Apa hikmah Diutusnya para nabi dan rasul oleh Allah SWT

Ada alasan-alasan kuat mengapa Allah mengutus Rasul untuk menuntun manusia.

Hikmah Diutusnya Rasul (1); Surat Al-Baqarah Ayat 213-214

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah) Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)

Hikmah Diutusnya Rasul (ayat 213-214)

Kata ummah merupakan bentuk tunggal. Adapun bentuk jamaknya adalah umam. Secara bahasa kata ini mengandung beberapa arti, antara lain: 1) suatu golongan manusia, 2) setiap kelompok manusia yang dinisbatkan kepada seorang nabi, misalnya umat Nabi Muhammad saw, umat Nabi Musa as, dan 3) setiap generasi manusia yang menjadi umat yang satu (ummatan wahidah).

Ar-Raghib mendefinisikan kata ummah sebagai setiap kelompok yang dihimpun oleh sesuatu, seperti agama, waktu atau tempat yang sama baik penghimpunannya secara terpaksa maupun atas kehendak mereka. (Al-Raghib al-Asfahani, alMufradāt fī Gharīb’al-Qur`ān, (Beirut: Dār al-Ma’rifah, t.th), hlm. 23).

Mayoritas mufassir sepakat bahwa yang dimaksud ummah dalam ayat ini adalah al-millah yang bisa dimaknai sebagai agama sebagaimana penjelasan dalam bab terdahulu ketika berbicara tentang millah Ibrahim.

Kata an-nās dalam AlQur’an mengacu pada aspek manusia dalam konteks kehidupan sosialnya. Hal ini terkait dengan penyebutan manusia di dalam Al-Qur’an yang bervariasi, salah satunya adalah penyebutan an-nās. Manusia disebutkan di dalam Al-Qur’an dengan beberapa ungkapan, di antaranya alnās, al-insān, al-basyar, bani Ādām, ‘abdun.

Penggunaan kata an-nās dalam Al-Qur’an kerap dihubungkan dengan aspek sosiologisnya (kemasyarakatannya). Ini berkaitan dengan watak manusia yang tidak mungkin hidup sendiri (homo socius), namun selalu berinteraksi dengan manusia lainnya, dan kemudian membentuk sebuah karakter budaya dan tradisi yang khas.

Ayat ini menegaskan bahwa tradisi manusia pada awalnya adalah satu. Kalimat “kānannāsu ummatan wāhidatan” memberikan gambaran bahwa konsep manusia itu merupakan sekelompok individu yang memiliki budaya dan tradisi yang khas, yakni bersatu dalam konsep ummah.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, kata ummah dimaknai sebagai millah, yakni ajaran dan aturan Allah yang diturunkan kepada para Nabi, sehingga kata manusia dapat dimaknai sebagai sekumpulan makhluk yang mengikuti tradisi nabi-nabi yang satu, yakni ajaran tauhid.

Dalam sejarahnya, manusia dengan kecenderungan negatifnya yang didorong oleh hawa nafsu tergiur untuk menyeleweng. Penyelewengan-penyelewengan itu terjadi karena adanya berbagai kepentingan dan motivasi keduniaan manusia yang kemudian diwujudkan tanpa batas ketentuan sehingga melanggar hak-hak orang lain dengan penuh kedengkian.

Pemenuhan kepentingan tanpa batas dan mengambil yang bukan haknya inilah menurut mereka yang memicu perpecahan di antara manusia yang pada awalnya merupakan satu kesatuan komunitas yang terikat dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Selama manusia hidup dengan kedengkian dan selalu ingin mengambil hak orang lain, maka konflik yang mengakibatkan perpecahan akan selalu mengiringi kehidupan manusia yang pada awalnya merupakan ummat yang satu.

Penyelewengan yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang menyebabkan manusia semakin jauh dari ajaran ketauhidan. Inilah yang di dalam Al-Qur’an disebut dengan alahzab (golongan-golongan). Golongan-golongan ini membentuk tradisi dan ajaran tersendiri yang jauh dari ajaran ketauhidan.

Oleh karena itu, kalimat “faba’atsallāhun nabiyyīna” memberikan penjelasan kepada kita bahwa penyelewengan-penyelewengan manusia secara berkelompok ini memberikan dasar diutusnya para nabi untuk meluruskan penyimpangan tersebut. Para nabi, termasuk Nabi Muhammad saw diutus disertai dengan kitab suci yang berisi ketentuan-ketentuan ajaran Allah. Bersambung

Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan naskah awal disusun oleh Prof Dr Yunan Yusuf

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 7 Tahun 2018

  • muhammadiyah
  • Tafsir Al-Baqarah
  • Tafsir at-Tanwir
  • suaramuhammadiyah.id

Apa hikmah Diutusnya para nabi dan rasul oleh Allah SWT

Lihat Artikel Asli

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.

Hikmah Diutusnya Para Rasul – Surah Al-Baqarah Ayat 213 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa 04 Rabi’ul Akhir 1443 H / 09 November 2021 M.

Download juga kajian sebelumnya: Kebiasaan Orang Kafir Mencela Orang Beriman – Surah Al-Baqarah Ayat 212

Surah Al-Baqarah Ayat 213

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

“Adalah manusia tadinya satu umat. Maka saat mereka berselisih, Allah pun mengutus para Nabi untuk memberikan kabar gembira dan peringatan, dan Allah turunkan bersama meraka kitab suci dengan membawa kebenaran, agar menghakimi manusia dalam perkara yang diperselisihkan di antara mereka. Dan tidaklah berselisih tentang kitab suci kecuali orang-orang yang telah diberikan kepada mereka kitab suci tersebut, setelah datang kepada mereka keterangan akibat kedzaliman di antara mereka. Maka Allah memberikan hidayah kepada orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya. Dan Allah memberikan hidayah siapa yang Allah kehendaki kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah[2]: 213)

Baca Juga:

Sifat Mata Allah

Manusia tadinya satu umat

Sebagian ulama mengatakan yang dimaksud ayat ini bahwa manusia tadinya berasal dari satu orang, yaitu Nabi Adam ‘Alaihish Shalatu was Salam. Sbagian lagi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘manusia’ di sini yaitu 10 generasi pertama dari keturunan Nabi Adam ‘Alaihish Shalatu was Salam.

Penafsiran yang benar dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu bahwa yang dimaksud ‘manusia’ di sini adalah generasi 10 abad pertama dari anak-anak Nabi Adam. Bahwasanya mereka semua diatas satu aqidah/agama, yaitu agama Islam. Syaikh ‘Utsaimin merajihkan pendapat ini.

Artinya bahwa manusia sebelum diutusnya para Nabi dan Rasul (setelah Nabi Adam ‘Alaihish Shalatu was Salam) mereka diatas satu agama, yaitu Islam. Karena Nabi Adam adalah seorang Nabi yang Allah turunkan kepadanya syariat untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan anak-anak Nabi Adam pun di atas agama ayahnya. Kemudian ketika telah banyak manusia, pendapat-pendapat mereka berselisih. Maka ketika mereka berselisih itulah Allah pun kemudian mengutus para Nabi dan Rasul.

Memberikan kabar gembira dan peringatan

Tugas seluruh Nabi dan Rasul tidak lepas dari dua hal ini. Yaitu memberikan kabar gembira dengan surga bagi orang-orang yang mau menaati Allah dan memperingatkan manusia dengan neraka bagi orang yang tidak mau menaati Allah ‘Azza wa Jalla.

Ini merupakan pokok dalam mendidik manusia. Yaitu hendaknya diseimbangkan antara pemberian kabar gembira dengan pemberian peringatan peringatan. Kabar gembira untuk menimbulkan motivasi dan semangat melakukan amal shalih dan ketaatan. Adapun pemberian peringatan adalah agar takut dari api neraka dan meninggalkan perbuatan maksiat.

Yang namanya berharap dan takut harus diseimbangkan. Kecuali dalam keadaan-keadaan yang memang harus diberatkan salah satunya. Misalnya dalam keadaan sedang sakit, maka pada waktu itu rasa berharap harus lebih besar. Misalnya dalam keadaan  sedang senang, sehat, banyak uang dan dekat dengan maksiat. Maka pada waktu itu rasa takut harus lebih besar. Adapun selain itu pada asalnya rasa takut dan berharap ini harus seimbang.

Baca Juga:

Jenis-Jenis Gerakan Dalam Shalat

Menit ke-9:53 Maka ketika mendidik anak-anak, jangan hanya sebatas memberikan kabar gembira saja dengan surga tapi tidak pernah mengancam dengan neraka.

Dan tentunya pemberian kabar gembira yang paling agung adalah dengan surga. Sedangkan pemberian ancaman yang paling agung adalah dengan neraka. Biasakan hal itu. Jangan sampai kita memberikan kabar gembira ternyata lebih menitik beratkan kepada kabar gembira di dunia saja. Hal ini berakibat seseorang lebih mengharapkan dunia dibandingkan dengan akhirat.

Kita terkadang mengharapkan kemenangan dan pertolongan Allah itu di dunia. Padahal pertolongan Allah yang paling agung adalah diwafatkan kita diatas iman, dijadikan kita istiqamah diatas sunnah dan tauhid.

Allah turunkan bersama meraka kitab suci dengan membawa kebenaran

Menit ke-11:52 Ini menunjukkan bahwa semua Rasul diturunkan kepada mereka kitab suci. Namun kitab suci yang diberitahu oleh Allah kepada kita hanya beberapa saja. Yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Sebetulnya banyak kitab suci yang Allah turunkan kepada para Rasul.

Dan tentunya agar manusia percaya akan kebenaran kitab suci dan kebenaran para Rasul, maka Allah tegakkan hujjah di dalam kitab suci tersebut dengan sesuatu yang manusia tidak bisa menolaknya. Makanya Fir’aun sebetulnya yakin bahwa Nabi Musa itu benar. Hati kecilnya meyakini kebenaran risalahnya Nabi Musa ‘Alaihish Shalatu was Salam. Demikian pula Abu Lahab, Abu Jahal, sebetulnya hati kecilnya mengakui kebenaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tapi kesombongan yang menyebabkan kemudian mereka ngeyel diatas kebatilan.

Agar menghakimi manusia dalam perkara yang diperselisihkan

Menit ke-14:04 Adanya kitab suci adalah agar dijadikan rujukan oleh manusia ketika terjadi perselisihan di antara mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

Baca Juga:

Menghadapi Berita Yang Belum Diprediksi

“Jika kalian berselisih pada suatu perkara, kembalikan kepada Allah dan RasulNya…” (QS. An-Nisa[4]: 59)

Ketika ada yang membela kebenaran dan ada yang membela kebatilan, pasti terjadi perselisihan. Perselisihan itu muncul ketika sebagian orang tidak mau mengikuti kebenaran. Kalau misalnya sebelum datang kebenaran terjadi perselisihan, maka yang seperti ini masih dimaaf’kan. Tapi ketika sudah datang kebenaran masih juga diperselisihkan, maka ini akibat mengikuti hawa nafsu.

Berselisih setelah datang kepada mereka keterangan

Menit ke-16:31 Allah menyebutkan bahwa orang-orang ahli kitab itu berselisih setelah datang kepada mereka keterangan. Maka kalau sudah datang keterangan masih berselisih juga, itu akibat kedzaliman, akibat karena yang satu tidak mau menerima kebenaran dan lebih mengikuti hawa nafsu.

Ketika kita menyampaikan kebenaran kemudian ada orang yang menentang, maka pasti terjadi perselisihan. Ketika kita mendakwahkan tauhid di tengah orang-orang yang berbuat syirik, pasti terjadi perselisihan. Ketika kita mendakwahkan sunnah di tengah orang-orang yang berbuat bid’ah, pasti terjadi perselisihan.

Namun masalahnya bahwa yang akan dituduh memecah-belah adalah mereka yang jumlahnya paling sedikit. Misalnya ketika kebanyakan di suatu masyarakat di atas kesyirikan lalu ada orang-orang yang berusaha mendakwahkan kepada tauhid, maka mereka yang dianggap memecah-belah. Itulah kenapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disebut tukang sihir. Karena tukang sihir itu memecah-belah antara suami istri.

Allah memberikan hidayah kepada orang-orang yang beriman

Menit ke-19:21 Allah memberikan hidayah kepada orang-orang yang memang benar-benar beriman kepada Allah. Dimana keimanannya sempurna, dimana orang beriman ini benar-benar tunduk dan patuh hanya kepada Allah. Maka orang yang seperti ini pasti diberikan oleh Allah hidayah kepada kebenaran dalam perkara yang diperselisihkan tersebut.

Makanya di antara doa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah:

اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنْ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ أَنْتَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Baca Juga:

Penerima Eksekusi Wasiat

“Ya Allah, berikan aku hidayah dalam perkara yang diperselisihkan di antara manusia (berikan aku hidayah kepada kebenaran). Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, bagi siapa yang Engkau kehendaki.” (HR. Muslim)

Yang diperselisihkan manusia sangat banyak. Kita terkadang bingung karena masing-masing merasa paling benar dengan membawa dalil dan menguatkan hujjah dengan argumennya. Itu semua agar pendapat mereka diterima oleh manusia. Maka kita minta kepada Allah supaya Allah berikan kepada kita hidayah dalam perkara yang diperselisihkan tersebut.

Dan ini menunjukkan bahwasanya perselisihan itu hikmahnya agung. Adanya perselisihan itu karena Allah ingin memilah dan memilih. Adanya perselisihan itu akan terlihat antara orang yang mengikuti kebenaran dengan orang yang mengikuti hawa nafsu. Adanya perselisihan itu akan terlihat antara orang yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan orang yang malas-malasan mencari kebenaran.

Makanya kalau kita dihadapkan pada satu permasalahan yang kita bingung akibat perselisihan itu, jangan mundur. Yang harus kita lakukan adalah singsingkan lengan kita untuk mencari mana yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, mana kebenaran tersebut. Sambil kita berdoa kepada Allah, sambil kita berusaha untuk mencari dalil. Kalau kita bersungguh-sungguh dan niat kita benar, insyaAllah Allah akan memberikan kita hidayah kepada kebenaran tersebut.

Allah memberikan hidayah siapa yang Allah kehendaki

Menit ke- Siapa orang-orang yang dikehendaki oleh Allah untuk dapat hidayah? Yaitu orang-orang yang Allah tahu dia memang pantas mendapat hidayah. Karena ada orang yang pantas mendapat hidayah dan ada yang tidak pantas mendapat hidayah.

Orang yang pantas dapat hidayah itu Allah tahu akan kebeningan hatinya, bahwa hatinya memang cocok untuk mendapatkan hidayah. Orang-orang yang tidak pantas dapat hidayah, kalaupun dikasih hidayah tetap hidayah itu akan dia sia-siakan sehingga tidak ada manfaatnya.

Kalau ada orang yang sudah Allah beri hidayah lalu ia sia-siakan, lalu kemudian dia kembali kepada masa lalunya yang kelam, itu artinya memang hidayah tidak cocok di hatinya. Untuk supaya hidayah cocok di hati kita, ini membutuhkan kepada tempat yang cocok juga. Maka kehendak Allah tidak lepas dari ilmu Allah dan hikmahNya yang sangat agung sekali.

Faedah Surah Al-Baqarah Ayat 213

1. Agama Islam adalah fitrah manusia

Menit ke-24:56 Agama Islam adalah fitrah manusia. Karena Allah mengatakan: “Adalah manusia itu diatas satu aqidah/agama/keyakinan.” Dan seluruh Nabi dan Rasul diatas agama Islam.

Di dunia ini lebih dulu tauhid daripada syirik. Manusia yang pertama kali Allah turunkan adalah Nabi Adam. Kita lebih percaya Al-Qur’an yang mengatakan bahwa manusia berasal dari Nabi Adam. Maka Allah menciptakan Nabi Adam diatas agama Islam. Allah turunkan Nabi Adam ke bumi membawa agama Islam. Dan semua keturunan Nabi Adam diatas Islam, yaitu hanya menyembah Allah saja dan menjauhkan kesyirikan.

Kapan munculnya kesyirikan pertama kali? Yaitu zaman Nabi Nuh ‘Alaihish Shalatu was Salam. Apa sebab kesyirikan yang pertama kali muncul di dunia? Yaitu ghuluw (berlebih-lebihan) dalam mencintai orang shalih.

Dizaman Nabi Nuh ada lima patung; wadd, suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr. Mereka adalah nama-nama orang shalih. Ketika mereka meninggal dunia, maka digambar lalu dibuat patung. Tadinya bukan untuk disembah, tapi untuk memotivasi ibadah. Setiap kali melihat wajahnya maka mereka menjadi semangat beribadah. Akhirnya lama-lama terjadilah penyembahan terhadap patung tersebut.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang, beliau bersabda:

إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُوْنَ

“Sesungguhnya orang yang paling keras siksanya nanti pada hari kiamat adalah orang-orang yang menggambar (gambar-gambar bernyawa).” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Hikmah diutusnya para Rasul

Menit ke-28:50 Hikmahnya adalah untuk kabar gembira dan memberikan peringatan. Memberikan kabar gembira dengan surga dan memberikan peringatan dengan api neraka.

Disinilah pentingnya menanamkan cinta akhirat. Menjadikan manusia lebih termotivasi dengan surga dibandingkan dengan dunia adalah pokok dakwah para Nabi dan Rasul. Menjadikan manusia lebih takut kepada neraka dibandingkan dengan ancaman dunia merupakan sumber kekuatan untuk menaati Allah ‘Azza wa Jalla. Dan ini semua butuh aqidah.

Baca Juga:

Syarat Mendapatkan Syafa'at

Oleh karena itu ayat-ayat yang pertama kali turun selalu berbicara tentang surga dan neraka. ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata: “Ayat yang pertama-tama turun adalah tentang surga dan neraka.” Ini adalah untuk menanamkan keyakinan. Dan ini jangan sekali-kali, tapi harus sering diulangi. Hal ini agar aqidah menancap dihati setiap mukmin. Sehingga disaat itulah keinginan untuk meraih surga dan lari dari neraka menjadi kuat. Kalau sudah seperti itu, demi Allah ia akan benar-benar kuat dalam iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tak mudah diombang-ambing dengan fitnah dunia.

3. Kenabian tidak bisa diraih dengan usaha

Menit ke-32:34 Kenabian tidak bisa diraih dengan usaha, akan tetapi ia murni pemberian dari Allah. Tidak ada ibadah tertentu untuk menjadi Nabi.

Lucunya adalah orang-orang Sufi ketika tahu bahwasanya tidak mungkin untuk bisa sampai kepada derajat Nabi dan Rasul, mereka membuat sebuah keyakinan bahwa orang kalau sudah sampai kepada derajat wali, sudah sampai kepada derajat hakikat, maka ia tidak wajib mengikuti syariat. Mereka berhujjah dengan kisah Nabi Khidir yang tidak mengikuti syariat Nabi Musa. Itulah cara setan untuk menjauhkan manusia dari syariat Nabi dan Rasul.

4. Perintah dan larangan

Menit ke-34:20 Syariat yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul ada dua macam; yaitu perintah dan larangan. Adapun perintah tidak lepas dari dua hukum, kalau bukan wajib maka sunnah. Larangan pun tidak lepas dari dua hukum, kalau bukan haram maka makruh.

5. Semua kitab suci turun dari Allah

Semua kitab suci turun dari Allah, bukan hasil buatan/pemikiran manusia.

6. Allah tinggi di atas makhlukNya

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tinggi di atas makhlukNya. Karena Allah meletakkan: “Dan Allah turunkan bersama mereka kitab suci.” Yang namanya ‘menurunkan’ tentu dari atas ke bawah.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Tentang Hikmah Diutusnya Para Rasul – Surah Al-Baqarah Ayat 213

Radio Rodja 756AM · Tafsir Al Quran Surat Al Baqarah ayat 213

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download kajian “Hikmah Diutusnya Para Rasul – Surah Al-Baqarah Ayat 213” ini ke facebook, twitter dan yang lainnya. Semoga bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi orang lain.

Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui :

Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com

Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :

Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv