Sagata untuk anak-anak atau mengasuh anak adalah sagata

INFOBDL.COM - Bentuk-bentuk Karya Sastra Lisan Jenis Puisi di Lampung. Sastra lisan adalah bentuk karya sastra yang diucapkan (ujaran/lisan) dan sering dianggap sebagai karya sastra yang pertama. Walaupun karya sastra lisan ini dilakukan melalu ucapan namun karya sastra itu sendiri berkutat dibidang tulisan. Hal ini di karenakan masyarakat pada jaman dahulu belum mengenal huruf dan tidak mempunyai sastra tertulis, tetapi mungkin memiliki tradisi lisan yang kaya dan beragam.

Sagata untuk anak-anak atau mengasuh anak adalah sagata

Karya sastra lisan banyak dijumpai didaerah-daerah, bahkan setiap daerah dengan rumpun yang sama kadang memiliki bentuk sastra yang berbeda. Di Lampung sendiri karya sastra lisan dengan jenis puisi memiliki banyak bentuk, yaitu sebagai berikut.

1. Paradinei / paghadini adalah sastra lisan lampung yang fungsinya untuk menyambut tamu dalam acara pernikahan secara adat.


2. Pepaccur / pepaccogh / Wawancan ialah sastra lisan lampung yang fungsinya sebagai pemberian gelar adat pada pengantin yang disertai nasihat-nasihat pada pengantin. Ngamai adok adalah istilah pemberian gelar pada pengantin pria, Ngini adok adalah istilah pemberian gelar pada pengantin wanita. Pepaccur dalam setiap bait berjumlah 4 baris
3. Pattun / segata / adi-adi adalah sastra lisan Lampung yang berupa nyanyian. Setiap bait dalam segata terdiri dri 4 baris. Dan bersajak ab-ab. Sagata ada 5 macam :
  1. Sagata sanak ngebabang (pantun mengasuh anak).
  2. contoh. Ayun-ayun mbuk Ayun mbuk batang putti Dang miwang niku adik Guwai nyak sedih hati.
  3. Sagata bekahago/buhaga (pantun percintaan)
  4. contoh. Kik niku kawai handak Nyak kawai handak munih Kik niku haga di nyak Nyak haga niku munih (kalau kamu berbaju putih, saya berbaju putih juga, kalau kamu mau dengan saya, saya mau dengan kamu juga).
  5. Sagata butangguh/ betangguh (pantun salam akhir kegiatan/ pesan)
  6. contoh. Tigoh ja pai tangguh sa, Di kuti anak bai, Dang lupa lamon bedua, Tagan messa sai tibabai.
  7. Sagata lelagaan (pantun berolok-olok)
  8. contoh. Putti tungkah di sabah, Di uyak-uyak babui, Nyak ngeliyak menghanai gayah, Acak mak tughui-tughui. (pisang tanduk di sawah, diacak-acak babi, saya melihat bujang nganggur, lebih baik tidur-tiduran).
  9. Sagata nyindigh (menyindir yang kurang baik)
  10. contoh. Batang putti, Tetebak di ghanglaya, Si lapah bangik hati, Si teppik baluk mata. (pohon pisang, melintang di jalan, yang pergi senang hati, yang ditinggal bengkak mata).

4. Bebandung ialah sastra lisan lampung yang berisi nasihat / petuah atau ajaran yang berkenaan dengan agama Islam. dalam setiap bait berjumlah 4 baris
5. Ringget dikenal di lingkungan masyarakat lampung Abung, menggala, melinting - dalam setiap bait berjumlah 6 baris. Ringget digunakan pada saat pelepasan atau keberangkatan seorang gadis secara lamaran (ippun), keberangkatan tersebut disebut Ittar Terang menuju tempat calon suami.
6. Pisaaan dikenal di lingkungan masyarakat lampung pubiyan, sungkai, wai kanan. Dalam setiap bait berjumlah 4 baris
7. Highing-highing dikenal di lingkungan masyarakat Lampung Pemanggilan jelema daya (komering).
8. Wayak / ngehahaddo / hahiwang dikenal di lingkungan masyarakat Lampung Pesisir. Fungsi ringget / pisaan / highing-highing / wayak / ngehahaddo / hahiwang
  • Untuk pengantar acara adat.
  • pelengkap acara pelepasan pngantin wanita ke tempat pengantin pria
  • Pelengkap acara cangget / tarian adat
  • Senandung pada saat menina bobokan anak

9. Pisaan ialah sastra lampung yang berupa tulisan fungsinya sebagai pelengkap acara muda-mudi / jago damar / kedayok dan Pengisian waktu bersantai.
10. Hahiwang ialah sastra lisan lampung yang berisi kesedihan.
11. Talibun adalah sastra lisan yang berasal dari melayu, termasuk ragam puisi Lampung. Talibun kadang-kadang berupa berbalas pantun. Setiap bait dalam talibun berjumlah 6 baris yang bersajak abc-abc
12. Ngedio. Pada acara begawi, biasanya mengadakan acara bujang gadis (Muli meghanai) yang disebut Ngedio. Dalam acara ini bujang gadis bersenda gurau dan berbalas surat. Ngedio ada dua yaitu Ngedio pebukaan (ngedio di awal begawi/hajat), Ngedio pegubaran (ngedio di akhir acara hajat)


Demikian informasi yang dapat kami sampaikan mengenai Bentuk-bentuk Karya Sastra Lisan Jenis Puisi di Lampung. Semoga bermanfaat bagi Anda, jangan lupa baca juga artikel terkait lainnya dibawah ini.

  • , aktif

BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Lampung sebagai provinsi yang secara geografis terletak di ujung selatan dipulau Sumatra tidak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga kaya akan sumber daya manusianya. Puluhan sastrawan telah lahir di Sai Bumi Ruwa Jurai, negeri yang dihunni oleh dua jenis penduduk, pribumi dan pendatang. Dalam memajukan sastra indonesia, tidak sedikit sastrawan Lampung yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan sastra, seperti Motinggo Busye, Isbedy Setiawan ZS., Inggit Patria Marga, dan Ari Pahala Hutabara. Tidak sedikit pula karya-karya mereka yang dijadikan perbincangan oleh para kritikus sastra.

Puisi yang sering kita sebut kata-kata indah yang bermakna dan mengandung pesan kerap kali hadir dalam kehidupan kita sehari-hari. Memang pemahaman tentang puisi secara baik jarang kita temui dalam masyarakat umum dan pada anak sekolah atau pelajar. Mereka sering sekali mengatakan puisi hanya sebatas kata-kata indah, padahal sejatinya puisi ada yang mengandung arti kata-kata kasar, serapan, sindiran dan mengutuk.

Oleh karena itu penulis menyusun makalah ini yang berisi materi penjelasan salah satu jenis puisi lampung yaitu: puisi Segata agar pembaca mengetahui dan memiliki pemahaman tentang puisi segata yang menjadi salah satu sastra lampung yang harus kita ketahui, pahami serta menambah wawasan kita mengenai sastra lampung.   

Sagata untuk anak-anak atau mengasuh anak adalah sagata


B.            Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud sagata?

2.      Apa tujuan puisi sagata?

3.      Apakah kegunaan sagata?

C.           Tujuan

1.    Agar dapat mengetahui tentang sagata

2.    Agar dapat mengetahui tujuannya

3.    Agar dapat mengetahui kegunaan sagata

BAB II

PEMBAHASAN

A.           Pengertian Segata

Puisi merupakan karya sastra yang terikat oleh aturan-aturan tertentu seperti banyak suku kata setiap baris, banyaknya baris setiap bait, persajakan atau rima.

Segata yaitu sastra lampung yang berbentuk puisi yang tiap baitnya terdiri dari 4 baris, dan bersajak akhir ab-ab. Jenis puisi ini pada umumnya digunakan masyarakat Lampung dialek “A” yang digunakan sesuai dengan isi puisi.

Ditinjau dari isinya sagata ada 5 macam yaitu:

a. Segata Ngebabang ( pantun anak-anak)

b. Segata Buhaga (pantun percintaan)

c. Segata Nangguh (pantun ngebuka atau penutup kegiatan)

d. Segata Lalagaan (pantun berolok-olok atau kocak)

e. Segata Nyindekh (pantun sindiran)

f. Segata Hehiwang (pantun duka cita)

Saga ini berbentuk pantun yang terdiri dari 4 baris. Dua baris pertama merupakan sampiran yang kadang-kadang tidak mempunyai arti sama sekali. Biasanya baris pertama bersajak dengan baris ketiga dan baris kedua bersajak dengan baris keempat.sagata juga terdiri dari 5 macam taitu:

a.       Sagata Sanak Ngababang:

Yaitu hiburan bagi anak-anak yang sedang mengasuh adiknya.

b.      Sagata bukahaga (bukhasan):

Bentuk sagata ini berisikan pengungkapan isi hati sepasang remaja yang sedang bercinta. Bentuk sagata ini yaitu:

1)      Sasimbatan (bersahut-sahutan), contoh:

Bujang                                                                   Gadis:

Api kik lawok angkat                                 nangun kik lawok angkat

Nyimbin iwane kodo                                 iwane santokh nyimbin

Api kham mufakat                                     kuti haga mufakat

Dacok kikhani kodo                                              hakhus pai penyin-penyin

2)      Dilom Sukhat (Dalam surat) :

Sagata ini biyasanya dilakukan dengan berkirim surat antara sepasang remaja untuk mengutarakan isi hati nya masing-masing.bentuknya sama dengan sagata sasimbatan di atas.

3)      Dilon babah (dalam pembicaraan) :

Sagata ini diutarakan secaralangsung dalam suatu musyawarah (biasanya ketika meminang gadis).

Contoh:

Mahappun sikindua numpang ngelokkon cawa, gegoh hani sgata ni sanak.

4)      Dilom dawakha :

Sagata ini merupakan pemberitahuan kepada gadis atau keluarganya, bahwa ada seseorang bujang akan berkunjung/bertandang. Biasanya sagata ini dilakukan dihalaman rumah atau disuatu tempat.

Contoh:

Mati khebu lalubi

Suluh pu halom-halom

Jak jawoh adik kunanti

Kusansat luwah kelom

Pekon ampai pekon kham

Banjakhbatin wat suha

Kik nyak yu santokh tikham

Kik adek halok mawat

5)      Sagata Ngangga Hinik :

Sagata ini dilakukan seorang bujang ketika ia akan berkunjung ketempat si gadis. Setelah ia berada disamping/di halaman atau belakang rumah si gadis, ia memberi kode dengan menyalakan korek api, sinar baterai atau memetik jari jempol dan telunjuk (
methek). Ini dilakukan berkali-kali sampai ada balasan bahwa si gadis bersedia untuk ditemui atau orang tuanya memberitahukan bahwa si gadis tidak dirumah atau sakit.

Contoh :

Kota dalom pekon lom

Khang laya batukhaja

Ku bidi kelom-kelom

Niat haga putungga

6)      agata Nangguh (Pamitan):

Bentuk pantun ini disampaikan oleh gadis secara bergantian pada saat pertemuan dalam suatu kegiatan perkawinan. Kelompok gadis ini terbagi dua, yaitu kelompok gadis tuan rumah/muli baya dan kelompok gadis tamu/muli kawakhi.

Contoh :

Awal pembukaan :

                   Tuan rumah :

                   Sikop buhinjang kawai

Ali-ali dijakhi

Kawakhi ampai sampai

Api kabakh ni dudi

Tamu :

Sikop buhinjang kawai

Ali-ali dijakhi

Selamat pakhda munyai

Khena kabakh kham dudi

Saat gadis tamu akan pulang :

Tamu :

Kham pulipang betik

Andana ti takhima

Hanekan si ti kanik

Ngahakhap kilu khila

Tuan Rumah :

Ganta kodo kham lipang

Tekhima kasih siya

Hanekan si ti hiding

Mak luwah kimak khila

7)      Sagata Salayuh :

Bunyi sagata ini menyatakan bagi pendengarnya karena bahasa dan kata katanya tidak teratur dan kasar berupa sindiran-sindiran kasar.

Contoh :

Khadu lohot ne mak ku

Iya cawa jama bapak

Enggok nyak ngamantu

Kik muli kicut pudak

8)       Sagata Ijah Tawai :

Sagata ini berisi nasehat, ajaran dan pendidikan.

Contoh:

Wat dabingi dawah

Bukti uwat ni Tuhan

Dikhi kham kecah-kecah

Munggak medoh bu iman

B.            Tujuan

Untuk mempertahankan adat biasanya dalam acara atau kegiatan:

a.    Akikah

b.    Sunatan

c.    Perkawinan

d.   Kewafatan

e.    Saat-saat setelah Wafat

C.            Fungsi dan Kegunaan

Segata dalam kehidupan masyarakat Lampung memiliki beberapa fungsi yaitu:

1.      Digunakan sebagai ungkapan isi hati kepada seseorang (dari sibujang kepada si gadis atau sebaliknya).

2.      Dijadikan alat penghibur pada suasana bersantai atau dijadikan alat penghilang kejenuhan.

3.      Dijadikan Pelengkap acara cangget tarian adat (dilingkungan masyarakat Lampung pepadun).

4.      Sebagai sarana pendidikan.

5.      Untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan.

6.      Sebagai sarana pembuka dan penutup suatu acara.




BAB III

KESIMPULAN

A.                Kesimpulan

Segata yaitu sastra lampung yang berbentuk puisi yang tiap baitnya terdiri dari 4 baris, dan bersajak akhir abab.

Untuk mempertahankan adat biasanya dalam acara atau kegiatan: marhabah, akikah, sunatan, perkawinan, kewafatan, saat-saat setelah wafat.

Segata dalam kehidupan masyarakat Lampung memiliki beberapa fungsi yaitu: Digunakan sebagai ungkapan isi hati kepada seseorang (dari sibujang kepada si gadis atau sebaliknya), Dijadikan alat penghibur pada suasana bersantai atau dijadikan alat penghilang kejenuhan, Dijadikan Pelengkap acara cangget tarian adat (dilingkungan masyarakat Lampung pepadun), Sebagai sarana pendidikan, Untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, dan Sebagai sarana pembuka dan penutup suatu acara.

Ditinjau dari isinya sagata ada 5 macam yaitu: Segata Ngebabang ( pantun anak-anak), Segata Buhaga (pantun percintaan), Segata Nangguh (pantun ngebuka atau penutup kegiatan), Segata Lalagaan (pantun berolok-olok atau kocak), Segata Nyindekh (pantun sindiran), Segata Hehiwang (pantun duka cita).



DAFTAR ISI

Sabaruddin, 2010mengenal adat istiadat dan bahasa lampung pesisir way lima,jakarta barat:kamukhian way lima

https://www.infobdl.net/2015/01/bentuk-bentuk-karya-sastra-lisan-jenis-puisi-di-lampung.html di Akses pada hari minggu pukul 08.00 WIB

http://dhiana-cute.blogspot.co.id/2013/01/sagata-dan-macamnya.html di Akses pada tanggal 29 November pukul 10.00 WIB