Cermati kutipan hikayat berikut!
(1) Maka, Laksamana Hang Jebat dan Hang Keturi pun berjalan juga, dengan segala orangnya dan tiada diindahkannya orang mengamuk itu
(2) Maka Rangga dan Barit ketika pun heran melihat berani Laksamana dan segala Melayu-Melayu itu, setelah dilihat oleh prajurit dua ratus itu, Laksamana dan segala orangnya tiada bergerak dan tiada diindahkannya lawan itu, maka prajurit itu pun mengamuk pula ke belakang Laksamana.
(3) Seketika lagi datang pula prajurit itu mengamuk ke hadapan Laksamana, barang yang terlintang dibunuhnya dengan tempik soraknya, katanya, “Bunuhlah akan segala Melayu itu,” seraya mengusir ke sana ke mari barang yang terlintang dibunuhnya.
(4) Maka prajurit dua ratus itu pun bersungguh-sungguh rupanya.
(5) Maka, sahut Laksamana, “Jika sebanyak ini prajurit Majapahit, tiada kuindahkan; tambahkan sebanyak ini lagi, pun tiada aku takut dan tiada aku indahkan.
(6) Jikalau luka barang seseorang saja akan Melayu ini, maka negeri Majapahit ini pun habislah aku binasakan, serta Patih Gajah Mada pun aku bunuh,” serta ditendangnya bumi tiga kali.
(7) Maka bumi pun bergerak-gerak.
(8) Maka, Laksamana pun memengkis pula, katanya “Cih, tahanlah bekas tanganku baik-baik.” (9) Maka, prajurit itu pun sekonyong-konyong lari, tiada berketahuan perginya.
Karakteristik sastra Melayu lama (hikayat) sesuai isi kutipan tersebut yang berupa peristiwa tidak masuk akal atau kemustahilan terlihat pada kalimat bernomor ....
Karakteristik sastra Melayu lama (hikayat) sesuai isi kutipan tersebut yang berupa peristiwa tidak masuk akal atau kemustahilan terlihat pada kalimat bernomor (1) dan (3)
------------#------------
Jangan lupa komentar & sarannya
Email:
Kunci jawaban tugas yang terdapat dalam buku Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 kelas 10 SMA/ SMK/ MA/ MAK bab 4 halaman 121. Peserta didik diminta mengerjakan soal yang berkaitna dengan identifikasi karakteristik hikayat. Agar lebih jelas, silakan perhatikan soal dan jawaban di bawah ini !
Soal
Tugas Petunjuk: 1. Bacalah hikayat Bayan Budiman berikut ini ! 2. Identifikasikanlah karakteristik hikayat tersebut dengan menggunakan tabel berikut ini.Jawab
1. Kemustahilan a. Meminta nasihat pada burung tiung dan bayan Kutipan teks: Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu, jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari pada senjata. b. Burung bayan bisa berpikir untuk menghindar dari pembunuhan Kutipan teks: Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan binasa. c. Burung bayan bisa menceritakan banyak kisah hingga 24 malam Kutipan teks : Maka diberilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. d. Burung bayan bisa melakukan tindakan bijaksana. Kutipan teks : Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga dapat menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang.
2. Kesaktian
3. Istana Sentris
Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar.
Mengidentifikasi Karakteristik Hikayat
Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain. Adapun karakteristik hikayat antara lain (a) terdapat kemustahilan dalam cerita, (b) kesaktian tokoh-tokohnya, (c) anonim, (d) istana sentris, dan (e) menggunakan alur berbingkai/cerita berbingkai. Berikut contoh karakteristik bahasa hikayat yang terdapat dalam teks “Hikayat Indera Bangsawan”.
a. KemustahilanSalah satu ciri hikayat adalah kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari segi cerita. Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar. Perhatikan contoh analisis kemustahilan dalam kutipan hikayat berikut,
No. | Kemustahilan | Kutipan Teks |
1. | Bayi lahir disertai pedang dan panah | Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. |
2. | Seorang putri keluar dari gendang | Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. |
b. Kesaktian
Selain kemustahilan, seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh
dalam hikayat. Kesaktian dalam Hikayat Indera Bangsawan ditunjukkan
dengan kesaktian kedua pangeran kembar, Syah Peri dan Indera Bangsawan. Adapun
ketiga tokoh tersebut adalah sebagai berikut.
1) Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak sebuah kerajaan.
2) Raksasa memberi sarung kesaktian untuk mengubah wujud dan kuda hijau untuk
mengalahkan Buraksa.
3) Indera Bangsawan mengalahkan Buraksa.
c. Anonim
Salah satu ciri cerita rakyat, termasuk hikayat, adalah anonim. Anonim berarti
tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal tersebut
disebabkan cerita disampaikan secara lisan. Bahkan, dahulu masyarakat
mempercayai bahwa cerita yang disampaikan adalah nyata dan
d. Istana sentris
Hikayat seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Dalam Hikayat Indera Bangsawan,
hal tersebut dapat dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan adalah raja dan
anak raja, yaitu Raja Indera Bungsu, putranya Syah Peri dan Indera Bangsawan,
Putri Ratna Sari, Raja Kabir, dan Putri Kemala Sari.
Sebenarnya selain karakteristik di atas, hikayat juga mempunyai ciri khusus dalam hal penggunaan bahasanya. Karakteristik bahasa hikayat akan dibahas pada bagian lain.
Rujukan
Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya
Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Suherli,
dkk. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia
Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud
Hikayat Indera Bangsawan
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri
Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra.
Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah
kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya,
Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki.
Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka
baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya
yang muda Indera Bangsawan.
Maka
anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan
dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka
dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya
diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu
hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu
siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu
sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada
kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata
kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya,
ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.
Setelah
mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi
mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun
gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.
Maka
datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam
kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan
Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi
saling cari mencari.Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai
dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah
Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa
lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. Ia
naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu
dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul
gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna
Sari pun keluarlah dari gendang itu.
Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda.
Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul.
Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayangdayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala
Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah
berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri dihadap oleh
segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut
pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di suatu
padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan
bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan
bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah
oleh Raja Kabir.
Adapun
Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri
Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan
oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang
siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya
yang terlalu elok parasnya itu.
Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para
ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat
menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu
harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi
suami tuan puteri.”
Setelah
mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang
berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk
menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun
kembali seperti dahulu kala.
Hatta datanglah
kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau
beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya
akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka
anak raja yang Sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit
Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka
mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan
susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu, Indera Bangsawan sudah
mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan menunjukkannya kepada raja.
Tabib
berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata
Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteripun
sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda
harus menyerahkan tuan puteri kepada
Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya.
Baginda sudah kehilangan daya upaya.
Hatta
sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada
sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubbah Buraksa akan menjadi suami
Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera Bangsawan. Indera Bangsawan
diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil jubah Buraksa yaitu dengan
memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa
datang hendak mengambil Puteri, Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan
minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa pikir panjang Buraksa
menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong.
Tak
lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan
mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat
ramuan daun-daunan dalam air minumnya.
Kemudian
sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil
selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja
bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa.
Sesampainya
di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata
Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan
anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi.
Mereka malu kalau
sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya.
Sumber: Buku Kesusastraan Melayu Klasik
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Posted in PEMBELAJARAN on November 07, 2018 by MuhZuhri | 1 comment