Kondisi medis dimana seorang pria tidak mampu mencapai ereksi disebut

Disfungsi ereksi atau impotensi adalah keadaan ketika penis tidak mampu ereksi atau mempertahankan ereksinya meski ada rangsangan seksual. 

Sebenarnya, kondisi ini tidak berbahaya, hanya saja dapat mengganggu penderita dan pasangannya.

Sayangnya, masalah disfungsi ereksi ini kerap dianggap sebagai hal yang tabu. Alhasil, banyak pria atau pasangan segan berkonsultasi dengan dokter jika mengalami hal ini.

Padahal, disfungsi ereksi bisa saja berkaitan dengan gangguan kesehatan lain, seperti masalah pada pembuluh darah hingga memengaruhi kualitas hidup seseorang. 

Setelah mengetahui apa itu disfungsi ereksi, Anda juga perlu tahu penyebabnya. Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari masalah psikologis, gaya hidup hingga masalah kesehatan lainnya.

Adapun beberapa penyebab impotensi yang dimaksud antara lain:

Faktor psikologis merupakan penyebab tersering yang dapat memicu disfungsi ereksi.

Misalnya, ada konflik dengan pasangan, tidak tertarik pada pasangan seksual, pengalaman traumatis saat berhubungan seksual, stres psikologis, depresi, dan perasaan cemas.

Beberapa masalah kesehatan yang dapat menyebabkan impotensi, seperti:

  • penyakit jantung dan pembuluh darah
  • diabetes
  • hipertensi atau tekanan darah tinggi
  • kolesterol tinggi
  • obesitas
  • gangguan hormonal, termasuk berkurangnya hormon reproduksi (defisiensi testosteron)
  • kelainan struktur atau anatomi penis, misalnya penyakit peyronie
  • masalah prostat
  • penyakit Parkinson
  • multiple sclerosis
  • komplikasi operasi 

Sering mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, ataupun menggunakan obat-obatan terlarang bisa menjadi penyebab disfungsi ereksi.

Beberapa obat dapat memberikan efek samping gangguan ereksi pada beberapa orang. 

Misalnya, antidepresan, antihistamin, pengontrol tekanan darah, hingga obat kemoterapi.

Artikel Lainnya: Penyebab Impotensi yang Pria Harus Tahu

Gejala impotensi utamanya adalah sulitnya penis mempertahankan ereksi, meski terdapat rangsangan seksual. 

Anda juga dapat dicurigai memiliki gangguan ereksi, apabila:

  • terkadang mendapatkan ereksi, tetapi tidak setiap kali saat berhubungan seksual
  • mendapatkan ereksi, namun tidak  bertahan lama atau tidak mencapai kepuasan
  • tidak bisa ereksi sama sekali

Selain itu, terdapat gejala lain yang mungkin berhubungan dengan disfungsi ereksi, misalnya:

  • penurunan gairah dalam berhubungan seksual
  • ejakulasi dini

Segera konsultasikan kepada dokter apabila Anda mengalami salah satu atau beberapa kondisi di atas. 

Salah satu hal yang meningkatkan risiko terjadinya disfungsi ereksi adalah bertambahnya usia. 

Semakin usia bertambah, Anda akan kesulitan untuk mendapatkan atau mengendalikan ereksi.

Selain faktor usia, masalah pada pembuluh darah juga berperan penting dalam terjadinya impotensi. 

Pria yang memiliki komorbid juga rentan mengalami masalah ini. Adapun faktor risiko lain disfungsi ereksi adalah:

  • peningkatan berat badan yang berlebihan atau obesitas
  • masalah psikologis, seperti kecemasan dan depresi
  • riwayat cedera atau operasi di area pelvis atau panggul
  • sedang menjalani perawatan intensif seperti terapi radiasi untuk kanker
  • akibat pengobatan tertentu misalnya obat-obatan antihipertensi
  • penggunaan alkohol, merokok, hingga obat-obatan terlarang yang dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah

Disfungsi ereksi atau impotensi adalah kondisi yang bisa diatasi. Dengan pemeriksaan dan deteksi dini, Anda bisa mendapatkan penanganan yang sesuai. Anda pun bisa kembali menikmati hubungan seksual seperti sediakala. 

Untuk menegakkan diagnosis disfungsi ereksi, dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan, yang meliputi wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Berikut ulasannya.

Dalam sesi wawancara medis, dokter akan menanyakan keluhan yang Anda alami. 

Dokter juga akan bertanya detail soal bagaimana aktivitas seksual Anda, riwayat penyakit yang dialami, kebiasaan yang dapat berkaitan dengan impotensi, serta obat-obatan yang sedang diminum.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan fisik secara umum, pemeriksaan sistem saraf, serta pemeriksaan pada organ intim.

Bila dirasa perlu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan colok dubur untuk memeriksa keadaan prostat Anda.

