Pada saat melaksanakan upacara Tumpek Pengatag maka Dewa yang dipuja pada saat itu adalah

Ilusterasi umat Hindu di Pura /mark chaves/unsplash

BULELENGPOST.COM --- Tumpek Wariga merupakan pertemuan antara Wuku Wariga Sapta Warara Saniscara dengan Panca Wara Kliwon.

Tumpek Wariga juga dikenal sebagai Tumpek Pangatag ini datang setiap 6 bulan sekali atau 25 hari sebelum Galungan tiba.

Pada Tumpek Wariga, umat Hindu melakukan pemujaan kepada manifestasi Tuhan sebagai Dewa Sangkara yakni Dewa penguasa tumbuh-tumbuhan.

Baca Juga: Banten Pasupati dan Doa atau Mantra Pasupati yang Bisa Digunakan saat Tumpek Landep

Makna dari Tumpek Wariga adalah memohon kepada Dewa Sangkara yakni Dewa penguasa tumbuh-tumbuhan agar hidup subur, sehingga buah hingga bunganya bisa dimanfaatkan untuk Galungan.

Baca Juga: Klaim Segera Kode Redeem Call of Duty Terbaru Edisi Hari Ini

Selain itu, Tumpek Wariga juga dikenal sebagai Tumpek Pengarah di mana dalam rainan ini umat Hindu mepengarah atau dalam bahasa Indonesianya memberitahu kepada tumbuh-tumbuhan dengan kalimat berikut " kaki kaki, dadong jumah? Tiang mepengarah buin selae dina Galungan jerone nged mebuah".

Baca Juga: Doa dan Makna dari Tumpek Wariga

Sebagaimana dikutip dari buku Acara Agama Hindu karya Putu Sanjaya, setelah dilakukan pengarah dilanjutkan dengan Pangatag yakni meletakkan atau menggoreskan pisau pada tumbuhan serta diberikan pengarah dengan kata "nged... nged... nged... " dalam bahasa Indonesia, nged berarti lebat.

  1. Bentuk Perayaan Tumpek Wariga menurut Hindu.

Gambar 3.2. Menghargai tumbuh-tumbuhan
Sumber : //google.co.id

Gambar 3.3. Tanaman Padi adalah bahan Pokok Makanan Sumber

  Dalam Bhagavadgita.III.14, Makhluk hidup berasal dari makanan. Makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan berasal dari hujan. Hujan berasal dari yadnya. Yadnya itu adalah karma. Tanpa tumbuh-tumbuhan, semua makhluk bernyawa tidak dapat melangsungkan hidupnya, karena bahan pokok makanan hewan dan manusia adalah tumbuh-tumbuhan. Adanya tumbuh-tumbuhan adalah yadnya dari bumi dan langit kepada semua makhluk hidup ini. Sehingga kita harus menghargai dan berterima kasih kepada Bumi Pertiwi. Bagaimana cara kita menghargainya? Ini lah salah satu bentuk kearifan budaya lokal yang sungguh Adi Luhung, yaitu dengan melaksanakan Tumpek Wariga. Tumpek Wariga dikenal juga sebagai Tumpek Bubuh, Tumpek Pengatag, Tumpek Pengarah. Jatuh pada hari Saniscara, Kliwon, Wuku Wariga, atau 25 hari sebelum Galungan. Rangkaian upacara ngerasakin dan ngatagin dilaksanakan untuk memuja Bhatara Sangkara, manifestasi Hyang Widhi, memohon kesuburan tanaman yang berguna bagi kehidupan manusia.Tumpek Wariga adalah hari untuk menghaturkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi beliau sebagai Dewa Sangkara Dewa Penguasa Tumbuh-tumbuhan yang dilaksanakan  melalui mengupacarai pepohonan dengan menghaturkan bubur/bubuh.

Dari sisi Etika, umat Hindu pada hari ini tidak diperbolehkan menebang pohon. Umat pun pada Tumpek Wariga tidak mau memetik buah, bunga, dan daun. Justru mereka diharapkan menanam pohon. Artinya, secara etika, umat Hindu ingin menyerasikan dirinya dengan alam, baik melalui upacara maupun tindakan nyata.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam Tumpek Wariga yang ada dalam ajaran atau tradisi Hindu di Bali, untuk mengingatkan umat manusia atas segala jasa besar Sang Hyang Widhi  yang telah menciptakan tumbuh-tumbuhan. Karena tumbuh-tumbuhan juga memegang aspek penting dalam berlangsungnya kehidupan di dunia. Tanpa tumbuh-tumbuhan takkan ada oksigen, akan mudah ada longsor dan banjir serta masih banyak lagi. Melalui Tumpek Wariga mari kita selalu ingat menjaga dan melestarikan lingkungan (tumbuh-tumbuhan) dan sebaliknya lingkungan pun dapat menjaga kita sesuai dengan hukum sebab akibat.

B. Hubungan Perayaan Tumpek Wariga dengan Ajaran Tri Hita Karana (Palemahan)

Tumpek  Wariga merupakan salah satu hari raya umat hindu di bali yang diperingati 25 hari sebelum hari raya galungan yang bertepatan pada hari saniscara kliwon wuku wariga dalam kalender caka (kalender di bali). Sesungguhnya,  perayaan Tumpek Wariga atau Tumpek Bubuh (Di Bali) salah satu aspek  penting dalam mengajegkan konsep Tri Hita Karana. Salah satu unsur penting dalam konsep itu adalah menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya ( Palemahan ), terutama  dalam  hubungan manusia dengan tumbuh-tumbuhan. Ajaran yang terkandung dalam Tumpek Wariga ini sangat luhur. Umat bukan hanya mesti menghargai ciptaan Tuhan, tetapi sekaligus melestarikan tumbuh-tumbuhan yang telah mensejahterakan kehidupannya.

Melalui perayaan Tumpek Wariga  ini sejatinya umat diingatkan betapa pentingnya merawat alam dengan menanam tumbuh-tumbuhan. Tak hanya tumbuhan yang buahnya berguna untuk sumber makanan, tetapi juga pohon-pohon untuk menjaga keseimbangan alam menghasilkan oksigen dan menyerap polusi udara.

Gambar 3.4. Menghargai Tumbuh-tumbuhan dengan perayaan Tumpek Wariga

C. Hubungan Perayaan Tumpek Wariga dengan Ajaran Tri Hita Karana (Parhyangan)

Dalam agama Hindu, saat Tumpek Pengatag  dikenal juga sebagai Tumpek Wariga, Tumpek Uduh atau Tumpek Bubuh dihaturkan persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Sang Hyang Sangkara, Dewa Penguasa Tumbuh-tumbuhan yang dikonkretkan melalui mengupacarai pepohonan. Memang, menurut tradisi susastra Bali, yang menyebabkan tumbuh-tumbuhan hidup dan memberikan hasil kepada manusia adalah Sang Hyang Sangkara.
Karenanya, ucapan syukur dan penghormatan kepada Hyang Sangkara mesti dilakukan manusia dengan mengasihi segala jenis tumbuh tumbuhan.

Disamping Tumpek Wariga dalam agama Hindu mengenal juga Tumpek- tumpek yang lain salah satunya yaitu Tumpek  Landep sebagai peringatan benda-benda yang tajam seperti keris, pisau, dan benda tajam lainnya yang kita pakai setiap hari. Sehinga kita mengucap rasa syukur kepada Sang Hyang widhi dalam manifestasi beliau sebagai Sang Hyang Pasupati.

Dengan demikian, sejatinya perayaan hari  Tumpek Pengatag dan Tumpek Landep memberi isyarat dan makna mendalam agar manusia mengasihi dan menyayangi alam dan lingkungan yang telah berjasa menopang hidup dan penghidupannya.

Pada Tumpek Pengatag, momentum kasih dan sayang kepada alam itu diarahkan kepada tumbuh-tumbuhan. Betapa besarnya peranan tumbuh-tumbuhan dalam memberi hidup umat manusia. Hampir seluruh kebutuhan hidup umat manusia bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Mulai dari pangan, sandang hingga papan.

Gambar 3.5. Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Penguasa Tumbuh-tumbuhan
Sumber : //google.co.id

   D. Mempraktekkan Cara Pelaksanaan Tumpek Wariga sesuai daerah setempat.

Pelaksanaan Tumpek Wariga di Bali biasanya dengan mempersembahkan sesajen dengan ciri khasnya menggunakan  bubur sebagai lambang pupuk untuk kesuburan tanaman, pada saat pelaksanaannya ada doa-doa dalam bahasa Bali yang maknanya adalah Tuhan berwujud Ardhanareswari sebagai pencipta alam beserta isinya termasuk tumbuh-tumbuhan. Adapun bunyi doa tersebut adalah “Kaki Kaki I Nini kija? Ia jumah, Nak kenken? Ia gelem nged,nged,nged, Mabuah apang nged.  Kakek Kakek si Nenek kemana? Dia di rumah, Kenapa dia? Dia sakit keras. Berbuahlah agar lebat… lebat… lebat”. Begitu makna kalimat berbahasa Bali yang selalu diucapkan pada perayaan Tumpek Wariga, sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widhi atas kesuburan tanaman hingga tumbuh baik dan menghasilkan buah atau bunga lebat.

sembari mengetokkan pisau di tangan kanan pada pohon.  Memberi sedikit luka pada batang itu. Maksudnya untuk memberikan respon pada pohon itu agar mau tumbuh dengan subur.

Tumpek Wariga, dirayakan umat Hindu setiap 210 hari sekali (6 bulan). Sebagai ucap syukur, umat Hindu mempersembahkan sesaji buah dan bunga, serta bubur sumsum (terbuat dari tepung beras, ditaburi kelapa dan gula merah cair).

Gambar 3.6. Prosesi Perayaan Tumpek Wariga
Sumber : Foto Ni Komang Erviani

Gambar 3.7. Sesajen berisi bubur pada Tumpek Wariga
Sumber : Foto Ni Komang Erviani

Tes Tulis

Berilah tanda (√) pada kolom setuju pada pernyataan yang benar atau kolom tidak setuju pada pernyataan yang tidak benar.

No Pernyataan Setuju Tidak setuju
1. Semua bahan makanan untuk hewan dan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan    
2.  Perayaan Tumpek Wariga diperingati 25 hari sebelum hari raya Galungan    
3. Pada hari Tumpek Wariga kita tidak diperbolehkan menebang pohon    
4. Manifestasi Sang Hyang Widhi yang dipuja pada Tumpek Wariga adalah Dewa Brahma    
5. Hari Tumpek Wariga diperingati setiap Saniscara Kliwon Landep    

Tes Tulis

Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!

  1. Perayaan Tumpek Wariga sebagai peringtan untuk merawat…
  2. Manifestasi Sang Hyang Widhi yang dipuja pada perayaan Tumpek Wariga adalah…
  3. Kebutuhan manusia mulai dari sandang, pangan, dan papan bersumber dari…
  4. Dari konsep etika, pada perayaan Tumpek Wariga kita tidak diperbolehkan untuk…
  5. Salah satu komponin penting dalam perayaan Tumpek Wariga yang berkaitan dengan Ajaran Tri Hita Karana yaitu Palemahan yaitu…

Was this article helpful?

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA