Apa yang dimaksud dengan isra mi raj

Isra Mi Raj Nabi Muhammad SAW Oleh/ Rabu, 27 April 2016/ BEM STIKes Cirebon

Definisi Isra’ dan Mi’raj

Isra secara bahasa berasal dari kata ‘saro’ (سرى) bermakna perjalanan di malam hari. Sedangkan secara istilah, Isra bermakna perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersama Jibril dari Mekah ke Baitul Maqdis (Palestina) pada malam hari dengan mengendarai Buraq.

Mi’raj secara bahasa isim alat (kata yang menunjukkan alat/sarana untuk melakukan sesuatu) dari kata ‘aroja’ (عرج) yang berarti naik menuju ke atas. Sehingga maknanya secara bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk naik, baik berupa tangga maupun yang lainnya. Adapun secara istilah, mi’raj bermakna tangga khusus yang digunakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam naik pada malam hari dari Baitul Maqdis ke langit.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau berkata, “Maka saya mendapati 2 tangga, salah satunya dari emas dan yang lainnya dari perak”. Wallahu a’lam

Apa yang dimaksud dengan isra mi raj

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Apa yang dimaksud dengan isra mi raj

Sebuah adegan dari Ascension di mana Muhammad, Nabi Islam, sedang mengendarai burak. Miniatur Iran karya pelukis terkenal Sultan Mohammad abad ke-16 M, disimpan di British Museum.

Isra Mikraj (bahasa Arab: الإسراء والمعراج, translit. al-’Isrā’ wal-Mi‘rāj‎) adalah dua bagian perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Islam Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah Muhammad mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.[1] Beberapa penggambaran tentang kejadian ini dapat dilihat di surah ke-17 di Al-Qur'an, yaitu Surah Al-Isra.[2]

Menurut tradisi, perjalanan ini dikaitkan dengan Lailat al-Mi'raj, sebagai salah satu tanggal paling penting dalam kalender Islam.[3]

Kejadian Isra Mikraj[sunting | sunting sumber]

Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Nabi Islam, Muhammad hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi[4] dan mayoritas ulama islam,[5] Isra Mikraj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mikraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun, Shafiyurrahman al-Mubarakfuri[6] menolak pendapat tersebut dengan alasan karena istri pertama Muhammad, Khadijah meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab, dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mikraj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mikraj.

Ketika Muhammad masih berada di tengah periode dakwah yang akan menerobos jalan antara pencapaian kesuksesan dan penindasan sementara ada sedikit harapan yang mulai terlihat, maka terjadilah peristiwa Isra' dan Mi'raj ini. Mengenai kapan waktu terjadinya, terdapat perbedaan pendapat, di antaranya:[7]

  1. Peristiwa Isra terjadi pada tahun ketika Allah memuliakan NabiNya dengan kenabian. ini adalah pendapat yang dipilih oleh Ath-Thabari.
  2. Peristiwa ini terjadi lima tahun setelah diutusnya Muhammad menjadi Nabi. Pendapat ini dikuatkan oleh An-Nawawi dan Al-Qurthubi.
  3. Peristiwa ini terjadi pada malam 27 Rajab tahun 10 dari kenabian. Pendapat ini dipilih oleh Allamah Al-Manshurfuri.
  4. Peristiwa ini terjadi 16 bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 12 dari kenabian.
  5. Peristiwa ini terjadi I tahun 2 bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun 13 dari kenabian.
  6. Peristiwa ini terjadi I tahun sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Rabi'ul Awwal tahun 13 dari kenabian.

Indikasi dari tiga pendapat pertama adalah bahwa kematian Khadijah pada bulan Ramadhan tahun 10 dari kenabian. Khadijah meninggal sebelum datangnya wahyu yang mewajibkan shalat lima waktu, sementara tidak ada perselisihan pcndapat di kalangan para ulama islam bahwa shalat lima waktu diwajibkan pada malam Isra. Sedangkan mengenai tiga pendapat terakhir lainnya, belum menemukan pendapat yang dapat menguatkan salah satu darinya selain topik bahasan di dalam surah Al-Isra yang menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi pada masa-masa akhir.[7]

Para ulama hadits meriwayatkan rincian dari peristiwa ini, dan kami akan memaparkannya secara ringkas, lbnul Qayyim berkata,

Menurut riwayat yang shahih bahwa Rasulullah diisra'kan dengan jasadnya dari Al-Masjid Al-Haram menuju Baitul Maqdis dengan mengendarai Al-Buraq, ditemani oleh Jibril. Lalu beliau singgah di sana serta menjadi imam shalat bagi para nabi, lalu menambat Al-Buraq pada Pintu masjid. Kemudian pada malam itu, beliau dinaikkan dari Baitul Maqdis menuju langit dunia. Jibril meminta agar Pintu langit dibukakan untuk beliau lalu terbukalah pintunya. Di sana, beliau melihat Adam, bapak manusia. Beliau memberi salam kepadanya lantas dia menyambutnya dan membalas salam tersebut serta mengakui kenabian beliau. Allah juga menampakkan kepada beliau ruhruh para syuhada dari sebelah kanannya dan ruh-ruh orang-orang yang sengsara dari sebelah kirinya.[7]


Kemudian beliau dinaikkan lagi ke langit kedua. Jibril meminta agar dibukakan pintunya untuk beliau. Di sana beliau melihat Nabi Yahya bin Zakaria dan Isa bin Maryam, lalu menjumpai keduanya dan memberi salam. Keduanya menjawab salam tersebut dan menyambut beliau serta mengakui kenabian beliau. Kemudian dinaikkan lagi ke langit ketiga. Di sana beliau melihat nabi Yusuf, lalu memberi salam kepadanya. Dia membalasnya dan menyambut beliau serta mengakui kenabian beliau. Kemudian dinaikkan lagi ke langit keempat. Di sana beliau melihat Nabi Idris lalu memberi salam kepadanya. Dia menyambut beliau dan mengakui kenabian beliau. Kemudian beliau dinaikkan lagi ke langit kelima. Di sana beliau melihat Nabi Harun bin Imran lalu memberi salam kepadanya. Dia menyambut beliau dan mengakui kenabian beliau. Kemudian beliau dinaikkan lagi ke langit keenam. Di sana beliau bertemu dengan Nabi Musa bin Imran lalu memberi salam kepadanya. Dia menyambut beliau dan mengakui kenabian beliau.[6]
Tatkala beliau hendak berlalu, Nabi Musa menangis. Ketika ditanyakan kepadanya, "Apa yang membuatmu menangis?" Dia menjawab, "Aku menangis karena rupanya ada seorang yang diutus setelahku tetapi umatnya yang masuk surga lebih banyak dari umatku. Kemudian beliau dinaikkan lagi ke langit ketujuh". Di sana beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim lalu beliau memberi salam kepadanya. Dia menyambut beliau dan mengakui kenabian beliau. Kemudian beliau naik ke Sidratul Muntaha, lalu dibawa naik ke Al-Bait Al-Ma'mur. Kemudian beliau dinaikkan lagi menuju Allah Yang Maha Perkasa. Beliau mendekat kepada-Nya hingga jaraknya tinggal sepanjang dua ujung busur atau lebih dekat lagi. Dia mewahyukan kepada hamba-Nya ini dengan wahyu, mewajibkan kepadanya lima puluh waktu shalat. Beliau lalu kembali hingga melewati Nabi Musa.[7]

Dia lalu bertanya kepada beliau, "Apa yang diperintahkan kepadamu?" Beliau menjawab, "Lima puluh waktu shalat." Dia berkata, "Umatmu pasti tidak sanggup melakukan itu, kembalilah ke Rabb-mu dan mintalah keringanan untuk umatmu!" Beliau menoleh ke arah Jibril seakan ingin memintakan pendapatnya dalam masalah itu. Dia mengisyaratkan persetujuannya jika beliau memang menginginkan hal itu. Lalu Jibril membawa beliau naik lagi hingga membawanya ke hadapan Allah, sedangkan Dia berada di tempatnya. Ini adalah redaksi milik Al-Bukhari pada sebagian jalur periwayatannya. Lalu Allah meringankannya menjadi sepuluh waktu shalat. Kemudian beliau turun hingga kembali melewati Nabi Musa lagi lantas memberitahukan tentang tersebut kepadanya. Dia berkata kepada beliau, 'Kembalilah lagi kepada mengikuti saran Musa dan rueminta keringanan kepada Allah %Azza Wa Jalla hingga akhirnya Dia menurunkannya menjadi lima waktu shalat. Musa kemudian menwrintahkan beliau agar kembali kepada Rabb dan nwmintakan keringanan lagi. Lalu beliau Inenjawab, "Aku malu kepada Rabb-ku. Aku rela dengan hal ini dan berserah diri." Setelah beliau menjauh, datanglah suara memanggil, "Engkau telah menyetujui fardlu-Ku dan Aku telah memberikan keringanan untuk para hamba-Ku."[7]

Kemudian Ibnul Qayyim menyinggung perbedaan persepsi seputar ru'yah (melihat) beliau terhadap Rabb-nya Tabaraka wa Ta'ala. Dia juga menyebutkan ucapan Ibnu Taimiyyah mengenai hal ini, yang inti dari pendapat-pendapat yang disebutkan olehnya menyatakan bahwa melihat dengan mata telanjang sama sekali tidak valid. Pendapat semacam ini tidak pernah diucapkan oleh seorang sahabat pun. Sedangkan nukilan yang berasal dari Ibnu Abbas tentang rut yah beliau secara mutlak dan rtf yah beliau dengan hati, pendapat pertama ini tidak menafikan pendapat kedua. Ibnul Qayyim kemudian mengomentari, "Sedangkan firman-Nya Ta'ala di dalam surat An-Najm (artinya), "Kemudian dia mendekat lalu bertanlbah mendekat lagi." Ungkapan 'mendekat' di sini bukan yang dimaksud di dalam kisah Isra. Ungkapan "mendekat" yang terdapat di dalam surat An-Najm tersebut adalah mendekat dan bertambah mendekatnya Jibril sebagaimana yang dikatakan oleh Aisyah binti Abu Bakar dan Ibnu Mas'ud. Arah pembicaraan di dalam ayat tersebut pun mendukungnya. Adapun 'mendekat dan bertambah mendekat' yang ada pada cerita Isras adalah jelas sekali menyatakan mendekat dan bertamb ah mendekatnya Rabb Tabaraka wa Ta'ala. Di dalam }surah An-Najm tidak ditemukan sesuatu yang menyinggung tentang hal itu bahkan di sana terdapat penegasan bahwa Muhammad melihat Jibril dalam rupa aslinya yang lain di Sidratul Muntaha. Ini adalah Jibril yang dilihat oleh Muhammad sebanyak dua kali dalam rupa aslinya, pertama di bumi dan kedua di Sidratul Muntaha.[7]

Hadis tentang Isra Mikraj Nabi[sunting | sunting sumber]

Riwayat tentang perjalanan malam Muhammad dan diangkatnya dia ke langit untuk bertemu langsung dengan Allah dan menerima perintah kewajiban salat di lima waktu terdapat dalam Kitab Hadis Sahih milik Imam Muslim: [8]

"...dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah didatangi Burak. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut burak tersebut mencapai ujungnya." Dia bersabda lagi: "Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitulmaqdis." Dia bersabda lagi: "Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan salat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar, tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu, dan aku pun memilih susu. Lalu Jibril berkata, 'Kamu telah memilih fitrah'. Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Ditanyakan lagi, 'Siapa yang bersamamu?' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutus? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutus.' Maka, dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Adam, dia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Lalu, aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapa yang bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf alaihi salam, ternyata dia telah dikaruniakan dengan kedudukan yang sangat tinggi. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris alaihi salam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Allah berfirman: '(...dan kami telah mengangkat ke tempat yang tinggi derajatnya) '. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun alaihi salam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawabnya, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim alaihi salam, dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitulmakmur. Keluasannya setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar, mereka tidak kembali lagi kepadanya (Baitulmakmur). Kemudian aku dibawa ke Sidratulmuntaha. Daun-daunnya besar seperti telinga gajah dan ternyata buahnya sebesar tempayan." Dia bersabda: "Ketika dia menaikinya dengan perintah Allah, maka sidrah muntaha berubah. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya karena indahnya. Lalu, Allah memberikan wahyu kepada dia dengan mewajibkan salat lima puluh waktu sehari semalam. Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa alaihi salam, dia bertanya, 'Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? ' Dia bersabda: "Salat lima puluh waktu'. Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israil dan menguji mereka'. Dia bersabda: "Aku kembali kepada Tuhan seraya berkata, 'Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku'. Lalu Allah subhanahu wata'ala. mengurangkan lima waktu salat dari dia'. Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata, 'Allah telah mengurangkan lima waktu salat dariku'. Nabi Musa berkata, 'Umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi'. Dia bersabda: "Aku masih saja bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga Allah berfirman: 'Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan lima waktu sehari semalam. Setiap salat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka itulah lima puluh salat fardu. Begitu juga barangsiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya, barang siapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun. Lalu, jika dia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya'. Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih saja berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan'. Aku menjawab, 'Aku terlalu banyak berulang-ulang kembali kepada Tuhanku, sehingga menyebabkanku malu kepada-Nya'."

— Shahih Muslim, Kitab Iman, Bab Isra' Rasulullah ke langit, hadits nomor 234.

Perbedaan Isra dan Mikraj[sunting | sunting sumber]

Sering kali masyarakat menggabungkan Isra Mikraj menjadi satu peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mikraj merupakan dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Muhammad "diberangkatkan" oleh Allah. dari Masjidilharam hingga Masjidilaqsa. Lalu dalam Mikraj Nabi Muhammad dinaikkan ke langit sampai ke Sidratulmuntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini, Muhammad mendapat perintah langsung dari Allah. untuk menunaikan salat lima waktu.

Pengaruh[sunting | sunting sumber]

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratulmuntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Muhammad sebagai rasul islam sedih.

Zaman modern[sunting | sunting sumber]

Lailat al-Mi'raj (bahasa Arab: لیلة المعراج‎, Lailätu 'l-Mi‘rāğ), juga dikenal sebagai Shab-e-Mi'raj (bahasa Persia: شب معراج, Šab-e Mi'râj) di Iran, Pakistan, India dan Bangladesh, dan Miraç Kandili dalam bahasa Turki, adalah sebuah perayaan yang dilangsungkan saat Isra dan Mikraj. Beberapa Muslim merayakannya dengan melakukan salat tahajud di malam hari, dan di beberapa negara mayoritas Muslim, dengan menghias kota dengan lampu dan lilin. Umat Islam berkumpul di masjid dan salat berjemaah serta mendengarkan khotbah mengenai Isra dan Mikraj.[9][10]

Masjid Al-Aqsa dipercaya sebagai tempat di mana Muhammad naik ke surga. Tanggal pasti mengenai kejadian ini tidak jelas, tetapi tetap dirayakan karena terjadi sebelum hijrah dan setelah kunjungan nabi ke Taif. Beberapa orang menganggapnya telah terjadi hanya setahun sebelum hijrah, pada 27 Rajab; tetapi tanggal ini tidak selalu diterima. Tanggal ini akan sama dengan 26 Februari 621 di kalender Julian dan 8 Maret 620 jika terjadi setahun sebelumnya. Dalam tradisi Syiah di Iran, 27 Rajab merupakan hari pemanggilan pertama Muhammad, disebut Mab'as. Masjid Al-Aqsa dan sekitarnya dianggap sebagai tempat tersuci ketiga di dunia bagi umat Muslim.[11][12]

Tanggal peringatan Isra Mikraj[sunting | sunting sumber]

  • 22 Maret 2020 (1441)
  • 11 Maret 2021 (1442)
  • 28 Februari 2022 (1443)
  • 18 Februari 2023 (1444)
  • 8 Februari 2024 (1445)
  • 27 Januari 2025 (1446)
  • 16 Januari 2026 (1447)

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

  • Arasy
  • Sidratulmuntaha
  • Hijrah

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Richard C. Martin, Said Amir Arjomand, Marcia Hermansen, Abdulkader Tayob, Rochelle Davis, John Obert Voll, ed. (December 2, 2003). Encyclopedia of Islam and the Muslim World. Macmillan Reference USA. hlm. 482. ISBN 978-0-02-865603-8.
  2. ^ Brown, Dennis; Morris, Stephen (2003). "Religion and Human Experience". A Student's Guide to A2 Religious Studies: for the AQA Specification. Rhinegold Eeligious Studies Study Guides. London, UK: Rhinegold. hlm. 115. ISBN 978-1-904226-09-3. OCLC 257342107. Diakses tanggal 2012-01-10. The revelation of the Qur'an to Prophet Muhammad (SAW)[includes] his Night Journey, an out-of-body experience where the prophet was miraculously taken to Jerusalem on the back of a mythical bird (buraq)....
  3. ^ Bradlow, Khadija (August 18, 2007). "A night journey through Jerusalem". Times Online. Diakses tanggal March 27, 2011.
  4. ^ (Inggris) Al-Mawdudi, 1999. Quranic Suras Information. Version 2.01 (e-book information). Dar el Hadith.
  5. ^ (Indonesia) Abu Majdi Haraki, 2007. Misteri Isra Mi'raj, h. 206. Jogjakarta: DIVA Press.
  6. ^ a b (Arab) Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman. Ar-Rahiq al-Makhtum (pranala unduhan Diarsipkan 2007-02-25 di Wayback Machine., unduhan zip 1.85 MB Diarsipkan 2009-06-03 di Wayback Machine.).
  7. ^ a b c d e f Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman (2021). Sirah Rasulullah: Sejarah Hidup Nabi SAW. Jakarta Timur: Ummul Qura. ISBN 978-602-6579-57-7.
  8. ^ "Hadits Muslim No. 234 | Isra` Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam ke langit". Hadits.id. Diakses tanggal 2022-03-05.
  9. ^ BBC Religion and Ethics - Lailat al Miraj
  10. ^ WRMEA article on Muslim holidays
  11. ^ Jonathan M. Bloom; Sheila Blair (2009). The Grove encyclopedia of Islamic art and architecture. Oxford University Press. hlm. 76. ISBN 978-0-19-530991-1. Diakses tanggal 26 December 2011.
  12. ^ Oleg Grabar (1 October 2006). The Dome of the Rock. Harvard University Press. hlm. 14. ISBN 978-0-674-02313-0. Diakses tanggal 26 December 2011.