Sementara itu, pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan dapat berupa:

Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar gula darah, kolesterol, hingga hormonal dalam tubuh seperti kadar hormon tiroid atau kadar hormon testosteron.

Seperti pada tes darah, tes urine juga berguna untuk mencari adakah diabetes atau masalah kesehatan lainnya. 

Pemeriksaan USG berguna untuk melihat kelancaran aliran darah di penis Anda. 

Terkadang, pemeriksaan USG dilakukan bersamaan dengan tes injeksi. Dokter akan menyuntikkan obat untuk menstimulasi pembuluh darah sehingga menyebabkan ereksi.

Nantinya, dokter akan mengevaluasi seberapa keras dan berapa lama ereksi terjadi.

Selain pemeriksaan di atas, disfungsi ereksi juga dapat ditegakkan melalui pemeriksaan tes NPT. 

Metode ini menggunakan suatu alat yang diikat di sekitar paha dan berguna untuk menilai ereksi yang terjadi saat Anda tidur di malam hari. 

Alat ini akan mencatat jumlah serta kekuatan ereksi yang terjadi dan menyimpannya dalam memori sehingga dokter bisa melakukan pembacaan hasil di kemudian hari.

Pemeriksaan kejiwaan secara menyeluruh juga perlu dilakukan untuk menyingkirkan ada atau tidaknya masalah seperti depresi, kecemasan atau faktor lainnya yang memicu terjadinya disfungsi ereksi.

Artikel Lainnya: Jangan Sembarangan, Disfungsi Ereksi Harus Ditangani secara Tepat

Apa yang harus dilakukan jika mengalami disfungsi ereksi? Tentunya, segera temui dokter. Memang tidak ada penanganan impotensi secara khusus. Secara umum, dokter akan mengobati gangguan ini tergantung penyebabnya.

Apabila Anda mengalami tanda gejala disfungsi ereksi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis andrologi.

Kolaborasi dengan dokter spesialis di bidang lain seperti penyakit dalam, jantung dan pembuluh darah, kejiwaan, hingga bedah urologi sangat mungkin dilakukan untuk mencari tahu kemungkinan penyebab impotensi lainnya.

Tak hanya dengan memperbaiki gaya hidup, ada beberapa pilihan cara mengobati disfungsi ereksi yang ditawarkan, antara lain:

Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan yang berguna untuk meningkatkan aliran darah ke penis sehingga merangsang terjadinya ereksi, contohnya sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), avanafil (Stendra), dan vardenafil (Leviyta, Staxyn). 

Pilihan obat yang diberikan disesuaikan dengan kondisi pasien dan selalu di bawah pemantauan dokter.

Jika muncul efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi, jangan ragu untuk mengutarakannya pada dokter.

Selain obat minum, obat suntik atau injeksi juga ditawarkan untuk membantu mengatasi disfungsi ereksi.

Dalam metode ini, obat suntik yang digunakan adalah alprostadil (Caverject, Edex) phentolamine, dan papaverine. 

Ketiga obat ini dapat digunakan salah satu saja atau bahkan kombinasi ketiganya. 

Obat suntik ini akan disuntikkan dengan menggunakan jarum yang sangat halus ke sisi badan penis (intracavernosal).

Efek samping dari penggunaan obat suntik ini adalah perdarahan ringan di tempat suntikan, ereksi berkepanjangan (priapismus), dan fibrosis jaringan di tempat suntikan.

Beberapa pria mengalami disfungsi ereksi akibat rendahnya hormon testosteron dalam tubuh.  

Jika terbukti, kadar hormon testosteron rendah, suntikan hormon testosteron bisa membantu meningkatkan testosteron dalam tubuh Anda.

Selain dengan obat-obatan, penggunaan alat vakum dapat juga disarankan dalam penanganan disfungsi ereksi.

Alat vakum khusus ini membantu menstimulasi ereksi dengan cara menarik darah masuk ke dalam penis. Alat vakum ini memiliki beberapa komponen, yakni:

  • tabung plastik, tempat Anda meletakkan penis
  • pompa, bekerja untuk menarik udara keluar dari tabung plastik
  • cincin elastis, nantinya akan digunakan pada pangkal penis saat melepas tabung plastik dan berguna untuk membantu penis mempertahankan ereksinya

Operasi dilakukan pada keadaan tertentu, seperti gangguan prostat, gangguan pembuluh darah pada penis, kelainan bentuk penis, atau untuk pemasangan implan agar penis dapat ereksi.

Pada pemasangan implan penis, ditempatkan seperangkat alat di bagian kanan dan kiri penis.

Alat implan ini terdapat dua jenis, ada yang model ditiup dengan pompa sehingga membuat penis membesar. 

Selain itu, ada pula model lunak atau mudah ditekuk, sehingga mudah dikontrol.

Implan penis menjadi jalan terakhir apabila segala cara konservatif telah dicoba, mengingat tindakan operasi tetap memberikan risiko seperti infeksi. 

Terapi konseling dengan psikiater atau psikolog juga menjadi bagian terapi disfungsi ereksi. Adanya masalah kejiwaan seperti cemas, stres, depresi, hingga post traumatic stress disorder (PTSD) dapat menjadi sumber penyebab impotensi.

Jangan malu untuk berkonsultasi apabila Anda memiliki masalah-masalah psikologis yang mengganggu.

Konseling tak hanya membantu mengatasi kecemasan atau stres saja, tapi juga membantu memperbaiki hubungan Anda dan pasangan. 

Adapun beberapa terapi alternatif yang ditawarkan seperti:

Terapi akupunktur dilakukan dengan meletakkan jarum ke kulit pada lokasi tertentu atau di titik akupuntur.

Metode pengobatan tradisional dari Tiongkok ini dipercaya bekerja menstimulasi saraf sehingga membantu pelepasan neurotransmiter. 

Sebenarnya, belum ada bukti ilmiah terkait akupuntur dapat mengatasi disfungsi ereksi. Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Prostatic massage sering dikombinasikan dengan terapi lainnya dalam mengatasi disfungsi ereksi. 

Selama pemijatan ini, terapis akan memijat jaringan di sekitar lipat paha untuk meningkatkan aliran darah ke penis.

Anda mungkin membutuhkan terapi ini beberapa kali dalam seminggu. Lama durasi pijat ini sesuai dengan gejala yang dikeluhkan.

Artikel Lainnya: Atasi Disfungsi Ereksi dengan Makanan Ini

Mengingat penyebab disfungsi ereksi bervariasi dan secara umum dapat dicegah, berikut beberapa tips untuk untuk Anda:

Anda dianjurkan untuk memiliki diet sehat yang mana menganjurkan untuk membatasi konsumsi makanan yang berlemak jenuh, meningkatkan asupan sayuran, buah-buahan, sumber protein, serta gandum utuh yang baik untuk kesehatan pria. 

Olahraga secara rutin dapat membantu mencegah terjadinya disfungsi ereksi dan membantu mengurangi stres. 

Pilihlah olahraga yang disukai sehingga saat melakukannya Anda terasa lebih bahagia.

Hindari memiliki berat badan berlebih ataupun obesitas sehingga Anda terhindar dari masalah erectile dysfunction.

Jika Anda memiliki komorbid, seperti diabetes, hipertensi, ataupun kolesterol tinggi, pastikan agar selalu terkontrol dengan baik.

Minumlah obat-obatan yang telah dianjurkan dokter secara rutin. 

Jangan lupa untuk mengelola stres dengan baik. Anda bisa berlibur sejenak ataupun melakukan hal-hal yang Anda sukai. 

Apabila Anda sulit mengelola stres dan hal ini mengganggu keseharian Anda, jangan ragu untuk meminta pertolongan pada ahlinya.

Untuk mencegah terjadinya disfungsi ereksi, mulai sekarang hentikan kebiasaan buruk yang Anda miliki seperti merokok dan konsumsi minuman beralkohol. 

Artikel Lainnya: Vakum Penis untuk Mengatasi Disfungsi Ereksi, Benarkah Efektif?

Meski bukanlah suatu kondisi yang membahayakan, impotensi bisa menimbulkan komplikasi berupa:

  • ketidakpuasan dalam hubungan seksual
  • kecemasan hingga stres
  • malu, rendah diri, dan kurangnya rasa percaya diri
  • keharmonisan hubungan dengan pasangan terganggu yang berujung pada perceraian
  • ketidakmampuan membuat pasangan hamil

Kapan Harus ke Dokter?

Anda perlu berkonsultasi ke dokter apabila:

  • khawatir akan ereksi atau masalah seksual lainnya seperti ejakulasi dini atau bahkan ejakulasi terlambat
  • mengalami gangguan ereksi saat berhubungan atau keluhan lain yang menyertai
  • memiliki penyakit komorbid yang dapat berhubungan dengan terjadinya disfungsi ereksi

Anda punya masalah impotensi? Jangan malu. Anda bisa mendiskusikannya kepada dokter melalui fitur LiveChat 24 Jam.

(HNS/AYU)

Terakhir Diperbaharui: 31 Januari 2022

Diperbaharui: dr. Devia Irine Putri

Ditinjau Oleh: dr. Devia Irine Putri

Referensi:

Healthline. Diakses 2022. Erectile Dysfunction.

NIDDK. Diakses 2022. Erectile Dysfunction.

MedlinePlus. Diakses 2022. Drugs that may cause erection problems. 

Mayo Clinic. Diakses 2022. Erectile dysfunction.

Cleveland Clinic. Diakses 2022. Erectile dysfunction.

NHS UK. Diakses 2022. Erection problems erectile dysfunction.

Klikdokter

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA