Upacara adat yang dilakukan sebagai Bentuk rasa syukur atas nikmat alam dari tuhan disebut

JAKARTA, SENIN — Masyarakat adat Sunda punya tradisi tahunan yang dinamakan Seren Taun. Beberapa wilayah di Jawa Barat, seperti Sumedang, Indramayu, dan Kuningan, selalu menggelar ritual tersebut dari tahun ke tahun. Di Kuningan, khususnya Kecamatan Cigugur, Seren Taun dirayakan setiap tanggal 22 Rayagung 1941 S. Tahun ini, perayaan digelar selama 6 hari, dari 16 Desember hingga 21 Desember 2008. Setiap tahunnya pula, ritual ini selalu mengundang para wisatawan untuk menyaksikannya. Apakah Seren Taun hanya berhenti sebagai komoditas wisata tanpa makna?

Bagi masyarakat adat Karuhun Urang Cigugur, Seren Taun merupakan Gelar Budaya Tradisional Masyarakat Agraris Sunda sebagai wujud luapan rasa syukur kepada Tuhan. Itu diartikan juga sebagai upacara penyerahan hasil panen yang baru diraih dan memohon kebaikan untuk tahun selanjutnya.

Putra sesepuh masyarakat adat Karuhun Urang, Gumirat Barna Alam, menjelaskan, Seren Taun menjadi ritual syukur masyarakatnya atas panen hasil bumi seperti padi, jagung, dan sayur-sayuran. "Nanti semua hasil panen akan dikumpulkan, dan kami melakukan serangkaian upacara sebagai wujud rasa syukur," kata Gumirat.

Mengapa digelar setiap bulan Rayagung? Rayagung secara simbolis berarti merayakan ke-Agungan Tuhan. Dimulai dengan upacara ngajayak padi pada tanggal 18 Rayagung yang kemudian dilanjutkan dengan upacara penumbukan padi sebagai puncak acara pada 22 Rayagung dengan upacara penumbukan padi oleh ratusan petani.

Tanggal 22 Rayagung bukan dipilih tanpa makna. Angka 22 terdiri dari 20 dan 2. Angka dua puluh menggambarkan badan jasmani yang secara anatomis dianggap menyatukan organ-organ dan sel-sel dengan fungsi yang beraneka ragam. Bilangan dua mengacu pada sikap dasar kesatuan yang sudah menjadi hukum adikodrati, sebagai adanya siang malam, suka duka, susah bahagia, dan pria wanita.

Membawa Hasil Bumi dari Empat Penjuru

Puncak upacara Seren Taun serupa festival. Arak-arakan masyarakat terdiri dari 4 formasi barisan muda-mudi, ibu-ibu, bapak-bapak, dan rombongan atraksi kesenian yang membawa hasil panen dari empat penjuru Cigugur. Barisan terdepan, dua orang pemudi membawa padi, buah-buahan, dan umbi-umbian yang diikuti oleh seorang pemuda membawa payung janur bersusun tiga.

Di belakangnya, ada 11 orang pemudi membawa padi bibit dengan dipayungi para jejaka. Jumlah sebelas melambangkan simbol saling mengasihi (welas asih). Baris ketiga, terdapat rombongan ibu-ibu yang membawa padi di atas kepala (nyuhun); sedangkan baris keempat, rombongan bapak-bapak memikul padi dengan rengkong dan pikulan biasa.

Empat penjuru tersebut sebagai simbol yang melambangkan cinta kasih Tuhan terhadap umatnya di 4 penjuru. Melihat berbagai bentuk dan aksesori arak-arakan yang cukup kreatif, menggambarkan antusiasme masyarakat mempersiapkan diri untuk mengikuti ritual ini. Mereka membuat berbagai bentuk kotak kayu yang digunakan untuk membawa hasil bumi. Ada yang menghiasinya dengan patung ikan Kancra yang menjadi hewan khas Cigugur dan Harimau, serta menghiasi nampan dengan janur sehingga terlihat indah.

Tahun ini, perayaan Seren Taun juga dihadiri sejumlah kelompok masyarakat adat dari seluruh Indonesia. Suka cita dan kekhidmatan Seren Taun tak hanya dirasakan oleh masyarakat asli Cigugur, namun juga dirasa memberikan makna bagi yang menyaksikannya.

Seren Taun Tak Ingin Hanya Ditonton

TRIBUNNERS - Wiwitan adalah ritual persembahan tradisional masyarakat Jawa sebelum panen padi dilakukan.

Ritual itu dilakukan sebagai wujud terima kasih dan rasa syukur kepada bumi sebagai sedulur sikep, dan Dewi Sri ( Dewi Padi) yang mereka percaya menumbuhkan padi sebelum panen.

Disebut sebagai ‘wiwitan’ karena arti ‘wiwit’ adalah ‘mulai’, memotong padi sebelum panen diselenggarakan.

Yang disebut bumi adalah sedulur sikep bagi orang Jawa karena bumi dianggap sebagai saudara manusia yang harus dihormati dan dijaga dilestarikannya untuk kehidupan.

Tradisi wiwitan ini sudah ada sejak sebelum agama-agama masuk ke tanah Jawa.

Memasuki musim panen, petani didaerah pedesaan banyak yang melakukan ritual wiwitan.

Proses wiwitan dilakukan di sawah dan dipimpin oleh mbah kaum atau orang yang tertua di kampung halamannya.

Mbah kaum memulai prosesi dengan berdoa, lalu dilanjutkan memotong sebagian padi sebagai tanda padi sudah siap dipanen.

Tetapi sebelum mbah kaum datang petani sudah menyiapkan peralatan yang dipakai untuk tradisi wiwitan seperti kendil yang berisi air, ani-ani (alat untuk memetik padi), bunga mawar, menyan serta kain jarik untuk membungkus hasil padi yang sudah dipetik mbah kaum.

Setelah ritual selesai dilakukan biasanya petani membagikan makanan yang sudah disiapkan kepada warga sekitar, setiap warga boleh mengikuti tradisi wiwitan tersebut tanpa terkecuali dan memakan makanan yang sudah disiapkan bersama-sama.

Tradisi wiwitan juga sebagai sarana warga desa menjalin hubungan silaturahmi satu dengan yang lain.

Makanan yang disajikan yaitu nasi gurih, ayam kampung, sayur nangka, krupuk, tahu tempe, teri, peyek serta jajan kecil, telur, thonto dan biasanya dibungkus dengan daun pisang atau daun jati.

Tradisi Selamatan. Selamatan merupakan sebuah tradisi ritual yang hingga kini tetap dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat Jawa.Salah satu upacara adat Jawa ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah dan karunia yang diberikan Tuhan.

Istilah Selamatan sendiri berasal dari bahasa arab yakni Salamah yang memiliki arti selamat atau bahagia.

Dalam prakteknya, selamatan atau syukuran dilakukan dengan mengundang beberapa kerabat atau tetangga . Secara tradisional acara syukuran dimulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila di atas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk dan kemuadian di lanjutkan dengan menikmati nasi tumpeng tersebut secara bersama – sama.

Sejarah Tradisi Selamatan

Sejarah religi masyarakat Jawa jauh sebelum kedatangan agama Hindu dan Islam telah dimulai sejak jaman Pra Sejarah. Kebutuhan orang-orang Jawa akan keselamatan, keamanan, kesejahteraan, ketentraman serta kedamaian hidup menciptakan sebuah sistem kepercayaan (Animisme dan Dinamisme).

Sistem kepercayaan Animisme dan Dinamisme sangatlah melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Mereka beranggapan bahwa setiap tempat yang ada di dunia ini memiliki penjaga yang memiliki kekuatan gaib (roh) dan berwatak (baik dan buruk).

Dari sini terciptalah percampuran atau akulturasi antara agama pendatang dengan kepercayaan nenek moyang. Dalam hal ini, ritual selamatan adalah salah satu tradisi hasil akulturasi budaya yang masih tetap dilestarikan hingga saat ini.

Biasanya upacara ini di pimpin oleh pemuka agama (Modin) daerah setempat diteruskan dengan makan-makan bersama sekadarnya. Dan, dimaksudkan untuk mendapatkan keselamatan dan perlindungan dari Tuhan yang maha Kuasa.

Karena tujuan utama diadakannya ritual ini adalah keselamatan, tradisi selamatan dalam praktiknya dilakukan hampir di setiap kejadian yang dianggap penting oleh masyarakat jawa. Misalnya kelahiran, kematian, pernikahan dan jika akan mengadakan suatu kegiatan besar. Pun Bakesbangpoldagri Kab. Madiun (30/9) mengadakan selamatan yang bertempat di depan Pendopo Monumen Kresek Kec. Wungu Kab. Madiun, “Semoga kegiatan Upacara memperingati Hari Kesaktian Pancasila besok (1/10) berjalan aman dan lancar dan memberikan manfaat bagi kita semua khususnya Masyarakat Kab. Madiun”, Harap Modin yang memimpin acara selamatan. Setelah doa bersama dilanjutkan dengan menikmati nasi panggang tumpeng yang di ikuti seluruh karyawan karyawati Bakesbangpoldagri Kab. Madiun, perwakilan masyarakat dan perangkat daerah setempat. Cimp

Jakarta -

Ada berbagai kebudayaan di Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang perlu diketahui, misalnya upacara adat. Setiap daerah memiliki karakteristik upacara adat sendiri. Seperti apa?

Upacara adat biasanya dilakukan secara turun menurun sesuai dengan kepercayaan daerah masing-masing. Tujuan setiap upacara pun berbeda-beda, misalnya untuk perkawinan, kelahiran, maupun kematian.

Upacara adat di Indonesia dan tujuannya:

Aceh memiliki upacara adat yang dikenal dengan nama Peusijuk. Upacara adat ini biasa dilakukan oleh masyarakat sebagai ucapan syukur kepada tuhan dalam acara pernikahan, rumah baru, naik haji, hingga kelahiran.

2. Ngaben di Bali

Upacara adat Bali yang paling dikenal adalah Ngaben. Prosesi Ngaben merupakan upacara terkait kematian dengan membakar jenazah dan menghanyutkan abu ke laut atau sungai.

Upacara Adat di Bali Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo.

3. Kasada di Jawa Timur

Upacara adat Jawa Timur adalah Kasada. Tradisi ini dimiliki oleh suku Tengger yang memeluk agama Hindu untuk meminta pengampunan dari Brahma atau Dewa Pencipta.

Dalam upacara adat ini, suku Tengger biasa akan melempar beberapa sesajen ke kawah Gunung Bromo, misalnya sayuran, buah-buahan, hasil ternak, hingga uang.

4. Mekikuwa di Sulawesi Utara

Ucap syukur juga biasa dilakukan di Manado, Sulawesi Utara dengan nama Mekikuwa. Para peserta upacara adat ini mengungkapkan rasa syukur atas pemeliharaan sepanjang tahun kepada tuhan.

Selain itu, mereka juga memohon agar tuhan memberikan jalan dan berkat kepada tahun yang baru.

5. Dahau di Kalimantan Timur

Upacara Dahau di Kalimantan Timur dilakukan untuk memberikan nama kepada anak yang masih keturunan bangsawan. Ada banyak ritual yang dilakukan dalam upacara adat ini hingga berlangsung hingga satu bulan lamanya.

6. Ngebabali di Lampung

Ketika membuka lahan baru untuk berladang, masyarakat Lampung biasanya menggelar upacara adat Ngebabali. Upacara adat ini juga dilakukan ketika seseorang akan membuka rumah baru.

7. Pesta Bakar Batu di Papua

Upacara adat terakhir adalah Pesta Bakar Batu. Upacara adat ini merupakan ungkapan syukur sekaligus untuk bersilaturahmi. Prosesi upacara adat ini dilakukan dengan membakar babi dan makan bersama-sama

Upacara Adat di Papua Foto: istimewa

Simak Video "Berperang Diatas Perahu, Tradisi Masyarakat Dayak yang Masih Lestari, Kalimantan"



(pay/erd)

Page 2

Jakarta -

Ada berbagai kebudayaan di Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang perlu diketahui, misalnya upacara adat. Setiap daerah memiliki karakteristik upacara adat sendiri. Seperti apa?

Upacara adat biasanya dilakukan secara turun menurun sesuai dengan kepercayaan daerah masing-masing. Tujuan setiap upacara pun berbeda-beda, misalnya untuk perkawinan, kelahiran, maupun kematian.

Upacara adat di Indonesia dan tujuannya:

1. Peusijuk di Aceh

Aceh memiliki upacara adat yang dikenal dengan nama Peusijuk. Upacara adat ini biasa dilakukan oleh masyarakat sebagai ucapan syukur kepada tuhan dalam acara pernikahan, rumah baru, naik haji, hingga kelahiran.

2. Ngaben di Bali

Upacara adat Bali yang paling dikenal adalah Ngaben. Prosesi Ngaben merupakan upacara terkait kematian dengan membakar jenazah dan menghanyutkan abu ke laut atau sungai.

Upacara Adat di Bali Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo.

3. Kasada di Jawa Timur

Upacara adat Jawa Timur adalah Kasada. Tradisi ini dimiliki oleh suku Tengger yang memeluk agama Hindu untuk meminta pengampunan dari Brahma atau Dewa Pencipta.

Dalam upacara adat ini, suku Tengger biasa akan melempar beberapa sesajen ke kawah Gunung Bromo, misalnya sayuran, buah-buahan, hasil ternak, hingga uang.

4. Mekikuwa di Sulawesi Utara

Ucap syukur juga biasa dilakukan di Manado, Sulawesi Utara dengan nama Mekikuwa. Para peserta upacara adat ini mengungkapkan rasa syukur atas pemeliharaan sepanjang tahun kepada tuhan.

Selain itu, mereka juga memohon agar tuhan memberikan jalan dan berkat kepada tahun yang baru.

5. Dahau di Kalimantan Timur

Upacara Dahau di Kalimantan Timur dilakukan untuk memberikan nama kepada anak yang masih keturunan bangsawan. Ada banyak ritual yang dilakukan dalam upacara adat ini hingga berlangsung hingga satu bulan lamanya.

6. Ngebabali di Lampung

Ketika membuka lahan baru untuk berladang, masyarakat Lampung biasanya menggelar upacara adat Ngebabali. Upacara adat ini juga dilakukan ketika seseorang akan membuka rumah baru.

7. Pesta Bakar Batu di Papua

Upacara adat terakhir adalah Pesta Bakar Batu. Upacara adat ini merupakan ungkapan syukur sekaligus untuk bersilaturahmi. Prosesi upacara adat ini dilakukan dengan membakar babi dan makan bersama-sama

Upacara Adat di Papua Foto: istimewa

Simak Video "Berperang Diatas Perahu, Tradisi Masyarakat Dayak yang Masih Lestari, Kalimantan"


[Gambas:Video 20detik]
(pay/erd)

Page 3

Jakarta -

Ada berbagai kebudayaan di Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang perlu diketahui, misalnya upacara adat. Setiap daerah memiliki karakteristik upacara adat sendiri. Seperti apa?

Upacara adat biasanya dilakukan secara turun menurun sesuai dengan kepercayaan daerah masing-masing. Tujuan setiap upacara pun berbeda-beda, misalnya untuk perkawinan, kelahiran, maupun kematian.

Upacara adat di Indonesia dan tujuannya:

1. Peusijuk di Aceh

Aceh memiliki upacara adat yang dikenal dengan nama Peusijuk. Upacara adat ini biasa dilakukan oleh masyarakat sebagai ucapan syukur kepada tuhan dalam acara pernikahan, rumah baru, naik haji, hingga kelahiran.

2. Ngaben di Bali

Upacara adat Bali yang paling dikenal adalah Ngaben. Prosesi Ngaben merupakan upacara terkait kematian dengan membakar jenazah dan menghanyutkan abu ke laut atau sungai.

Upacara Adat di Bali Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo.

3. Kasada di Jawa Timur

Upacara adat Jawa Timur adalah Kasada. Tradisi ini dimiliki oleh suku Tengger yang memeluk agama Hindu untuk meminta pengampunan dari Brahma atau Dewa Pencipta.

Dalam upacara adat ini, suku Tengger biasa akan melempar beberapa sesajen ke kawah Gunung Bromo, misalnya sayuran, buah-buahan, hasil ternak, hingga uang.

4. Mekikuwa di Sulawesi Utara

Ucap syukur juga biasa dilakukan di Manado, Sulawesi Utara dengan nama Mekikuwa. Para peserta upacara adat ini mengungkapkan rasa syukur atas pemeliharaan sepanjang tahun kepada tuhan.

Selain itu, mereka juga memohon agar tuhan memberikan jalan dan berkat kepada tahun yang baru.

5. Dahau di Kalimantan Timur

Upacara Dahau di Kalimantan Timur dilakukan untuk memberikan nama kepada anak yang masih keturunan bangsawan. Ada banyak ritual yang dilakukan dalam upacara adat ini hingga berlangsung hingga satu bulan lamanya.

6. Ngebabali di Lampung

Ketika membuka lahan baru untuk berladang, masyarakat Lampung biasanya menggelar upacara adat Ngebabali. Upacara adat ini juga dilakukan ketika seseorang akan membuka rumah baru.

7. Pesta Bakar Batu di Papua

Upacara adat terakhir adalah Pesta Bakar Batu. Upacara adat ini merupakan ungkapan syukur sekaligus untuk bersilaturahmi. Prosesi upacara adat ini dilakukan dengan membakar babi dan makan bersama-sama

Upacara Adat di Papua Foto: istimewa

Simak Video "Berperang Diatas Perahu, Tradisi Masyarakat Dayak yang Masih Lestari, Kalimantan"


[Gambas:Video 20detik]
(pay/erd)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA