Brilio.net - Chairil Anwar merupakan satu di antara penyair ternama di Indonesia. Di kalangan para pencinta karya sastra, nama Chairil Anwar tentunya cukup populer. Chairil Anwar dianggap sebagai penyair angkatan 45. Show
Sebagai seorang penyair, Chairil terkenal dan dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang". Julukan ini muncul berkat karya puisinya yang berjudul 'Aku'. Ya, Chairil Anwar memang banyak membuat puisi yang mewakili perasaan para pembacanya. Puisi karya Chairil Anwar memiliki banyak tema, mulai dari percintaan, individualisme, eksistensialisme, hingga kematian. Karya-karya Chairil tersebut kemudian dikompilasikan dalam tiga buku, yaitu Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir yang merupakan kumpulan puisi bersama Asrul Sani dan Rivai Apin (1950). Puisi-puisi karya Chairil Anwar pun memiliki banyak makna yang disusun dari kata-kata puitis. Kamu, bisa menggunakan puisi karya Chairil Anwar ini untuk merayu seorang wanita, ataupun sekadar untuk tugas sekolah atau kuliah. Berikut 35 teks puisi Chairil Anwar, dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Sabtu (3/12). Contoh teks puisi Chairil Anwar puitis.
foto: Instagram/@solusibuku.com 1. Aku. Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi. 2. Sia-Sia. Penghabisan kali itu kau datang Membawaku karangan kembang Mawar merah dan melati putih: Darah dan suci Kau tebarkan depanku Serta pandang yang memastikan: Untukmu. Sudah itu kita sama termangu Saling bertanya: Apakah ini? Cinta? Keduanya tak mengerti. Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri. Ah! Hatiku yang tak mau memberi Mampus kau dikoyak-koyak sepi. 3. Sendiri. Hidupnya tambah sepi, tambah hampa Malam apa lagi Ia memekik ngeri Dicekik kesunyian kamarnya Ia membenci. Dirinya dari segala Yang minta perempuan untuk kawannya Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu? Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu! 4. Tak sepadan. Aku kira, Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasvéros. Dikutuk sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta Tak satu juga pintu terbuka. Jadi baik juga kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak ‘kan apa apa Aku terpanggang tinggal rangka. 5. Krawang-Bekasi. Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan berdegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami. Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Sjahrir Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang, kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi. 5. Penghidupan. Lautan maha dalam Mukul dentur selama Nguji tenaga pematang kita Mukul dentur selama Hingga hancur remuk redam Kurnia Bahagia Kecil setumpuk Sia-sia dilindung, sia-sia dipupuk. 6. Nisan. Untuk nenekanda, Bukan kematian benar menusuk kalbu Keridlaanmu menerima segala tiba Tak kutahu setinggi itu atas debu dan duka maha tuan bertakhta. 7. Ajakan. Ida Menembus sudah caya Udara tebal kabut Kaca hitam lumut Pecah pencar sekarang Di ruang legah lapang Mari ria lagi Tujuh belas tahun kembali Bersepeda sama gandengan Kita jalani ini jalan Ria bahgia Tak acuh apa-apa Gembira girang Biar hujan datang Kita mandi-basahkan diri Tahu pasti sebentar kering lagi. 8. Pelarian. I Tak tertahan lagi remang miang sengketa di sini Dalam lari Dihempaskannya pintu keras tak berhingga. Hancur-luluh sepi seketika Dan paduan dua jiwa. II Dari kelam ke malam Tertawa-meringis malam menerimanya Ini batu baru tercampung dalam gelita “Mau apa? Rayu dan pelupa, Aku ada! Pilih saja! Bujuk dibeli? Atau sungai sunyi? Mari! Mari! Turut saja!” Tak kuasa …terengkam Ia dicengkam malam. 9. Suara Malam. Dunia badai dan topan Manusia mengingatkan “Kebakaran di Hutan”* Jadi ke mana Untuk damai dan reda? Mati. Barang kali ini diam kaku saja Dengan ketenangan selama bersatu Mengatasi suka dan duka Kekebalan terhadap debu dan nafsu. Berbaring tak sedar Seperti kapal pecah di dasar lautan Jemu dipukul ombak besar. Atau ini. Peleburan dalam Tiada dan sekali akan menghadap cahaya. Ya Allah! Badanku terbakar – segala samar. Aku sudah melewati batas. Kembali? Pintu tertutup dengan keras. 10. Hukum. Saban sore ia lalu depan rumahku Dalam baju tebal abu-abu Seorang jerih memikul. Banyak menangkis pukul. Bungkuk jalannya – Lesu Pucat mukanya – Lesu Orang menyebut satu nama jaya Mengingat kerjanya dan jasa Melecut supaya terus ini padanya Tapi mereka memaling. Ia begitu kurang tenaga Pekik di angkasa: Perwira muda Pagi ini menyinar lain masa Nanti, kau dinanti-dimengerti! 11. Taman. Taman punya kita berdua Tak lebar luas, kecil saja Satu tak kehilangan lain dalamnya. Bagi kau dan aku cukuplah Taman kembangnya tak berpuluh warna Padang rumputnya tak berbanding permadani Halus lembut dipijak kaki. Bagi kita bukan halangan. Karena Dalam taman punya berdua Kau kembang, aku kumbang Aku kumbang, kau kembang. Kecil, penuh surya taman kita Tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia. 12. Lagu Biasa. Di teras rumah makan kami kini berhadapan Baru berkenalan. Cuma berpandangan Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam Masih saja berpandangan Dalam lakon pertama Orkes meningkah dengan “Carmen” pula. Ia mengerling. Ia ketawa Dan rumput kering terus menyala Ia berkata. Suaranya nyaring tinggi Darahku terhenti berlari Ketika orkes memulai “Ave Maria” Kuseret ia ke sana. 13. Kesabaran. Aku tak bisa tidur Orang ngomong, anjing nggonggong Dunia jauh mengabur Kelam mendinding batu Dihantam suara bertalu-talu Di sebelahnya api dan abu Aku hendak berbicara Suaraku hilang, tenaga terbang Sudah! tidak jadi apa-apa! Ini dunia enggan disapa, ambil perduli Keras membeku air kali Dan hidup bukan hidup lagi Kuulangi yang dulu kembali Sambil bertutup telinga, berpicing mata Menunggu reda yang mesti tiba 14. Kenangan. Untuk Karinah Moordjono, Kadang Di antara jeriji itu itu saja Mereksmi memberi warna Benda usang dilupa Ah! tercebar rasanya diri Membubung tinggi atas kini Sejenak Saja. Halus rapuh ini jalinan kenang Hancur hilang belum dipegang Terhentak Kembali di itu itu saja Jiwa bertanya; Dari buah Hidup kan banyakan jatuh ke tanah? Menyelubung nyesak penyesalan pernah menyia-nyia. 15. Rumahku. Rumahku dari unggun-timbun sajak Kaca jernih dari luar segala nampak Kulari dari gedong lebar halaman Aku tersesat tak dapat jalan Kemah kudirikan ketika senjakala Di pagi terbang entah ke mana Rumahku dari unggun-timbun sajak Di sini aku berbini dan beranak Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang Aku tidak lagi meraih petang Biar berleleran kata manis madu Jika menagih yang satu. Contoh teks puisi Chairil Anwar penuh makna.
foto: bukuisme 16. Kesabaran. Aku tak bisa tidur Orang ngomong, anjing nggonggong Dunia jauh mengabur Kelam mendinding batu Dihantam suara bertalu-talu Di sebelahnya api dan abu Aku hendak berbicara Suaraku hilang, tenaga terbang Sudah! tidak jadi apa-apa! Ini dunia enggan disapa, ambil perduli Keras membeku air kali Dan hidup bukan hidup lagi Kuulangi yang dulu kembali Sambil bertutup telinga, berpicing mata Menunggu reda yang mesti tiba 17. Kawanku dan Aku. Kepada L.K. Bohang, Kami jalan sama. Sudah larut Menembus kabut. Hujan mengucur badan. Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan. Darahku mengental-pekat. Aku tumpat-pedat. Siapa berkata? Kawanku hanya rangka saja Karena dera mengelucak tenaga. Dia bertanya jam berapa! Sudah larut sekali Hingga hilang segala makna Dan gerak tak punya arti. 18. Bercerai. Kita musti bercerai Sebelum kicau murai berderai. Terlalu kita minta pada malam ini. Benar belum puas serah-menyerah Darah masih berbusah-busah. Terlalu kita minta pada malam ini. Kita musti bercerai Biar surya ‘kan menembus oleh malam di perisai Dua benua bakal bentur-membentur. Merah kesumba jadi putih kapur. Bagaimana? Kalau IDA, mau turut mengabur Tidak samudra caya tempatmu menghambur. 19. Cerita. Kepada Darmawidjaya, Di pasar baru mereka Lalu mengada-menggaya. Mengikat sudah kesal Tak tahu apa dibuat Jiwa satu teman lucu Dalam hidup, dalam tuju. Gundul diselimuti tebal Sama segala berbuat-buat. Tapi kadang pula dapat Ini renggang terus terapat. 20. Selamat Tinggal. Perempuan... Aku berkaca Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu – dalam hatiku? – Apa hanya angin lalu? Lagu lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah…!! Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal Selamat tinggal…!!! 21. Dendam. Berdiri tersentak Dari mimpi aku bengis dielak Aku tegak Bulan bersinar sedikit tak nampak Tangan meraba ke bawah bantalku Keris berkarat kugenggam di hulu Bulan bersinar sedikit tak nampak Aku mencari Mendadak mati kuhendak berbekas di jari Aku mencari Diri tercerai dari hati Bulan bersinar sedikit tak tampak. 22. Merdeka. Aku mau bebas dari segala Merdeka Juga dari Ida Pernah Aku percaya pada sumpah dan cinta Menjadi sumsum dan darah Seharian kukunyah kumamah Sedang meradang Segala kurenggut Ikut bayang Tapi kini Hidupku terlalu tenang Selama tidak antara badai Kalah menang Ah! Jiwa yang menggapai-gapai Mengapa kalau beranjak dari sini Kucoba dalam mati. 23. Doa. Kepada pemeluk teguh, Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh Cahaya-Mu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling. 24. Sajak Putih. Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah. 25. Dalan Kereta. Dalam kereta. Hujan menebal jendela Semarang, Solo…, makin dekat saja Menangkup senja. Menguak purnama. Caya menyayat mulut dan mata. Menjengking kereta. Menjengking jiwa, Sayatan terus ke dada. 26. Malam. Mulai kelam belum buntu malam, kami masih saja berjaga Thermopylae? Jagal tidak dikenal? Tapi nanti Sebelum siang membentang Kami sudah tenggelam hilang 27. Sebuah Kamar. Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam Mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!” Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar hitungan: Kamar begini, 3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa! 28. Kabar Dari Laut. Aku memang benar tolol ketika itu, Mau pula membikin hubungan dengan kau; Lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu, Berujuk kembali dengan tujuan biru. Di tubuhku ada luka sekarang, Bertambah lebar juga, mengeluar darah, Di bekas dulu kau cium napsu dan garang; Lagi aku pun sangat lemah serta menyerah. Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi. Pembatasan cuma tambah menyatukan kenang. Dan tawa gila pada whisky tercermin tenang. Dan kau? Apakah kerjamu sembahyang dan memuji, Atau di antara mereka juga terdampar, Burung mati pagi hari di sisi sangkar? 29. Cintaku Jauh Di Pulau. Cintaku jauh di pulau, Gadis manis, sekarang iseng sendiri. Perahu melancar, bulan memancar, Di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. Angin membantu, laut terang, tapi terasa Aku tidak ‘kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, Di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata: “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.” Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama ‘kan merapuh! Mengapa ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri. 30. Situasi. Tidak perempuan! yang hidup dalam diri Masih lincah mengelak dari pelukanmu gemas gelap, Bersikeras mencari kehijauan laut lain, Dan berada lagi di kapal dulu bertemu, Berlepas kemudi pada angin, Mata terpikat pada bintang yang menanti. Sesuatu yang mengepak kembali menandungkan Tai Po dan rahasia laut Ambon Begitulah perempuan! Hanya suatu garis kabur Bisa dituliskan Dengan pelarian kebuntuan senyuman. 31. Kepada Kawan. Sebelum Ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah terkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini: Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam Dan Hancurkan lagi apa yang kau perbuat, Hilang sonder pusaka, sonder kerabat. Tidak minta ampun atas segala dosa, Tidak memberi pamit pada siapa saja! Jadi mari kita putuskan sekali lagi: Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi, Sekali lagi kawan, sebaris lagi: Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!! 32. Sudah Dulu Lagi. Sudah dulu lagi terjadi begini Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil Jangan tanya mengapa jari cari tempat di sini Aku tidak tahu tanggal serta alasan lagi Dan jangan tanya siapa akan menyiapkan liang penghabisan Yang akan terima pusaka: kedamaian antara runtuhan menara Sudah dulu lagi, sudah dulu lagi Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil. 33. Selama Bulan Menyinari Dadanya. Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam Ranjang padang putih tiada batas Sepilah panggil panggilan Antara aku dan mereka yang bertolak Aku bukan lagi si cilik tidak tahu jalan Di hadapan berpuluh lorong dan gang menimbang: Ini tempat terikat pada Ida dan ini ruangan “pas bebas” Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam Ranjang padang putih tiada batas Sepilah panggil panggilan Antara aku dan mereka yang bertolak Juga ibuku yang berjanji Tidak meninggalkan sekoci. Lihatlah cinta jingga luntur: Dan aku yang pilih Tinjauan mengabur, daun daun sekitar gugur Rumah tersembunyi dalam cemara rindang tinggi Pada jendela kaca tiada bayang datang mengambang Gundu, gasing, kuda kudaan, kapal kapalan di zaman kanak, Lihatlah cinta jingga luntur: Kalau datang nanti topan ajaib Menggulingkan gundu, memutarkan gasing Memacu kuda kudaan, menghembus kapal kapalan Aku sudah lebih dulu kaku. 34. Aku Berkisar Antara Mereka. Aku berkisar antara mereka sejak terpaksa Bertukar rupa di pinggir jalan, aku pakai mata mereka Pergi ikut mengunjungi gelanggang bersenda: Kenyataan-kenyataan yang didapatnya. (bioskop Capitol putar film Amerika, lagu-lagu baru irama mereka berdansa) Kami pulang tidak kena apa-apa Sungguhpun Ajal macam rupa jadi tetangga Terkumpul di halte, kami tunggu trem dari kota Yang bergerak di malam hari sebagai gigi masa. Kami, timpang dan pincang, negatip dalam janji juga Sandarkan tulang belulang pada lampu jalan saja, Sedang tahun gempita terus berkata. Hujan menimpa. Kami tunggu trem dari kota. Ah hati mati dalam malam ada doa Bagi yang baca tulisan tanganku dalam cinta mereka Semoga segala sypilis dan segala kusta (Sedikit lagi bertambah derita bom atom pula) Ini buktikan tanda kedaulatan kami bersama Terimalah duniaku antara yang menyaksikan bisa Kualami kelam malam dan mereka dalam diriku pula. 35. Derai-Derai Cemara. Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam Ada beberapa dahan di tingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam Aku sekarang orangnya bisa tahan Sudah berapa waktu bukan kanak lagi Tapi dulu memang ada suatu bahan Yang bukan dasar perhitungan kini Hidup hanya menunda kekalahan Tambah terasing dari cinta sekolah rendah Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan Sebelum pada akhirnya kita menyerah. (brl/red) Recommended By Editor
(brl/red) Puisi apa yang terkenal?Kumpulan Puisi Kemerdekaan Indonesia. “Diponegoro” – Chairil Anwar.. “Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini” – Taufik Ismail.. 3. “ Hari Kemerdekaan” – Sapardi Djoko Damono.. 4. “ Jakarta 17 Agustus Dini Hari” – Sitor Situmorang.. “Museum Perjuangan” – Kuntowijoyo.. 6. “ ... . 7. “ ... . “Doa Serdadu Sebelum Berperang” – W.S. Rendra.. Apa puisi Chairil Anwar yang terkenal?Berikut 3 puisi Chairil Anwar tentang kemerdekaan yang dikutip detikSulsel dari Repositori Kemdikbud berjudul "Chairil Anwar":. Persetujuan dengan Bung Karno. Ayo Bung Karno kasih tangan, Mari kita bikin janji. ... . Diponegoro. Di masa pembangunan ini. ... . Krawang-Bekasi. Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi.. Judul puisi apa saja?#1. Hujan Bulan Juni – Sapardi Djoko Damono.. #2. Biru Bukit, Bukit Kelu – Taufiq Ismail.. #3. Sajak Matahari – W.S. Rendra.. #4. Lereng Merapi – Sitor Situmorang.. #5. Malam Laut – Sudarto Bachtiar.. Siapa tokoh puisi yang terkenal di Indonesia?6 Tokoh Puisi di Indonesia, Siapa Favoritmu?. Chairil Anwar.. Sapardi Djoko Damono.. Sitor Situmorang.. Goenawan Mohamad.. Wiji Thukul.. W.S Rendra.. Ulasan teratas dari Amerika SerikatAda ulasan pemfilteran masalah sekarang. Silakan coba lagi nanti.Ditinjau di Amerika Serikat 🇺🇸 pada 13 September 2022 Sedang mencari puisi 'Abou Ben Adhem' dan menemukannya, bersama dengan yang terbaik dari Carl Sandburg, Robert Frost, Auden, Carroll, Dickinson, Poe, Thomas, Kipling, Whitman, dan Blake. Ini harus ada di rumah semua orang, dan dibacakan untuk anak -anak juga. Ditinjau di Amerika Serikat 🇺🇸 pada 30 Maret 2006 Bagaimana saya bisa menjaga jiwa saya di dalam diri saya, sehingga tidak menyentuh jiwa Anda? Bagaimana saya bisa menaikkannya cukup tinggi, melewati Anda, ke hal -hal lain? Saya ingin melindunginya, di antara benda -benda yang hilang, dalam beberapa kegelapan dan Tempat diam yang tidak beresonansi ketika kedalaman kita bergema. ~ Rainer Maria Rilke Leslie Pockell telah menciptakan koleksi 100 puisi cinta untuk menjelajahi banyak aspek ekspresi cinta. Puisi -puisi itu berkisar dari kerinduan yang penuh gairah hingga penggambaran yang realistis (cinta sejati Judith Viorst). Ada gambar transendensi dan keamanan cinta. Semuanya dari ekstasi hingga kesedihan sudah termasuk. Klasik suka Helen oleh Edgar Allan Poe sangat akrab. Istri pedagang sungai oleh Li Po membawa keindahan dan stroberi yang elegan oleh Edwin Morgan mencelupkan ke dalam kenangan badai sambil makan stroberi dalam gula, salah satu puisi favorit saya sepanjang masa karena akhirnya. Puisi Katherine Mansfield tentang teh itu hangat dan memuaskan. Aliran dan ritme dalam banyak puisi sangat menghibur. Berbagai emosi dalam puisi juga memungkinkan untuk beberapa saat sarkasme (cinta 20 sen kuartal pertama oleh Kenneth takut) dan bahkan humor yang lucu lucu. Teman lele Anda oleh Richard Brautigan jenaka dan imut dan memandang cinta dari perspektif yang sangat kreatif. Ini memungkinkan puisi dengan kepribadian dan meringankan konten yang lebih berat dan cinta melankolis yang sering diungkapkan. Puisi dan ekstrak lengkap berbaur dengan mudah melalui halaman. Setiap puisi disertai dengan penjelasan mendalam yang juga menjelaskan fakta -fakta sejarah dan kehidupan penyair. Dalam Love Song oleh Rainer Maria Rilke kita mengetahui tentang melankolisnya seumur hidup dan Leslie Pockell menjelaskan bagaimana dia sadar akan jarak antara kekasih memainkan "bagian penting dalam mempertahankan misteri cinta dan kehidupan." Gagasannya mengalir dengan puisi dalam perayaan puisi yang indah. Dia hanya memberikan informasi yang cukup untuk memperkenalkan puisi itu dan tidak memberikan komentar yang diperluas. Penyair yang ditampilkan dalam koleksi ini meliputi: Dante Alighieri, William Shakespeare, Howard Moss, Christopher Marlowe, John Milton, Edgar Allan Poe, Robert Burns, Robert Graves, Rumi, Sir John Suckling, E.E. Cummings, Frances Cornford, Sir Philip Sidney, Guillaume Apollinaire , Juan Ramon Jimenez, Walt Witman, Pablo Neruda, William Blake, Robert Frost, Catullus, Octavio Paz, Tzumi Shikibu, Sylvia Plath, Li Po, D.H. Lawrence, John Keats, Ted Hughes, Margaret Atwood dan banyak lagi ... Ada 100 penyair yang ditampilkan dalam buku ini. Apakah Anda seorang romantis tanpa harapan atau menikmati memikirkan banyak aspek cinta, buku ini memiliki banyak hal untuk ditawarkan. Saya hampir dapat menjamin Anda akan menemukan 5 puisi untuk dipuja, 10 Anda ingin membaca lagi dan lagi dan 20 penyair baru yang senang Anda temukan. ~ The Rebecca Review Ditinjau di Amerika Serikat 🇺🇸 pada 12 April 2009 Saya hanya merasa bahwa koleksi seperti ini mencoba untuk menutupi semua pangkalan tanpa benar -benar memahami puisi. Mereka telah mengambil karya di luar konteks, dari beberapa era sejarah, berfokus pada periode seputar abad ke -20, dan menyarankan bahwa setiap karya puitis tentang cinta sepanjang waktu terkandung dalam halaman buku ini. Saya merasa para editor berkata, "Inilah dan semua cinta itu dan bisa." Beberapa karya yang dipilih bukan yang terbaik oleh penulis, yang membuat saya merasa bahwa pengenalan nama lebih penting daripada karya yang sebenarnya. apa itu cinta? seseorang seharusnya bertanya. Apa itu gairah? Bisakah itu berasal dari kata -kata? Bisakah itu melompat dari halaman dan memulai dengan prosa atau ayat? Sirene, memikat pandangan seseorang, sehingga mata tidak akan pernah mengembara dan hanya melihat kata -kata semangat yang akan datang. Apakah karya itu membuat Anda merasakan apa yang penulis rasakan? Apakah tubuh Anda mulai memancarkan gairah yang sama seperti itu? Bisakah Anda mencicipi bibir kekasih yang diabadikan? Apakah dunia Anda meleleh dan kemudian menjadi dunia mereka? Ya, beberapa karya ini telah melakukan ini dan beberapa hanya memiliki kata dan frasa yang disusun dengan rapi. Saya berharap ini lebih nyata dan kurang seperti catatan tebing. Saya mengerti bahwa '100 Puisi Cinta' adalah frasa buzz dan mungkin telah mempromosikan penjualan, tetapi harus lebih lengkap, dengan beberapa dari masing -masing penulis, menggali jantung cinta dan apa artinya mencintai. Terkadang seseorang tidak bisa sampai di sana dari sini dalam satu atau dua halaman. Lompat dengan kedua kaki dan tunjukkan cinta padaku. Cinta adalah hal yang luar biasa. Seseorang dapat menetapkan seluruh hidup mereka untuk menemukan cinta dan hanya dapat melihat sekilas apa yang bisa terjadi. Cinta dapat mengubah kepribadian seseorang, itu bisa sangat memakan waktu dan bahkan dapat mengubah arah sejarah. Kalau saja semua orang bisa benar-benar mengalami apa artinya mencintai, dengan sepenuh hati. Berpikir dan merasa nyaman bukanlah atribut cinta. Cinta adalah, dalam semua misteri itu, tak terlukiskan; Jadi tunjukkan jalannya. Bawalah saya di jalan setapak sehingga saya dapat melihatnya, merasakannya dan mengalaminya secara langsung, bahkan jika saya tidak pernah mengetahuinya atau menyebutnya teman. Saya ingin menjalaninya secara perwakilan melalui huruf dan ruang ini. Dapatkah sebuah buku membuat ini mengutip karya yang ditempatkan secara acak selama berabad -abad inspirasi? Dalam 100 buah, itu tidak bisa. Saya telah dibiarkan dengan rasa yang tidak dapat disembuhkan di mulut saya. Hanya menyerahkan ayat -ayat cinta yang sepenuhnya akan diredakan. Buku ini tidak lebih dari pengantar dan harus diperlakukan seperti itu, bukan koleksi yang pasti. Saran saya kepada Anda adalah membaca koleksi yang lebih lengkap untuk benar -benar mengetahui dan merasakan apa yang sebenarnya berarti semua penulis ini oleh cinta. Ditinjau di Amerika Serikat 🇺🇸 pada 19 Agustus 2020 Saya berharap posting tersebut menyertakan daftar puisi yang termasuk dalam buku ini. Saya salah menganggap itu akan mencakup beberapa puisi yang umum dipuji, seperti berkeliaran dengan kesepian sebagai awan oleh Wordsworth atau jalan yang kurang dilalui oleh Frost. Juga, buku ini tidak berisi indeks alfabet puisi atau penulis, jadi jika Anda mencari puisi tertentu, Anda telah memindai 6 halaman "konten." Ditinjau di Amerika Serikat 🇺🇸 pada 20 Januari 2021
Buku yang bagus tapi sampul ditekuk di tepi. Butuh bungkus gelembung atau semacamnya. Ditinjau di Amerika Serikat 🇺🇸 pada 30 Agustus 2021 Saya pikir mereka melakukan pekerjaan pemilihan puisi yang sangat baik dan perkenalan singkat. Diindeks secara menyeluruh. Ditinjau di Amerika Serikat 🇺🇸 pada 11 Juni 2020 Saya membeli ini untuk suami saya bersama dengan beberapa barang lainnya untuk Hari Valentine. Ini adalah buku kecil puisi yang indah. Bonusnya adalah seminggu sekali, dia sudah mulai memilih puisi untuk saya dan membacanya dengan keras untuk saya. ❤️ Ditinjau di Amerika Serikat 🇺🇸 pada 22 Juni 2021 buku saku yang bagus untuk jalan -jalan Ulasan teratas dari negara lain5.0 dari 5 Starsa Paket Perfect Puisi A PERFECT PARCEL OF POEMS Ditinjau di Inggris 🇬🇧 pada 21 Desember 2012 Buku kecil yang menarik yang memberikan berbagai puisi yang bagus semuanya terkait dengan cinta dan romansa. Kata pengantar yang menarik untuk setiap item yang menambah kenikmatan. Berharap sudah sekitar 50 tahun yang lalu. Saya telah membeli beberapa untuk membuat carry dan bahkan mungkin sedikit lebih dengan gadis -gadis itu saat itu !! 4.0 dari 5 Pilihan Starssolid solid choices Ditinjau di Inggris 🇬🇧 pada 20 Juni 2020 Pilihan yang menarik, terutama beberapa puisi Amerika yang kurang akrab. 5.0 dari 5 starsexcellent Excellent Ditinjau di Inggris 🇬🇧 pada 4 Mei 2019 Pengiriman Prompt Hadir yang Hebat 5.0 dari 5 bintang bintang Five Stars Ditinjau di Inggris 🇬🇧 pada 1 Januari 2015 1.0 dari 5 pilihan StarSpoor. Menghindari. Poor selection. Avoid. Ditinjau di Jerman 🇩🇪 pada 6 Juni 2014 Pilihan yang buruk, yang terlepas dari kelas yang selalu muncul dalam antologi puisi, memiliki beberapa pilihan yang lebih dipertanyakan (seperti ayat -ayat jingoistik pada penghapusan unggulan AS dan seleksi yang kurang jelas dalam puisi yang diterjemahkan), hampir tidak dihitung di antara 100 puisi terbaik sepanjang masa oleh imajinasi apa pun. Tidak akan merekomendasikan. Pergi untuk "The Golden Treasury" atau antologi lain yang mapan. Apa 10 puisi paling populer?Sepuluh puisi terbaik sepanjang masa.. Masih saya bangkit oleh Maya Angelou .. Sonnet 18 oleh William Shakespeare .. O Kapten! Kapten ku! oleh Walt Whitman .. The Raven oleh Edgar Allan Poe .. Jangan lembut ke malam yang baik itu oleh Dylan Thomas .. Aku membawa hatimu dengan E.E. Cummings .. Kekuatan oleh Audre Lorde .. Jalan yang tidak diambil oleh Robert Frost .. Siapa puisi paling terkenal?32 puisi paling ikonik dalam bahasa Inggris.. William Carlos Williams, "The Red Brengbarrow" .... T. S. Eliot, “Tanah Limbah” .... Robert Frost, “Jalan Tidak Diambil” .... Gwendolyn Brooks, "We Real Cool" .... Elizabeth Bishop, "Satu Seni" .... Emily Dickinson, "Karena aku tidak bisa berhenti untuk mati -" .... Langston Hughes, "Harlem". Apa puisi yang paling umum?Jenis puisi populer termasuk haiku, ayat gratis, soneta, dan puisi akrostik.haiku, free verse, sonnets, and acrostic poems.
Siapa puisi bahasa Inggris terbaik?Lihatlah daftar penyair Inggris terkenal sepanjang masa ... Shakespeare.. Rudyard kipling .. Robert Burns .. Oscar Wilde .. John Milton .. John Keats .. Charlotte Bronte .. Charles Dickens .. |