Persekutuan Tellumpoccoe yang terbentuk pada tahun 1528 merupakan gabungan kerajaan

Kabar Bone Terbit 29.09.2019 : 11:28

Ulu Adae ri Timurung (Perjanjian Tellumpoccoe) (Foto: Int)

KabarMakassar.com -- Latar belakang dari Perjanjian Tellumpoccoe yang merupakan perjanjian yang melibatkan tiga daerah Bugis yaitu Bone,Wajo dan Soppeng disingkat BOWASO namun lebih dikenal dengan sebutan BOSOWA, diawali dari adanya bencana perang yang dialami Bone saat di pimpin oleh Raja Bone ke-7 La Tenrirawe Bongkange Arumpone (1560-1564).

Bencana perang yang didalangi oleh pihak Gowa dan Luwu, ternyata mengakibatkan Bone mengalami kerugian harta benda dan sumber daya manusia (SDM) serta kehidupan sosial budaya meskipun saat itu Bone selalu unggul, namun menghindar dari kondisi itu sepertinya tidak dapat lagi dilakukan.

Maka untuk tetap mempertahankan kedudukan kerajaan Bone yang tangguh, maka Raja Bone La Tenri Rawe menjalin hubungan kerja sama dengan Arung Matowa Wajo yang bernama To Uddamang, Datu Soppeng yang bernama Lamappaleppe Pollipue. Maka diadakanlah pertemuan di Cenrana untuk memperkuat hubungan antara Bone, Soppeng dan Wajo.

Maka sejak perjanjian kerjasama itu mereka cetuskan sejak itulah juga istilah "Mallamungeng Patue ri Timurung” pertemuan tiga kerajaan yang lebih dikenal dengan nama Ulu Adae ri Timurung (Perjanjian TellumpoccoE) yang diadakan di Timurung di suatu kampung kecil yang bernama Bunne Kecamatan Ajangale.

Sejarah mengajarkan kepada generasi muda saat ini bahwa bagaimana nilai-nilai luhur bisa membentuk jati diri, bagaimana persaudaraan yang dijalin oleh tiga daerah ini bisa membentuk kekuatan yang besar kala itu hingga dalam percakapan ketiga pemimpin ini saat Arung Matowa Wajo mempertanyakan kondisi wajo yang saat itu dibawah kekuasaan Gowa dan waktu bersamaan kerajaan Bone dan Gowa juga menjalin hubungan yang baik pula, maka di jawab dengan tegas oleh La Tenrirawe Bongkangnge Arumpone bahwa meskipun Bone dan Gowa menjalin hubungan yang baik namun jika Gowa ingin menguasai Wajo maka kita bertiga akan melawannya.

Situs perjanjian yang menyerupai anglo tersebut adalah batu besar (Bone) yang menandakan Bone sebagai saudara tua, kemudian yang agak kecil (Wajo) sebagai saudara tengah dan yang paling kecil (Soppeng) sebagai saudara bungsu.

Namun setelah Rumpa’na Bone Belanda mengganti nama Tellumpoccoe menjadi Afdeling Bone pada tanggal 2 Desember 1905.

Referensi : Teluk Bone

Penulis : Sulistiawati

Editor : Prisatno

Kabar Serupa :

sebutkan negara negara di asia yang di anggap tidak demokratis, jelaskan alasannya​

Bagaimana cara kamu membimbing teman yang kurang disiplin dalam kebersihan lingkungan​

Perbedaan kepulauan dan pulau​

Tulislah kesulitanmu ketika menegakkan disiplin​

Apa itu negara Federal​

Apa itu de Facto dan de jure​

negara negara di benua eropa timur​

QUIZSiapakah orang ini? Jelaskan secara detail! • NO COPAS• NO NGASAL• HARUS DETAIL​..

1. buatlah peta konsep tentang Brunei Darussalammohon bantuannya besok mau dikumpulkan ​

jelaskan pengaruh perubahan ruang dan interaksi antarruang terhadap keberlangsungan kehidupan pendidikan di asia tenggarabantu plisss​

Lihat Foto

Kemdikbud

Bola Soba, bangunan bersejarah yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Bone ke-30.

KOMPAS.com - Persekutuan Tellumpoccoe adalah sebuah aliansi yang dibentuk oleh Kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng untuk menghadapi Kerajaan Gowa-Tallo.

Aliansi ini dibentuk pada 1582 dengan tujuan untuk membendung ekspansi kerajaan kembar, Gowa-Tallo.

Latar belakang Persekutuan Tellumpoccoe

Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan di Sulawesi Selatan yang masih memiliki hubungan kekerabatan, tetapi selalu bersaing sengit.

Pada 1565, dua kerajaan ini akhirnya bersatu menjadi kerajaan kembar bernama Gowa-Tallo, atau juga dikenal sebagai Kerajaan Makassar.

Setelah bersatu, kekuatan kerajaan kembar tersebut semakin besar dan berambisi mengembangkan kekuasaan ke daerah di sekitarnya.

Target utamanya adalah kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan, seperti Kerajaan Bone, Luwu, Wajo, dan Soppeng.

Oleh karenanya, kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan tersebut kerap terlibat dalam peperangan. Luwu dan Wajo pun sempat ditaklukkan oleh Kerajaan Gowa-Tallo.

Ternyata, Kerajaan Gowa-Tallo gemar berlaku keras terhadap negeri Bugis bawahannya. Alhasil, Kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng sepakat membentuk aliansi yang disebut Persekutuan Tellumpoccoe pada 1582 M.

Persekutuan yang dibentuk diam-diam ini bertujuan untuk meraih kembali kedaulatan tanah Bugis dan menghentikan laju ekspansi Kerajaan Gowa-Tallo.

Baca juga: Kerajaan Gowa-Tallo: Letak, Kehidupan, Peninggalan, dan Keruntuhan

Isi Perjanjian Tellumpoccoe

Pertemuan untuk meresmikan Persekutuan Tellumpoccoe diprakarsai oleh Kerajaan Bone dan dilakukan di Timurung, Bone utara.

Untuk pengertian lain, lihat Tellumpoccoe (disambiguasi).

Persekutuan Tellumpoccoe adalah suatu aliansi penting antara tiga kerajaan Bugis di Sulawesi Selatan, yaitu Bone, Wajo, dan Soppeng; dalam menghadapi kekuatan dua kerajaan kembar Makassar, yaitu Gowa-Tallo.[1]

Persekutuan ini dikukuhkan dalam perjanjian pada tahun 1582 di Bunne, Timurung, Bone utara, berupa upacara sumpah disertai menghancurkan telur dengan batu.[1] Bone diakui sebagai saudara tua, Wajo saudara tengah, dan Soppeng saudara muda, yang diurutkan berdasarkan luas masing-masing kerajaan.[1] Ketiga kerajaan akan saling melindungi satu sama lain, dan ekspansi hanya akan diadakan ke luar wilayah tiga kerajaan tersebut.[1] Wajo juga akan dibela apabila Gowa memperlakukannya sebagai budak.[1]

Karaeng Matoaya pemimpin Gowa-Tallo masuk Islam pada tahun 1605, yaitu setahun setelah Datu Luwu La Patiware' Daeng Parabbung yang telah lebih dahulu masuk Islam.[1] Hal tersebut membawa warna baru dalam hubungan antara Gowa-Tallo dengan kerajaan-kerajaan Bugis selanjutnya, meskipun persaingan dan peperangan telah lama terjadi sebelum kedatangan Islam di Sulawesi Selatan.[1] Kekompakkan persekutuan Tellumpoccoe teruji pada tahun 1608 saat terjadi Pertempuran Pakenya antara Gowa-Tallo melawan Soppeng, dan kembali pada tiga bulan setelahnya dalam perang antara Gowa-Tallo melawan Wajo.[2] Pasukan Gowa-Tallo di bawah pimpinan Karaeng Matoaya berhasil dipukul mundur pada dua peristiwa itu.[1][2] Namun, persekutuan mulai goyah setelah Datu Soppeng Beowe masuk Islam tahun 1609 mengikuti ajakan Gowa.[1][3] Kemudian Gowa dan Soppeng bersama-sama menghadapi kerajaan-kerajaan Bugis lainnya, sehingga Arung Matoa Wajo La Sangkuru Patau antara tahun 1609-1610 juga masuk Islam,[3][2] dan akhirnya Arumpone Bone La Tenripale juga dapat dikalahkan dan memeluk agama tersebut tahun 1611.[1][2] Di saat satu demi satu kerajaan-kerajaan Bugis tersebut menyerah, Karaeng Matoaya dari Gowa-Tallo tidak menuntut denda perang, melainkan hanya meminta agar mereka mengucapkan syahadat saja.[1] Gowa-Tallo kemudian menyarankan agar Persekutuan Tellumpoccoe dipelihara kembali oleh Bone, Wajo, dan Soppeng untuk menghadapi musuh yang merugikan agama, sedangkan musuh dari seberang lautan akan dihadapi oleh Gowa-Tallo.[1]

Setelah wafatnya Karaeng Matoaya yang alim dalam beragama, perseteruan Bone dan Gowa timbul kembali, yang berujung pada perang yang berlarut-larut di antara kedua kerajaan tersebutnya.[1] Bone dan Gowa silih berganti berupaya menguasai hagemoni berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan, hingga akhirnya pada 1666 Gowa berhasil dikalahkan dan menandatangai Perjanjian Bungaya.[1]

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Soejono (R. P.), Richard Z. Leirissa (2008). Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. 3. PT Balai Pustaka. hlm. 79, 244-245. ISBN 9789794074091, 9794074098. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-18. Diakses tanggal 2015-05-11. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  2. ^ a b c d Leonard Y. Andaya (2013). The Heritage of Arung Palakka: A History of South Sulawesi (Celebes) in the Seventeenth Century. 91. Springer Science & Business Media. hlm. 33-34. ISBN 9789401733472, 9401733473. 
  3. ^ a b Hannabi Rizal, Zainuddin Tika, M. Ridwan Syam (2007). Profil raja dan pejuang Sulawesi Selatan. 2. Pustaka Refleksi. hlm. 5. ISBN 9789793570464, 9793570466. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Persekutuan_Tellumpoccoe&oldid=21187865"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA