Apa benar Natasha Wilona menikah dengan Verrel Bramasta?

Suara.com - Nama Rachel Vennya akhir-akhir ini menjadi trending di Twitter setelah menyampaikan curahan hatinya mengenai co-parenting bersama mantan suami, Niko Al Hakim atau dikenal dengan nama Okin.

Pasalnya, Rachel Vennya tidak hadir pada perayaan ulang tahun anaknya, Xabiru. Rachel Vennya sendiri membuat klarifikasi melalui instagram story di akun pribadinya. Ia mengaku, kecewa kepada Okin karena tidak mau menunda memberikan kejutan kepada putranya, Xabiru.

Hal ini karena Rachel Vennya kala itu telah memiliki jadwal acara dari teman dekatnya. Namun, ia merasa disalahkan sebab tidak datang pada perayaan ulang tahun putranya.

Apa benar Natasha Wilona menikah dengan Verrel Bramasta?
Pesta Ulang Tahun Chava (Instagram/@rachelvennya)

"Aku cuma pengen tiap moment abang dan adik selalu ada ayah dan bunanya ga lebih. Bukan masalah ingin dulu2an, pas ayahnya wkt itu ga bs datang aku sempetin video call karena tetap aku pengen ayahnya hadir. Aku cuma pengen kebersamaan di moment2 penting kok maaf ya kalo aku bukan ibu yang baiik," tulis Rachel membalas komentar netizen.

Baca Juga: Dituduh Egois, Rachel Vennya Ngegas Dibilang Lebih Mementingkan Pesta di Bali Ketimbang Rayain Ultah Anak

Sementara itu, Rachel Vennya bahkan menuliskan pesan menyindir kepada Okin melalui akun Twitter pribadinya. Ia menuliskan kalau sebagai laki-laki hanya bisa melakukan hal sesukanya.

“Enak banget jadi laki,” cuit Rachel Vennya dalam akun Twitternya, Senin (12/12/2022)

Melihat cuitannya itu justru semakin mengundang kontroversi dari warganet lagi. Rachel Vennya disebut playing victim atas ketidakhadirannya itu. Menurut warganet, seharusnya Rachel Vennya dapat berterima kasih karena Okin telah merayakan ulang tahun putranya meski ia tidak hadir.

Namun, Rachel Vennya malah membuat klarifikasi dan mengungkapkan kekecewaannya kepada mantan suaminya itu. Beberapa lainnya berkomentar, kalau seorang ibu harusnya bisa prioritaskan kepentingan anaknya.

“Aku kira seorang ibu bakal prioritasin their kids over everything. Stip playing victim please, yang berhak bahagia bukan cuma Rachel Vennya,” tulis salah seorang warganet.

Baca Juga: Rachel Vennya Pilih Hadiri Pernikahan Sahabat Saat Xabiru Ultah, Warganet: Kasihan Okin

“Lu tuh bener-bener definisi playing victim,” komentar warganet lainnya.

Terkait playing victim sendiri, istilah satu ini sering kali digunakan banyak orang. Namun, apa sih sebenarnya playing victim tersebut?

Melansir laman Psych2go, playing victim merupakan kondisi seseorang yang selalu merasa menjadi korban dalam segala situasi. Selain itu, mereka juga kerap kali menyebarkan energi negatif kepada orang-orang di lingkungannya.

Seseorang biasanya juga menunjukkan tanda-tanda kalau dirinya melakukan playing victim, di antaranya sebagai berikut.

1. Suka memanipulasi

Mereka yang melakukan playing victim biasanya akan memanipulasi dirinya mengalami hal buruk. Mereka akan menggunakan korban untuk memanipulasi orang lain sehingga selalu dianggap benar. Bahkan, mereka akan selalu mencari kebenaran atas segala situasi yang dirasakan.

2. Menyalahkan kekurangan diri sendiri

Orang yang suka playing victim juga kerap kali menyalahkan kekurangan diri sendiri agar bisa dimaklumi orang lain. Hal ini membuat orang lain dapat menjustifikasi apa yang telah dilakukan.

3. Memiliki dendam di masa lalu

Mereka yang suka playing victim biasanya memiliki rasa dendam kepada orang lain. Hal tersebut yang membuatnya sulit memaafkan sehingga melakukan playing victim.

4. Sering membuat alasan

Ketika disalahkan atas sebuah situasi, mereka yang sering melakukan playing victim akan selalu membuat alasan. Hal ini karena ia tidak ingin disalahkan dari apa yang diperbuatnya. Oleh sebab itu, mereka akan selalu mencari alasan dari apa yang dilakukannya.

5. Tidak senang dengan situasi yang ada

Para pelaku playing victim juga seringkali tidak menyukai situasi yang terjadi. Apalagi situasi yang memojokkannya. Oleh karena itu, mereka akan melakukan apapun untuk mengubah situasi agar kondisinya terlihat baik di hadapan orang lain.

6. Tidak percayaan

Seseorang yang playing victim, tidak mudah percaya dengan orang lain. Mereka akan selalu menempatkan dirinya untuk apa yang dipercayanya. Hal ini juga yang membuatnya selalu merasa benar.

7. Membawa pengaruh bagi orang di sekitarnya

Orang-orang di sekitar playing victim juga akan merasa hal-hal negatif yang diperoleh. Hal ini karena mereka selalu membawa pengaruh buruk sehingga orang lain terbawa oleh skenario yang dibuatnya.

8. Pasif

Orang dengan playing victim sering bersikap pasif. Ketika mereka tidak bisa membela dirinya, mereka akan memilih untuk tidak berbicara akan hal tersebut. Hal ini karena mereka ingin terlihat baik di hadapan orang lain.

9. Merasa tidak percaya diri

Mereka yang sering playing victim memiliki rasa percaya diri yang rendah. Mereka akan terus membandingkan dirinya dengan orang lain. Hal ini juga yang memicunya untuk terus melakukan hal buruk agar dirinya terus terlihat baik.

10. Sering drama

Pelaku playing victim sangat menyukai hal-hal berbau drama. Bahkan mereka sering bertengkar akan hal-hal kecil. Drama yang dibuat juga terkadang hanya ingin membuktikan apa yang dilakukan orang lain salah.