Setiap zat yang dalam air menghasilkan ion hidroksida disebut

Mengidentifikasi zat atau larutan yang bersifat asam dan larutan yang bersifat basa.

Dasar Teori

Menurut Arhenius suatu zat asam adalah zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghabiskan ion H+. Sedangkan suatu zat basa adalah zat yang jika dilarutkan  dalam air akan menghasilkan ion OH¬-. Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah zat donor proton (pemberi ion H+). Sedangkan basa adalah zat akseptor (penerima) ion H+ secara kualitatif, zat asam rasanya masam sedangkan zat basa rasanya pahit. Demikian pula masing-masing zat dapat memberikan gejala perubahan warna, jika diberi indikator(Zat Pemeriksa). Dalam mana terjadinya reaksi antara zat asam atau zat basa dengan indikator uyang menghasilkan warna-warna spesifik.

Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat.

Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Jika zat asam menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan positif, maka dalam hal ini basa mempunyai arti sebagai berikut. maka ketika suatu senyawa basa di larutkan ke dalam air, maka akan terbentuk ion hidroksida (OH-) dan ion positif menurut reaksi sebagai berikut. Ion hidroksida (OH-) terbentuk karena senyawa hidroksida (OH) mengikat satu elektron saat dimasukkan ke dalam air.   

Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut: kaustik, rasanya pahit, licin seperti sabun, nilai pH lebih dari air suling, mengubah warna lakmus merah menjadi biru, dapat menghantarkan arus listrik.; sedangkan asam memiliki sifat, diantaranya adalah masam ketika dilarutkan dalam air; asam terasa menyengat bila disentuh dan dapat merusak kulit teruma bila asamnya asam pekat; asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam; asam walaupun tidak selalu ionik, merupakan cairan elektrolit.

Banyak sekali larutan di sekitar kita, baik yang bersifat asam, basa, maupun netral. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal zat yang kita golongkan sebagai asam, misalnya asam cuka, asam sitrun, asam jawa dan lain-lain. Kita juga mengenal berbagai zat yang bisa digolongkan sebagai basa misalnya kapur sirih, kaustik soda, air sabun, air abu dan lain-lain. Bagaimana cara menentukan sifat asam dan basa larutan secara tepat? Indikator yang dapat digunakan adalah indikator asam-basa. Indikator adalah zat-zat yang menunjukkan indikasi berbeda dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator asa-basa ini bisa berupa indikator buatan dan indikator alami. Berikut ini penjelasannya:

A. Indikator Buatan

Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari lakmus merah dan lakmus biru, kertas lakmus yang diberi senyawa kimia sehingga akan menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asan maupun basa. Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya. Perubahan warna yang mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya orchein (ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus.

  • Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ektrak lakmus yang berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkan dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap biru, karena orchein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan anion (OH-).
  • Lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya menjadi merah sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan kembali terjadi. Apabila kertas lakmus merah dimasukkan kedalam larutan yang bersifat asam, warnanya akan tetap merah karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam. Sedangkan, apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk.

Selain kertas lakmus, identifikasi larutan di laboratorium dapat menggunakan empat jenis larutan indikator lain, yaitu larutan fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan bromtimol biru. Larutan indikator ini tidak seperti indikator lakmus yang mudah penggunaannya. Warna-warna yang terjadi pada larutan indikator jika dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak sulit diingat. Sebagai contoh:

  • Larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan fenolftalein.
  • Larutan metil merah dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil merah juga akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning. Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita tidak dapat menggunakan metil merah.

Jika ada kemungkinan, perubahan warna apa yang terjadi pada setiap indikator tersebut adalah

  1. Fenolftalein → Asam: tidak berwarna; Basa: merah; Netral: tidak berwarna
  2. Metil merah  → Asam: merah; Basa: kuning; Netral: kuning
  3. Metil jingga  → Asam: merah; Basa: kuning; Netral: Kuning
  4. Bromtimol biru  → Asam: Kuning; Basa: Biru; Netral: Biru agak kuning

B. Indikator Alam

Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam pengujian asam-basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan. Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau.

Derajat keasaman (pH) suatu larutan dapat ditentukan menggunakan indikator universal, indikator stick, larutan indikator, dan pH meter.

  1. Indikator Universal. Indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan warnanya. Indikator universal ada dua macam yaitu indikator yang berupa kertas dan larutan.
  2. Indikator Kertas (Indikator Stick). Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
  3. Larutan Indikator. Salah satu contoh indikator universal jenis larutan adalah larutan metil jingga (Metil Orange = MO). Pada pH kurang dari 6 larutan ini berwarna jingga, sedangkan pada pH lebih dari 7 warnanya menjadi kuning. Contoh indikator cair lainnya adalah indikator fenolftalin (Phenolphtalein = pp). pH di bawah 8, fenolftalin tidak berwarna, dan akan berwarna merah anggur apabila pH larutan di atas 10.
  4. pH Meter. Pengujian sifat larutan asam basa dapat juga menggunakan pH meter. Penggunaan alat ini dengan cara dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH meter akan muncul angka skala yang menunjukkan pH larutan.

Setiap zat yang dalam air menghasilkan ion hidroksida disebut

Alat & Bahan

Alat: Pipet Tetes 5 buah, tabung reaksi 5 buah, pH meter, lumpang atau mortal, kertas saring, kaca bening, gelas kimia, kertas lakmus merah dan biru, kertas pH universal. Bahan: Indikator pp, larutan asam klorida (HCl) 0.1 M, larutan asam asetat (CH3COOH) 0.1 M,  larutan alcohol (C2H5OH) 10 %, larutan NaOH 0.1 M, larutan H2SO4 0.1 M, larutan KOH 0.1 M,  mahkota bunga bogenvile,  mahkota bunga kembang sepatu, air suling, NaOH, Ammonium hidroksida, Air sabun, Natrium Karbonat, Air kapur, Air jeruk, Alumunium Sulfat,  Tembaga (II) Sulfat, Air sirih, Ammonium Klorida, Air kunyit,dll.

Prosedur Kerja

  1. Hancurkan beberapa lembar mahkota bunga bogenvile dalam lumpang (mortal) dan mahkota bunga kembang Sepatu pada mortar lain sambil dicampurkan dengan sedikit alcohol 10% untuk tiap-tiapnya. Setelah hancur tambah lagi 10 mL larutan alcohol 10%. Aduk campuran, saring dan amati warna ekstrak. Diamkan ekstrak ini untuk dipakai pada percobaan selanjutnya.
  2. Ke dalam 5 buah tabung reaksi masukkan masing-masing 5 tetes larutan HCl, CH3COOH, H2SO4, NaOH, dan KOH, kemudian teteskan masing-masing 1 tetes ekstrak bougenville ke dalam 5 larutan uji. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
  3. Buang larutan dari tabung reaksi, bilas dengan aquadest dan keringkan dengan kertas tissue. Masukkan kembali larutan-larutan uji ke tabung reaksi, kemudian teteskan masing 1 tetes ekstrak bunga kembang Sepatu. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
  4. Buang larutan dari tabung reaksi, bilas dengan aquadest dan keringkan dengan kertas tissue. Masukkan kembali larutan-larutan uji ke tabung reaksi, kemudian teteskan 1 tetes larutan pp ke dalam setiap larutan uji tersebut dan amati perubahan yang terjadi dan catat hasil pengamatan.
  5. Buang larutan dari tabung reaksi, bilas dengan aquadest dan keringkan dengan kertas tissue. Masukkan kembali larutan-larutan uji ke tabung reaksi, kemudian celupkan sepotong kertas lakmus merah ke dalam setiap larutan uji (tiap larutan uji diberi kertas lakmus yang baru), amati perubahan yang terjadi pada kertas lakmus dan catat hasil pengamatan anda.
  6. Dengan tetap memakai larutan pada nomor 5, celupkan sepotong kertas lakmus biru ke dalam setiap larutan uji (tiap larutan uji diberi kertas lakmus yang baru), amati perubahan yang terjadi pada kertas lakmus dan catat hasil pengamatan anda.
  7. Dengan tetap memakai larutan yang sama, celupkan kertas pH universal ke dalam setiap larutan uji (tiap larutan uji diberi kertas lakmus yang baru), amati perubahan warna pada kertas lakmus, kemudian bandingkan warna tersebut dengan warna yang terdapat  indikator kertas pH universal, kemudian catat besarnya pH larutan tersebut.
  8. Uji ke-5 larutan tersebut dengan menggunakan pH meter (Catatan: untuk menguji larutan berikutnya maka pH meter harus dibilas dengan aquadest). Amati dan catat besarnya pH larutan yang diperoleh.

Pertanyaan:

  1. Berdasarkan hasil pengamatan anda, kelompokan larutan-larutan uji tersebut menjadi larutan asam dan basa.
  2. Indikator-Indikator apa sajakah yang digunakan untuk mengidentifikasi atau membedakan larutan asam dan basa. Jelaskan jawaban anda.

Unduh Lembar Kerja Praktikum