Mengapa kita sebagai manusia harus membina kerukunan dan kedamaian

  1. Home /
  2. Archives /
  3. Vol. 4 No. 2 (2016) /
  4. Articles

Abstrak: Dalam kehidupan sosial keagamaan di masyarakat Kelurahan Bangsal adalah suatau hal yang sangat diperlukan untuk menyangkut tentang nilai atau keyakinan yang tertanam dalam diri setiap individu. Kerukunan umat beragama merupakan bagian penting dari kerukunan nasional, sehingga akan menjadi faktor-faktor pendukung apabila kerukunan umat beragama maupun kerukunan nasional terus untuk ditingkatkan, dan akan menjadi faktor-faktor penghambat apabila kerukunan umat beragama maupun kerukunan nasional tidak dapat ditingkatkan dengan baik dan benar. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian riset lapangan, menggunakan pendekatan kualitatif dan rancangan penelitian ini adalah bersifat deskriptif (gambaran). Hasil penelitian ini mengungkapkan: 1) Kehidupan sosial keagamaan di masyarakat Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren Kota Kediri sangatlah baik. Masyarakat memandang bahwa kegiatan sosial keagamaan yang seringkali dilakukan oleh masyarakat adalah semata-mata hanya untuk ingin mendapatkan kerukunan, kedamaian dan kesadaran masyarakat untuk saling bekerjasama dan bergotong royong dalam bidang apapun, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya, serta dalam hal sosial keagamaan dan peribadatan. (2) Upaya dalam membina kerukunan antar umat beragama yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Bangsal, adalah: (a) Kesadaran untuk saling bergotong royong dalam membangun tempat-tempat peribadatan. (b) Kesadaran masyarakat untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. (c) Apabila bertemu dengan masyarakat yang non muslim maupun berbeda agama, maka saling kenal-mengenal, bertatap muka, dan bersilaturrahmi diantara satu sama lain tanpa memandang agama. (d) Melakukan hal baik terhadap anggota masyarakat yang sedang merayakan Hari Raya pada hari-hari besar keagamaan. (e) Kalau misalkan ada tetangga ataupun anggota masyarakat yang sedang tertimpa musibah, maka turut berduka cita dan berbela sungkawa. (f) Membiasakan diri untuk berdiskusi dan bertukar pikiran terhadap sesama umat beragama secara kultural. (g) Selalu mengadakan kegiatan bersama pada hari-hari tertentu. (3) Faktor-faktor yang menjadi pendukung upaya masyarakat dalam membina kerukunan antar umat beragama di Kelurahan Bangsal, adalah: (a) Adanya organisasi FKUB-PAUB & PK (Forum Kerukunan Umat Beragama-Paguyuban Antar Umat Beragama dan Penghayat Kepercayaan) sekaligus dukungan dari Pemerintah. (b) Adanya sikap saling menghormati dan menghargai di antara sesama pemeluk agama. (c) Kesadaran masyarakat untuk hidup bersama. (d) Sikap pluralitas dan toleransi antar umat beragama. (e) Sikap untuk saling bergotong royong dan bekerja sama. Sedangkan faktor-faktor penghambatnya adalah: (a) Karena ingin menang sendiri. (b) Merasa ajarannya paling benar. (c) Tidak suka bergaul dengan masyarakat sekitar. (d) Terjadinya pertentangan diantara sesama umat beragama. (e) Terjadinya percekcokan dan saling curiga diantara sesama umat beragama. (f) Sering terjadi teror di mana saja.

Kata kunci: Upaya, Masyarakat, Kerukunan Antar Umat Beragama

Daftar Pustaka “Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama”, Kementerian Agama on line, //www. riau1.kemenag.go.id/index.php/a=artikel&id=355. Diakses tanggal 20 Desember 2016. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bhineka Cipta. Bustanuddin, Agus. 2006. Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Fuchan, Arif. 1992. Pengantar Metode Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional. Ghazali, Adeng Muchtar. 2011. Antropologi Agama Upaya Memahami Keragaman Kepercayaan, Keyakinan, dan Agama. Bandung: Alfabeta. Harahap, Syahrin. 2011. Teologi Kerukunan. Jakarta: Prenada. Hendropuspito. 1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius. Ishomuddin. 2002. Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia. Kahmad, Dadang. 2000. Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Kustini. 2010. Peranan Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Pelaksanaan Pasal 8,9, Dan 10 Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Dan 8 Tahun 2006. Jakarta: Maloho Jaya Abadi Press. Tim Penyusun Puslitbang Kehidupan Beragama. 2009. Komplikasi Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan Umat Beragama. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama.

Wojowasito, S. dan Tito Wasito W. 1980. Kamus Lengkap Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris. Bandung: Hasta.

Masyarakat di Indonesia terdiri atas berbagai macama suku, budaya dan agama. Meski beraneka ragam, tapi tetap mempertahankan kesatuan. Makanya muncullah semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti: Walaupun berbeda-beda, tetap satu jua. Agar semboyan hidup itu tetap terjaga, kerukunan antar warga harus dilaksanakan.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Hidup rukun akan menciptakan masyarakat yang dapat saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan satu sama lain.

Oleh karenanya masyarakat di Indonesia didorong untuk hidup rukun dan saling tolong menolong satu sama lain. Karena pada hakikatnya hidup rukun itu berarti pola hidup seseorang atau kelompok yang saling menghormati satu sama lain dan saling menyayangi di antara sesama manusia.

Dengan pola hidup rukun seseorang atau kelompok akan memiliki hubungan yang baik dan harmonis. Suasana yang tercipta dari pola hidup rukun akan membuat lingkungan tersebut tentram dan damai karena antar individu dan kelompok ini saling memahami.

Saling bahu membahu, tolong menolong, menjauhi perselisihan, menjauhi pertikaian, menghormati pendapat adalah kondisi yang tampak dari kehidupan yang rukun.

Baca Juga

Mengutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada beberapa manfaat hidup rukun saat tinggal dalam lingkungan bermasyarakat, antara lain:

Advertising

Advertising

1. Membuat Keamanan Lingkungan Semakin Terjaga

Selain menjadikan kehidupan harmonis, hidup rukun dalam bermasyarakat juga dapat membuat lingkungan sekitar menjadi aman dan damai. Dalam masyarakat Jawa ada sebuah metafora pagar mangkuk. Mengutip peribahasa dalam bahasa Jawa: luwih becik pager mangkok, tinimbang pager témbok yang artinya "lebih baik pagar mangkuk daripada pagar tembok". Berbagi dan saling menjaga di antara orang-orang selingkungan dianggap sebagai sistem keamanan yang lebih baik daripada meninggikan atau memperbesar tembok pagar (sesuatu yang bersifat kebendaan).

2. Sikap Saling Tolong Menolong

Kehidupan akan terasa lebih mudah bila toleransi tercipta dengan saling membantu antar masyarakat. Di era serba digital ini kepekaan antar manusia semakin berkurang, karena telah terdegradasi oleh kemajuan digital. Sehingga rasa peka untuk saling berkunjung telah diganti oleh gawai, komputer (PC) dan teknologi lainnya.

Meskipun demikian, manusia tetap harus saling menolong. Upaya saling membantu tidak perlu menunggu kita menjadi kaya atau mampu, hanya cukup keikhlasan dan kekuatan hati yang ada dalam diri. Seperti kata pepatah: "Kamu tak butuh uang untuk membantu orang lain, kamu hanya membutuhkan hati untuk membantu mereka."

Baca Juga

 3. Membangun Persaudaraan

Dengan terjalinnya kerukunan, maka akan timbul rasa saling memiliki dan rasa persaudaraan yang tinggi antar umat manusia. Seperti kita ketahui bahwa masyarakat di Indonesia terdiri atas beragam ras suku antar golongan. Meski beragam namun persatuan serta semangat persaudaraan tidak boleh memudar.

Salah seorang sahabat Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib juga pernah menyampaikan bahwasanya "mereka yang Bukan Saudaramu Dalam Iman Adalah Saudaramu Dalam Kemanusiaan." Oleh karena itu persaudaraan menjadi nomor satu dalam kehidupan.

4. Kesejahteraan Hidup Akan Meningkat

Kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat juga dapat membuat kehidupan menjadi lebih sejahtera. Bapak proklamator Indonesia, Sukarno, juga pernah menyampaikan: Bangunlah suatu dunia dimana semuanya bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan. Maka bisa disimpulkan semakin besar kerukunan dan kedamaian dibangun, maka semakin besar pula kesejahteraan hidup masyarakat akan ikut terangkat.

Penerapan Hidup Rukun di Lingkungan

Setelah mengetahui empat manfaat membangun kerukunan hidup di lingkungan masyarakat, saat ini kita akan membahas mengenai cara aplikasinya dalam kehidupan.

Bagi Anda para orang tua hal ini tentunya dapat diajarkan kepada putra-putri saat sedang bersekolah atau di rumah. Berikut cara menerapkanpola hidup rukun dalam keseharian.

Hidup rukun di lingkungan sekolah:

1. Bermain dan membangun interaksi dengan teman.

2. Piket bersama membersihkan kelas, sebagai bentuk pelajaran tanggung jawab terhadap kerapian dan kebersihan.

3. Belajar kelompok sebagai bentuk interaksi dan koordinasi dalam menjalankan tugas.

4. Toleransi dengan teman yang berbeda keyakinan. Berteman dengan mereka yang memiliki keyakinan berbeda dapat membuka wawasan dan meningkatkan toleransi antar umat beragama.

5. Menghormati orang yang lebih tua.

6. Menyayangi orang yang berusia lebih muda.

Hidup rukun di lingkungan rumah:

1. Ikut serta untuk berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti.

2. Aktif dalam kegiatan RT/RW (Rukun Tetangga/Rukun Warga) atau aktivitas lainnya yang mendorong interaksi antar warga.

3. Membantu tetangga yang mengalami musibah.

4. Saling bersilaturahmi. Semakin sering bersilaturahmi, maka semakin memperpanjang pintu rezeki.

5. Menghormati orang yang lebih tua.

Demikianlah manfaat dari belajar mengenai arti kerukunan. Meski terdengar sederhana dan sering diucapkan dalam keseharian, namun hidup rukun membutuhkan ekstra tenaga dan kelapangan hati yang luas.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA