyian/sekar. Kalau dilihat dari sifat penyajiannya ngahaleuang terasa semakin membuka, semakin keluar dan lantang. Jadi, pengaruh terhadap surupan itu sendiri sangat kuat sekali. Lagu-lagu Tembang sangat jarang ditafsirkan sbg ngahaleuang. Dilihat dari tempo lagu, kebanyakan istilah ngahaleuang banyak mempergunakan tempo sedang.

1.3. Galindeng

Kata Galindeng sempit sekali dengan sekar, bahkan sering sekali menunjukan guna suara dari seorang penyanyi yang kebanyakan semakin tepat pada suara-suara yang empuk, halus. Ngagalindeng gunanya suara (nyanyian) yang dibawakan secara penuh perasaan, terutama pada suara-suara (bagian melodi) yang penuh dengan mamanis (kembangan-kembangan)

1.4. Babaung

Penempatan kata babaung yaitu tahap kata yang kasar sebagai bernyanyi. Kebanyakan kalau suaranya tidak enak atau membetulkan supaya nyanyiannya dilaksanakan yang jadi. Itu pun terbatas pada kelakar atau sindiran tertentu saja, dilaksanakan pada orang yang semakin muda atau sesama yang sudah dekat.

1.5. Kakawihan dan Tetembangan

Walaupun pada dasarnya Tembang dan Kawih berbeda lagam, pengertian kakawihan dan tetembangan hadir guna yang sama. Kakawihan atau Tetembangan ialah menyanyikan lagu dengan cara-cara seenaknya, cenderung mengisi suasana sebagai diri sendiri. Sbg contoh ketika sedang mandi, sedang berdandan, memperagakan pekerjaan dan lain-lain. Lagunya yang telah hapal atau sering pula diberi improvisasi-improvisasi spontan.

Pembagian Sekar Menurut Wujud

Menurut wujud ditinjau dari penggunaan irama, karawitan sekar dibagi dua bagian mulia yaitu : Sekar Irama Merdeka (bebas irama) dan Sekar Tandak (ajeg, tetap)

2.1. Sekar Irama Merdeka

Yang dimaksud dengan sekar irama merdeka ialah sekar (vokal, nyanyian) yang dalam membawakan lagunya tidak terikat oleh irama. Panjang pendeknya dalam membawakan lagu, terutama pada bagian-bagian frase lagu (kenongan, goongan) tidak terikat menurut keinginan juru sekar itu sendiri. Walaupun demikian, bukan berfaedah bahwa kebebasan itu bisa berlanjut panjang tanpa ketukan sama sekali, ketukan masih tetap hadir, hanya sifatnya semu yang bersatu dalam ungkapan perasaan pada masa membawakan lagunya. Para tokoh tembang semakin cenderung menyebutnya dengan istilah wirahma.

Lagu-lagu yang dibawakan sekar irama merdeka kebanyakan bersifat lagu anggana (solo) dengan melodi lagu yang masih bisa dikembangkan oleh pribadi-pribadi penyanyi terutama dalam menghias mamanis-mamanisnya. Mamanis-mamanis itu akan terasa pada senggol-senggol atau pedotan kenongan dan goongan lagu. Dikenal beberapa istilah seperti : Leot, Cacag, Galasar, Reureueus, Gedag dan lain-lain.

Materi-materi sekar yang terdapat pada golongan sekar irama merdeka selang lain: Tembang, Beluk, Kakawen.

2.1.1. Tembang

Tembang Sunda sangat populer sekali dalam masyarakat Sunda. Tembang Sunda dikenal sbg musik kamar (kamermuziek). Cirri khas dalam iringan tembang Sunda yaitu iringan kacapi sulingnya. Pada awalnya Tembang Sunda hidup dalam lingkungan menak-menak (elite). Pokok ungkapan yang diutarakan dalam tembang Sunda ditengahnya tentang:

a. Sanjungan terhadap leluhur, terutama pada kejayaan dan “tilemnya” kerajaan Pajajaran

b. Keindahan-Keindahan dunia Priangan

c. Ungkapan percintaan. Tema percintaan yang diutarakan banyak gambaran tentang seseorang yang jatuh cinta atau merasa sakit hati karena dikhianati cintanya.

Tembang sangat sempit bersentuhan dengan kesusatraan. Satu hal yang paling menojol yaitu Pupuh. Hadir beberapa gagasan bahwa kehadiran dan perkembangan tembang banyak tali-temalinya dengan pengaruh pupuh yang masuk pada seratus tahun Mataram dahulu. Walaupun demikian, banyak pula yang tidak mempergunakan pupuh sbg “ugeran” (patokan) sebagai rumpakanya (syair lagu), yaitu dengan mempergunakan wujud papantunan. Bahkan pada perkembangan sekarang, tidak menutup kemungkinan menggunakan sajak-sajak tidak terikat. Dari kekebasan penggunaan rumpaka atau iringan, terbetiklah wujud lain yang semakin bersifat style (gaya), ditengahnya dikenal dengan nama-nama: Papantunan, Jejemplangan, Rarancagan. Sedangkan lagam-lagam dari Tembang Sunda diketahu hadir Lagam Cianjura, Ciawian, Cigawiran, Garutan, Sumedangan.

Memang demikianlah bahwa nama daerah itu kesudahannya yang menjadi nama dari lagam-lagam itu. Kalau kita lihat dari penyajian karawitan memang terdapat kebedaan-kebedaan yang cukup menyolok. Misalnya saja selang wujud Cianjuran dan Ciawian. Perbedaannya banyak pula dipengaruhi oleh penggunaan laras. Cianjuran kebanyakan berlaras pelog, sedangkan Ciawian banyak mempergunakan laras salendro. Hal lain banyak terletak pada interpretasi ungkapan lagu. Sekaligus membedakan dalam menaruh unsure-unsur mamanis didalamnya.

Kalau masyarakat luas banyakan mengenal Tembang Cianjuran tentunya bukan berpijak pada nilai-nilai yang terkandung dalam kedua lagam itu, tetapi dari histories penyebarannya, lagam Cianjuran ternyata semakin lebih luas. Sampai-sampai hadir keinginan sebagai menyebut tembang Sunda itu sbg tembang Cianjuran saja.

Beberapa nama lagu dalam Tembang Sunda: Papatet, Mupu Kembang, Jemplang Titi, Liwung, Asmarandana Degung, Jemplang Karang dan lain-lain.

Dalam sekar tembang Sunda Cianjuran, yang menjadi ciri utamanya yaitu ornamentasi atau dongkari. Dongkari yaitu teknik menghasilkan suara yang diolah dengan cara tertentu guna memberikan mamanis pada lagu. Dalam praktik vokal tembang Sunda Cianjuran, posisi dongkari sangat penting karena merupakan dasar utama bagi vokal tembang Sunda Cianjuran. Oleh karena itu, materi ini perlu diberikan terlebih dahulu sbg dasar pijakannya. Apabila seluruh dongkari ini sudah dapat direbut dengan baik, maka sebagai mempelajari lagu-lagu berikutnya tidak akan sukar. Sekurang-kurangnya, dongkari dalam vokal tembang Sunda Cianjuran terdiri dari 17 jenis yaitu: riak, reureueus, gibeg, kait, inghak, jekluk, rante/beulit, lapis, gedag, leot, buntut, cacag, baledog, kedet, dorong, galasar, dan golosor. Sebagai semakin jelasnya, ketujuh belas dongkari tersebut yaitu sbg berikut.

2.1.1.1. Riak

Menurut Kamus Umum Basa Sunda, riak gunanya nimbulkeun cahaya nu siga ombak-ombakan (menimbulkan cahaya seperti gelombang). Sedangkan menurut Bakang Abubakar, istilah riak sama dengan istilah ombak banyu yang gunanya gelombang cairan (Sarinah l994:121). Adapun teknik penyuaraan dongkari riak yaitu mengeluarkan getaran suara pada nada yang tetap yang menyerupai gelombang cairan. Getaran suara dikeluarkan tanpa tekanan, tetapi secara halus tanpa terputus. Contoh: 5 gunanya nada 5 (la) dibunyikan dengan halus tanpa terputus menyerupai gelombang cairan. Sebagai semakin jelasnya dapat dilihat pada lagu Papatet baris pertama, yaitu:

5 . 5 . 5 5 . 5 54 5 . 5451 2
Pa- ja - jaran ka-ri nga- ran

2.1.1.2. Reureueus

Reureueus pada umumnya dipergunakan oleh para penembang sebagai menamakan seluruh jenis dongkari dalam tembang Sunda Cianjuran. Namun istilah reureueus yang dipergunakan Euis Komariah hadir pengertian yang berbeda. Reureueus yaitu salah satu jenis dongkari yang pada prinsipnya sama dengan riak. Sedikit yang membedakannya yaitu teknik penyuaraan pada dongkari riak tidak mendapat tekanan, sedangkan teknik penyuaraan reureueus yaitu getaran suara yang dikeluarkan pada nada yang tetap mendapat tekanan. Contoh: 5, dan sebagai semakin jelasnya dapat dilihat pada lagu Papatet baris kedua, contoh:

2 15 5 . 5554 3451 2 15 5 22 2 . 2 15
Pangra- ngo geus narik ko- lo - t

2.1.2.3. Gibeg

Gibeg menurut Kamus Umum Basa Sunda gunanya yaitu ngobahkeun awak ka gigir make tanaga sarta rikat (menggerakkan badan ke samping dengan gerak cepat). Teknik penyuaraan dongkari gibeg yaitu mengeluarkan suara pada nada yang tetap disertai tekanan, dan dilaksanakan dengan gerak cepat seolah-olah digibegkeun. Sbg contoh dapat dilihat pada frase pembuka lagu wanda papantunan, sbg berikut:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu - eung diajar lu- deu- ng

2.1.2.4. Kait

Kait gunanya sama dengan nyangkol yaitu menempel keras karena lilitan tali. Dalam istilah dongkari tembang Sunda Cianjuran, istilah kait mengandung pengertian yaitu gabungan dua buah nada dari nada tinggi ke nada rendah di mana nada pertama dongkari kait menempel/sama dengan nada sebelumnya, akhir diikuti oleh satu nada yang semakin rendah. Teknik penyuaraannya yaitu bunyi terakhir dari suku kata yang akan diikuti oleh dongkari kait, dibunyikan kembali sbg jembatan sebagai membunyikan suku kata berikutnya. Sbg contoh dapat dilihat pada frase pembuka lagu wanda papantunan, yaitu:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu - eung diajar lu- deu- ng

2.1.1.5. Inghak

Istilah inghak diambil dari peristiwa menangis yang dilaksanakan pada dongkari tembang Sunda Cianjuran. Teknik penyuaraannya yaitu pada masa membunyikan suku kata yang mengandung vokal huruf hidup (a, i, u, e, o), udara sedikit dikeluarkan dengan diberi tekanan sehingga menghasilkan suara yang bunyinya seperti /h/. Diusahakan posisi bibir tidak memperagakan usaha masa mengeluarkan udara. Contoh:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu - eung diajar lu- deu- ng

2.1.1.6. Jekluk

Dongkari jekluk yaitu gabungan dua buah nada dari nada rendah ke nada tinggi. Misalnya dari nada 1 ke 5, 4 ke 3. Sebelum membunyikan dongkari jekluk, senantiasa diawali oleh nada yang semakin rendah. Misalnya dari nada 1 ke nada 5, senantiasa diawali dengan nada 2. Dari nada 4 ke nada 3, senantiasa diawali dengan nada 5. Teknik penyuaraan dongkari jekluk mesti menggunakan tenaga perut. Contoh, pada lagu Papatet, baris kedua.

02 15 5 . 5554 3451 2 15 5 22 2 . 2 15 .
Pangra- ngo geus narik ko- lo - t
2.2.1.7. Rante/beulit

Dongkari rante/beulit yaitu gabungan dua buah nada atau semakin yang disuarakan dengan cara mengulang nada-nada tersebut sehingga menghasilkan suara yang bila digambarkan menyerupai wujud spiral atau rante. Contoh dongkari rante/beulit ini bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang yang dibawakan oleh A. Tjitjah pada baris kelima, sbg beriku:

02 15 5 . 4545 4 51 . 2 2 15 5 2 2 2 321
Nya cada - s cada - s ha -re- ra- ng

2.1.1.8. Lapis

Dongkari lapis yaitu penyuaraan satu buah nada yang mengikuti nada sebelumnya. dongkari lapis ini seolah-olah mengulang lagi nada yang sudah dibunyikan oleh dongkari lain. Sbg contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris kedua yang dibawakan oleh Euis Komariah, sbg berikut:

03- 2 2 2 . 1 2 2 2 21 2 . 2 15 0
Tinggikan ba- ri re- rendenga - n

2.1.1.9. Gedag

Dongkari gedag yaitu menyuarakan satu nada yang tetap dengan mendapat tekanan. Nada tersebut seolah-olah disuarakan dua kali (diulang). Penempatan dongkari gedag senantiasa di awal kata. Sbg contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris pertama yang dibawakan oleh Euis Komariah, yaitu

02 2 . 2 2 . 2 2 2 . 12 0
Payung hiji ku dua - an

2.1.1.10. Leot

Dongkari leot yaitu gabungan dua buah nada, dari nada tinggi ke nada rendah misalnya dari nada 5 (la) ke nada 1 (da), nada 2 (mi) ke 3 (na), dst-nya. Contoh pada lagu Mupu Kembang baris pertama yaitu:

02 2 . 2 2 . 2 2 2 . 1 2 .
Payung hiji ku dua - an

2.1.1.11. Buntut

Dongkari buntut pada prinsipnya sama dengan dongkari lapis. Perbedaannya terletak pada penempatannya. Kalau dongkari lapis ditaruh di tengah kata dan senantiasa diikuti lagi dengan dongkari lainnya, sedangkan buntut diletakkan di kesudahan kata atau kalimat lagu (frase lagu) dan diikuti oleh satu nada yang semakin tinggi. Contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris keempat dan kelima, sbg berikut:

03- 2 2 . . 2 2 2 1212 2 1 . 5 5 . 54
Nya keusik - keusik ba-re - n-ti - k
02 15 5 . 5554 3451 2 2 15 5 2 2 2 . 21
Nya ca-da - s cada - s hare - ra - ng

2.1.1.12. Cacag

Dongkari cacag yaitu penyuaraan satu buah nada dengan teknik memberikan tekanan pada nada tersebut secara berulang-ulang dan tidak terputus-putus. Contoh dongkari cacag bisa dilihat pada lagu Jemplang Panganten baris ketujuh.

01 1 222 15 . 3 3 3 3454 23 3454
Kieu ka-ja-di-an- na - na

2.1.1.13. Baledog

Dongkari baledog yaitu gabungan dua buah nada yang disuarakan tanpa tekanan. Dongkari ini senantiasa diletakkan mengikuti dongkari lainnya seperti gibeg dan gedag. Sbg contoh bisa didengar pada lagu Mupu Kembang baris kedua, dan Randegan baris kedua yang dibawakan oleh Euis Komariah.

03- 2 2 2 1 2 2 2 212 . 2 15 0
Tinggikan ba- ri re- rendenga - n
0 3- 2 . 2 1 2 12 . 2 15 0 03-3- 2 3-2 . 2 1
Me -la-------k bako di ba - si - sir

2.1.1.14. Kedet

Dongkari kedet senantiasa diletakkan di kesudahan kalimat lagu yang berfungsi sebagai madakeun (mengakhiri) lagu. Dongkari ini biasa dipergunakan dalam lagu wanda jejemplangan. Sbg contoh bisa dilihat pada frase lagu pembuka wanda jejemplangan berikut ini:

04 4 .4 4 4 34543454 32 . 2 23 . 5
birit leuwi peu - peunta - san

2.1.1.15. Dorong

Dongkari dorong pada dasarnya merupakan dinamika dari suara yang tidak mendapat tekanan menuju nada berikutnya dengan mendapat tekanan. Kebanyakan dongkari dorong selalu diikuti oleh reureueus. Sebagai semakin jelasnya bisa dilihat pada lagu Jemplang Panganten baris kedua sbg berikut:

2 2 2 . 1 2222 15 0
Linta ----------------- ng salira anjeunna

Atau bisa juga dilihat pada lagu Jemplang Cidadap baris kelima sbg berikut:

02 2 2 2 . 1 2222 15 0
Dirungsi -----------------ng

2.1.1.16. Galasar

Dongkari galasar yaitu gabungan dua atau tiga buah nada yang disuarakan seperti diayun, tanpa terputus, dan mendapat tekanan. Sbg contoh dapat dilihat pada lagu Jemplang Cidadap baris pertama berikut ini:

4 3 3 3 3333 32 0 3 3454 23 3 3454 4
Alap-ala----------p nyorang tuna

Contoh lain dapat dilihat pada lagu-lagu wanda papantunan, misalnya pada frase pembuka lagu-lagu wanda papantunan berikut ini:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu --------------------ng diajar lu- deu- ng

2.1.1.17. Golosor

Dongkari golosor yaitu gabungan beberapa nada dengan teknik penyuaraan tanpa tekanan. Wilayah nadanya yaitu dari nada tinggi menuju ke nada rendah. Sbg contoh bisa dilihat pada lagu Rajamantri baris keenam, yaitu:

3 .2 34545 5
Hanja------kal saumur-umur

Contoh tulisan Lagu Tembang :

2.1.2. Beluk

Karawitan sekar beluk ini sudah langka sekali. Beluk semakin dikenal pada upacara selamatan 40 hari bagi bayi yang baru dilahirkan. Beluk sangat sempit dengan pergelaran nembang wawacan. Memang pada dasarnya kesenian beluk hanya menembangkan cerita dalam wawacan yang tersusun ceritanya dalam wujud puisi terutama pupuh. Wawacan yaitu cerita yang disusun menggunakan pupuh dengan maksud sebagai dinyanyikan atau didangdingkeun.

Teknik penyajian beluk dibantu oleh juru ilo. Juru ilo dalah orang yang membacakan cerita dalam wujud prosa (membaca biasa) yang ditujukan kepada penembang beluk sebagai bahan kata-kata yang akan dinyanyikannya. Secara spontan dan penuh variasi, juru beluk menyanyikan kata-kata itu. Frekwensi nada yang dipergunakan yaitu nada yang tinggi sehiingga semakin bijak melakukan permainan lagu dalam nada-nada yang tinggii makin tinggilah kemampuan ki juru beluk itu.

Teknik bersuara banyak mempergunakan nasal hidung (sengau). Kata-kata yang dinyanyikan sebenarnya kurang begitu jelas terucapkan karena yang semakin penting bagi pendengar yaitu teknik-teknik bernyanyinya itu sendiri. Kalau mereka ingin tahu tentang kata-katanya, sebelum dinyanyikan telah diistilahkan secara jelas oleh juru ilo.

Beluk sudah diasumsikan sbg kesenian buhun (kolot, tua, lama). Penggunaan sekar irama merdekanya memberikan cirri yang tersendiri dari wujud kesenian rakyat karena kebanyakan lagu-lagu rakyat Pasundan banyak mempergunakan irama tandak (terikat)

Kalau dilihat dari penyajiannya, dimana hadir unsur cerita yang dinyanyikan, maka mungkin sekali dasar-dasar “gending karesmen” di dalam karawitan Sunda banyak berpijak dari perkembangan beluk dengan nembang wawacannya.

2.1.3. Kakawen

kakawen semakin dikenal sbg nyanyian ki dalang pada masa pergelaran wayang. Pokok kakawen ditengahnya banyak mengisahkan tentang pergantian ronde cerita, watak tokoh wayang, kemarahan-kemarahan, kedatangan tamu dan kekuatan tokoh wayang dalam mengunggulkan dirinya, misalnya pada ajimat-ajimatnya atau kekuatan lainnya. Pada dasarnya kakawen banyak mempergunakan irama tidak terikat merdeka. Hanya pada bagian-bagian tertentu sajalah terdapat wujud yang tandak. Inipun masih tidak utuh karena perpaduan panjang pendeknya lagu masih tergantung kepada ki juru dalang itu sendiri.

Pengaruh kakawen masuk pula secara utuh pada Tembang Sunda lagam Cianjuran. Hanya namanya sudah bukan kakawen lagi melainkan dengan nama sebrakan. Sebrakan ini dinyanyikan setelah lagu dalam laras pelog dan sorog/madenda telah selesai atau disajikan secara khusus.

Motif-motif sekar irama merdeka pada pergelaran wayang dipergunakan pula oleh beberapa tokoh wayang tertentu yang dalam berkatanya dibawakan dengan lagu, seperti sebagai tokoh Semar, Rahwana, Dursasana (patet yang dipergunakan patet Nem), Sangkuni, Togog, Narada (patet yang dipergunakan patet Manyura). Hal seperti ini disebut antawacana berlagu.

Dalam penyajiannya, kakawen dapat dibeda-bedakan menjadi

a. Murwa

Yaitu sekaran permulaan yang dibawakan dalang dengan rumpaka/bahasa Kawi atau pujangga. (Kakawi-an menjadi Kakawen)

Pada prakteknya Murwa terbagi atas

(1) Murwa Umum

Murwa yang dapat dipergunakan sebagai berjenis-jenis adegan/jejeran, seperti:

Dene utamaning nata

Berbudi bawa laksana

Lire berbudi mangkana

Lela legawa ing dria

Mulia denya paring dana

Anggeganjar saban dina

Lire kang bawa laksana

Anatepi pangandika

(2) Murwa Khusus

Murwa yang hanya dipergunakan khusus sebagai suatu adegan/jejeran. Contohnya:

Lengleng ramya nikang, sasangka kum,enyar mangrenge rumning puri

Mangkin tanpa siring, haleb nikang umah, mas lwir nurub ing langit.

