Pada spermatogenesis pembelahan meiosis 2 menghasilkan

Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Spermatogenesis" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR
(Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)

Halaman artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. Tidak ada alasan yang diberikan. Silakan kembangkan artikel ini semampu Anda. Merapikan artikel dapat dilakukan dengan wikifikasi atau membagi artikel ke paragraf-paragraf. Jika sudah dirapikan, silakan hapus templat ini. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)

Spermatogenesis adalah proses saat spermatozoa haploid berkembang dari sel germinal di tubulus seminiferus testis. Proses ini dimulai dengan pembelahan mitosis sel induk yang terletak dekat dengan membran basal tubulus.[1] Sel-sel ini disebut sel induk spermatogonial. Pembelahan mitosis ini menghasilkan dua jenis sel. Sel tipe A mengisi kembali sel induk, dan sel tipe B berdiferensiasi menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer membelah secara meiotik (Meiosis I) menjadi dua spermatosit sekunder; setiap spermatosit sekunder membelah menjadi dua spermatid haploid yang sama melalui Meiosis II. Spermatid diubah menjadi spermatozoa (sperma) melalui proses spermiogenesis. Spermatid kemudian berkembang menjadi spermatozoa matang, yang juga dikenal sebagai sel sperma.[2] Dengan demikian, spermatosit primer menghasilkan dua sel, yaitu sel spermatosit sekunder, dan dua sel spermatosit sekunder yang kemudian membelah menghasilkan empat spermatozoa dan empat sel haploid.[3]

Spermatogenesis

Tubulus seminiferus dengan sperma yang matang. H&E stain.

Spermatozoid manusia dewasa

PengidentifikasiMeSHD013091Daftar istilah anatomi

[sunting di Wikidata]

Spermatogenesis berasal dari kata sperma dan genesis (pembelahan). Pada spermatogenesis terjadi pembelahan secara mitosis dan meiosis. Spermatogenesis merupakan tahap atau fase-fase pendewasaan sperma di epididimis. Setiap satu spermatogonium akan menghasilkan empat sperma matang.

Tipe Sel Kromosom Kromatid Proses pembelahan
Spermatogonium 46 2N Mitosis
Spermatosit primer 46 2N Meiosis
Spermatosit sekunder 23 N Meiosis
Spermatid 23 N Diferensiasi menjadi Sperma
Sperma 23 N -

Spermatogonium merupakan tahap pertama pada spermatogenesis yang dixixilkan oleh testis. Spermatogonium terbentuk dari 46 kromosom dan 2N kromatid.

Spermatosit primer

Spermatosit primer merupakan pertumbuhan dari spermatogonium. Spermatosit primer terbentuk dari 46 kromosom dan 2N kromatid.

Spermatosit sekunder

Spermatosit sekunder merupakan meiosis dari spermatosit primer. Pada tahap ini terjadi pembelahan secara meiosis. Spermatosit sekunder terbentuk dari 23 kromosom dan Nkromatid.

Spermatid

Spermatid merupakan meiosis dari spermatosit sekunder. Pada tahap ini terjadi pembelahan secara meiosis yang kedua. Spermatid terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid.

Spermatozoa

Spermatozoa merupakan diferensiasi atau pematangan dari spermatid. Pada tahap ini terjadi diferensiasi. Spermatozoa terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid dan merupakan tahap spermatozoa yang telah matang dan siap dikeluarkan.

  • Oogenesis
  • Spermatogonium
  • Spermatosit primer
  • Spermatosit sekunder
  • Spermatid
  • Sperma
  • Meiosis

  1. ^ de Kretser, D. M.; Loveland, K. L.; Meinhardt, A.; Simorangkir, D.; Wreford, N. (1998-04-01). "Spermatogenesis". Human Reproduction (dalam bahasa Inggris). 13 (suppl_1): 1–8. doi:10.1093/humrep/13.suppl_1.1  . ISSN 0268-1161. PMID 9663765. 
  2. ^ Sharma S, Hanukoglu A, Hanukoglu I (2018). "Localization of epithelial sodium channel (ENaC) and CFTR in the germinal epithelium of the testis, Sertoli cells, and spermatozoa". Journal of Molecular Histology. 49 (2): 195–208. doi:10.1007/s10735-018-9759-2. PMID 29453757.  Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^ "The Spermatozoön, in Gray's Anatomy". Diakses tanggal 2010-10-07. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Spermatogenesis&oldid=18957406"

Menurut sebuah ulasan terbitan Seminars in cell & developmental biology (2016), beberapa faktor berikut dapat memengaruhi proses pembentukan sperma.

1. Pengaruh lingkungan

Semenjak zaman Kekaisaran Romawi, paparan bahan kimia seperti timbal diduga dapat memengaruhi spermatogenesis.

Saat ini, hasil studi in vitro pada sel tumbuhan dan uji pada hewan memperlihatkan efek negatif paparan bahan kimia tersebut pada sistem reproduksi pria.

Namun, penelitian yang dilakukan pada manusia belum menunjukkan bukti yang kuat mengenai dampak paparan zat kimia pada proses reproduksi pria.

2. Faktor genetik

Kelainan genetik menyumbang 15 – 30% kasus ketidaksuburan (infertilitas) pria.

Ketidaksuburan pria memang tidak diturunkan secara genetik. Namun, ada sejumlah kondisi genetik yang bisa menjadi penyebab kemandulan.

Kondisi ini seperti gangguan kromosom yang bisa memengaruhi spermatogenesis seperti sindrom klinefelter, infertilitas kromosom Y, dan masalah genetik lainnya.

3. Obesitas

Obesitas bisa mengakibatkan hiperestrogenisme yakni kelebihan hormon estrogen. Kondisi ini bisa memengaruhi proses produksi sperma.

Hormon estrogen yang meningkat menyebabkan penurunan kadar hormon testosteron. Kadar testosteron yang rendah bisa menghambat spermatogenesis.

4. Diabetes

Diabetes mellitus menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh, termasuk testis. Kerusakan testis akan memengaruhi proses spermatogenesis, terutama pembentukan sperma yang sehat.

Gangguan yang berkaitan spermatogenesis

Penelitian sebelumnya juga menyebutkan sejumlah gangguan yang berkaitan dengan spermatogenesis, di antaranya sebagai berikut.

1. Sindrom klinefelter

Sindrom Klinefelter merupakan salah satu gangguan kromosom langka yang dapat terjadi saat masa kehamilan.

Kondisi ini menyebabkan testis menjadi berukuran lebih kecil. Produksi testosteron pun menjadi lebih rendah. Beberapa orang bahkan tidak menghasilkan sperma sama sekali.

2. Infertilitas kromosom Y

Infertilitas kromosom Y menyebabkan pria menghasilkan sel sperma yang lebih sedikit, sel sperma yang berbentuk tidak normal, atau tidak memproduksi sel sperma yang matang.

Video liên quan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA