Sebut dan jelaskan unsur unsur pokok yang ada dalam sakramen

Published by Eric Wagolebo on 08/03/2017

(Oleh: Misdiyanto)

SAKRAMEN

Para pembaca yang terkasih, dalam rubrik katekese edisi ini kita akan memperdalam pemahaman tentang sakramen dan sakramen inisiasi. Topik ini dipilih karena dalam bulan ini anak-anak paroki kita menerima komuni pertama dan tahun depan anak-anak remaja kita mulai mempersiapkan diri untuk menerima sakramen krisma. Kita bisa lebih memahami pengertian tentang sakramen agar bisa membantu kita semua untuk menghayati dan memaknai apa itu sebenarnya sakramen dan mana yang termasuk sakramen inisiasi?

Guna memahaminya kita bertolak dari pengertian kata sakramen. Sakramen adalah tanda keselamatan/rahmat dan kehadiran Tuhan dalam hidup manusia. Yesus Kristus adalah sakramen dasar, karena seluruh hidup Yesus Kristus menghadirkan Allah kepada manusia. rahmat dan kasih Allah menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus. Rahmat dalam sakramen hanya akan menjadi efektif jika penerima sakramen memiliki iman dan keadaan batin yang siap dalam pelaksanaannya.

Mengapa tujuh (7) Sakramen?. Tujuh Sakramen dipilih karena ketujuh sakramen tersebut mewakili seluruh hidup manusia, dan karena angka tujuh merupakan angka sempurna yang memiliki makna khusus. Ke tujuh sakramen itu dihadirkan bersumber dari hidup dan karya Yesus.

  1. Sakramen Baptis (Permandian) = baptisan Yesus (Mat 3:13-17),
  2. Sakramen Ekaristi (Komuni Pertama) = perintah Yesus dalam perjamuan malam terakhir (Luk 22:19),
  3. Sakramen Penguatan (Krisma) = hubungan tak terpisahkan antara Yesus dgn Roh Kudus (Kis 2: 11),
  4. Sakramen Perkawinan = perhatian Yesus yg besar pada ikatan suci perkawinan (Mat 19:3-12),
  5. Sakramen Imamat = Yesus memilih 12 orang & memberi kuasa untuk mewartkan Injil (Mrk 3:13-15),
  6. Sakramen Rekonsiliasi (Tobat) =Yesus memiliki kuasa untuk mengampuni (Mrk 2:5), dan Ia memberi mandat kepada para Rasul untuk menyatakan ada atau tidaknya dosa seseorang (Yoh 20:23),
  7. Sakramen Pengurapan orang sakit (Minyak Suci) = Yesus menyembuhkan banyak orang sakit & pengutusan para murid untuk pelayanan penyembuhan dengan menggunakan minyak (Mrk 6:13).

Sakramen yang hanya dapat diterimakan satu kali seumur hidup adalah Sakramen Baptis, sakramen Krisma, dan Sakramen Imamat. Gereja adalah sakramen keselamatan karena Gereja adalah tanda persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. Gereja menghadirkan Kristus. Kristus menghadirkan Allah.

SAKRAMEN INISIASI

Kata inisiasi berasal dari bahasa Latin, Initium, yang berarti masuk atau permulaan, secara harafiah berarti masuk ke dalam atau memasukkan atau menerima seseorang ke dalam suatu kelompok. Inisiasi merupakan gejala yang sangat biasa di kalangan masyarakat. Setiap orang yang akan masuk ke kelompok tertentu selalu harus melalui tahap inisiasi. Kita bisa temui proses inisiasi pada diri seorang siswa yang masuk ke sekolah baru dia harus menjalani Ospek, seorang karyawan baru harus melewati masa training dan percobaan. Lalu bagaimana halnya dengan orang yang ingin menjadi warga Gereja Katolik?

Gereja memiliki inisiasi yang diwujudkan dalam penerimaan sakramen inisiasi yang diterima oleh siapa yang ingin menjadi warga Gereja Katolik. Sakramen inisiasi terdiri dari Sakramen Baptis, Krisma dan Ekaristi. Sakramen-sakramen inisiasi ini membawa, membuat atau melantik seseorang menjadi orang katolik dengan segala hak dan kewajibannya. Ada unsur yang berbeda dengan inisiasi pada umumnya. Pada inisiasi kristen unsur ilahi menyertainya. Hal ini dipahami bahwa orang yang menerima sakramen inisiasi menjadi milik Kristus sepenuhnya. Maka ketiganya harus diterima secara penuh. Tidak bisa orang katolik menghilangkan salah satu dari sakramen tersebut.  

Baptis merupakan sakramen inisiasi pertama yang diterimakan. Baptis mempunyai dua makna. Pertama, diikutsertakan dalam kebangkitan Kristus dan diangkat menjadi putra-putri Allah. Kedua, menjadi anggota Gereja, keluarga Allah yang nampak di dunia. Baptis yang diterimakan kepada orang yang sudah dewasa langsung disertai dengan menerima ekaristi (komuni) pertama. Baptisan dewasa mengandaikan iman yang personal. Maksudnya ialah iman yang tumbuh merupakan iman dirinya sendiri. Atas kesadaran akal budinya seseorang menerima dan mengakui imannya terhadap Kristus. Iman personal inilah yang menjadi dasar dirinya layak dan pantas menerima Tubuh dan Darah Kristus.

Dalam satu tahun, Paroki St Odilia Citra Raya melaksanakan dua kali pembaptisan yaitu pada perayaan Paskah dan Hari Raya Natal. Kategori baptisan dewasa adalah kelompok usia  anak-dewasa (10 tahun ke atas) menerima Sakramen Inisiasi secara lengkap. Mereka akan mengikuti pendampingan selama satu tahun (minimal 45 kali pertemuan). Proses yang harus dijalani para calon baptis yang ingin masuk menjadi warga Gereja Katolik adalah melewati empat masa (masa pra katekumenat, masa katekumenat, masa persiapan terakhir dan masa mistagogi).

Pengelompokan usia baptisan bayi adalah dibawah lima tahun. Bayi yang tergolong dalam kelompok usia tersebut hanya menerima satu sakramen saja yaitu Sakramen Baptis. Mengapa baptis bayi tidak langsung disertai dengan penerimaan ekaristi? Hal ini disebabkan bayi/anak-anak belum mempunyai iman personal. Iman yang ada pada bayi adalah iman Gereja, yang diwakili oleh orangtua dan wali baptisnya. Argumen teologis yang bisa dikatakan adalah bahwa Allah berkehendak menyelamatkan semua orang dengan perantaraan Yesus. Maka tidak ada yang dikecualikan, baik anak maupun orang dewasa yang tidak bisa menggunakan kehendak dan akal budinya secara normal. Keselamatan itu diyakini oleh Gereja akan diterima mereka lewat baptisan. Iman personal kiranya diharapkan akan menyusul kemudian. Setelah dianggap tumbuh iman personalnya maka anak diperkenankan menerima ekaristi. Hal ini dilaksanakan dalam penerimaan komuni pertama.

Penerimaan Sakramen Ekaristi diterimakan satu kali dalam satu tahun, yaitu pada Perayaan Tubuh dan Darah Kristus. Syarat pokok untuk menerima komuni pertama adalah sudah dibaptis secara Katolik. Sedangkan usia minimal adalah 10 tahun. Mengapa usia 10 tahun? Karena pada usia tersebut iman personal mulai bertumbuh. Selama tiga bulan (12 kali pertemuan) para calon penerima komuni pertama dipersiapkan agar semakin dewasa dalam imannya.

Sakramen Krisma diterimakan kepada mereka yang sudah dianggap dewasa dalam iman. Kedewasaan ini secara sederhana dinampakkan pada kemampuan orang untuk terlibat dalam kehidupan Gereja. Seseorang menerima krisma berarti diteguhkan untuk menunaikan tugasnya yaitu mengaktualkan keselamatan di dalam jemaat dengan terlibat aktif membina diri serta mewartakan Injil Tuhan. Seperti halnya dalam baptis, Roh Kudus yang sama juga hadir, namun berbeda dalam peran dan fungsinya. Kehadiran Roh Kudus dalam krisma lebih memampukan seseorang untuk menjadi amunisi Kristus serta secara penuh berpartisipasi dalam imamat Kristus. Dengan menerima sakramen krisma seseorang secara penuh dipersatukan dengan Kristus dan menjadi bagian yang utuh dari Gereja beserta segala hak dan kewajibannya.

Demikian pemahaman tentang sakramen dan sakramen inisiasi. Pertanyaan reflektif: Sudahkah saya menerima ketiganya? Jika sudah, apakah saya sudah mewujudkan kedewasaan iman dengan terlibat aktif dalam kehidupan dan tugas perutusan Gereja?

Sakramen rekonsiliasi merupakan salah sarana yang disediakan Gereja untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah.Masa Prapaskah didedikasikan oleh Gereja menjadi waktu untuk bertobat. Dalam sakramen rekonsiliasi, ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan, yakni: penyesalan, pengakuan, absolusi dan penitensi.

Sakramen rekonsiliasi dinyatakan sah, jika orang yang mengaku dosa sungguh menyesali dosa-dosanya. Penyesalan berarti “kesedihan jiwa dan kejijikan terhadap dosa yang telah dilakukan, dihubungkan dengan niat untuk tidak berbuat dosa lagi” (tercantum dalam Katekismus Gereja Katolikk no. 1451). Penyesalan dapat dibagi dua, yakni: penyesalan tidak sempurna (attritio) dan penyesalan sempurna (contritio). Penyesalan tidak sempurna terjadi jika seseorang yang mengaku dosa didorong oleh unsur perasaan takut akan siksa dosa dan hukuman, perasaan malu jika ketahuan, atau sungkan terhadap atasan yang berlaku benar dan jujur. Penyesalan yang sempurna terjadi jika seseorang menyesal oleh rasa cinta akan Tuhan. Dalam penyesalan sempurna, seseorang yang mengaku dosa tidak membuat tawaran Allah menjadi sia-sia.[1]

2.2. Pengakuan

Pengakuan dosa harus dilakukan secara langsung. Dosa berat harus diakukan secara keseluruhan tanpa merasa malu. Dosa berat yang dimaksudkan adalah pelanggaran akan Kesepuluh Perintah Allah. Dosa harus dilakukan dalam situasi sadar, mampu dan mau. Gereja menganjurkan pengakuan dosa ringan sebab dapat “membentuk hati nuranikita melawan kecondongan kita yang jahat, membiarkan kita disembuhkan oleh Kristus dan bertumbuh dalam hidup rohani” (tercantum dalam Katekismus Gereja Katolik no. 1458).[2]

2.3. Absolusi

Absolusi merupakan pengampunan yang diberikan Allah melalui para imam yang tertahbis dan mempunyai fakultas untuk pelayanan sakramen rekonsiliasi. Dasar biblis untuk pemberian absolusi oleh para imam berdasar pada Injil Mat 16:19, Yesus berkata kepada Petrus “Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan Surga; apa yang kau ikat di dunia ini, akan terikat di surga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga”. Kepastian rahmat Tuhan menjadi nyata dalam pemberian absolusi. Paulus melukiskan bahwa Gereja sebagai satu tubuh. Ketika salah satu anggota tubuh yang menderita, maka seluruh anggota tubuh yang lain menderita (1Kor 12:26). Keberdosaan merupakan penolakan akan cinta Tuhan sekaligus melukai kesucian Gereja. Para Imam menjaga rahasia pengakuan, maka setiap orang yang mengaku dosa tidak perlu menaruh curiga. Para imam akan memberikan sanksi berat jika melakukan pembocoran dosa dari kamar pengakuan (tertuang dalam Katekismus Gereja Katolik 1467).[3]

Penitensi merupakan denda atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Penitensi berguna untuk mengobati akar-akar dosa dan perbaikan hubungan atas dosa-dosa. Penitensi akan efektif, jika pengaku melakukan matiraga. Penitensi dapat dilakukan dalam bentuk doa, derma dan ulah matiraga. Penitensi bersifat wajib bagi orang yang mengaku dosa.Penitensi dilakukan sebagai sarana untuk membaharui diri. Pembaharuan diri merupakan akar untuk membangun bonum communae dan relasi yang baik kepada Allah dan sesama.[4]

[1] F. X. Didiek Bagiyowinadi, Menghidupi Tradisi Katolik, (Yogakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2003), hlm. 38-39.

[2] F. X. Didiek Bagiyowinadi, Menghidupi …, hlm. 39-40.

[3] F. X. Didiek Bagiyowinadi, Menghidupi …, hlm. 40-41.

[4] F. X. Didiek Bagiyowinadi, Menghidupi …, hlm. 41.