Tekwan sarwa manik, tawingnya sinawung sasat sekar sinuji

Ungwan Banowati ywuna amren lalangen nwang nata Duryudana

b. Nyandra

Prolog dalang yang menggambarkan situasi/keadaan sifat, watak, kelola hidup dan kehidupan raja dan masyarakatnya dengan segala yang digarapnya dan sbgnya, contoh:

Sri Nalendra ajujuluk ………(.nama raja yang bersangkutan dari suatu Negara)

Mila kinarya bubukaning carita

Jalaran nagri panjang punjung

Pasirwukir loh jinawi

Gemah ripah kerta raharja

c. Renggan

Sekaran dengan rumpaka yang bertemakan gambaran suatu hadirnya yang sedang dihadapi supaya semakin jelas dan semakin indah didengar, contoh:

Kayu Mulia babar wite

Samia rembel gogonge samia rogol yan pangrange

Sekar mekar ing galihe pandele si pandan arum

d. Sendon

Sekaran yang mempergunakan rumpaka sebagai menggambarkan adegan sedih/kesedihan, contoh:

Rebeng rebeng cinanda layan kaherin

Wis pinandak perlambange

Perlambang simungkumi

2.2. Sekar Tandak

Sekar tandak ialah nyanyian yang terikat oleh ketentuan-ketentuan ketukan dan matra (wiletan, gatra). Dari ikatan ketukan dan matra-matra banyak berdampingan dengan irama lagu yang dipergunakan. Peraturan-peraturan itu sudah merupakan kaidah tersendiri dari wujud paduan tandak di selang sekar dan gending. Adapun lagu-lagu dalam ragam sekar tandak dapat kita ketahui sbg berikut.

(1) Sindenan

Kata Sindenan semakin dikenal pada pergelaran wayang dan kiliningan. Disebut sindenan karena yang membawakannya biasa disebut sinden (waranggana, penyanyi wanita). Lagu-lagu yang dibawakan banyak berpangkal pada wujud klasik dan tradisional. Walaupun demikian, kreasi-kreasi baru banyak pula dibawakan walaupun dalam beberapa hal telah sedikit berubah warnanya. Perubahan itu sebenarnya banyak dipengaruhi oleh teknik warna suara yang telah khas pada tiap pesinden. Kebanyakan lagu-lagu sinden yaitu lagu anggana. Kalau hadir beberapa yang bersifat rampak kebanyakan bersifat kreasi saja. Dalam beberapa penampilan tertentu sindenan hadir lagam daerah tersendiri. Lagam itu semakin cenderung disebut pula sbg gaya (style). Hadir dua bagian mulia gaya dalam kepesindenan, yaitu: gaya Priangan dan gaya Kaleran.

Yang dimaksud dengan gaya Priangan yaitu yang melingkupi daerah Bandung dan sekitarnya, termasuk Priangan Timur. Daerah kaleran ditengahnya daerah-daerah pesisir utara, seperti Cirebon, Subang dan Karawang.

Salah satu perbedaan yang paling jelas bila kita bandingkan dengan daerah Priangan yaitu dalam senggol, dialek dan laras-larasnya. Mengenai hal laras, sindenan gaya Cirebon banyakan mempergunakan lagu laras pelog surupan sorog dengan patet Manyuro. Perbedaannya dengan gaya Karawangan banyak terletak pada dialek bahasa dan pada senggol-senggol yang semakin sederhana. Perbedaan dalam senggol terkenal dengan istilah buntut dan buntet. Priangan pada kesudahan lagu selalu panjang (buntut), sedangkan rata-rata pada senggol kaleran (Subang, Karawang) semakin pendek (buntet). Tetapi karena hadirnya pembauran, maka sekarang sudah sangat sukar dibedakannya karena baik Cirebon, Karawang maupun Subang sudah melihat Bandung sbg barometernya. Secara langsung mereka kehilangan kekhasannya. Sebaliknya gaya Prianganpun banyak pula hadir akhir suatu peristiwa pada gaya kaleran, terutama Karawang yang banyakan diwarnai dengan iringan tepak jaipongan.

Pada dasarnya lagu-lagu sinden banyak mempergunakan laras salendro. Lagu-lagu ageng yang pertama mereka pelajari kebanyakan lagu lagu ageng yang berlaras salendro. Mungkin hal ini disebabkan oleh beberapa gagasan di kalangan para nayaga yang menyebutkan bahwa salendro merupakan “rajana laras”

Satu hal yang tidak bisa dikesampingkan ialah lagu-lagu sindenan selalu diiringi dengan gamelan salendro. Walaupun dalam beberapa hal dibawakan lagu yang tidak berlaras salendro, pirigan (iringan) tetap menggunakan laras salendro dengan mengambil jalur tumbuk. Tumbuk ialah nada-nada yang sama dari laras yang berbeda. Nama-nama lagu sindenan selang lain : Macan Ucul, Senggot, Kulu Kulu Bem, Tablo, Gawil, Kawitan, Badaya, Papalayon Ciamis dan lain sbgnya

Contoh tulisan lagu sindenan:

(2) Kawih

Salah satu lagam dari khazanah seni suara Sunda. Pengertian kawih pada mulanya sama dengan sindenan, tetapi perkembangan memecah posisi yang berbeda selang kawih dan sindenan. Perbedaan itu bukan saja terletak pada pergelaran dan teknik-teknik bernyanyi saja, melainkan juga lingkunganna.

Menurut pengamatan yang bersumber pada buku Siksa Kandanf Karesian tahun 1518, masyarakat Sunda telah mengenal kawih dahulu sebelum tembang (pupuh) masuk pada seratus tahun Mataram (abad XVI). Cuplikan dari buku itu menyebut bahwa telah dikenal berjenis-jenis kawih, anatara lain:

Ø Kawih Tangtung

Ø Kawih Panjang

Ø Kawih Lalangunan

Ø Kawih Bongbongkaso

Ø Kawih Parerane

Ø Kawih Sisindiran

Ø Kawih Bwatuha

Ø Kawih Babatranan

Ø Kawih Porod Eurih

Ø Kawih Sasambatan

Ø Kawih Igel-igelan

Berbakat seni suara biasa disebut paraguna. Jelaslah bahwa lagam kawih jauh telah lama hidup dalam khazanah karawitan Sunda. Masalahnya sekarang bahwa hal yang tertera di atas hanya merupakan nama saja karena sudah sangat jarang sekali orang-orang yang tahu tentang lagu-lagu kawih yang diistilahkan tadi.

Lagu-lagu kawih banyakan berpandangan pada lagu-lagu perkembangan (kreasi baru), sedangkan pada lagu sindenan yaitu lagu-lagu klasik dan tradisional. Memang yang paling menonjol sekarang pada kawih ialah segi perkembangan lagu-lagu barunya. Lagu-lagu itu banyakan memperagakan usaha pada lingkungan pendidikan dan kaum remaja tertentu. Hal-hal yang berkomunikasi dengan pendidikan, dimana lagu-lagu kawih banyak diciptakan oleh para juru sanggi (komponis) secara khusus sebagai kebutuhan program pengajaran. Tokoh-tokoh seperti Rd. Machyar Anggakusumadinata, Mang Koko, OK Jaman, Ujo Ngalagena, Nano. S dan lain-lain membuat buu-buku pelajaran seni suar dalam wujud kawih.

Kawih berkembang bukan pada wujud anggana saja, melainkan mulai berkembang pula pada bentuk-bentuk lain, yaitu dengan bentuk-bentuk paduan suara.

Kawih hadir “sejak” yang tersendiri. Hal ini bisa kita perhatikan dari pergelarannya, iringannya dan teknik bernyanyi termasuk didalamnya pemanis-pemanis. Laras-laras kawih dalam lagu-lagu remaja kebanyakan berlaras pelog dan madenda. Laras salendro terasa sangat jarang sekali. Hal ini banyak bersumber pada kreativitas para juru sangginya yang memang sangat jarang menciptakan lagu-lagu dalam laras salendro. Lagam kawih yang terdapat pada tembang yaitu pada lagu panambih (ekstra). Lagu panambih yaitu lagu tambahan setelah sekar irama merdeka, irama yang dipergunakan tandak. Perbedaan yang menyolok hanya soal surupan saja, dimana kalau tembang surupan rendah (da = G), sedangkan kalau lagam kawih semakin tinggi surupannya (da = A = 440 Hz).

(3) Ketuk Tilu

Lagu-lagunya kebanyakan berirama tandak. Cirri khas dari lagu ketuk tilu yaitu dalam iringannya serta melodi lagu yang melengking tinggi dengan warna suar penyanyi wanita yang lincah segar. Keunikan dari penampilan lagu ketuk tilu banyak diwarnai pula dengan kehadiran senggak. Ketuk tilu tanpa senggak rasanya sepi sekali. Keakraban ini telah menjalin suatu warna yang khas yang memberikan warna kemeriahan dan suasana pedesaan (lembur). Senggak yaitu suara manusia yang tidak beraturan sebagai meramaikan suasana.

Laras-laras yang dipergunakan dalam lagu ketuk tilu kebanyakan laras salendro. Sangat sedikit sekali yang mempergunakanlaras pelog atau madenda. Laras salendro dipergunakan pada ketuk tilu, semarak membawa warna pedesaan, dimana lagu-lagu rakyat banyak dihias dengan warna-warna salendro. Lagu-lagu ketuk tilu buhun sampai sekarang tetap lestari, tetapi dalam perkembangan akhir-akhir ini banyak lagu-lagu ketuk tilu yang diubah larasnya ke dalam laras degung dan sekaligus diiringi gamelan degung. Tentu saja dalam penjiwaannya kurang berlandaskan karena lingkungan degung dan ketuk tilu jauh berbeda. Tetapi karena beberapa hal, ditengahnya rumpaka, teknik menyanyikan, surupan sudah sedemikian rupa diolah ke dalam wujud kawih, maka tidak jarang orang menganggap seolah-olah lagu itu merupakan ciptaan baru. Nama-nama lagu ketuk tilu yang populer dan terkenal sampai sekarang, selang lain : Polostomo, Geboy, Gaya, Cikeruhan, Bardin.

Penyanyi ketuk tilu hadir keistimewaan tersendiri, yaitu mereka mesti bisa bernyanyi sambil menari (panggilannya disebut; Ronggeng). Pokok lagu-lagu ketuk tilu banyak mengetengahkan sindiran-sindiran cinta atau pikatan supaya “seseorang” mmberi imbalan materi. Dahulu penyanyi ketuk tilu biasa disebut Ronggeng/Doger. Istilah ini sekarang jarang dipakai, mungkin karena sebutan itu sendiri sedikit berbau/menyerempet kelola susila moral tertentu

Contoh tulisan lagu ketuk tilu

(4) Lagu Indria

Biasa pula disebut sekar dolanan atau lagu dolanan sebagai anak-anak. Secara tradisi lagu-lagu anak banyak terungkap dalam lagu-lagu kaulinan urang lembur. Lagunya dinamis dan sangat dekat dengan gerak. Bahkan dari keakraban itu sendiri berkembang menjadi permainan anak-anak. Pada kesenggangan sore hari, mereka berkumpul, bernyanyi dan melakukan permainan. Lagu-lagu yang terkenal seperti Cing cangkeling, Perepet Jengkol, Sasalimpetan, Slep Dur dan lainnya, kebanyakan berlaras Salendro.

Pada perkembangan berikutnya, lagu anak-anak banyak yang merupakan sanggian-sanggian baru. Laras-laras yang dipergunakan sudah tidak lagi dominant oleh laras salendro saja, tetapi pelog, madenda dan degungpun masuk didalamnya. Bahkan dari banyak buku-buku nyanyian yang pernah diterbitkan, kebanyakan berupa lagu anak-anak, seperti: Kawih Murangkalih, Sari Arum sanggian Rd. Machyar Anggakusumadinata, Resep Mamaos, Taman cangkurileung, Seni suara Sunda, Sekar Mayang, Bincarung sanggian mang Koko, Sekar Ligar kumpulan uUo Ngalagena. Tercatat khusus sebagai cara lagu kawih anak-anak, Mang Koko membuat Yayasan Cangkurileung yang anggota-anggotanya terdiri dari murid-murid sekolah dasar dan lanjutan di seluruh Jawa Barat, setelah mang Koko berpulang cara di sekolah-sekolah dasar dan lanjutan menjadi menjadi kurang.

Beberapa cirri tertentu dari lagu anak-anak, selang lain:

A. Melodi dan Ritme yang sederhana

B. Jangkauan interval suara dan tinggi rendah nada yang terbatas

C. Tema lagu yang banyak berpandangan pada kehidupan anak-anak, seperti permainan, kebersihan, sopan santun dan lain-lain.

Khusus sebagai lagu-lagu permainan Mang Koko dan MO Koesman mengolah secara khusus dalam buku Taman Bincarung dengan laras yang dipergunakan salendro. Dalam buku ini selain mereka berupaya bisa lagu juga diajarkan teknik permainan yang bersumber dari tema lagu. Istilah yang dipakai disebut Gerak Indriya Bincarung.

Selain bentuk-bentuk kawih dalam lagu anak-anak, juga lagu pupuh yang berjumlah 17, diajarkan sbg dasar-dasar tembang Sunda. Kebanyakan pupuh-pupuh itu dalam wujud rancagan, gunanya tidak banyak diberi variasi seperti halnya lagu-lagu tembang lainnya.

Contoh tulisan lagu Indriya:

(5) Lagu-Lagu Rakyat

Lagu yang telah merakyat dan populer di masyarakat. Masalahnya sekarang akan batas kurun masa. Umpamanya berapa tahun lagu itu bisa digolongkan sbg lagu rakyat. Memang diketahui bahwa kebanyakan lagu-lagu rakyat anonim dan telah lama hidupnya. Hadir pula yang diketahui pengarangnya, diketahui populernya lagu itu dan sekarang telah menjelma menjadi sebutan lagu rakyat. Dengan demikian, kurun masa sebagai pengertian lagu-lagu rakyat bukan merupakan suatu jaminan karena banyak lagu-lagu yang telah lama justru hilang dan tidak diketahui oleh umum.

Kebanyakan lagu-lagu rakyat hidup di kalangan lagu anak-anak. Lagu ini seiring dengan gerak-gerak permainan. Lagu-lagu rakyat kebanyakan semakin sederhana, tidak berliku-liku dalam melodinya. Sifatnya spontan. Gambaran lagu kalau dilihat dari tema-temany yaitu permainan, tingkah laku seseorang, perjuangan dan lain-lain. Dalam beberapa hal sering didapati bahwa kata-katanya itu tidak diketahui/dimengerti. Lagu-lagu rakyat Sunda banyak yang tidak diketahui maksudnya. Bahkan generasi sekarang hanya mengenal lagunya saja, tanpa mengetahui pokok dari kata-katanya.

Di kota-kota mulia lagu-lagu rakyat itu sudah sangat jarang diketahui oleh anak-anak. Mungkin dalam beberapa hal mereka merasa asing. Kalaupun hadir, mereka mendengar dari hasil rekaman yang telah banyak diolah ke dalam tangga nada diatonis. Apa yang sering dikumandangkan oleh remaja-remaja sekarang tentang lagu rakyat pengolahannya sudah diatonis. Dari penampilan mereka terkadang dirasakan menjadi sangat asing, karena interpretasi mereka terhadap lagu rakyatnya sudah sangat lain sekali. Kelainan mereka itu mungkin karena dua hal. Pertama karena tangga nadanya sudah diatonis, kedua karena mereka hanya tahu dari mulut ke mulut tanpa mempelajari secara khusus dengan pengertiannya sekaligus.

Lagu-lagu rakyat yang masih populer hingga sekarang selang lain: Cing cangkeling, Ayang-ayang gung, Pacublek-cublek uang, Ambil-ambilan, Sorban Palid, Es Lilin, Warung Pojok dan lain sbgnya...

Kebanyakan dari lagu-lagu rakyat yang sempit hubungannya dengan gerak-gerak dan permainan, mempergunakan laras salendro, sedangkan beberapa lagu yang sebenarnya tidak sempit dengan permainan mempergunakan laras pelog atau madenda.

Lagu-lagu rakyat akan terus berkembang selama para kreatornya terus berkreasi. Hanya mungkin dari sekian banyak ciptaannya paling-paling hanya beberapa buah saja yang akan sangat populer dan merakyat di masyarakat. Contohnya lagu Es Lilin dan Warung Pojok yang bisa menembus sebagai diakui sbg lagu rakyat (Lagu-lagu ini diketahui penciptanya).

(6) Lagu Pupujian

Lagu hadir wujud syair hadir intinya tentang pengajaran agama Islam, nasihat, puji kepada Allah, salawat sebagai serta do’a, Lagu pupujian tanpa menggunakan iringan sering dibawakan di masjid atau madrasah, biasa sebelum dilaksanakan shalat, ceramah dan cara lainnya. Masa ini lagu-lagu pupujian berbahasa Sunda (Tagoni, Qasidah) telah berkembang pesat dengan wujud dan nama yang baru seperti “Nasyid”, penyajiaanya tidak hanya di masjid atau madrasah, tetapi telah pula ditempat-tempat keramaian, termasuk dalam perayaan keagamaan, khitanan, pernikahan dan lain sbgnya. Mang Koko dengan Rumpaka dari RAF banyak membuat lagu-lagu Pupujian ini, seperti lagu Hamdan, Ajilu, Shalawat Bani Hasim, dsb-nyanya.

Penyajian Sekar

Berlandaskan kepada penyajiannya, sekar dapat dibagi menjadi: Anggana Sekar, Rampak Sekar, Layeutan Suara, Sekar Catur, Drama Suara.

3.1. Anggana Sekar

Sekar yang dibawakan oleh satu orang. Penyanyi sekar secara dapat berdiri sendiri ini berjenis-jenis namanya; dalam Tembang disebut Juru Mamaos atau Penembang, dalam kawih biasa disebut juga Juru Sekar/Juru Kawih, dalam kiliningan biasa disebut Sinden, dan pada Ketuk Tilu Buhun disebut Ronggeng. Nama-nama itu yaitu nama-nama yang dapat berdiri sendiri dan kebanyakan ditujukan kepada penyanyi wanita. Penyanyi pria semakin dikenal dengan sebutan Wira Swara.

Lagu-lagu klasik kebanyakan bersifat anggana, jarang sekali dibawakan secara bersama, kecuali telah mendapat sentuhan kreatifitas sebagai disajikan menjadi wujud lain. Keistimewaan lagu-lagu anggana yaitu kebebasan dalam berimprovisasi, terutama dalam pengisian mamanis/ornament/dongkari. Makin tinggi teknik-teknik dalam pengolahan sekar, maka makin semaraklah lagu itu. Tentu saja dalam beberapa hal mesti diperhatikan adu manisnya supaya dalam mengolah lagu itu tidak menjadi amat sangat.

3.2. Rampak Sekar

Nyanyian yang sama dalam satu tahap suara dibawakan bersama-sama. Rampak Sekar sangat populer pada lagu-lagu Kawih. Lingkungan yang banyak mengetengahkan lagu-lagu rampak sekar yaitu para pelajar. Hal ini sebenarnya berlanjut dari system klasikal dalam pelajaran bernyanyi di kelas. Sebelum mengenal istilah rampak sekar (Rampak=Bersama, Sekar=Nyanyian) terlebih dahulu dikenal istilah Panembrama. Pada dasarnya rampak sekar maupun panembrama sama saja. Lagu yang dibawakan satu tahap suara. Perbedaan hanya terletak pada pemilihan lagu-lagunya. Dalam Panembrama jiwa lagunya kebanyakan mengambil lagu-lagu yang hadir sikap yang dibuat anca, pokok rumpakanya menggambarkan kegembiraan, ucapan selamat kepada para tamu dan maksud dari diselenggarakan pergelaran. Lagunya ditengahnya Kadewan.

Dalam rampak sekar tema lagu dan sanggiannya semakin berpariasi, bisa bernafaskan kepahlawanan, cinta tanah cairan, keindahan dunia dan lain sbgnya. Istilah Karatagan (Mars) sering dipergunakan mengawali judul lagu sebagai menggambarkan tema kepahlawanan.

Rampak Sekar kebanyakan diiringi dengan waditra Kacapi, apabila menggunakan iringan gamelan maka biasa disebut Gerongan.

Contoh tulisan lagu Rampak Sekar

3.3. Layeutan Swara

Karena pada mulanya rampak sekar itu merupakan lagu yang dibawakan dalam satu tahap suara saja, maka perkembangan kreasi baru terasa menuntut lain tentang pengertian ini. Apa yang diceritakan rampak sekar sekarang sudah tidak lagi mengetengahkan satu tahap suara saja, tetapi sudah berkembang menjadi dua tahap, tiga tahap bahkan empat tahap suara. Sebagai wujud penyajian lagu yang demikian maka lahirlah istilah Layeutan Suara. Istilah ini banyak dipopulerkan oleh kreasi-kreasi Mang Koko. Layeutan Suara identik dengan istilah Paduan Suara dalam musik.

Banyak peserta layeutan suara dapat berjumlah dari 10 orang sampai 30 orang. Banyak itu tidak tetap, bisa dikembangkan menurut kebutuhannya. Pada perkembangan sekarang, lagu-lagu Sunda sudah bisa diutarakan dalam suatu aubade, dimana banyak penyanyinya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Sebagai istilah layeutan suara, Pak Machyar Anggakusumadinata menyebutnya dengan istilah Pra Lagam (banyak lagamnya). Contoh:

3.4. Sekar Catur

Lagu yang dibawakan secara berdiskusi disebut Sekar Catur (Sekar=nyanyian, Catur=ceritera, obrolan). Wujud seperti ini sangat sangat banyak. Pada lagam sindenan, lagam kawih, lagu sekar catur ini sangat dikenal sekali. Begitu pula pada wujud jenaka Sunda. Para kanca Indihiang pimpinan Mang Koko pada tahun empat puluhan menjadi pelopor dalam pengembangan wujud lagu-lagu sekar catur.

Wujud lagu Sekar Catur ini kebanyakan hadir tema masalah. Masalahnya dapat diambil dari kehidupan sehari-hari, problem suami istri, percintaan atau kritikan-kritikan terhadap kepincangan yang hadir di masyarakat. Ungkapan lagu yang dinyanyikan dalam tekniknya mempergunakan jalur Sekar Biantara, gunanya nyanyian yang dinyanyikan dalam lagam berkata, jadi fungsi pemanis-pemanis lagu tidak terlalu menonjol karena beberapa hal kejelasan kata-kata dalam lagu sangat penting sekali.

Contoh tulisan lagu Sekar Catur:


3.5. Drama Suara

Ceritera yang dibawakan dengan media suara sbg penghantarnya. Drama Suara ini semakin dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Gending Karesmen. Berbeda dengan wujud lagu sekar catur, maka dalam wujud drama swara sekar atau vocal secara langsung mendominasi ungkapan yang akan diutarakan kepada penontonnya.

Dalam drama suara, sekar mempergunakan berbagai laras. Transposisi dan modulasi sangat kaya sekali dalam wujud ini. Juru Sekar dituntut kemampuan yang semakin sbg pemain drama suara. Selain hadir suara yang baik, dituntut pula kemampuan “pemeranan” (gerak, acting, menari, menghapal naskah, dan sebagainya).

Seluruh wujud sekar dapat diutarakan dalam wujud drama suara, baik tembang, kawih, ketuk tilu maupun sindenan. Tetapi hadir pula drama suara yang hanya mengetengahkan salah satu wujud sekaran saja, misalnya drama suara dalam media tembang. Namun hadir beberapa kekurangan yang mesti diperhatikan apabila drama suara hanya mengambil wujud tembang saja yaitu:

(1) Lagam dialog yang terlalu mementingkan mamanis, sehingga hadir akhir suatu peristiwa kurang terarah pada tema ceritra atau ungkapan dialog itu sendiri sebagai diketahui maksudnya.

(2) Takaran jiwa tembang yang telah mengendap secara khusus. Dalam hal ini sering terjadi pemerkosaan terhadap jiwa lagu dari tembang itu sendiri karena kebutuhan dialog yang diungkapkan.

(3) Surupan yang terlalu rendah dan motif lagu yang monoton kurang memberi suasana terhadap jalur ceritera yang diutarakan. Hal ini akan terasa pada nafas-nafas kemarahan yang terkadang kurang terjangkau oleh tembang.

Drama suara yang baik sebenarnya cenderung sebagai disanggi secara khusus. Apabila akan menambahkan beberapa lagu tradisi atau wujud sekar lainnya, alangkah baiknya apabila jiwa lagu itu disesuaikan dengan kata-katanya. Drama suara merupakan cirri khas dari karawitan daerah Sunda (Jawa Barat)

Karawitan Sekar Gending

Karawitan Sekar Gending yaitu salah satu wujud kesenian yang dalam penyajiannya terdapat unsur gabungan selang karawitan sekar dan gending

Pengertian dari karawitan itu sendiri secara khusus dapat diartikan sbg Seni Musik Tradisional yang terdapat di seluruh wilayah etnik Indonesia.

Penyebaran seni karawitan terdapa di Pulau Jawa, Sumatra, Madura dan Bali. Karawitan memperagakan alat musik bernama gamelan, sbg contoh Gamelan Pelog/Salendro, Gamelan Cirebon, Gamelan Degung dan Gamelan Cianjuran (untuk wujud sajian ensemble/kelompok). Dalam prakteknya, karawitan biasa dipergunakan sebagai mengiringi tarian dan nyanyian, tapi tidak tertutup kemungkinan sebagai mengadakan pementasan musik saja.


edunitas.com


Page 2

Karawitan adalah seni suara daerah baik vokal atau instrumental yang hadir klarifikasi dan perkembangan dari daerahnya itu sendiri. Karawitan di bagi 3, yaitu :

  • Karawitan Sekar,
  • Karawitan Gending,
  • Karawitan Sekar Gending.

Sebelum merambah pada penjelasan pembagian tiga jenis karawitan ini, perlu diketahui bahwa deskripsi karawitan berikut ini semakin difokuskan pada Karawitan Sunda.

Karawitan Sekar

Karawitan Sekar merupakan salah satu wujud kesenian yang dalam penyajiannya semakin mengutamakan terhadap unsur vokal atau suara manusia. Karawitan sekar sangat mementingkan unsur vokal.

Karawitan Gending

Karawitan Gending merupakan salah satu wujud kesenian yang dalam penyajiannya semakin mengutamakan unsur instrumental atau alat musik. KARAWITAN VOKAL/SEKARAN

Pengertian

Yang dimksud dengan karawitan vokal atau semakin dikenal dalam karawitan Sunda dengan istilah Sekar ialah seni suara yang dalam substansi dasarnya mempergunakan suara manusia. Tentu saja dalam penampilannya akan berbeda dengan berkata biasa yang juga mempergunakan suara manusia. Sekar merupakan pengolahan yang khusus untuk menimbulkan rasa seni yang sangat sempit berkomunikasi langsung dengan indra pendengaran. Dia sangat sempit bersentuhan dengan nada, bunyi atau alat-alat pendukung lainnya yang selalu dekat bertdampingan

Pada kehidupan orang Sunda pada masa lalau sejak mereka lahir secara tidak langsung telah didekatkan dengan alunan sekar. Sejak mereka lahir sang ibu menimang, meninabobokan dengan menggunakan sekar. Dalam mengajak melakukan permainan, dalam tahap-tahap mulai berupaya bisa berkata, berupaya bisa berjalan, sekar sangat sering didengarkan oleh orang tua atau pengasuhnya. Itulah karenanya lagu-lagu dalam meninabobokan atau ngayun ngambing anak selalu populer dari masa ke masa, dalam guna kelestariannya terlihat karena selalu diterapkan dari generasi ke generasi.

Seperti telah diterangkan di atas, sekar berkedudukan yang tersendiri dalam kehidupan karawitan, walaupun pada dasarnya sekar berbeda dengan berkata biasa, sekar sangat tidak jauh bahkan terkadang sangat dominant dengan lagam berkata atau dialek. Dialek Cianjur, Garut, Ciamis, Majalengka dalam mengungkapkan dialog seringkali seolah-olah bermelodi seperti bernyanyi. Oleh karena kesan dialek yang sangat sempit itulah agaknya banyak orang luar daerah Sunda yang secara tidak langsung menyebutkan bahwa cara berkata orang Sunda seperti bernyanyi. Memang sempit dengan penggunaan kata-kata di dalamnya tetapi kata-kata dalam sekar telah diolah sedemikian rupa sehingga berbentuklah penampilan secara utuh menjadi sebuah komposisi lagu. Dengan demikian, jelaslah bahwa kata dalam posisi sekar merupakan salah satu alat pengungkap masalah atau tema yang diutarakan. Kata yang sama dapat diungkapkan dalam berbagai lagu/melodi, menurut kehendak rasa seni si pencipta itu sendiri. Akan tetapi tanpa disadari bahwa terkadang dalam kehidupan sekar tidak selalu dipergunakan kata secara utuh, sering terdengar suara bunyi dijadikan lagu. Hal ini sering terjadi dalam lagu-lagu tertentu, misalnya hanya mempergunakan bunyi a saja atau nang neng nong atau hm dan lain-lain. Penggunaan kata yang tidak jelas sering didapati apabila bersenandung atau ngahariring/hariring.

Dari kesimpulan itu, dapatlah ditarik beberapa hal yang sangat sempit berkomunikasi dengan sekar, yaitu: Lagam berkata dialek adalah khas daerah tertentu dalam berkata sehari-hari yang dari ungkapannya dapat kita tarik satu garis melodi yang sangat sempit berkomunikasi dengan nada. Contoh dapat ditemukan dalam kata Punten, Masya Allah di daerah Cianjur. Khusus untuk lagam berkata ini dalam gending karesmen, sering ditemukan teknik bernyanyi dan lagu yang dipergunakan dalam dialog yang secara utuh mempergunakan lagam berkata. Hanya dalam pengungkapannya diterapkan lagam berkata. Jadi, dia berkata dalam nada. Sifatnya kebanyakan datar atau melengking tinggi. Lagu yang demikian dikenal dengan sebutan sekar biantara (nyanyian bicara). Dalam pergelaran wayang golek sangat terasa sekali dalam memerankan/antawacana tokoh-tokoh tertentu yang selalu mempergunakan lagu berkata, sangat terasa pula dalam nyandra.

Contoh kata-kata yang sangat lekat dengan lagu dalam lagam berkata selang lain:

a) Pun……ten

b) Sorangan bae yeuh…….!

c) Tunjuk-tunjuk hey, sakali deui…hey!

Dalam pergelaran wayang golek, hal ini akan terasa pada tokoh Semar, misalnya pada biantara di bawah ini:

Aduh aduh ngeran

Sumangga ieu pelayan lurah Semar Kudapawana nyanggakeun sembah pangbakti

Ageung alit kalepatan mugia ngahapunten, Ngeran……...

Beberapa sebutan yang berkaitan dengan sekaran

1.1. Ngahariring (Senandung)

Sifat dari ngahariring kebanyakan dibawakan secara halus sekali, pemakaian kata dalam lagu semakin menonjol kata bunyi. Pengertian halus disini lain sekali dengan dinamika lagu. Halus dalam membawakan hariring adalah ruang lingkup dari sikap yang cenderung bernyanyi untuk diri sendiri. Ngahariring dalam kehidupan sehari-hari sangat sempit hubungannya dengan pengisi jiwa sambil bekerja. Ngahariring dapat bersifat improvisasi ataupun lagu yang telah hadir. Kata bekerja lain dari ngaharirirng adalah bersenandung dengan volume suara yang halus, lunak supaya penampilannya itu tidak berisik sehingga mengganggu orang lain. Sering pula hal ini terjadi bila seseorang sedang mempelajari lagu yang belum direbut. Suasana ngahariring timbul semakin cenderung dalam hadirnya gembira sambil bekerja. Dalam penampilannya, ngahariring dapat saja menjadi lain, hal ini tergantung dari kalimat yang dipergunakan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ngahariring adalah bernyanyi hanya ungkapannya semakin dalam untuk diri sendiri atau dengan kata lain kesannya semakin subjektif.

1.2. Ngahaleuang

Pada dasarnya ngahaleuang berfaedah bernyanyi. Haleuang berfaedah nyanyian/sekar. Kalau dilihat dari sifat penyajiannya ngahaleuang terasa semakin membuka, semakin keluar dan lantang. Jadi, pengaruh terhadap surupan itu sendiri sangat kuat sekali. Lagu-lagu Tembang sangat jarang ditafsirkan sbg ngahaleuang. Dilihat dari tempo lagu, kebanyakan istilah ngahaleuang banyak mempergunakan tempo sedang.

1.3. Galindeng

Kata Galindeng sempit sekali dengan sekar, bahkan sering sekali menunjukan guna suara dari seorang penyanyi yang kebanyakan semakin tepat pada suara-suara yang empuk, halus. Ngagalindeng gunanya suara (nyanyian) yang dibawakan secara penuh perasaan, terutama pada suara-suara (bagian melodi) yang penuh dengan mamanis (kembangan-kembangan)

1.4. Babaung

Penempatan kata babaung adalah tahap kata yang kasar untuk bernyanyi. Kebanyakan kalau suaranya tidak enak atau membetulkan supaya nyanyiannya diterapkan yang jadi. Itu pun terbatas pada kelakar atau sindiran tertentu saja, diterapkan pada orang yang semakin muda atau sesama yang sudah dekat.

1.5. Kakawihan dan Tetembangan

Walaupun pada dasarnya Tembang dan Kawih berbeda lagam, pengertian kakawihan dan tetembangan hadir guna yang sama. Kakawihan atau Tetembangan ialah menyanyikan lagu dengan cara-cara seenaknya, cenderung mengisi suasana untuk diri sendiri. Sbg contoh ketika sedang mandi, sedang berdandan, memperagakan pekerjaan dan lain-lain. Lagunya yang telah hapal atau sering pula diberi improvisasi-improvisasi spontan.

Pembagian Sekar Menurut Wujud

Menurut wujud ditinjau dari penggunaan irama, karawitan sekar dibagi dua bagian mulia yaitu : Sekar Irama Merdeka (bebas irama) dan Sekar Tandak (ajeg, tetap)

2.1. Sekar Irama Merdeka

Yang dimaksud dengan sekar irama merdeka ialah sekar (vokal, nyanyian) yang dalam membawakan lagunya tidak terikat oleh irama. Panjang pendeknya dalam membawakan lagu, terutama pada bagian-bagian frase lagu (kenongan, goongan) tidak terikat menurut keinginan juru sekar itu sendiri. Walaupun demikian, bukan berfaedah bahwa kebebasan itu bisa berlanjut panjang tanpa ketukan sama sekali, ketukan masih tetap hadir, hanya sifatnya semu yang bersatu dalam ungkapan perasaan pada saat membawakan lagunya. Para tokoh tembang semakin cenderung menyebutnya dengan istilah wirahma.

Lagu-lagu yang dibawakan sekar irama merdeka kebanyakan bersifat lagu anggana (solo) dengan melodi lagu yang masih bisa dikembangkan oleh pribadi-pribadi penyanyi terutama dalam menghias mamanis-mamanisnya. Mamanis-mamanis itu akan terasa pada senggol-senggol atau pedotan kenongan dan goongan lagu. Dikenal beberapa istilah seperti : Leot, Cacag, Galasar, Reureueus, Gedag dan lain-lain.

Materi-materi sekar yang terdapat pada golongan sekar irama merdeka selang lain: Tembang, Beluk, Kakawen.

2.1.1. Tembang

Tembang Sunda sangat populer sekali dalam masyarakat Sunda. Tembang Sunda dikenal sbg musik kamar (kamermuziek). Cirri khas dalam iringan tembang Sunda adalah iringan kacapi sulingnya. Pada awalnya Tembang Sunda hidup dalam lingkungan menak-menak (elite). Pokok ungkapan yang diutarakan dalam tembang Sunda ditengahnya tentang:

a. Sanjungan terhadap leluhur, terutama pada kejayaan dan “tilemnya” kerajaan Pajajaran

b. Keindahan-Keindahan dunia Priangan

c. Ungkapan percintaan. Tema percintaan yang diutarakan banyak gambaran tentang seseorang yang jatuh cinta atau merasa sakit hati karena dikhianati cintanya.

Tembang sangat sempit bersentuhan dengan kesusatraan. Satu hal yang paling menojol adalah Pupuh. Hadir beberapa gagasan bahwa kehadiran dan perkembangan tembang banyak tali-temalinya dengan pengaruh pupuh yang masuk pada seratus tahun Mataram dahulu. Walaupun demikian, banyak pula yang tidak mempergunakan pupuh sbg “ugeran” (patokan) untuk rumpakanya (syair lagu), yaitu dengan mempergunakan wujud papantunan. Bahkan pada perkembangan sekarang, tidak menutup kemungkinan menggunakan sajak-sajak tidak terikat. Dari kekebasan penggunaan rumpaka atau iringan, terbetiklah wujud lain yang semakin bersifat style (gaya), ditengahnya dikenal dengan nama-nama: Papantunan, Jejemplangan, Rarancagan. Sedangkan lagam-lagam dari Tembang Sunda diketahu hadir Lagam Cianjura, Ciawian, Cigawiran, Garutan, Sumedangan.

Memang demikianlah bahwa nama daerah itu kesudahannya yang menjadi nama dari lagam-lagam itu. Kalau kita lihat dari penyajian karawitan memang terdapat kebedaan-kebedaan yang cukup menyolok. Misalnya saja selang wujud Cianjuran dan Ciawian. Perbedaannya banyak pula dipengaruhi oleh penggunaan laras. Cianjuran kebanyakan berlaras pelog, sedangkan Ciawian banyak mempergunakan laras salendro. Hal lain banyak terletak pada interpretasi ungkapan lagu. Sekaligus membedakan dalam menaruh unsure-unsur mamanis didalamnya.

Kalau masyarakat luas banyakan mengenal Tembang Cianjuran tentunya bukan berpijak pada nilai-nilai yang terkandung dalam kedua lagam itu, tetapi dari histories penyebarannya, lagam Cianjuran ternyata semakin lebih luas. Sampai-sampai hadir keinginan untuk menyebut tembang Sunda itu sbg tembang Cianjuran saja.

Beberapa nama lagu dalam Tembang Sunda: Papatet, Mupu Kembang, Jemplang Titi, Liwung, Asmarandana Degung, Jemplang Karang dan lain-lain.

Dalam sekar tembang Sunda Cianjuran, yang menjadi ciri utamanya adalah ornamentasi atau dongkari. Dongkari adalah teknik menghasilkan suara yang diolah dengan cara tertentu guna memberikan mamanis pada lagu. Dalam praktik vokal tembang Sunda Cianjuran, posisi dongkari sangat penting karena merupakan dasar utama bagi vokal tembang Sunda Cianjuran. Oleh karena itu, materi ini perlu diberikan terlebih dahulu sbg dasar pijakannya. Apabila seluruh dongkari ini sudah dapat direbut dengan baik, maka untuk mempelajari lagu-lagu selanjutnya tidak akan sukar. Sekurang-kurangnya, dongkari dalam vokal tembang Sunda Cianjuran terdiri dari 17 jenis yaitu: riak, reureueus, gibeg, kait, inghak, jekluk, rante/beulit, lapis, gedag, leot, buntut, cacag, baledog, kedet, dorong, galasar, dan golosor. Untuk semakin jelasnya, ketujuh belas dongkari tersebut adalah sbg berikut.

2.1.1.1. Riak

Menurut Kamus Umum Basa Sunda, riak gunanya nimbulkeun cahaya nu siga ombak-ombakan (menimbulkan cahaya seperti gelombang). Sedangkan menurut Bakang Abubakar, istilah riak sama dengan istilah ombak banyu yang gunanya gelombang cairan (Sarinah l994:121). Adapun teknik penyuaraan dongkari riak yaitu mengeluarkan getaran suara pada nada yang tetap yang menyerupai gelombang cairan. Getaran suara dikeluarkan tanpa tekanan, tetapi secara halus tanpa terputus. Contoh: 5 gunanya nada 5 (la) dibunyikan dengan halus tanpa terputus menyerupai gelombang cairan. Untuk semakin jelasnya dapat dilihat pada lagu Papatet baris pertama, yaitu:

5 . 5 . 5 5 . 5 54 5 . 5451 2
Pa- ja - jaran ka-ri nga- ran

2.1.1.2. Reureueus

Reureueus pada umumnya dipergunakan oleh para penembang untuk menamakan seluruh jenis dongkari dalam tembang Sunda Cianjuran. Namun istilah reureueus yang dipergunakan Euis Komariah hadir pengertian yang berbeda. Reureueus adalah salah satu jenis dongkari yang pada prinsipnya sama dengan riak. Sedikit yang membedakannya yaitu teknik penyuaraan pada dongkari riak tidak mendapat tekanan, sedangkan teknik penyuaraan reureueus yaitu getaran suara yang dikeluarkan pada nada yang tetap mendapat tekanan. Contoh: 5, dan untuk semakin jelasnya dapat dilihat pada lagu Papatet baris kedua, contoh:

2 15 5 . 5554 3451 2 15 5 22 2 . 2 15
Pangra- ngo geus narik ko- lo - t

2.1.2.3. Gibeg

Gibeg menurut Kamus Umum Basa Sunda gunanya yaitu ngobahkeun awak ka gigir make tanaga sarta rikat (menggerakkan badan ke samping dengan gerak cepat). Teknik penyuaraan dongkari gibeg yaitu mengeluarkan suara pada nada yang tetap disertai tekanan, dan diterapkan dengan gerak cepat seolah-olah digibegkeun. Sbg contoh dapat dilihat pada frase pembuka lagu wanda papantunan, sbg berikut:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu - eung diajar lu- deu- ng

2.1.2.4. Kait

Kait gunanya sama dengan nyangkol yaitu menempel keras karena lilitan tali. Dalam istilah dongkari tembang Sunda Cianjuran, istilah kait mengandung pengertian yaitu gabungan dua buah nada dari nada tinggi ke nada rendah di mana nada pertama dongkari kait menempel/sama dengan nada sebelumnya, akhir diikuti oleh satu nada yang semakin rendah. Teknik penyuaraannya yaitu bunyi terakhir dari suku kata yang akan diikuti oleh dongkari kait, dibunyikan kembali sbg jembatan untuk membunyikan suku kata berikutnya. Sbg contoh dapat dilihat pada frase pembuka lagu wanda papantunan, yaitu:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu - eung diajar lu- deu- ng

2.1.1.5. Inghak

Istilah inghak diambil dari peristiwa menangis yang diterapkan pada dongkari tembang Sunda Cianjuran. Teknik penyuaraannya yaitu pada saat membunyikan suku kata yang mengandung vokal huruf hidup (a, i, u, e, o), udara sedikit dikeluarkan dengan diberi tekanan sehingga menghasilkan suara yang bunyinya seperti /h/. Diusahakan posisi bibir tidak memperagakan usaha saat mengeluarkan udara. Contoh:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu - eung diajar lu- deu- ng

2.1.1.6. Jekluk

Dongkari jekluk yaitu gabungan dua buah nada dari nada rendah ke nada tinggi. Misalnya dari nada 1 ke 5, 4 ke 3. Sebelum membunyikan dongkari jekluk, senantiasa diawali oleh nada yang semakin rendah. Misalnya dari nada 1 ke nada 5, senantiasa diawali dengan nada 2. Dari nada 4 ke nada 3, senantiasa diawali dengan nada 5. Teknik penyuaraan dongkari jekluk mesti menggunakan tenaga perut. Contoh, pada lagu Papatet, baris kedua.

02 15 5 . 5554 3451 2 15 5 22 2 . 2 15 .
Pangra- ngo geus narik ko- lo - t
2.2.1.7. Rante/beulit

Dongkari rante/beulit yaitu gabungan dua buah nada atau semakin yang disuarakan dengan cara mengulang nada-nada tersebut sehingga menghasilkan suara yang bila digambarkan menyerupai wujud spiral atau rante. Contoh dongkari rante/beulit ini bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang yang dibawakan oleh A. Tjitjah pada baris kelima, sbg beriku:

02 15 5 . 4545 4 51 . 2 2 15 5 2 2 2 321
Nya cada - s cada - s ha -re- ra- ng

2.1.1.8. Lapis

Dongkari lapis yaitu penyuaraan satu buah nada yang mengikuti nada sebelumnya. dongkari lapis ini seolah-olah mengulang lagi nada yang sudah dibunyikan oleh dongkari lain. Sbg contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris kedua yang dibawakan oleh Euis Komariah, sbg berikut:

03- 2 2 2 . 1 2 2 2 21 2 . 2 15 0
Tinggikan ba- ri re- rendenga - n

2.1.1.9. Gedag

Dongkari gedag yaitu menyuarakan satu nada yang tetap dengan mendapat tekanan. Nada tersebut seolah-olah disuarakan dua kali (diulang). Penempatan dongkari gedag senantiasa di awal kata. Sbg contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris pertama yang dibawakan oleh Euis Komariah, yaitu

02 2 . 2 2 . 2 2 2 . 12 0
Payung hiji ku dua - an

2.1.1.10. Leot

Dongkari leot yaitu gabungan dua buah nada, dari nada tinggi ke nada rendah misalnya dari nada 5 (la) ke nada 1 (da), nada 2 (mi) ke 3 (na), dst-nya. Contoh pada lagu Mupu Kembang baris pertama yaitu:

02 2 . 2 2 . 2 2 2 . 1 2 .
Payung hiji ku dua - an

2.1.1.11. Buntut

Dongkari buntut pada prinsipnya sama dengan dongkari lapis. Perbedaannya terletak pada penempatannya. Kalau dongkari lapis ditaruh di tengah kata dan senantiasa diikuti lagi dengan dongkari lainnya, sedangkan buntut diletakkan di kesudahan kata atau kalimat lagu (frase lagu) dan diikuti oleh satu nada yang semakin tinggi. Contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris keempat dan kelima, sbg berikut:

03- 2 2 . . 2 2 2 1212 2 1 . 5 5 . 54
Nya keusik - keusik ba-re - n-ti - k
02 15 5 . 5554 3451 2 2 15 5 2 2 2 . 21
Nya ca-da - s cada - s hare - ra - ng

2.1.1.12. Cacag

Dongkari cacag yaitu penyuaraan satu buah nada dengan teknik memberikan tekanan pada nada tersebut secara berulang-ulang dan tidak terputus-putus. Contoh dongkari cacag bisa dilihat pada lagu Jemplang Panganten baris ketujuh.

01 1 222 15 . 3 3 3 3454 23 3454
Kieu ka-ja-di-an- na - na

2.1.1.13. Baledog

Dongkari baledog yaitu gabungan dua buah nada yang disuarakan tanpa tekanan. Dongkari ini senantiasa diletakkan mengikuti dongkari lainnya seperti gibeg dan gedag. Sbg contoh bisa didengar pada lagu Mupu Kembang baris kedua, dan Randegan baris kedua yang dibawakan oleh Euis Komariah.

03- 2 2 2 1 2 2 2 212 . 2 15 0
Tinggikan ba- ri re- rendenga - n
0 3- 2 . 2 1 2 12 . 2 15 0 03-3- 2 3-2 . 2 1
Me -la-------k bako di ba - si - sir

2.1.1.14. Kedet

Dongkari kedet senantiasa diletakkan di kesudahan kalimat lagu yang berfungsi untuk madakeun (mengakhiri) lagu. Dongkari ini biasa dipergunakan dalam lagu wanda jejemplangan. Sbg contoh bisa dilihat pada frase lagu pembuka wanda jejemplangan berikut ini:

04 4 .4 4 4 34543454 32 . 2 23 . 5
birit leuwi peu - peunta - san

2.1.1.15. Dorong

Dongkari dorong pada dasarnya merupakan dinamika dari suara yang tidak mendapat tekanan menuju nada berikutnya dengan mendapat tekanan. Kebanyakan dongkari dorong selalu diikuti oleh reureueus. Untuk semakin jelasnya bisa dilihat pada lagu Jemplang Panganten baris kedua sbg berikut:

2 2 2 . 1 2222 15 0
Linta ----------------- ng salira anjeunna

Atau bisa juga dilihat pada lagu Jemplang Cidadap baris kelima sbg berikut:

02 2 2 2 . 1 2222 15 0
Dirungsi -----------------ng

2.1.1.16. Galasar

Dongkari galasar yaitu gabungan dua atau tiga buah nada yang disuarakan seperti diayun, tanpa terputus, dan mendapat tekanan. Sbg contoh dapat dilihat pada lagu Jemplang Cidadap baris pertama berikut ini:

4 3 3 3 3333 32 0 3 3454 23 3 3454 4
Alap-ala----------p nyorang tuna

Contoh lain dapat dilihat pada lagu-lagu wanda papantunan, misalnya pada frase pembuka lagu-lagu wanda papantunan berikut ini:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu --------------------ng diajar lu- deu- ng

2.1.1.17. Golosor

Dongkari golosor yaitu gabungan beberapa nada dengan teknik penyuaraan tanpa tekanan. Wilayah nadanya yaitu dari nada tinggi menuju ke nada rendah. Sbg contoh bisa dilihat pada lagu Rajamantri baris keenam, yaitu:

3 .2 34545 5
Hanja------kal saumur-umur

Contoh tulisan Lagu Tembang :

2.1.2. Beluk

Karawitan sekar beluk ini sudah langka sekali. Beluk semakin dikenal pada upacara selamatan 40 hari bagi bayi yang baru dilahirkan. Beluk sangat sempit dengan pergelaran nembang wawacan. Memang pada dasarnya kesenian beluk hanya menembangkan cerita dalam wawacan yang tersusun ceritanya dalam wujud puisi terutama pupuh. Wawacan adalah cerita yang disusun menggunakan pupuh dengan maksud untuk dinyanyikan atau didangdingkeun.

Teknik penyajian beluk dibantu oleh juru ilo. Juru ilo dalah orang yang membacakan cerita dalam wujud prosa (membaca biasa) yang ditujukan kepada penembang beluk untuk bahan kata-kata yang akan dinyanyikannya. Secara spontan dan penuh variasi, juru beluk menyanyikan kata-kata itu. Frekwensi nada yang dipergunakan adalah nada yang tinggi sehiingga semakin bijak melakukan permainan lagu dalam nada-nada yang tinggii makin tinggilah kemampuan ki juru beluk itu.

Teknik bersuara banyak mempergunakan nasal hidung (sengau). Kata-kata yang dinyanyikan sebenarnya kurang begitu jelas terucapkan karena yang semakin penting bagi pendengar adalah teknik-teknik bernyanyinya itu sendiri. Kalau mereka ingin tahu tentang kata-katanya, sebelum dinyanyikan telah diistilahkan secara jelas oleh juru ilo.

Beluk sudah dianggap sbg kesenian buhun (kolot, tua, lama). Penggunaan sekar irama merdekanya memberikan cirri yang tersendiri dari wujud kesenian rakyat karena kebanyakan lagu-lagu rakyat Pasundan banyak mempergunakan irama tandak (terikat)

Kalau dilihat dari penyajiannya, dimana hadir unsur cerita yang dinyanyikan, maka mungkin sekali dasar-dasar “gending karesmen” di dalam karawitan Sunda banyak berpijak dari perkembangan beluk dengan nembang wawacannya.

2.1.3. Kakawen

kakawen semakin dikenal sbg nyanyian ki dalang pada saat pergelaran wayang. Pokok kakawen ditengahnya banyak mengisahkan tentang pergantian ronde cerita, karakter tokoh wayang, kemarahan-kemarahan, kedatangan tamu dan kekuatan tokoh wayang dalam mengunggulkan dirinya, misalnya pada ajimat-ajimatnya atau kekuatan lainnya. Pada dasarnya kakawen banyak mempergunakan irama tidak terikat merdeka. Hanya pada bagian-bagian tertentu sajalah terdapat wujud yang tandak. Inipun masih tidak utuh karena perpaduan panjang pendeknya lagu masih tergantung kepada ki juru dalang itu sendiri.

Pengaruh kakawen masuk pula secara utuh pada Tembang Sunda lagam Cianjuran. Hanya namanya sudah bukan kakawen lagi melainkan dengan nama sebrakan. Sebrakan ini dinyanyikan setelah lagu dalam laras pelog dan sorog/madenda telah selesai atau disajikan secara khusus.

Motif-motif sekar irama merdeka pada pergelaran wayang dipergunakan pula oleh beberapa tokoh wayang tertentu yang dalam berkatanya dibawakan dengan lagu, seperti untuk tokoh Semar, Rahwana, Dursasana (patet yang dipergunakan patet Nem), Sangkuni, Togog, Narada (patet yang dipergunakan patet Manyura). Hal seperti ini disebut antawacana berlagu.

Dalam penyajiannya, kakawen dapat dibeda-bedakan menjadi

a. Murwa

Adalah sekaran permulaan yang dibawakan dalang dengan rumpaka/bahasa Kawi atau pujangga. (Kakawi-an menjadi Kakawen)

Pada prakteknya Murwa terbagi atas

(1) Murwa Umum

Murwa yang dapat dipergunakan untuk berjenis-jenis adegan/jejeran, seperti:

Dene utamaning nata

Berbudi bawa laksana

Lire berbudi mangkana

Lela legawa ing dria

Mulia denya paring dana

Anggeganjar saban dina

Lire kang bawa laksana

Anatepi pangandika

(2) Murwa Khusus

Murwa yang hanya dipergunakan khusus untuk suatu adegan/jejeran. Contohnya:

Lengleng ramya nikang, sasangka kum,enyar mangrenge rumning puri

Mangkin tanpa siring, haleb nikang umah, mas lwir nurub ing langit.

Tekwan sarwa manik, tawingnya sinawung sasat sekar sinuji

Ungwan Banowati ywuna amren lalangen nwang nata Duryudana

b. Nyandra

Prolog dalang yang menggambarkan situasi/keadaan sifat, watak, kelola hidup dan kehidupan raja dan masyarakatnya dengan segala yang digarapnya dan sbgnya, contoh:

Sri Nalendra ajujuluk ………(.nama raja yang bersangkutan dari suatu Negara)

Mila kinarya bubukaning carita

Jalaran nagri panjang punjung

Pasirwukir loh jinawi

Gemah ripah kerta raharja

c. Renggan

Sekaran dengan rumpaka yang bertemakan gambaran suatu hadirnya yang sedang dihadapi supaya semakin jelas dan semakin indah didengar, contoh:

Kayu Mulia babar wite

Samia rembel gogonge samia rogol yan pangrange

Sekar mekar ing galihe pandele si pandan arum

d. Sendon

Sekaran yang mempergunakan rumpaka untuk menggambarkan adegan sedih/kesedihan, contoh:

Rebeng rebeng cinanda layan kaherin

Wis pinandak perlambange

Perlambang simungkumi

2.2. Sekar Tandak

Sekar tandak ialah nyanyian yang terikat oleh ketentuan-ketentuan ketukan dan matra (wiletan, gatra). Dari ikatan ketukan dan matra-matra banyak berdampingan dengan irama lagu yang dipergunakan. Peraturan-peraturan itu sudah merupakan kaidah tersendiri dari wujud paduan tandak di selang sekar dan gending. Adapun lagu-lagu dalam ragam sekar tandak dapat kita ketahui sbg berikut.

(1) Sindenan

Kata Sindenan semakin dikenal pada pergelaran wayang dan kiliningan. Disebut sindenan karena yang membawakannya biasa disebut sinden (waranggana, penyanyi wanita). Lagu-lagu yang dibawakan banyak berpangkal pada wujud klasik dan tradisional. Walaupun demikian, kreasi-kreasi baru banyak pula dibawakan walaupun dalam beberapa hal telah sedikit berubah warnanya. Perubahan itu sebenarnya banyak dipengaruhi oleh teknik warna suara yang telah khas pada tiap pesinden. Kebanyakan lagu-lagu sinden adalah lagu anggana. Kalau hadir beberapa yang bersifat rampak kebanyakan bersifat kreasi saja. Dalam beberapa penampilan tertentu sindenan hadir lagam daerah tersendiri. Lagam itu semakin cenderung disebut pula sbg gaya (style). Hadir dua bagian mulia gaya dalam kepesindenan, yaitu: gaya Priangan dan gaya Kaleran.

Yang dimaksud dengan gaya Priangan adalah yang melingkupi daerah Bandung dan sekitarnya, termasuk Priangan Timur. Daerah kaleran ditengahnya daerah-daerah pesisir utara, seperti Cirebon, Subang dan Karawang.

Salah satu perbedaan yang paling jelas bila kita bandingkan dengan daerah Priangan adalah dalam senggol, dialek dan laras-larasnya. Mengenai hal laras, sindenan gaya Cirebon banyakan mempergunakan lagu laras pelog surupan sorog dengan patet Manyuro. Perbedaannya dengan gaya Karawangan banyak terletak pada dialek bahasa dan pada senggol-senggol yang semakin sederhana. Perbedaan dalam senggol terkenal dengan istilah buntut dan buntet. Priangan pada kesudahan lagu selalu panjang (buntut), sedangkan rata-rata pada senggol kaleran (Subang, Karawang) semakin pendek (buntet). Tetapi karena hadirnya pembauran, maka sekarang sudah sangat sukar dibedakannya karena baik Cirebon, Karawang maupun Subang sudah melihat Bandung sbg barometernya. Secara langsung mereka kehilangan kekhasannya. Sebaliknya gaya Prianganpun banyak pula hadir akhir suatu peristiwa pada gaya kaleran, terutama Karawang yang banyakan diwarnai dengan iringan tepak jaipongan.

Pada dasarnya lagu-lagu sinden banyak mempergunakan laras salendro. Lagu-lagu ageng yang pertama mereka pelajari kebanyakan lagu lagu ageng yang berlaras salendro. Mungkin hal ini disebabkan oleh beberapa gagasan di kalangan para nayaga yang menyebutkan bahwa salendro merupakan “rajana laras”

Satu hal yang tidak bisa dikesampingkan ialah lagu-lagu sindenan selalu diiringi dengan gamelan salendro. Walaupun dalam beberapa hal dibawakan lagu yang tidak berlaras salendro, pirigan (iringan) tetap menggunakan laras salendro dengan mengambil jalur tumbuk. Tumbuk ialah nada-nada yang sama dari laras yang berbeda. Nama-nama lagu sindenan selang lain : Macan Ucul, Senggot, Kulu Kulu Bem, Tablo, Gawil, Kawitan, Badaya, Papalayon Ciamis dan lain sbgnya

Contoh tulisan lagu sindenan:

(2) Kawih

Salah satu lagam dari khazanah seni suara Sunda. Pengertian kawih pada mulanya sama dengan sindenan, tetapi perkembangan memecah posisi yang berbeda selang kawih dan sindenan. Perbedaan itu bukan saja terletak pada pergelaran dan teknik-teknik bernyanyi saja, melainkan juga lingkunganna.

Menurut pengamatan yang bersumber pada buku Siksa Kandanf Karesian tahun 1518, masyarakat Sunda telah mengenal kawih dahulu sebelum tembang (pupuh) masuk pada seratus tahun Mataram (abad XVI). Cuplikan dari buku itu menyebut bahwa telah dikenal berjenis-jenis kawih, anatara lain:

Ø Kawih Tangtung

Ø Kawih Panjang

Ø Kawih Lalangunan

Ø Kawih Bongbongkaso

Ø Kawih Parerane

Ø Kawih Sisindiran

Ø Kawih Bwatuha

Ø Kawih Babatranan

Ø Kawih Porod Eurih

Ø Kawih Sasambatan

Ø Kawih Igel-igelan

Berbakat seni suara biasa disebut paraguna. Jelaslah bahwa lagam kawih jauh telah lama hidup dalam khazanah karawitan Sunda. Masalahnya sekarang bahwa hal yang tertera di atas hanya merupakan nama saja karena sudah sangat jarang sekali orang-orang yang tahu tentang lagu-lagu kawih yang diistilahkan tadi.

Lagu-lagu kawih banyakan berpandangan pada lagu-lagu perkembangan (kreasi baru), sedangkan pada lagu sindenan adalah lagu-lagu klasik dan tradisional. Memang yang paling menonjol sekarang pada kawih ialah segi perkembangan lagu-lagu barunya. Lagu-lagu itu banyakan memperagakan usaha pada lingkungan pendidikan dan kaum remaja tertentu. Hal-hal yang berkomunikasi dengan pendidikan, dimana lagu-lagu kawih banyak diciptakan oleh para juru sanggi (komponis) secara khusus untuk kebutuhan program pengajaran. Tokoh-tokoh seperti Rd. Machyar Anggakusumadinata, Mang Koko, OK Jaman, Ujo Ngalagena, Nano. S dan lain-lain membuat buu-buku pelajaran seni suar dalam wujud kawih.

Kawih berkembang bukan pada wujud anggana saja, melainkan mulai berkembang pula pada bentuk-bentuk lain, yaitu dengan bentuk-bentuk paduan suara.

Kawih hadir “sejak” yang tersendiri. Hal ini bisa kita perhatikan dari pergelarannya, iringannya dan teknik bernyanyi termasuk didalamnya pemanis-pemanis. Laras-laras kawih dalam lagu-lagu remaja kebanyakan berlaras pelog dan madenda. Laras salendro terasa sangat jarang sekali. Hal ini banyak bersumber pada kreativitas para juru sangginya yang memang sangat jarang menciptakan lagu-lagu dalam laras salendro. Lagam kawih yang terdapat pada tembang adalah pada lagu panambih (ekstra). Lagu panambih adalah lagu tambahan setelah sekar irama merdeka, irama yang dipergunakan tandak. Perbedaan yang menyolok hanya soal surupan saja, dimana kalau tembang surupan rendah (da = G), sedangkan kalau lagam kawih semakin tinggi surupannya (da = A = 440 Hz).

(3) Ketuk Tilu

Lagu-lagunya kebanyakan berirama tandak. Cirri khas dari lagu ketuk tilu adalah dalam iringannya serta melodi lagu yang melengking tinggi dengan warna suar penyanyi wanita yang lincah segar. Keunikan dari penampilan lagu ketuk tilu banyak diwarnai pula dengan kehadiran senggak. Ketuk tilu tanpa senggak rasanya sepi sekali. Keakraban ini telah menjalin suatu warna yang khas yang memberikan warna kemeriahan dan suasana pedesaan (lembur). Senggak adalah suara manusia yang tidak beraturan untuk meramaikan suasana.

Laras-laras yang dipergunakan dalam lagu ketuk tilu kebanyakan laras salendro. Sangat sedikit sekali yang mempergunakanlaras pelog atau madenda. Laras salendro dipergunakan pada ketuk tilu, semarak membawa warna pedesaan, dimana lagu-lagu rakyat banyak dihias dengan warna-warna salendro. Lagu-lagu ketuk tilu buhun sampai sekarang tetap lestari, tetapi dalam perkembangan akhir-akhir ini banyak lagu-lagu ketuk tilu yang diubah larasnya ke dalam laras degung dan sekaligus diiringi gamelan degung. Tentu saja dalam penjiwaannya kurang berlandaskan karena lingkungan degung dan ketuk tilu jauh berbeda. Tetapi karena beberapa hal, ditengahnya rumpaka, teknik menyanyikan, surupan sudah sedemikian rupa diolah ke dalam wujud kawih, maka tidak jarang orang menganggap seolah-olah lagu itu merupakan ciptaan baru. Nama-nama lagu ketuk tilu yang populer dan terkenal sampai sekarang, selang lain : Polostomo, Geboy, Gaya, Cikeruhan, Bardin.

Penyanyi ketuk tilu hadir keistimewaan tersendiri, yaitu mereka mesti bisa bernyanyi sambil menari (panggilannya disebut; Ronggeng). Pokok lagu-lagu ketuk tilu banyak mengetengahkan sindiran-sindiran cinta atau pikatan supaya “seseorang” mmberi imbalan materi. Dahulu penyanyi ketuk tilu biasa disebut Ronggeng/Doger. Istilah ini sekarang jarang dipakai, mungkin karena sebutan itu sendiri sedikit berbau/menyerempet kelola susila moral tertentu

Contoh tulisan lagu ketuk tilu

(4) Lagu Indria

Biasa pula disebut sekar dolanan atau lagu dolanan untuk anak-anak. Secara tradisi lagu-lagu anak banyak terungkap dalam lagu-lagu kaulinan urang lembur. Lagunya dinamis dan sangat dekat dengan gerak. Bahkan dari keakraban itu sendiri berkembang menjadi permainan anak-anak. Pada kesenggangan sore hari, mereka berkumpul, bernyanyi dan melakukan permainan. Lagu-lagu yang terkenal seperti Cing cangkeling, Perepet Jengkol, Sasalimpetan, Slep Dur dan lainnya, kebanyakan berlaras Salendro.

Pada perkembangan selanjutnya, lagu anak-anak banyak yang merupakan sanggian-sanggian baru. Laras-laras yang dipergunakan sudah tidak lagi dominant oleh laras salendro saja, tetapi pelog, madenda dan degungpun masuk didalamnya. Bahkan dari banyak buku-buku nyanyian yang pernah diterbitkan, kebanyakan berupa lagu anak-anak, seperti: Kawih Murangkalih, Sari Arum sanggian Rd. Machyar Anggakusumadinata, Resep Mamaos, Taman cangkurileung, Seni suara Sunda, Sekar Mayang, Bincarung sanggian mang Koko, Sekar Ligar kumpulan uUo Ngalagena. Tercatat khusus untuk cara lagu kawih anak-anak, Mang Koko membuat Yayasan Cangkurileung yang anggota-anggotanya terdiri dari murid-murid sekolah dasar dan lanjutan di seluruh Jawa Barat, setelah mang Koko berpulang cara di sekolah-sekolah dasar dan lanjutan menjadi menjadi kurang.

Beberapa cirri tertentu dari lagu anak-anak, selang lain:

A. Melodi dan Ritme yang sederhana

B. Jangkauan interval suara dan tinggi rendah nada yang terbatas

C. Tema lagu yang banyak berpandangan pada kehidupan anak-anak, seperti permainan, kebersihan, sopan santun dan lain-lain.

Khusus untuk lagu-lagu permainan Mang Koko dan MO Koesman mengolah secara khusus dalam buku Taman Bincarung dengan laras yang dipergunakan salendro. Dalam buku ini selain mereka berupaya bisa lagu juga diajarkan teknik permainan yang bersumber dari tema lagu. Istilah yang dipakai disebut Gerak Indriya Bincarung.

Selain bentuk-bentuk kawih dalam lagu anak-anak, juga lagu pupuh yang berjumlah 17, diajarkan sbg dasar-dasar tembang Sunda. Kebanyakan pupuh-pupuh itu dalam wujud rancagan, gunanya tidak banyak diberi variasi seperti halnya lagu-lagu tembang lainnya.

Contoh tulisan lagu Indriya:

(5) Lagu-Lagu Rakyat

Lagu yang telah merakyat dan populer di masyarakat. Masalahnya sekarang akan batas kurun saat. Umpamanya berapa tahun lagu itu bisa digolongkan sbg lagu rakyat. Memang diketahui bahwa kebanyakan lagu-lagu rakyat anonim dan telah lama hidupnya. Hadir pula yang diketahui pengarangnya, diketahui populernya lagu itu dan sekarang telah menjelma menjadi sebutan lagu rakyat. Dengan demikian, kurun saat untuk pengertian lagu-lagu rakyat bukan merupakan suatu jaminan karena banyak lagu-lagu yang telah lama justru hilang dan tidak diketahui oleh umum.

Kebanyakan lagu-lagu rakyat hidup di kalangan lagu anak-anak. Lagu ini seiring dengan gerak-gerak permainan. Lagu-lagu rakyat kebanyakan semakin sederhana, tidak berliku-liku dalam melodinya. Sifatnya spontan. Gambaran lagu kalau dilihat dari tema-temany adalah permainan, tingkah laku seseorang, perjuangan dan lain-lain. Dalam beberapa hal sering didapati bahwa kata-katanya itu tidak diketahui/dimengerti. Lagu-lagu rakyat Sunda banyak yang tidak diketahui maksudnya. Bahkan generasi sekarang hanya mengenal lagunya saja, tanpa mengetahui pokok dari kata-katanya.

Di kota-kota mulia lagu-lagu rakyat itu sudah sangat jarang diketahui oleh anak-anak. Mungkin dalam beberapa hal mereka merasa asing. Kalaupun hadir, mereka mendengar dari hasil rekaman yang telah banyak diolah ke dalam tangga nada diatonis. Apa yang sering dikumandangkan oleh remaja-remaja sekarang tentang lagu rakyat pengolahannya sudah diatonis. Dari penampilan mereka terkadang dirasakan menjadi sangat asing, karena interpretasi mereka terhadap lagu rakyatnya sudah sangat lain sekali. Kelainan mereka itu mungkin karena dua hal. Pertama karena tangga nadanya sudah diatonis, kedua karena mereka hanya tahu dari mulut ke mulut tanpa mempelajari secara khusus dengan pengertiannya sekaligus.

Lagu-lagu rakyat yang masih populer hingga sekarang selang lain: Cing cangkeling, Ayang-ayang gung, Pacublek-cublek uang, Ambil-ambilan, Sorban Palid, Es Lilin, Warung Pojok dan lain sbgnya...

Kebanyakan dari lagu-lagu rakyat yang sempit hubungannya dengan gerak-gerak dan permainan, mempergunakan laras salendro, sedangkan beberapa lagu yang sebenarnya tidak sempit dengan permainan mempergunakan laras pelog atau madenda.

Lagu-lagu rakyat akan terus berkembang selama para kreatornya terus berkreasi. Hanya mungkin dari sekian banyak ciptaannya paling-paling hanya beberapa buah saja yang akan sangat populer dan merakyat di masyarakat. Contohnya lagu Es Lilin dan Warung Pojok yang bisa menembus untuk diakui sbg lagu rakyat (Lagu-lagu ini diketahui penciptanya).

(6) Lagu Pupujian

Lagu berwujud syair hadir intinya tentang pengajaran agama Islam, nasihat, puji kepada Allah, salawat untuk serta do’a, Lagu pupujian tanpa menggunakan iringan sering dibawakan di masjid atau madrasah, biasa sebelum dilaksanakan shalat, ceramah dan cara lainnya. Saat ini lagu-lagu pupujian berbahasa Sunda (Tagoni, Qasidah) telah berkembang pesat dengan wujud dan nama yang baru seperti “Nasyid”, penyajiaanya tidak hanya di masjid atau madrasah, tetapi telah pula ditempat-tempat keramaian, termasuk dalam perayaan keagamaan, khitanan, pernikahan dan lain sbgnya. Mang Koko dengan Rumpaka dari RAF banyak membuat lagu-lagu Pupujian ini, seperti lagu Hamdan, Ajilu, Shalawat Bani Hasim, dsb-nyanya.

Penyajian Sekar

Berlandaskan kepada penyajiannya, sekar dapat dibagi menjadi: Anggana Sekar, Rampak Sekar, Layeutan Suara, Sekar Catur, Drama Suara.

3.1. Anggana Sekar

Sekar yang dibawakan oleh satu orang. Penyanyi sekar secara dapat berdiri sendiri ini berjenis-jenis namanya; dalam Tembang disebut Juru Mamaos atau Penembang, dalam kawih biasa disebut juga Juru Sekar/Juru Kawih, dalam kiliningan biasa disebut Sinden, dan pada Ketuk Tilu Buhun disebut Ronggeng. Nama-nama itu adalah nama-nama yang dapat berdiri sendiri dan kebanyakan ditujukan kepada penyanyi wanita. Penyanyi pria semakin dikenal dengan sebutan Wira Swara.

Lagu-lagu klasik kebanyakan bersifat anggana, jarang sekali dibawakan secara bersama, kecuali telah mendapat sentuhan kreatifitas untuk disajikan menjadi wujud lain. Keistimewaan lagu-lagu anggana adalah kebebasan dalam berimprovisasi, terutama dalam pengisian mamanis/ornament/dongkari. Makin tinggi teknik-teknik dalam pengolahan sekar, maka makin semaraklah lagu itu. Tentu saja dalam beberapa hal mesti diperhatikan adu manisnya supaya dalam mengolah lagu itu tidak menjadi amat sangat.

3.2. Rampak Sekar

Nyanyian yang sama dalam satu tahap suara dibawakan bersama-sama. Rampak Sekar sangat populer pada lagu-lagu Kawih. Lingkungan yang banyak mengetengahkan lagu-lagu rampak sekar adalah para pelajar. Hal ini sebenarnya berlanjut dari system klasikal dalam pelajaran bernyanyi di kelas. Sebelum mengenal istilah rampak sekar (Rampak=Bersama, Sekar=Nyanyian) terlebih dahulu dikenal istilah Panembrama. Pada dasarnya rampak sekar maupun panembrama sama saja. Lagu yang dibawakan satu tahap suara. Perbedaan hanya terletak pada pemilihan lagu-lagunya. Dalam Panembrama jiwa lagunya kebanyakan mengambil lagu-lagu yang hadir sikap yang dibuat anca, pokok rumpakanya menggambarkan kegembiraan, ucapan selamat kepada para tamu dan maksud dari diselenggarakan pergelaran. Lagunya ditengahnya Kadewan.

Dalam rampak sekar tema lagu dan sanggiannya semakin berpariasi, bisa bernafaskan kepahlawanan, cinta tanah cairan, keindahan dunia dan lain sbgnya. Istilah Karatagan (Mars) sering dipergunakan mengawali judul lagu untuk menggambarkan tema kepahlawanan.

Rampak Sekar kebanyakan diiringi dengan waditra Kacapi, apabila menggunakan iringan gamelan maka biasa disebut Gerongan.

Contoh tulisan lagu Rampak Sekar

3.3. Layeutan Swara

Karena pada mulanya rampak sekar itu merupakan lagu yang dibawakan dalam satu tahap suara saja, maka perkembangan kreasi baru terasa menuntut lain tentang pengertian ini. Apa yang diceritakan rampak sekar sekarang sudah tidak lagi mengetengahkan satu tahap suara saja, tetapi sudah berkembang menjadi dua tahap, tiga tahap bahkan empat tahap suara. Untuk wujud penyajian lagu yang demikian maka lahirlah istilah Layeutan Suara. Istilah ini banyak dipopulerkan oleh kreasi-kreasi Mang Koko. Layeutan Suara identik dengan istilah Paduan Suara dalam musik.

Banyak peserta layeutan suara dapat berjumlah dari 10 orang sampai 30 orang. Banyak itu tidak tetap, bisa dikembangkan menurut kebutuhannya. Pada perkembangan sekarang, lagu-lagu Sunda sudah bisa diutarakan dalam suatu aubade, dimana banyak penyanyinya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Untuk istilah layeutan suara, Pak Machyar Anggakusumadinata menyebutnya dengan istilah Pra Lagam (banyak lagamnya). Contoh:

3.4. Sekar Catur

Lagu yang dibawakan secara berdiskusi disebut Sekar Catur (Sekar=nyanyian, Catur=ceritera, obrolan). Wujud seperti ini sangat sangat banyak. Pada lagam sindenan, lagam kawih, lagu sekar catur ini sangat dikenal sekali. Begitu pula pada wujud jenaka Sunda. Para kanca Indihiang pimpinan Mang Koko pada tahun empat puluhan menjadi pelopor dalam pengembangan wujud lagu-lagu sekar catur.

Wujud lagu Sekar Catur ini kebanyakan hadir tema masalah. Masalahnya dapat diambil dari kehidupan sehari-hari, problem suami istri, percintaan atau kritikan-kritikan terhadap kepincangan yang hadir di masyarakat. Ungkapan lagu yang dinyanyikan dalam tekniknya mempergunakan jalur Sekar Biantara, gunanya nyanyian yang dinyanyikan dalam lagam berkata, jadi fungsi pemanis-pemanis lagu tidak terlalu menonjol karena beberapa hal kejelasan kata-kata dalam lagu sangat penting sekali.

Contoh tulisan lagu Sekar Catur:


3.5. Drama Suara

Ceritera yang dibawakan dengan media suara sbg penghantarnya. Drama Suara ini semakin dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Gending Karesmen. Berbeda dengan wujud lagu sekar catur, maka dalam wujud drama swara sekar atau vocal secara langsung mendominasi ungkapan yang akan diutarakan kepada penontonnya.

Dalam drama suara, sekar mempergunakan berbagai laras. Transposisi dan modulasi sangat kaya sekali dalam wujud ini. Juru Sekar dituntut kemampuan yang semakin sbg pemain drama suara. Selain hadir suara yang baik, dituntut pula kemampuan “pemeranan” (gerak, acting, menari, menghapal naskah, dan sebagainya).

Seluruh wujud sekar dapat diutarakan dalam wujud drama suara, baik tembang, kawih, ketuk tilu maupun sindenan. Tetapi hadir pula drama suara yang hanya mengetengahkan salah satu wujud sekaran saja, misalnya drama suara dalam media tembang. Namun hadir beberapa kekurangan yang mesti diperhatikan apabila drama suara hanya mengambil wujud tembang saja yaitu:

(1) Lagam dialog yang terlalu mementingkan mamanis, sehingga hadir akhir suatu peristiwa kurang terarah pada tema ceritra atau ungkapan dialog itu sendiri untuk diketahui maksudnya.

(2) Takaran jiwa tembang yang telah mengendap secara khusus. Dalam hal ini sering terjadi pemerkosaan terhadap jiwa lagu dari tembang itu sendiri karena kebutuhan dialog yang diungkapkan.

(3) Surupan yang terlalu rendah dan motif lagu yang monoton kurang memberi suasana terhadap jalur ceritera yang diutarakan. Hal ini akan terasa pada nafas-nafas kemarahan yang terkadang kurang terjangkau oleh tembang.

Drama suara yang baik sebenarnya cenderung untuk disanggi secara khusus. Apabila akan menambahkan beberapa lagu tradisi atau wujud sekar lainnya, alangkah baiknya apabila jiwa lagu itu disesuaikan dengan kata-katanya. Drama suara merupakan cirri khas dari karawitan daerah Sunda (Jawa Barat)

Karawitan Sekar Gending

Karawitan Sekar Gending adalah salah satu wujud kesenian yang dalam penyajiannya terdapat unsur gabungan selang karawitan sekar dan gending

Pengertian dari karawitan itu sendiri secara khusus dapat diartikan sbg Seni Musik Tradisional yang terdapat di seluruh wilayah etnik Indonesia.

Penyebaran seni karawitan terdapa di Pulau Jawa, Sumatra, Madura dan Bali. Karawitan memperagakan alat musik bernama gamelan, sbg contoh Gamelan Pelog/Salendro, Gamelan Cirebon, Gamelan Degung dan Gamelan Cianjuran (untuk wujud sajian ensemble/kelompok). Dalam prakteknya, karawitan biasa dipergunakan untuk mengiringi tarian dan nyanyian, tapi tidak tertutup kemungkinan untuk mengadakan pementasan musik saja.


edunitas.com


Page 3

Karawitan adalah seni suara daerah baik vokal atau instrumental yang hadir klarifikasi dan perkembangan dari daerahnya itu sendiri. Karawitan di bagi 3, yaitu :

  • Karawitan Sekar,
  • Karawitan Gending,
  • Karawitan Sekar Gending.

Sebelum merambah pada penjelasan pembagian tiga jenis karawitan ini, perlu diketahui bahwa deskripsi karawitan berikut ini semakin difokuskan pada Karawitan Sunda.

Karawitan Sekar

Karawitan Sekar merupakan salah satu wujud kesenian yang dalam penyajiannya semakin mengutamakan terhadap unsur vokal atau suara manusia. Karawitan sekar sangat mementingkan unsur vokal.

Karawitan Gending

Karawitan Gending merupakan salah satu wujud kesenian yang dalam penyajiannya semakin mengutamakan unsur instrumental atau alat musik. KARAWITAN VOKAL/SEKARAN

Pengertian

Yang dimksud dengan karawitan vokal atau semakin dikenal dalam karawitan Sunda dengan istilah Sekar ialah seni suara yang dalam substansi dasarnya mempergunakan suara manusia. Tentu saja dalam penampilannya akan berbeda dengan berkata biasa yang juga mempergunakan suara manusia. Sekar merupakan pengolahan yang khusus untuk menimbulkan rasa seni yang sangat sempit berkomunikasi langsung dengan indra pendengaran. Dia sangat sempit bersentuhan dengan nada, bunyi atau alat-alat pendukung lainnya yang selalu dekat bertdampingan

Pada kehidupan orang Sunda pada masa lalau sejak mereka lahir secara tidak langsung telah didekatkan dengan alunan sekar. Sejak mereka lahir sang ibu menimang, meninabobokan dengan menggunakan sekar. Dalam mengajak melakukan permainan, dalam tahap-tahap mulai berupaya bisa berkata, berupaya bisa berjalan, sekar sangat sering didengarkan oleh orang tua atau pengasuhnya. Itulah karenanya lagu-lagu dalam meninabobokan atau ngayun ngambing anak selalu populer dari masa ke masa, dalam guna kelestariannya terlihat karena selalu diterapkan dari generasi ke generasi.

Seperti telah diterangkan di atas, sekar berkedudukan yang tersendiri dalam kehidupan karawitan, walaupun pada dasarnya sekar berbeda dengan berkata biasa, sekar sangat tidak jauh bahkan terkadang sangat dominant dengan lagam berkata atau dialek. Dialek Cianjur, Garut, Ciamis, Majalengka dalam mengungkapkan dialog seringkali seolah-olah bermelodi seperti bernyanyi. Oleh karena kesan dialek yang sangat sempit itulah agaknya banyak orang luar daerah Sunda yang secara tidak langsung menyebutkan bahwa cara berkata orang Sunda seperti bernyanyi. Memang sempit dengan penggunaan kata-kata di dalamnya tetapi kata-kata dalam sekar telah diolah sedemikian rupa sehingga berbentuklah penampilan secara utuh menjadi sebuah komposisi lagu. Dengan demikian, jelaslah bahwa kata dalam posisi sekar merupakan salah satu alat pengungkap masalah atau tema yang diutarakan. Kata yang sama dapat diungkapkan dalam berbagai lagu/melodi, menurut kehendak rasa seni si pencipta itu sendiri. Akan tetapi tanpa disadari bahwa terkadang dalam kehidupan sekar tidak selalu dipergunakan kata secara utuh, sering terdengar suara bunyi dijadikan lagu. Hal ini sering terjadi dalam lagu-lagu tertentu, misalnya hanya mempergunakan bunyi a saja atau nang neng nong atau hm dan lain-lain. Penggunaan kata yang tidak jelas sering didapati apabila bersenandung atau ngahariring/hariring.

Dari kesimpulan itu, dapatlah ditarik beberapa hal yang sangat sempit berkomunikasi dengan sekar, yaitu: Lagam berkata dialek adalah khas daerah tertentu dalam berkata sehari-hari yang dari ungkapannya dapat kita tarik satu garis melodi yang sangat sempit berkomunikasi dengan nada. Contoh dapat ditemukan dalam kata Punten, Masya Allah di daerah Cianjur. Khusus untuk lagam berkata ini dalam gending karesmen, sering ditemukan teknik bernyanyi dan lagu yang dipergunakan dalam dialog yang secara utuh mempergunakan lagam berkata. Hanya dalam pengungkapannya diterapkan lagam berkata. Jadi, dia berkata dalam nada. Sifatnya kebanyakan datar atau melengking tinggi. Lagu yang demikian dikenal dengan sebutan sekar biantara (nyanyian bicara). Dalam pergelaran wayang golek sangat terasa sekali dalam memerankan/antawacana tokoh-tokoh tertentu yang selalu mempergunakan lagu berkata, sangat terasa pula dalam nyandra.

Contoh kata-kata yang sangat lekat dengan lagu dalam lagam berkata selang lain:

a) Pun……ten

b) Sorangan bae yeuh…….!

c) Tunjuk-tunjuk hey, sakali deui…hey!

Dalam pergelaran wayang golek, hal ini akan terasa pada tokoh Semar, misalnya pada biantara di bawah ini:

Aduh aduh ngeran

Sumangga ieu pelayan lurah Semar Kudapawana nyanggakeun sembah pangbakti

Ageung alit kalepatan mugia ngahapunten, Ngeran……...

Beberapa sebutan yang berkaitan dengan sekaran

1.1. Ngahariring (Senandung)

Sifat dari ngahariring kebanyakan dibawakan secara halus sekali, pemakaian kata dalam lagu semakin menonjol kata bunyi. Pengertian halus disini lain sekali dengan dinamika lagu. Halus dalam membawakan hariring adalah ruang lingkup dari sikap yang cenderung bernyanyi untuk diri sendiri. Ngahariring dalam kehidupan sehari-hari sangat sempit hubungannya dengan pengisi jiwa sambil bekerja. Ngahariring dapat bersifat improvisasi ataupun lagu yang telah hadir. Kata bekerja lain dari ngaharirirng adalah bersenandung dengan volume suara yang halus, lunak supaya penampilannya itu tidak berisik sehingga mengganggu orang lain. Sering pula hal ini terjadi bila seseorang sedang mempelajari lagu yang belum direbut. Suasana ngahariring timbul semakin cenderung dalam hadirnya gembira sambil bekerja. Dalam penampilannya, ngahariring dapat saja menjadi lain, hal ini tergantung dari kalimat yang dipergunakan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ngahariring adalah bernyanyi hanya ungkapannya semakin dalam untuk diri sendiri atau dengan kata lain kesannya semakin subjektif.

1.2. Ngahaleuang

Pada dasarnya ngahaleuang berfaedah bernyanyi. Haleuang berfaedah nyanyian/sekar. Kalau dilihat dari sifat penyajiannya ngahaleuang terasa semakin membuka, semakin keluar dan lantang. Jadi, pengaruh terhadap surupan itu sendiri sangat kuat sekali. Lagu-lagu Tembang sangat jarang ditafsirkan sbg ngahaleuang. Dilihat dari tempo lagu, kebanyakan istilah ngahaleuang banyak mempergunakan tempo sedang.

1.3. Galindeng

Kata Galindeng sempit sekali dengan sekar, bahkan sering sekali menunjukan guna suara dari seorang penyanyi yang kebanyakan semakin tepat pada suara-suara yang empuk, halus. Ngagalindeng gunanya suara (nyanyian) yang dibawakan secara penuh perasaan, terutama pada suara-suara (bagian melodi) yang penuh dengan mamanis (kembangan-kembangan)

1.4. Babaung

Penempatan kata babaung adalah tahap kata yang kasar untuk bernyanyi. Kebanyakan kalau suaranya tidak enak atau membetulkan supaya nyanyiannya diterapkan yang jadi. Itu pun terbatas pada kelakar atau sindiran tertentu saja, diterapkan pada orang yang semakin muda atau sesama yang sudah dekat.

1.5. Kakawihan dan Tetembangan

Walaupun pada dasarnya Tembang dan Kawih berbeda lagam, pengertian kakawihan dan tetembangan hadir guna yang sama. Kakawihan atau Tetembangan ialah menyanyikan lagu dengan cara-cara seenaknya, cenderung mengisi suasana untuk diri sendiri. Sbg contoh ketika sedang mandi, sedang berdandan, memperagakan pekerjaan dan lain-lain. Lagunya yang telah hapal atau sering pula diberi improvisasi-improvisasi spontan.

Pembagian Sekar Menurut Wujud

Menurut wujud ditinjau dari penggunaan irama, karawitan sekar dibagi dua bagian mulia yaitu : Sekar Irama Merdeka (bebas irama) dan Sekar Tandak (ajeg, tetap)

2.1. Sekar Irama Merdeka

Yang dimaksud dengan sekar irama merdeka ialah sekar (vokal, nyanyian) yang dalam membawakan lagunya tidak terikat oleh irama. Panjang pendeknya dalam membawakan lagu, terutama pada bagian-bagian frase lagu (kenongan, goongan) tidak terikat menurut keinginan juru sekar itu sendiri. Walaupun demikian, bukan berfaedah bahwa kebebasan itu bisa berlanjut panjang tanpa ketukan sama sekali, ketukan masih tetap hadir, hanya sifatnya semu yang bersatu dalam ungkapan perasaan pada saat membawakan lagunya. Para tokoh tembang semakin cenderung menyebutnya dengan istilah wirahma.

Lagu-lagu yang dibawakan sekar irama merdeka kebanyakan bersifat lagu anggana (solo) dengan melodi lagu yang masih bisa dikembangkan oleh pribadi-pribadi penyanyi terutama dalam menghias mamanis-mamanisnya. Mamanis-mamanis itu akan terasa pada senggol-senggol atau pedotan kenongan dan goongan lagu. Dikenal beberapa istilah seperti : Leot, Cacag, Galasar, Reureueus, Gedag dan lain-lain.

Materi-materi sekar yang terdapat pada golongan sekar irama merdeka selang lain: Tembang, Beluk, Kakawen.

2.1.1. Tembang

Tembang Sunda sangat populer sekali dalam masyarakat Sunda. Tembang Sunda dikenal sbg musik kamar (kamermuziek). Cirri khas dalam iringan tembang Sunda adalah iringan kacapi sulingnya. Pada awalnya Tembang Sunda hidup dalam lingkungan menak-menak (elite). Pokok ungkapan yang diutarakan dalam tembang Sunda ditengahnya tentang:

a. Sanjungan terhadap leluhur, terutama pada kejayaan dan “tilemnya” kerajaan Pajajaran

b. Keindahan-Keindahan dunia Priangan

c. Ungkapan percintaan. Tema percintaan yang diutarakan banyak gambaran tentang seseorang yang jatuh cinta atau merasa sakit hati karena dikhianati cintanya.

Tembang sangat sempit bersentuhan dengan kesusatraan. Satu hal yang paling menojol adalah Pupuh. Hadir beberapa gagasan bahwa kehadiran dan perkembangan tembang banyak tali-temalinya dengan pengaruh pupuh yang masuk pada seratus tahun Mataram dahulu. Walaupun demikian, banyak pula yang tidak mempergunakan pupuh sbg “ugeran” (patokan) untuk rumpakanya (syair lagu), yaitu dengan mempergunakan wujud papantunan. Bahkan pada perkembangan sekarang, tidak menutup kemungkinan menggunakan sajak-sajak tidak terikat. Dari kekebasan penggunaan rumpaka atau iringan, terbetiklah wujud lain yang semakin bersifat style (gaya), ditengahnya dikenal dengan nama-nama: Papantunan, Jejemplangan, Rarancagan. Sedangkan lagam-lagam dari Tembang Sunda diketahu hadir Lagam Cianjura, Ciawian, Cigawiran, Garutan, Sumedangan.

Memang demikianlah bahwa nama daerah itu kesudahannya yang menjadi nama dari lagam-lagam itu. Kalau kita lihat dari penyajian karawitan memang terdapat kebedaan-kebedaan yang cukup menyolok. Misalnya saja selang wujud Cianjuran dan Ciawian. Perbedaannya banyak pula dipengaruhi oleh penggunaan laras. Cianjuran kebanyakan berlaras pelog, sedangkan Ciawian banyak mempergunakan laras salendro. Hal lain banyak terletak pada interpretasi ungkapan lagu. Sekaligus membedakan dalam menaruh unsure-unsur mamanis didalamnya.

Kalau masyarakat luas banyakan mengenal Tembang Cianjuran tentunya bukan berpijak pada nilai-nilai yang terkandung dalam kedua lagam itu, tetapi dari histories penyebarannya, lagam Cianjuran ternyata semakin lebih luas. Sampai-sampai hadir keinginan untuk menyebut tembang Sunda itu sbg tembang Cianjuran saja.

Beberapa nama lagu dalam Tembang Sunda: Papatet, Mupu Kembang, Jemplang Titi, Liwung, Asmarandana Degung, Jemplang Karang dan lain-lain.

Dalam sekar tembang Sunda Cianjuran, yang menjadi ciri utamanya adalah ornamentasi atau dongkari. Dongkari adalah teknik menghasilkan suara yang diolah dengan cara tertentu guna memberikan mamanis pada lagu. Dalam praktik vokal tembang Sunda Cianjuran, posisi dongkari sangat penting karena merupakan dasar utama bagi vokal tembang Sunda Cianjuran. Oleh karena itu, materi ini perlu diberikan terlebih dahulu sbg dasar pijakannya. Apabila seluruh dongkari ini sudah dapat direbut dengan baik, maka untuk mempelajari lagu-lagu selanjutnya tidak akan sukar. Sekurang-kurangnya, dongkari dalam vokal tembang Sunda Cianjuran terdiri dari 17 jenis yaitu: riak, reureueus, gibeg, kait, inghak, jekluk, rante/beulit, lapis, gedag, leot, buntut, cacag, baledog, kedet, dorong, galasar, dan golosor. Untuk semakin jelasnya, ketujuh belas dongkari tersebut adalah sbg berikut.

2.1.1.1. Riak

Menurut Kamus Umum Basa Sunda, riak gunanya nimbulkeun cahaya nu siga ombak-ombakan (menimbulkan cahaya seperti gelombang). Sedangkan menurut Bakang Abubakar, istilah riak sama dengan istilah ombak banyu yang gunanya gelombang cairan (Sarinah l994:121). Adapun teknik penyuaraan dongkari riak yaitu mengeluarkan getaran suara pada nada yang tetap yang menyerupai gelombang cairan. Getaran suara dikeluarkan tanpa tekanan, tetapi secara halus tanpa terputus. Contoh: 5 gunanya nada 5 (la) dibunyikan dengan halus tanpa terputus menyerupai gelombang cairan. Untuk semakin jelasnya dapat dilihat pada lagu Papatet baris pertama, yaitu:

5 . 5 . 5 5 . 5 54 5 . 5451 2
Pa- ja - jaran ka-ri nga- ran

2.1.1.2. Reureueus

Reureueus pada umumnya dipergunakan oleh para penembang untuk menamakan seluruh jenis dongkari dalam tembang Sunda Cianjuran. Namun istilah reureueus yang dipergunakan Euis Komariah hadir pengertian yang berbeda. Reureueus adalah salah satu jenis dongkari yang pada prinsipnya sama dengan riak. Sedikit yang membedakannya yaitu teknik penyuaraan pada dongkari riak tidak mendapat tekanan, sedangkan teknik penyuaraan reureueus yaitu getaran suara yang dikeluarkan pada nada yang tetap mendapat tekanan. Contoh: 5, dan untuk semakin jelasnya dapat dilihat pada lagu Papatet baris kedua, contoh:

2 15 5 . 5554 3451 2 15 5 22 2 . 2 15
Pangra- ngo geus narik ko- lo - t

2.1.2.3. Gibeg

Gibeg menurut Kamus Umum Basa Sunda gunanya yaitu ngobahkeun awak ka gigir make tanaga sarta rikat (menggerakkan badan ke samping dengan gerak cepat). Teknik penyuaraan dongkari gibeg yaitu mengeluarkan suara pada nada yang tetap disertai tekanan, dan diterapkan dengan gerak cepat seolah-olah digibegkeun. Sbg contoh dapat dilihat pada frase pembuka lagu wanda papantunan, sbg berikut:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu - eung diajar lu- deu- ng

2.1.2.4. Kait

Kait gunanya sama dengan nyangkol yaitu menempel keras karena lilitan tali. Dalam istilah dongkari tembang Sunda Cianjuran, istilah kait mengandung pengertian yaitu gabungan dua buah nada dari nada tinggi ke nada rendah di mana nada pertama dongkari kait menempel/sama dengan nada sebelumnya, akhir diikuti oleh satu nada yang semakin rendah. Teknik penyuaraannya yaitu bunyi terakhir dari suku kata yang akan diikuti oleh dongkari kait, dibunyikan kembali sbg jembatan untuk membunyikan suku kata berikutnya. Sbg contoh dapat dilihat pada frase pembuka lagu wanda papantunan, yaitu:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu - eung diajar lu- deu- ng

2.1.1.5. Inghak

Istilah inghak diambil dari peristiwa menangis yang diterapkan pada dongkari tembang Sunda Cianjuran. Teknik penyuaraannya yaitu pada saat membunyikan suku kata yang mengandung vokal huruf hidup (a, i, u, e, o), udara sedikit dikeluarkan dengan diberi tekanan sehingga menghasilkan suara yang bunyinya seperti /h/. Diusahakan posisi bibir tidak memperagakan usaha saat mengeluarkan udara. Contoh:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu - eung diajar lu- deu- ng

2.1.1.6. Jekluk

Dongkari jekluk yaitu gabungan dua buah nada dari nada rendah ke nada tinggi. Misalnya dari nada 1 ke 5, 4 ke 3. Sebelum membunyikan dongkari jekluk, senantiasa diawali oleh nada yang semakin rendah. Misalnya dari nada 1 ke nada 5, senantiasa diawali dengan nada 2. Dari nada 4 ke nada 3, senantiasa diawali dengan nada 5. Teknik penyuaraan dongkari jekluk mesti menggunakan tenaga perut. Contoh, pada lagu Papatet, baris kedua.

02 15 5 . 5554 3451 2 15 5 22 2 . 2 15 .
Pangra- ngo geus narik ko- lo - t
2.2.1.7. Rante/beulit

Dongkari rante/beulit yaitu gabungan dua buah nada atau semakin yang disuarakan dengan cara mengulang nada-nada tersebut sehingga menghasilkan suara yang bila digambarkan menyerupai wujud spiral atau rante. Contoh dongkari rante/beulit ini bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang yang dibawakan oleh A. Tjitjah pada baris kelima, sbg beriku:

02 15 5 . 4545 4 51 . 2 2 15 5 2 2 2 321
Nya cada - s cada - s ha -re- ra- ng

2.1.1.8. Lapis

Dongkari lapis yaitu penyuaraan satu buah nada yang mengikuti nada sebelumnya. dongkari lapis ini seolah-olah mengulang lagi nada yang sudah dibunyikan oleh dongkari lain. Sbg contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris kedua yang dibawakan oleh Euis Komariah, sbg berikut:

03- 2 2 2 . 1 2 2 2 21 2 . 2 15 0
Tinggikan ba- ri re- rendenga - n

2.1.1.9. Gedag

Dongkari gedag yaitu menyuarakan satu nada yang tetap dengan mendapat tekanan. Nada tersebut seolah-olah disuarakan dua kali (diulang). Penempatan dongkari gedag senantiasa di awal kata. Sbg contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris pertama yang dibawakan oleh Euis Komariah, yaitu

02 2 . 2 2 . 2 2 2 . 12 0
Payung hiji ku dua - an

2.1.1.10. Leot

Dongkari leot yaitu gabungan dua buah nada, dari nada tinggi ke nada rendah misalnya dari nada 5 (la) ke nada 1 (da), nada 2 (mi) ke 3 (na), dst-nya. Contoh pada lagu Mupu Kembang baris pertama yaitu:

02 2 . 2 2 . 2 2 2 . 1 2 .
Payung hiji ku dua - an

2.1.1.11. Buntut

Dongkari buntut pada prinsipnya sama dengan dongkari lapis. Perbedaannya terletak pada penempatannya. Kalau dongkari lapis ditaruh di tengah kata dan senantiasa diikuti lagi dengan dongkari lainnya, sedangkan buntut diletakkan di kesudahan kata atau kalimat lagu (frase lagu) dan diikuti oleh satu nada yang semakin tinggi. Contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris keempat dan kelima, sbg berikut:

03- 2 2 . . 2 2 2 1212 2 1 . 5 5 . 54
Nya keusik - keusik ba-re - n-ti - k
02 15 5 . 5554 3451 2 2 15 5 2 2 2 . 21
Nya ca-da - s cada - s hare - ra - ng

2.1.1.12. Cacag

Dongkari cacag yaitu penyuaraan satu buah nada dengan teknik memberikan tekanan pada nada tersebut secara berulang-ulang dan tidak terputus-putus. Contoh dongkari cacag bisa dilihat pada lagu Jemplang Panganten baris ketujuh.

01 1 222 15 . 3 3 3 3454 23 3454
Kieu ka-ja-di-an- na - na

2.1.1.13. Baledog

Dongkari baledog yaitu gabungan dua buah nada yang disuarakan tanpa tekanan. Dongkari ini senantiasa diletakkan mengikuti dongkari lainnya seperti gibeg dan gedag. Sbg contoh bisa didengar pada lagu Mupu Kembang baris kedua, dan Randegan baris kedua yang dibawakan oleh Euis Komariah.

03- 2 2 2 1 2 2 2 212 . 2 15 0
Tinggikan ba- ri re- rendenga - n
0 3- 2 . 2 1 2 12 . 2 15 0 03-3- 2 3-2 . 2 1
Me -la-------k bako di ba - si - sir

2.1.1.14. Kedet

Dongkari kedet senantiasa diletakkan di kesudahan kalimat lagu yang berfungsi untuk madakeun (mengakhiri) lagu. Dongkari ini biasa dipergunakan dalam lagu wanda jejemplangan. Sbg contoh bisa dilihat pada frase lagu pembuka wanda jejemplangan berikut ini:

04 4 .4 4 4 34543454 32 . 2 23 . 5
birit leuwi peu - peunta - san

2.1.1.15. Dorong

Dongkari dorong pada dasarnya merupakan dinamika dari suara yang tidak mendapat tekanan menuju nada berikutnya dengan mendapat tekanan. Kebanyakan dongkari dorong selalu diikuti oleh reureueus. Untuk semakin jelasnya bisa dilihat pada lagu Jemplang Panganten baris kedua sbg berikut:

2 2 2 . 1 2222 15 0
Linta ----------------- ng salira anjeunna

Atau bisa juga dilihat pada lagu Jemplang Cidadap baris kelima sbg berikut:

02 2 2 2 . 1 2222 15 0
Dirungsi -----------------ng

2.1.1.16. Galasar

Dongkari galasar yaitu gabungan dua atau tiga buah nada yang disuarakan seperti diayun, tanpa terputus, dan mendapat tekanan. Sbg contoh dapat dilihat pada lagu Jemplang Cidadap baris pertama berikut ini:

4 3 3 3 3333 32 0 3 3454 23 3 3454 4
Alap-ala----------p nyorang tuna

Contoh lain dapat dilihat pada lagu-lagu wanda papantunan, misalnya pada frase pembuka lagu-lagu wanda papantunan berikut ini:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu --------------------ng diajar lu- deu- ng

2.1.1.17. Golosor

Dongkari golosor yaitu gabungan beberapa nada dengan teknik penyuaraan tanpa tekanan. Wilayah nadanya yaitu dari nada tinggi menuju ke nada rendah. Sbg contoh bisa dilihat pada lagu Rajamantri baris keenam, yaitu:

3 .2 34545 5
Hanja------kal saumur-umur

Contoh tulisan Lagu Tembang :

2.1.2. Beluk

Karawitan sekar beluk ini sudah langka sekali. Beluk semakin dikenal pada upacara selamatan 40 hari bagi bayi yang baru dilahirkan. Beluk sangat sempit dengan pergelaran nembang wawacan. Memang pada dasarnya kesenian beluk hanya menembangkan cerita dalam wawacan yang tersusun ceritanya dalam wujud puisi terutama pupuh. Wawacan adalah cerita yang disusun menggunakan pupuh dengan maksud untuk dinyanyikan atau didangdingkeun.

Teknik penyajian beluk dibantu oleh juru ilo. Juru ilo dalah orang yang membacakan cerita dalam wujud prosa (membaca biasa) yang ditujukan kepada penembang beluk untuk bahan kata-kata yang akan dinyanyikannya. Secara spontan dan penuh variasi, juru beluk menyanyikan kata-kata itu. Frekwensi nada yang dipergunakan adalah nada yang tinggi sehiingga semakin bijak melakukan permainan lagu dalam nada-nada yang tinggii makin tinggilah kemampuan ki juru beluk itu.

Teknik bersuara banyak mempergunakan nasal hidung (sengau). Kata-kata yang dinyanyikan sebenarnya kurang begitu jelas terucapkan karena yang semakin penting bagi pendengar adalah teknik-teknik bernyanyinya itu sendiri. Kalau mereka ingin tahu tentang kata-katanya, sebelum dinyanyikan telah diistilahkan secara jelas oleh juru ilo.

Beluk sudah dianggap sbg kesenian buhun (kolot, tua, lama). Penggunaan sekar irama merdekanya memberikan cirri yang tersendiri dari wujud kesenian rakyat karena kebanyakan lagu-lagu rakyat Pasundan banyak mempergunakan irama tandak (terikat)

Kalau dilihat dari penyajiannya, dimana hadir unsur cerita yang dinyanyikan, maka mungkin sekali dasar-dasar “gending karesmen” di dalam karawitan Sunda banyak berpijak dari perkembangan beluk dengan nembang wawacannya.

2.1.3. Kakawen

kakawen semakin dikenal sbg nyanyian ki dalang pada saat pergelaran wayang. Pokok kakawen ditengahnya banyak mengisahkan tentang pergantian ronde cerita, karakter tokoh wayang, kemarahan-kemarahan, kedatangan tamu dan kekuatan tokoh wayang dalam mengunggulkan dirinya, misalnya pada ajimat-ajimatnya atau kekuatan lainnya. Pada dasarnya kakawen banyak mempergunakan irama tidak terikat merdeka. Hanya pada bagian-bagian tertentu sajalah terdapat wujud yang tandak. Inipun masih tidak utuh karena perpaduan panjang pendeknya lagu masih tergantung kepada ki juru dalang itu sendiri.

Pengaruh kakawen masuk pula secara utuh pada Tembang Sunda lagam Cianjuran. Hanya namanya sudah bukan kakawen lagi melainkan dengan nama sebrakan. Sebrakan ini dinyanyikan setelah lagu dalam laras pelog dan sorog/madenda telah selesai atau disajikan secara khusus.

Motif-motif sekar irama merdeka pada pergelaran wayang dipergunakan pula oleh beberapa tokoh wayang tertentu yang dalam berkatanya dibawakan dengan lagu, seperti untuk tokoh Semar, Rahwana, Dursasana (patet yang dipergunakan patet Nem), Sangkuni, Togog, Narada (patet yang dipergunakan patet Manyura). Hal seperti ini disebut antawacana berlagu.

Dalam penyajiannya, kakawen dapat dibeda-bedakan menjadi

a. Murwa

Adalah sekaran permulaan yang dibawakan dalang dengan rumpaka/bahasa Kawi atau pujangga. (Kakawi-an menjadi Kakawen)

Pada prakteknya Murwa terbagi atas

(1) Murwa Umum

Murwa yang dapat dipergunakan untuk berjenis-jenis adegan/jejeran, seperti:

Dene utamaning nata

Berbudi bawa laksana

Lire berbudi mangkana

Lela legawa ing dria

Mulia denya paring dana

Anggeganjar saban dina

Lire kang bawa laksana

Anatepi pangandika

(2) Murwa Khusus

Murwa yang hanya dipergunakan khusus untuk suatu adegan/jejeran. Contohnya:

Lengleng ramya nikang, sasangka kum,enyar mangrenge rumning puri

Mangkin tanpa siring, haleb nikang umah, mas lwir nurub ing langit.

Tekwan sarwa manik, tawingnya sinawung sasat sekar sinuji

Ungwan Banowati ywuna amren lalangen nwang nata Duryudana

b. Nyandra

Prolog dalang yang menggambarkan situasi/keadaan sifat, watak, kelola hidup dan kehidupan raja dan masyarakatnya dengan segala yang digarapnya dan sbgnya, contoh:

Sri Nalendra ajujuluk ………(.nama raja yang bersangkutan dari suatu Negara)

Mila kinarya bubukaning carita

Jalaran nagri panjang punjung

Pasirwukir loh jinawi

Gemah ripah kerta raharja

c. Renggan

Sekaran dengan rumpaka yang bertemakan gambaran suatu hadirnya yang sedang dihadapi supaya semakin jelas dan semakin indah didengar, contoh:

Kayu Mulia babar wite

Samia rembel gogonge samia rogol yan pangrange

Sekar mekar ing galihe pandele si pandan arum

d. Sendon

Sekaran yang mempergunakan rumpaka untuk menggambarkan adegan sedih/kesedihan, contoh:

Rebeng rebeng cinanda layan kaherin

Wis pinandak perlambange

Perlambang simungkumi

2.2. Sekar Tandak

Sekar tandak ialah nyanyian yang terikat oleh ketentuan-ketentuan ketukan dan matra (wiletan, gatra). Dari ikatan ketukan dan matra-matra banyak berdampingan dengan irama lagu yang dipergunakan. Peraturan-peraturan itu sudah merupakan kaidah tersendiri dari wujud paduan tandak di selang sekar dan gending. Adapun lagu-lagu dalam ragam sekar tandak dapat kita ketahui sbg berikut.

(1) Sindenan

Kata Sindenan semakin dikenal pada pergelaran wayang dan kiliningan. Disebut sindenan karena yang membawakannya biasa disebut sinden (waranggana, penyanyi wanita). Lagu-lagu yang dibawakan banyak berpangkal pada wujud klasik dan tradisional. Walaupun demikian, kreasi-kreasi baru banyak pula dibawakan walaupun dalam beberapa hal telah sedikit berubah warnanya. Perubahan itu sebenarnya banyak dipengaruhi oleh teknik warna suara yang telah khas pada tiap pesinden. Kebanyakan lagu-lagu sinden adalah lagu anggana. Kalau hadir beberapa yang bersifat rampak kebanyakan bersifat kreasi saja. Dalam beberapa penampilan tertentu sindenan hadir lagam daerah tersendiri. Lagam itu semakin cenderung disebut pula sbg gaya (style). Hadir dua bagian mulia gaya dalam kepesindenan, yaitu: gaya Priangan dan gaya Kaleran.

Yang dimaksud dengan gaya Priangan adalah yang melingkupi daerah Bandung dan sekitarnya, termasuk Priangan Timur. Daerah kaleran ditengahnya daerah-daerah pesisir utara, seperti Cirebon, Subang dan Karawang.

Salah satu perbedaan yang paling jelas bila kita bandingkan dengan daerah Priangan adalah dalam senggol, dialek dan laras-larasnya. Mengenai hal laras, sindenan gaya Cirebon banyakan mempergunakan lagu laras pelog surupan sorog dengan patet Manyuro. Perbedaannya dengan gaya Karawangan banyak terletak pada dialek bahasa dan pada senggol-senggol yang semakin sederhana. Perbedaan dalam senggol terkenal dengan istilah buntut dan buntet. Priangan pada kesudahan lagu selalu panjang (buntut), sedangkan rata-rata pada senggol kaleran (Subang, Karawang) semakin pendek (buntet). Tetapi karena hadirnya pembauran, maka sekarang sudah sangat sukar dibedakannya karena baik Cirebon, Karawang maupun Subang sudah melihat Bandung sbg barometernya. Secara langsung mereka kehilangan kekhasannya. Sebaliknya gaya Prianganpun banyak pula hadir akhir suatu peristiwa pada gaya kaleran, terutama Karawang yang banyakan diwarnai dengan iringan tepak jaipongan.

Pada dasarnya lagu-lagu sinden banyak mempergunakan laras salendro. Lagu-lagu ageng yang pertama mereka pelajari kebanyakan lagu lagu ageng yang berlaras salendro. Mungkin hal ini disebabkan oleh beberapa gagasan di kalangan para nayaga yang menyebutkan bahwa salendro merupakan “rajana laras”

Satu hal yang tidak bisa dikesampingkan ialah lagu-lagu sindenan selalu diiringi dengan gamelan salendro. Walaupun dalam beberapa hal dibawakan lagu yang tidak berlaras salendro, pirigan (iringan) tetap menggunakan laras salendro dengan mengambil jalur tumbuk. Tumbuk ialah nada-nada yang sama dari laras yang berbeda. Nama-nama lagu sindenan selang lain : Macan Ucul, Senggot, Kulu Kulu Bem, Tablo, Gawil, Kawitan, Badaya, Papalayon Ciamis dan lain sbgnya

Contoh tulisan lagu sindenan:

(2) Kawih

Salah satu lagam dari khazanah seni suara Sunda. Pengertian kawih pada mulanya sama dengan sindenan, tetapi perkembangan memecah posisi yang berbeda selang kawih dan sindenan. Perbedaan itu bukan saja terletak pada pergelaran dan teknik-teknik bernyanyi saja, melainkan juga lingkunganna.

Menurut pengamatan yang bersumber pada buku Siksa Kandanf Karesian tahun 1518, masyarakat Sunda telah mengenal kawih dahulu sebelum tembang (pupuh) masuk pada seratus tahun Mataram (abad XVI). Cuplikan dari buku itu menyebut bahwa telah dikenal berjenis-jenis kawih, anatara lain:

Ø Kawih Tangtung

Ø Kawih Panjang

Ø Kawih Lalangunan

Ø Kawih Bongbongkaso

Ø Kawih Parerane

Ø Kawih Sisindiran

Ø Kawih Bwatuha

Ø Kawih Babatranan

Ø Kawih Porod Eurih

Ø Kawih Sasambatan

Ø Kawih Igel-igelan

Berbakat seni suara biasa disebut paraguna. Jelaslah bahwa lagam kawih jauh telah lama hidup dalam khazanah karawitan Sunda. Masalahnya sekarang bahwa hal yang tertera di atas hanya merupakan nama saja karena sudah sangat jarang sekali orang-orang yang tahu tentang lagu-lagu kawih yang diistilahkan tadi.

Lagu-lagu kawih banyakan berpandangan pada lagu-lagu perkembangan (kreasi baru), sedangkan pada lagu sindenan adalah lagu-lagu klasik dan tradisional. Memang yang paling menonjol sekarang pada kawih ialah segi perkembangan lagu-lagu barunya. Lagu-lagu itu banyakan memperagakan usaha pada lingkungan pendidikan dan kaum remaja tertentu. Hal-hal yang berkomunikasi dengan pendidikan, dimana lagu-lagu kawih banyak diciptakan oleh para juru sanggi (komponis) secara khusus untuk kebutuhan program pengajaran. Tokoh-tokoh seperti Rd. Machyar Anggakusumadinata, Mang Koko, OK Jaman, Ujo Ngalagena, Nano. S dan lain-lain membuat buu-buku pelajaran seni suar dalam wujud kawih.

Kawih berkembang bukan pada wujud anggana saja, melainkan mulai berkembang pula pada bentuk-bentuk lain, yaitu dengan bentuk-bentuk paduan suara.

Kawih hadir “sejak” yang tersendiri. Hal ini bisa kita perhatikan dari pergelarannya, iringannya dan teknik bernyanyi termasuk didalamnya pemanis-pemanis. Laras-laras kawih dalam lagu-lagu remaja kebanyakan berlaras pelog dan madenda. Laras salendro terasa sangat jarang sekali. Hal ini banyak bersumber pada kreativitas para juru sangginya yang memang sangat jarang menciptakan lagu-lagu dalam laras salendro. Lagam kawih yang terdapat pada tembang adalah pada lagu panambih (ekstra). Lagu panambih adalah lagu tambahan setelah sekar irama merdeka, irama yang dipergunakan tandak. Perbedaan yang menyolok hanya soal surupan saja, dimana kalau tembang surupan rendah (da = G), sedangkan kalau lagam kawih semakin tinggi surupannya (da = A = 440 Hz).

(3) Ketuk Tilu

Lagu-lagunya kebanyakan berirama tandak. Cirri khas dari lagu ketuk tilu adalah dalam iringannya serta melodi lagu yang melengking tinggi dengan warna suar penyanyi wanita yang lincah segar. Keunikan dari penampilan lagu ketuk tilu banyak diwarnai pula dengan kehadiran senggak. Ketuk tilu tanpa senggak rasanya sepi sekali. Keakraban ini telah menjalin suatu warna yang khas yang memberikan warna kemeriahan dan suasana pedesaan (lembur). Senggak adalah suara manusia yang tidak beraturan untuk meramaikan suasana.

Laras-laras yang dipergunakan dalam lagu ketuk tilu kebanyakan laras salendro. Sangat sedikit sekali yang mempergunakanlaras pelog atau madenda. Laras salendro dipergunakan pada ketuk tilu, semarak membawa warna pedesaan, dimana lagu-lagu rakyat banyak dihias dengan warna-warna salendro. Lagu-lagu ketuk tilu buhun sampai sekarang tetap lestari, tetapi dalam perkembangan akhir-akhir ini banyak lagu-lagu ketuk tilu yang diubah larasnya ke dalam laras degung dan sekaligus diiringi gamelan degung. Tentu saja dalam penjiwaannya kurang berlandaskan karena lingkungan degung dan ketuk tilu jauh berbeda. Tetapi karena beberapa hal, ditengahnya rumpaka, teknik menyanyikan, surupan sudah sedemikian rupa diolah ke dalam wujud kawih, maka tidak jarang orang menganggap seolah-olah lagu itu merupakan ciptaan baru. Nama-nama lagu ketuk tilu yang populer dan terkenal sampai sekarang, selang lain : Polostomo, Geboy, Gaya, Cikeruhan, Bardin.

Penyanyi ketuk tilu hadir keistimewaan tersendiri, yaitu mereka mesti bisa bernyanyi sambil menari (panggilannya disebut; Ronggeng). Pokok lagu-lagu ketuk tilu banyak mengetengahkan sindiran-sindiran cinta atau pikatan supaya “seseorang” mmberi imbalan materi. Dahulu penyanyi ketuk tilu biasa disebut Ronggeng/Doger. Istilah ini sekarang jarang dipakai, mungkin karena sebutan itu sendiri sedikit berbau/menyerempet kelola susila moral tertentu

Contoh tulisan lagu ketuk tilu

(4) Lagu Indria

Biasa pula disebut sekar dolanan atau lagu dolanan untuk anak-anak. Secara tradisi lagu-lagu anak banyak terungkap dalam lagu-lagu kaulinan urang lembur. Lagunya dinamis dan sangat dekat dengan gerak. Bahkan dari keakraban itu sendiri berkembang menjadi permainan anak-anak. Pada kesenggangan sore hari, mereka berkumpul, bernyanyi dan melakukan permainan. Lagu-lagu yang terkenal seperti Cing cangkeling, Perepet Jengkol, Sasalimpetan, Slep Dur dan lainnya, kebanyakan berlaras Salendro.

Pada perkembangan selanjutnya, lagu anak-anak banyak yang merupakan sanggian-sanggian baru. Laras-laras yang dipergunakan sudah tidak lagi dominant oleh laras salendro saja, tetapi pelog, madenda dan degungpun masuk didalamnya. Bahkan dari banyak buku-buku nyanyian yang pernah diterbitkan, kebanyakan berupa lagu anak-anak, seperti: Kawih Murangkalih, Sari Arum sanggian Rd. Machyar Anggakusumadinata, Resep Mamaos, Taman cangkurileung, Seni suara Sunda, Sekar Mayang, Bincarung sanggian mang Koko, Sekar Ligar kumpulan uUo Ngalagena. Tercatat khusus untuk cara lagu kawih anak-anak, Mang Koko membuat Yayasan Cangkurileung yang anggota-anggotanya terdiri dari murid-murid sekolah dasar dan lanjutan di seluruh Jawa Barat, setelah mang Koko berpulang cara di sekolah-sekolah dasar dan lanjutan menjadi menjadi kurang.

Beberapa cirri tertentu dari lagu anak-anak, selang lain:

A. Melodi dan Ritme yang sederhana

B. Jangkauan interval suara dan tinggi rendah nada yang terbatas

C. Tema lagu yang banyak berpandangan pada kehidupan anak-anak, seperti permainan, kebersihan, sopan santun dan lain-lain.

Khusus untuk lagu-lagu permainan Mang Koko dan MO Koesman mengolah secara khusus dalam buku Taman Bincarung dengan laras yang dipergunakan salendro. Dalam buku ini selain mereka berupaya bisa lagu juga diajarkan teknik permainan yang bersumber dari tema lagu. Istilah yang dipakai disebut Gerak Indriya Bincarung.

Selain bentuk-bentuk kawih dalam lagu anak-anak, juga lagu pupuh yang berjumlah 17, diajarkan sbg dasar-dasar tembang Sunda. Kebanyakan pupuh-pupuh itu dalam wujud rancagan, gunanya tidak banyak diberi variasi seperti halnya lagu-lagu tembang lainnya.

Contoh tulisan lagu Indriya:

(5) Lagu-Lagu Rakyat

Lagu yang telah merakyat dan populer di masyarakat. Masalahnya sekarang akan batas kurun saat. Umpamanya berapa tahun lagu itu bisa digolongkan sbg lagu rakyat. Memang diketahui bahwa kebanyakan lagu-lagu rakyat anonim dan telah lama hidupnya. Hadir pula yang diketahui pengarangnya, diketahui populernya lagu itu dan sekarang telah menjelma menjadi sebutan lagu rakyat. Dengan demikian, kurun saat untuk pengertian lagu-lagu rakyat bukan merupakan suatu jaminan karena banyak lagu-lagu yang telah lama justru hilang dan tidak diketahui oleh umum.

Kebanyakan lagu-lagu rakyat hidup di kalangan lagu anak-anak. Lagu ini seiring dengan gerak-gerak permainan. Lagu-lagu rakyat kebanyakan semakin sederhana, tidak berliku-liku dalam melodinya. Sifatnya spontan. Gambaran lagu kalau dilihat dari tema-temany adalah permainan, tingkah laku seseorang, perjuangan dan lain-lain. Dalam beberapa hal sering didapati bahwa kata-katanya itu tidak diketahui/dimengerti. Lagu-lagu rakyat Sunda banyak yang tidak diketahui maksudnya. Bahkan generasi sekarang hanya mengenal lagunya saja, tanpa mengetahui pokok dari kata-katanya.

Di kota-kota mulia lagu-lagu rakyat itu sudah sangat jarang diketahui oleh anak-anak. Mungkin dalam beberapa hal mereka merasa asing. Kalaupun hadir, mereka mendengar dari hasil rekaman yang telah banyak diolah ke dalam tangga nada diatonis. Apa yang sering dikumandangkan oleh remaja-remaja sekarang tentang lagu rakyat pengolahannya sudah diatonis. Dari penampilan mereka terkadang dirasakan menjadi sangat asing, karena interpretasi mereka terhadap lagu rakyatnya sudah sangat lain sekali. Kelainan mereka itu mungkin karena dua hal. Pertama karena tangga nadanya sudah diatonis, kedua karena mereka hanya tahu dari mulut ke mulut tanpa mempelajari secara khusus dengan pengertiannya sekaligus.

Lagu-lagu rakyat yang masih populer hingga sekarang selang lain: Cing cangkeling, Ayang-ayang gung, Pacublek-cublek uang, Ambil-ambilan, Sorban Palid, Es Lilin, Warung Pojok dan lain sbgnya...

Kebanyakan dari lagu-lagu rakyat yang sempit hubungannya dengan gerak-gerak dan permainan, mempergunakan laras salendro, sedangkan beberapa lagu yang sebenarnya tidak sempit dengan permainan mempergunakan laras pelog atau madenda.

Lagu-lagu rakyat akan terus berkembang selama para kreatornya terus berkreasi. Hanya mungkin dari sekian banyak ciptaannya paling-paling hanya beberapa buah saja yang akan sangat populer dan merakyat di masyarakat. Contohnya lagu Es Lilin dan Warung Pojok yang bisa menembus untuk diakui sbg lagu rakyat (Lagu-lagu ini diketahui penciptanya).

(6) Lagu Pupujian

Lagu berwujud syair hadir intinya tentang pengajaran agama Islam, nasihat, puji kepada Allah, salawat untuk serta do’a, Lagu pupujian tanpa menggunakan iringan sering dibawakan di masjid atau madrasah, biasa sebelum dilaksanakan shalat, ceramah dan cara lainnya. Saat ini lagu-lagu pupujian berbahasa Sunda (Tagoni, Qasidah) telah berkembang pesat dengan wujud dan nama yang baru seperti “Nasyid”, penyajiaanya tidak hanya di masjid atau madrasah, tetapi telah pula ditempat-tempat keramaian, termasuk dalam perayaan keagamaan, khitanan, pernikahan dan lain sbgnya. Mang Koko dengan Rumpaka dari RAF banyak membuat lagu-lagu Pupujian ini, seperti lagu Hamdan, Ajilu, Shalawat Bani Hasim, dsb-nyanya.

Penyajian Sekar

Berlandaskan kepada penyajiannya, sekar dapat dibagi menjadi: Anggana Sekar, Rampak Sekar, Layeutan Suara, Sekar Catur, Drama Suara.

3.1. Anggana Sekar

Sekar yang dibawakan oleh satu orang. Penyanyi sekar secara dapat berdiri sendiri ini berjenis-jenis namanya; dalam Tembang disebut Juru Mamaos atau Penembang, dalam kawih biasa disebut juga Juru Sekar/Juru Kawih, dalam kiliningan biasa disebut Sinden, dan pada Ketuk Tilu Buhun disebut Ronggeng. Nama-nama itu adalah nama-nama yang dapat berdiri sendiri dan kebanyakan ditujukan kepada penyanyi wanita. Penyanyi pria semakin dikenal dengan sebutan Wira Swara.

Lagu-lagu klasik kebanyakan bersifat anggana, jarang sekali dibawakan secara bersama, kecuali telah mendapat sentuhan kreatifitas untuk disajikan menjadi wujud lain. Keistimewaan lagu-lagu anggana adalah kebebasan dalam berimprovisasi, terutama dalam pengisian mamanis/ornament/dongkari. Makin tinggi teknik-teknik dalam pengolahan sekar, maka makin semaraklah lagu itu. Tentu saja dalam beberapa hal mesti diperhatikan adu manisnya supaya dalam mengolah lagu itu tidak menjadi amat sangat.

3.2. Rampak Sekar

Nyanyian yang sama dalam satu tahap suara dibawakan bersama-sama. Rampak Sekar sangat populer pada lagu-lagu Kawih. Lingkungan yang banyak mengetengahkan lagu-lagu rampak sekar adalah para pelajar. Hal ini sebenarnya berlanjut dari system klasikal dalam pelajaran bernyanyi di kelas. Sebelum mengenal istilah rampak sekar (Rampak=Bersama, Sekar=Nyanyian) terlebih dahulu dikenal istilah Panembrama. Pada dasarnya rampak sekar maupun panembrama sama saja. Lagu yang dibawakan satu tahap suara. Perbedaan hanya terletak pada pemilihan lagu-lagunya. Dalam Panembrama jiwa lagunya kebanyakan mengambil lagu-lagu yang hadir sikap yang dibuat anca, pokok rumpakanya menggambarkan kegembiraan, ucapan selamat kepada para tamu dan maksud dari diselenggarakan pergelaran. Lagunya ditengahnya Kadewan.

Dalam rampak sekar tema lagu dan sanggiannya semakin berpariasi, bisa bernafaskan kepahlawanan, cinta tanah cairan, keindahan dunia dan lain sbgnya. Istilah Karatagan (Mars) sering dipergunakan mengawali judul lagu untuk menggambarkan tema kepahlawanan.

Rampak Sekar kebanyakan diiringi dengan waditra Kacapi, apabila menggunakan iringan gamelan maka biasa disebut Gerongan.

Contoh tulisan lagu Rampak Sekar

3.3. Layeutan Swara

Karena pada mulanya rampak sekar itu merupakan lagu yang dibawakan dalam satu tahap suara saja, maka perkembangan kreasi baru terasa menuntut lain tentang pengertian ini. Apa yang diceritakan rampak sekar sekarang sudah tidak lagi mengetengahkan satu tahap suara saja, tetapi sudah berkembang menjadi dua tahap, tiga tahap bahkan empat tahap suara. Untuk wujud penyajian lagu yang demikian maka lahirlah istilah Layeutan Suara. Istilah ini banyak dipopulerkan oleh kreasi-kreasi Mang Koko. Layeutan Suara identik dengan istilah Paduan Suara dalam musik.

Banyak peserta layeutan suara dapat berjumlah dari 10 orang sampai 30 orang. Banyak itu tidak tetap, bisa dikembangkan menurut kebutuhannya. Pada perkembangan sekarang, lagu-lagu Sunda sudah bisa diutarakan dalam suatu aubade, dimana banyak penyanyinya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Untuk istilah layeutan suara, Pak Machyar Anggakusumadinata menyebutnya dengan istilah Pra Lagam (banyak lagamnya). Contoh:

3.4. Sekar Catur

Lagu yang dibawakan secara berdiskusi disebut Sekar Catur (Sekar=nyanyian, Catur=ceritera, obrolan). Wujud seperti ini sangat sangat banyak. Pada lagam sindenan, lagam kawih, lagu sekar catur ini sangat dikenal sekali. Begitu pula pada wujud jenaka Sunda. Para kanca Indihiang pimpinan Mang Koko pada tahun empat puluhan menjadi pelopor dalam pengembangan wujud lagu-lagu sekar catur.

Wujud lagu Sekar Catur ini kebanyakan hadir tema masalah. Masalahnya dapat diambil dari kehidupan sehari-hari, problem suami istri, percintaan atau kritikan-kritikan terhadap kepincangan yang hadir di masyarakat. Ungkapan lagu yang dinyanyikan dalam tekniknya mempergunakan jalur Sekar Biantara, gunanya nyanyian yang dinyanyikan dalam lagam berkata, jadi fungsi pemanis-pemanis lagu tidak terlalu menonjol karena beberapa hal kejelasan kata-kata dalam lagu sangat penting sekali.

Contoh tulisan lagu Sekar Catur:


3.5. Drama Suara

Ceritera yang dibawakan dengan media suara sbg penghantarnya. Drama Suara ini semakin dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Gending Karesmen. Berbeda dengan wujud lagu sekar catur, maka dalam wujud drama swara sekar atau vocal secara langsung mendominasi ungkapan yang akan diutarakan kepada penontonnya.

Dalam drama suara, sekar mempergunakan berbagai laras. Transposisi dan modulasi sangat kaya sekali dalam wujud ini. Juru Sekar dituntut kemampuan yang semakin sbg pemain drama suara. Selain hadir suara yang baik, dituntut pula kemampuan “pemeranan” (gerak, acting, menari, menghapal naskah, dan sebagainya).

Seluruh wujud sekar dapat diutarakan dalam wujud drama suara, baik tembang, kawih, ketuk tilu maupun sindenan. Tetapi hadir pula drama suara yang hanya mengetengahkan salah satu wujud sekaran saja, misalnya drama suara dalam media tembang. Namun hadir beberapa kekurangan yang mesti diperhatikan apabila drama suara hanya mengambil wujud tembang saja yaitu:

(1) Lagam dialog yang terlalu mementingkan mamanis, sehingga hadir akhir suatu peristiwa kurang terarah pada tema ceritra atau ungkapan dialog itu sendiri untuk diketahui maksudnya.

(2) Takaran jiwa tembang yang telah mengendap secara khusus. Dalam hal ini sering terjadi pemerkosaan terhadap jiwa lagu dari tembang itu sendiri karena kebutuhan dialog yang diungkapkan.

(3) Surupan yang terlalu rendah dan motif lagu yang monoton kurang memberi suasana terhadap jalur ceritera yang diutarakan. Hal ini akan terasa pada nafas-nafas kemarahan yang terkadang kurang terjangkau oleh tembang.

Drama suara yang baik sebenarnya cenderung untuk disanggi secara khusus. Apabila akan menambahkan beberapa lagu tradisi atau wujud sekar lainnya, alangkah baiknya apabila jiwa lagu itu disesuaikan dengan kata-katanya. Drama suara merupakan cirri khas dari karawitan daerah Sunda (Jawa Barat)

Karawitan Sekar Gending

Karawitan Sekar Gending adalah salah satu wujud kesenian yang dalam penyajiannya terdapat unsur gabungan selang karawitan sekar dan gending

Pengertian dari karawitan itu sendiri secara khusus dapat diartikan sbg Seni Musik Tradisional yang terdapat di seluruh wilayah etnik Indonesia.

Penyebaran seni karawitan terdapa di Pulau Jawa, Sumatra, Madura dan Bali. Karawitan memperagakan alat musik bernama gamelan, sbg contoh Gamelan Pelog/Salendro, Gamelan Cirebon, Gamelan Degung dan Gamelan Cianjuran (untuk wujud sajian ensemble/kelompok). Dalam prakteknya, karawitan biasa dipergunakan untuk mengiringi tarian dan nyanyian, tapi tidak tertutup kemungkinan untuk mengadakan pementasan musik saja.


edunitas.com


Page 4


Karena Dia adalah sebuah lagu yang diciptakan oleh Maia Estianty. Lagu ini dirilis tahun 2012. Lagu ini lagu Pop, lagu ini dinyanyikan satu orang.

Lirik Lagu

Sekeras apa pun aku berpikirApakah semua yang terjadi ini benar?Saling di luar ingatan satu dan lainnyaBenar lagi rasa kasih sayang yang pernah aku rasa


Page 5


Karena Dia adalah sebuah lagu yang diciptakan oleh Maia Estianty. Lagu ini dirilis tahun 2012. Lagu ini lagu Pop, lagu ini dinyanyikan satu orang.

Lirik Lagu

Sekeras apa pun aku berpikirApakah semua yang terjadi ini benar?Saling di luar ingatan satu dan lainnyaBenar lagi rasa kasih sayang yang pernah aku rasa


Page 6


Karena Dia adalah sebuah lagu yang diciptakan oleh Maia Estianty. Lagu ini dirilis tahun 2012. Lagu ini lagu Pop, lagu ini dinyanyikan satu orang.

Lirik Lagu

Sekeras apa pun aku berpikirApakah semua yang terjadi ini benar?Saling di luar ingatan satu dan lainnyaBenar lagi rasa kasih sayang yang pernah aku rasa


Page 7


Karena Dia adalah sebuah lagu yang diciptakan oleh Maia Estianty. Lagu ini dirilis tahun 2012. Lagu ini lagu Pop, lagu ini dinyanyikan satu orang.

Lirik Lagu

Sekeras apa pun aku berpikirApakah semua yang terjadi ini benar?Saling di luar ingatan satu dan lainnyaBenar lagi rasa kasih sayang yang pernah aku rasa


Page 8

Republik Zambia

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
Bendera
Motto: Satu Zambia, Satu Bangsa
Lagu kebangsaan: "Stand and Sing of Zambia, Proud and Free"

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Lusaka
Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
15°25′LU 28°17′BT / 15,417°LS 28,283°BT / -15.417; 28.283
Bahasa resmiInggris
Bahasa kawasan
yang diakui
Chewa, Bemba, Lunda, Tonga, Lozi, Luvale, Kaonde
DemonimZambia
PemerintahanRepublik
 - PresidenMichael Sata
 - Wakil PresidenGuy Scott
Merdeka
 - dari Kerajaan Inggris24 Oktober 1964 
Lapang
 - Total752.618 km2 [1](ke-39)
 - Perairan (%)1
Penduduk
 - Perkiraan 201214.309.466 (ke-70)
 - Sensus 201013.092.666 
 - Kepadatan17.2/km2 (ke-191)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$23,967 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,721[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2012
 - Total$20,517 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,473[2] 
Gini (2002–03)42.1
IPM (2011) 0.430 (rendah) (ke-164)
Mata uangKwacha Zambia (ZMK)
Zona kalaCAT (UTC+2)
 - Musim panas (DST)Tidak diamankan dan diamati (UTC+2)
Lajur kendalikanan
Ranah Internet.zm
Kode telepon260

Republik Zambia adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Negara yang tidak memiliki garis pantai ini berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo di sebelah utara; Tanzania di timur laut; Malawi di timur; Mozambik, Zimbabwe, Botswana, dan Namibia di selatan; dan Angola di barat. Zambia dahulu bernama Zambezia Utara dan pengahabisan Rhodesia Utara. Namanya kini berlandaskan sungai Zambezi.

Bahasa resmi Zambia adalah Inggris, yang dipergunakan dalam urusan resmi, bidang usaha, dan dalam pengajaran di sekolah-sekolah. Selain itu hadir delapan bahasa kawasan utama yang dipergunakan, yaitu : Cibemba, Chinyanja, Lunda, Chitonga, Kaonde, Silozi, Nkoya and Luvale.

Provinsi

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending

Provinsi di Zambia

Zambia dibagi menjadi sembilan provinsi, yang pengahabisan dibagi menjadi 73 distrik. Berikut daftarnya:

  • tengah
  • Provinsi Copperbelt
  • Provinsi timur, Zambia
  • Provinsi Luapula
  • Provinsi Lusaka
  • Provinsi utara, Zambia
  • Provinsi barat laut, Zambia
  • Provinsi selatan, Zambia
  • Provinsi barat Zambia

Populasi kota utama

KotaPopulasi
Lusaka1.218.200
Ndola547.900
Kitwe368.800
Kabwe213.800
Chingola150.500
Luanshya124.800
Livingstone108.100

Referensi

Lihat pula

  • Daftar negara-negara di alam

Pranala luar

Distrik di Provinsi Barat kekuatan - Zambia

 

Chavuma · Kabompo · Kasempa · Mufumbwe · Mwinilunga · Solwezi · Zambezi


edunitas.com


Page 9

Republik Zambia

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
Bendera
Motto: Satu Zambia, Satu Bangsa
Lagu kebangsaan: "Stand and Sing of Zambia, Proud and Free"

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Lusaka
Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
15°25′LU 28°17′BT / 15,417°LS 28,283°BT / -15.417; 28.283
Bahasa resmiInggris
Bahasa kawasan
yang diakui
Chewa, Bemba, Lunda, Tonga, Lozi, Luvale, Kaonde
DemonimZambia
PemerintahanRepublik
 - PresidenMichael Sata
 - Wakil PresidenGuy Scott
Merdeka
 - dari Kerajaan Inggris24 Oktober 1964 
Lapang
 - Total752.618 km2 [1](ke-39)
 - Perairan (%)1
Penduduk
 - Perkiraan 201214.309.466 (ke-70)
 - Sensus 201013.092.666 
 - Kepadatan17.2/km2 (ke-191)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$23,967 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,721[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2012
 - Total$20,517 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,473[2] 
Gini (2002–03)42.1
IPM (2011) 0.430 (rendah) (ke-164)
Mata uangKwacha Zambia (ZMK)
Zona kalaCAT (UTC+2)
 - Musim panas (DST)Tidak diamankan dan diamati (UTC+2)
Lajur kendalikanan
Ranah Internet.zm
Kode telepon260

Republik Zambia yaitu sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Negara yang tidak memiliki garis pantai ini berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo di sebelah utara; Tanzania di timur laut; Malawi di timur; Mozambik, Zimbabwe, Botswana, dan Namibia di selatan; dan Angola di barat. Zambia dahulu bernama Zambezia Utara dan pengahabisan Rhodesia Utara. Namanya sekarang berlandaskan sungai Zambezi.

Bahasa resmi Zambia yaitu Inggris, yang dipergunakan dalam urusan resmi, bidang usaha, dan dalam pengajaran di sekolah-sekolah. Selain itu hadir delapan bahasa kawasan utama yang dipergunakan, yaitu : Cibemba, Chinyanja, Lunda, Chitonga, Kaonde, Silozi, Nkoya and Luvale.

Provinsi

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending

Provinsi di Zambia

Zambia dibagi menjadi sembilan provinsi, yang pengahabisan dibagi menjadi 73 distrik. Berikut daftarnya:

  • tengah
  • Provinsi Copperbelt
  • Provinsi timur, Zambia
  • Provinsi Luapula
  • Provinsi Lusaka
  • Provinsi utara, Zambia
  • Provinsi barat laut, Zambia
  • Provinsi selatan, Zambia
  • Provinsi barat Zambia

Populasi kota utama

KotaPopulasi
Lusaka1.218.200
Ndola547.900
Kitwe368.800
Kabwe213.800
Chingola150.500
Luanshya124.800
Livingstone108.100

Referensi

Lihat juga

  • Daftar negara-negara di alam

Pranala luar

Distrik di Provinsi Barat kekuatan - Zambia

 

Chavuma · Kabompo · Kasempa · Mufumbwe · Mwinilunga · Solwezi · Zambezi


edunitas.com


Page 10

Republik Zambia

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
Bendera
Motto: Satu Zambia, Satu Bangsa
Lagu kebangsaan: "Stand and Sing of Zambia, Proud and Free"

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Lusaka
Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
15°25′LU 28°17′BT / 15,417°LS 28,283°BT / -15.417; 28.283
Bahasa resmiInggris
Bahasa kawasan
yang diakui
Chewa, Bemba, Lunda, Tonga, Lozi, Luvale, Kaonde
DemonimZambia
PemerintahanRepublik
 - PresidenMichael Sata
 - Wakil PresidenGuy Scott
Merdeka
 - dari Kerajaan Inggris24 Oktober 1964 
Lapang
 - Total752.618 km2 [1](ke-39)
 - Perairan (%)1
Penduduk
 - Perkiraan 201214.309.466 (ke-70)
 - Sensus 201013.092.666 
 - Kepadatan17.2/km2 (ke-191)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$23,967 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,721[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2012
 - Total$20,517 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,473[2] 
Gini (2002–03)42.1
IPM (2011) 0.430 (rendah) (ke-164)
Mata uangKwacha Zambia (ZMK)
Zona kalaCAT (UTC+2)
 - Musim panas (DST)Tidak diamankan dan diamati (UTC+2)
Lajur kendalikanan
Ranah Internet.zm
Kode telepon260

Republik Zambia yaitu sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Negara yang tidak memiliki garis pantai ini berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo di sebelah utara; Tanzania di timur laut; Malawi di timur; Mozambik, Zimbabwe, Botswana, dan Namibia di selatan; dan Angola di barat. Zambia dahulu bernama Zambezia Utara dan pengahabisan Rhodesia Utara. Namanya sekarang berlandaskan sungai Zambezi.

Bahasa resmi Zambia yaitu Inggris, yang dipergunakan dalam urusan resmi, bidang usaha, dan dalam pengajaran di sekolah-sekolah. Selain itu hadir delapan bahasa kawasan utama yang dipergunakan, yaitu : Cibemba, Chinyanja, Lunda, Chitonga, Kaonde, Silozi, Nkoya and Luvale.

Provinsi

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending

Provinsi di Zambia

Zambia dibagi menjadi sembilan provinsi, yang pengahabisan dibagi menjadi 73 distrik. Berikut daftarnya:

  • tengah
  • Provinsi Copperbelt
  • Provinsi timur, Zambia
  • Provinsi Luapula
  • Provinsi Lusaka
  • Provinsi utara, Zambia
  • Provinsi barat laut, Zambia
  • Provinsi selatan, Zambia
  • Provinsi barat Zambia

Populasi kota utama

KotaPopulasi
Lusaka1.218.200
Ndola547.900
Kitwe368.800
Kabwe213.800
Chingola150.500
Luanshya124.800
Livingstone108.100

Referensi

Lihat juga

  • Daftar negara-negara di alam

Pranala luar

Distrik di Provinsi Barat kekuatan - Zambia

 

Chavuma · Kabompo · Kasempa · Mufumbwe · Mwinilunga · Solwezi · Zambezi


edunitas.com


Page 11

Republik Zambia

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
Bendera
Motto: Satu Zambia, Satu Bangsa
Lagu kebangsaan: "Stand and Sing of Zambia, Proud and Free"

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending

Ibu kota
(dan kota terbesar)
Lusaka
Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending
15°25′LU 28°17′BT / 15,417°LS 28,283°BT / -15.417; 28.283
Bahasa resmiInggris
Bahasa kawasan
yang diakui
Chewa, Bemba, Lunda, Tonga, Lozi, Luvale, Kaonde
DemonimZambia
PemerintahanRepublik
 - PresidenMichael Sata
 - Wakil PresidenGuy Scott
Merdeka
 - dari Kerajaan Inggris24 Oktober 1964 
Lapang
 - Total752.618 km2 [1](ke-39)
 - Perairan (%)1
Penduduk
 - Perkiraan 201214.309.466 (ke-70)
 - Sensus 201013.092.666 
 - Kepadatan17.2/km2 (ke-191)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$23,967 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,721[2] 
PDB (nominal)Perkiraan 2012
 - Total$20,517 Miliar[2] 
 - Per kapita$1,473[2] 
Gini (2002–03)42.1
IPM (2011) 0.430 (rendah) (ke-164)
Mata uangKwacha Zambia (ZMK)
Zona kalaCAT (UTC+2)
 - Musim panas (DST)Tidak diamankan dan diamati (UTC+2)
Lajur kendalikanan
Ranah Internet.zm
Kode telepon260

Republik Zambia adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Negara yang tidak memiliki garis pantai ini berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo di sebelah utara; Tanzania di timur laut; Malawi di timur; Mozambik, Zimbabwe, Botswana, dan Namibia di selatan; dan Angola di barat. Zambia dahulu bernama Zambezia Utara dan pengahabisan Rhodesia Utara. Namanya kini berlandaskan sungai Zambezi.

Bahasa resmi Zambia adalah Inggris, yang dipergunakan dalam urusan resmi, bidang usaha, dan dalam pengajaran di sekolah-sekolah. Selain itu hadir delapan bahasa kawasan utama yang dipergunakan, yaitu : Cibemba, Chinyanja, Lunda, Chitonga, Kaonde, Silozi, Nkoya and Luvale.

Provinsi

Apa yang dimaksud dengan karawitan sekar gending

Provinsi di Zambia

Zambia dibagi menjadi sembilan provinsi, yang pengahabisan dibagi menjadi 73 distrik. Berikut daftarnya:

  • tengah
  • Provinsi Copperbelt
  • Provinsi timur, Zambia
  • Provinsi Luapula
  • Provinsi Lusaka
  • Provinsi utara, Zambia
  • Provinsi barat laut, Zambia
  • Provinsi selatan, Zambia
  • Provinsi barat Zambia

Populasi kota utama

KotaPopulasi
Lusaka1.218.200
Ndola547.900
Kitwe368.800
Kabwe213.800
Chingola150.500
Luanshya124.800
Livingstone108.100

Referensi

Lihat pula

  • Daftar negara-negara di alam

Pranala luar

Distrik di Provinsi Barat kekuatan - Zambia

 

Chavuma · Kabompo · Kasempa · Mufumbwe · Mwinilunga · Solwezi · Zambezi


edunitas.com


Page 12

Tags (tagged): unkris, zakumi, lahir, 16, juni 1994 nama, maskot piala, dunia, 2010, hari pemuda, afrika selatan, pada, tahun 2010 zakumi, kumi sebuah, kata, berarti sepuluh dalam, berbagai bahasa, pranala luar fifa, s official, webpage, on zakumi, center, of studies, disiplin, jadwal kualifikasi pengundian, putaran final, siaran, zakumi center of, studies, program kuliah pegawai, kelas weekend, center of studies, kelas eksekutif, indonesian, encyclopedia


Page 13

Tags (tagged): unkris, zakumi, lahir, 16, juni 1994 nama, maskot piala, dunia, 2010, hari pemuda, afrika selatan, pada, tahun 2010 zakumi, kumi sebuah, kata, berarti sepuluh dalam, berbagai bahasa, pranala luar fifa, s official, webpage, on zakumi, center, of studies, disiplin, jadwal kualifikasi pengundian, putaran final, siaran, zakumi center of, studies, program kuliah pegawai, kelas weekend, center of studies, kelas eksekutif, indonesian, encyclopedia


Page 14

Tags (tagged): unkris, zakumi, lahir, 16, juni 1994 nama, maskot piala, dunia, 2010, hari pemuda, afrika selatan, pada, tahun 2010 zakumi, kumi sebuah, kata, berarti sepuluh dalam, berbagai bahasa, pranala luar fifa, s official, webpage, on zakumi, pusat, ilmu pengetahuan, disiplin, jadwal kualifikasi pengundian, putaran final, siaran, zakumi pusat ilmu, pengetahuan, program kuliah pegawai, kelas weekend, pusat ilmu pengetahuan, kelas eksekutif, ensiklopedi, bahasa indonesia, ensiklopedia


Page 15

Tags (tagged): unkris, zakumi, lahir, 16, juni 1994 nama, maskot piala, dunia, 2010, hari pemuda, afrika selatan, pada, tahun 2010 zakumi, kumi sebuah, kata, berarti sepuluh dalam, berbagai bahasa, pranala luar fifa, s official, webpage, on zakumi, pusat, ilmu pengetahuan, disiplin, jadwal kualifikasi pengundian, putaran final, siaran, zakumi pusat ilmu, pengetahuan, program kuliah pegawai, kelas weekend, pusat ilmu pengetahuan, kelas eksekutif, ensiklopedi, bahasa indonesia, ensiklopedia


Page 16

Tags (tagged): wasit piala dunia, fifa 2010, unkris, dunia fifa 2010, kemudian pada, 5, februari 2010 fifa, cesar torrentera, rivera, carlos batres leonel, leal carlos, martin, hansson henrik andren, stefan wittberg, viktor, world cup south, africa tm, referees, with assistant, pusat, ilmu pengetahuan, jerome, damon eddy maillet, concacaf joel, aguilar, benito wasit piala, dunia fifa, 2010, wasit, piala dunia fifa


Page 17

Tags (tagged): wasit piala dunia, fifa 2010, unkris, dunia fifa 2010, kemudian pada, 5, februari 2010 fifa, cesar torrentera, rivera, carlos batres leonel, leal carlos, martin, hansson henrik andren, stefan wittberg, viktor, world cup south, africa tm, referees, with assistant, pusat, ilmu pengetahuan, jerome, damon eddy maillet, concacaf joel, aguilar, benito wasit piala, dunia fifa, 2010, wasit, piala dunia fifa


Page 18

Tags (tagged): 2010 fifa world, cup referees, unkris, dunia fifa 2010, kemudian pada, 5, februari 2010 fifa, cesar torrentera, rivera, carlos batres leonel, leal carlos, martin, hansson henrik andren, stefan wittberg, viktor, world cup south, africa tm, referees, with assistant, center, of studies, jerome, damon eddy maillet, concacaf joel, aguilar, benito 2010 fifa, world cup, 2010, fifa world cup


Page 19

Tags (tagged): 2010 fifa world, cup referees, unkris, dunia fifa 2010, kemudian pada, 5, februari 2010 fifa, cesar torrentera, rivera, carlos batres leonel, leal carlos, martin, hansson henrik andren, stefan wittberg, viktor, world cup south, africa tm, referees, with assistant, center, of studies, jerome, damon eddy maillet, concacaf joel, aguilar, benito 2010 fifa, world cup, 2010, fifa world cup


Page 20

Tags (tagged): asian, football, confederation, unkris, armenia, siprus, israel, seluruh, wilayahnya, terletak, velappan, malaysia, 1978, 27, dato, paul, mony, samuel, u, 16, turnamen, regional, asean, kejuaraan, sepak, bola, yaman, yordania, fifa, afc, menggunakan, nama, hong, kong, center, of, studies, tengah, karibia, concacaf, piala, emas, wanita, amerika, selatan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedia


Page 21

Tags (tagged): asian, football, confederation, unkris, burma, myanmar, republik, china, hong, kong, india, indonesia, bangladesh, bhutan, kirgizstan, maladewa, nepal, pakistan, asia, afc, afganistan, arab, saudi, australia, bahrain, u, 20, piala, dunia, , olimpiade, games, all, africa, center, of, studies, ofc, liga, champions, eropa, uefa, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedi


Page 22

Tags (tagged): brazilian, football confederation, center, of studies, unkris, o brasileira, de, desportos cbd konfederasi, olahraga brasil, teres, polis badan mengumumkan, pada 29, fifa, 3 kali 1997, 25 20, copa, am rica 8, kali 1919, 1922, web resmi fifa, inggris brasil, pada, situs resmi conmebol, center of, studies, dunia fifa ballon, d or, tim, kompetisi federasi kode, asia afc, brazilian football confederation, program kuliah, pegawai, kelas weekend, kelas, eksekutif, indonesian, encyclopedia


Page 23

Tags (tagged): list of football, federation, unkris, list, of football federation, of, football federation, de football, association, 208 anggota didirikan, selatan turnamen, utamanya, ialah copa america, concacaf, enam, anggota, tapi afc mengelompokkan, negara non, selatan turnamen utamanya, ialah cosafa, cup, wafu union of, center of, studies, amerika tengah turnamen, utamanya ialah, uncaf, nations cup list, of football, football


Page 24

Tags (tagged): list of football, federation, unkris, list, of football federation, of, football federation, de football, association, 208 anggota didirikan, selatan turnamen, utamanya, ialah copa america, concacaf, enam, anggota, tapi afc mengelompokkan, negara non, selatan turnamen utamanya, ialah cosafa, cup, wafu union of, center of, studies, amerika tengah turnamen, utamanya ialah, uncaf, nations cup list, of football, football


Page 25

Tags (tagged): daftar federasi sepak, bola, unkris, daftar, federasi sepak bola, federasi, sepak bola, de football, association, 208 anggota didirikan, selatan turnamen, utamanya, ialah copa america, concacaf, enam, anggota, tapi afc mengelompokkan, negara non, selatan turnamen utamanya, ialah cosafa, cup, wafu union of, pusat ilmu, pengetahuan, amerika tengah turnamen, utamanya ialah, uncaf, nations cup daftar, federasi sepak, sepak


Page 26

Tags (tagged): daftar federasi sepak, bola, unkris, daftar, federasi sepak bola, federasi, sepak bola, de football, association, 208 anggota didirikan, selatan turnamen, utamanya, ialah copa america, concacaf, enam, anggota, tapi afc mengelompokkan, negara non, selatan turnamen utamanya, ialah cosafa, cup, wafu union of, pusat ilmu, pengetahuan, amerika tengah turnamen, utamanya ialah, uncaf, nations cup daftar, federasi sepak, sepak