Kesulitan yang kita rasakan sesungguhnya akan ada

Tantangan Menulis Hari Ke-26 #TantanganGurusiana

Allah SWT berfirman dalam QS. al- Insyirah ayat 5: فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah : 5)

Hari hari sulit mulai terasa seiring semakin meluasnya penyebaran Covid-19 di negara kita. Tak jauh berbeda dengan negara lain yang terdampak, virus corona mulai mengganggu kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang kita cintai ini.

Beberapa hari yang lalu saya menonton tayangan ILC di salah satu televisi swasta. Dalam tayangan bertajuk "Corona: Simalakama Bangsa Kita" tersebut, berbagai kesulitan, kepanikan dan keluh kesah di paparkan terkait penangan covid19.

Masyarakat tak mampu yang diwakili seorang tukang ojek online dan seorang nenek penjual kopi, menyampaikan betapa sulitnya kehidupan mereka sejak virus corona melanda negeri ini. Ditambah lagi adanya larangan berkumpul dan perlunya tetap tinggal di rumah. Bahkan Abang ojek online mengatakan mereka dan keluarganya akan makan apa jika berhenti berusaha di luar rumah.

Di sisi yang berbeda, kalangan medis tetap menghimbau pentingnya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Cara yang paling ampuh adalah dengan tetap tinggal di rumah. Disamping itu mereka menyampaikan, betapa mereka sudah berusaha berjibaku menyelamatkan para korban. Ditambah lagi semakin berkurangnya Alat Perlindungan Diri di RS rujukan, yang menambah tingkat kesulitan yang mereka rasakan.

Saya tidak akan membahas lebih jauh keluh kesah dan kesulitan dari dua kalangan yang berbeda namun menghadapi hal yang sama tersebut. Karena hal itu telah dibahas secara mendalam dalam diskusi ILC malam itu.

Namun saya menangkap sebuah gambaran pilu, tentang betapa besarnya dampak yang ditimbulkan wabah ini bagi kehidupan manusia. Berbagai kesulitan telah ditimbulkannya. Lambat laun jika tidak ditangani dengan baik, saya khawatir akan menimbulkan gelombang keputus asaan yang dapat merusak kehidupan manusia bahkan mungkin tatanan kehidupan bangsa.

Mengutip QS al-Insyirah ayat 5 di atas, disampaikan bahwa dibalik sebuah kesulitan sesungguhnya terdapat kemudahan. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan dalam kitabnya Muassasah Ar Risalah, kata al ‘usr (kesulitan) menggunakan alif-lam dan menunjukkan umum (istigroq) yaitu segala macam kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana pun sulitnya, akhir dari setiap kesulitan adalah kemudahan.”

Mengambil makna ayat tersebut, selaku orang beriman maka kita selayaknya meyakini bahwa pasti ada kemudahan dalam menghadapi kesulitan yang tengah kita dan bangsa ini hadapi. Allah telah menjanjikan selalu ada kemudahan dalam setiap kesulitan. Selalu ada hikmah di balik setiap kesusahan.

Sedikit kita mengambil contoh, bangsa China pernah terpuruk dalam memerangi virus corona selama bulan bulan terakhir ini. Tapi mereka setelah itu menjadi kuat, bahkan saat ini mereka siap menjadi garda terdepan membantu bangsa lain yang tengah menghadapi hal yang sama. Hal tersebut bisa jadi akan mengukuhkan posisinya sebagai salah satu bangsa terkuat di dunia.

Belajar pula dari perjalanan Nabi SAW dan para sahabat , dalam menghadapi berbagai kesulitan mendakwahkan ajaran Islam. Nabi dengan para sahabat melalui segala kesulitan tersebut dengan tabah dan tetap istiqamah. Lihatlah hari ini, Islam menjadi sebuah agama terbesar di dunia.

Kembali ke persoalan covid-19 saat ini, serta berbagai kesulitan yang tengah dirasakan bangsa ini dalam memeranginya. Bangsa ini harus tetap teguh dan meyakini pastilah ada kemudahan dalam menghadapi kesulitan tersebut. Dibalik semua hal itu niscaya juga terkandung hikmah yang lebih besar. Kuncinya adalah tetaplah berusaha, tetaplah teguh dan mengembalikan semuanya pada Allah Sang Maha Pencipta.

Weni Fitria, Ditengah Pandemi Covid-19, 26 Maret 2020

“sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.”

Dalam ayat tersebut, kosa kata yang digunakan adalah “ma’a” yang dalam bahasa Arab berarti “bersama” atau “menyertai”. Dengan kata lain, saat kesusahan datang, saat itu pulalah kemudahan datang.

Lalu kemudahan seperti apa yang datang saat kita ditimpa musibah? Yang tampak jelas adalah kemudahan untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Terkadang kesuksesan membuat kita lupa untuk berdzikir dan beribadah. Kita jadi sibuk untuk mengurusi dunia hingga lupa akan ibadah.

Datangnya kesusahan juga menjadi sarana untuk mudah bersilaturahmi. Sering kali saat seseorang mendapatkan kekayaan, ia lupa untuk bersilaturahim. Namun saat mengalami musibah, jalan untuk silaturahim lebih mudah.

2. “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.”

Nabi Ya’qub, dalam menahan rasa sedihnya saat mengingat Nabi Yusuf, mengucapkan “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” Hal ini terekam dalam surat Yusuf ayat 86.

قَالَ اِنَّمَآ اَشْكُوْا بَثِّيْ وَحُزْنِيْٓ اِلَى اللّٰهِ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”

Saat itu, Nabi Ya’qub teramat sangat sedih karena, setelah sebelumnya ia kehilangan putra tercintanya yaitu Nabi Yusuf, kini ia juga kehilangan putranya yang lain yaitu Bunyamin.

Saking sedihnya, mata Nabi Ya’qub sampai menjadi putih dan tak dapat melihat, sedang badannya mengalami sakit berat. Dalam situasi tersebut, Nabi Ya’qub AS mengadukan segala kesedihannya hanya kepada Allah SWT.

3. “Janganlah Berputus Asa dari Rahmat Allah”

Allah SWT berfirman dalam Surat Yusuf Ayat 87,

وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ

“dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.”

Seorang yang beriman tentu selalu percaya bahwa kekuatan Allah tiada batas. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Allah dapat dengan mudah merubah masalah yang kita hadapi menjadi sebuah kemudahan. Allah dapat dengan mudah merubah orang sakit menjadi sehat. Allah juga dapat menguatkan orang yang lemah, dan seterusnya.

Maka, jika ada orang yang berputus asa, maka artinya orang tersebut tidak percaya dengan kekuatan Allah. Maka dikatakan dalam ayat tersebut bahwa orang yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang yang kafir.

4. “Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nyalah kami kembali”

Pada surat Al-Baqarah ayat 155-156, Allah berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).”

Ayat ini menyadarkan kita bahwa apa yang kita dan segala yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah. Jika itu memang titipan, maka tidak perlu ada rasa bersedih saat titipan itu diambil. Semua masalah yang kita hadapi adalah sebuah ujian untuk melihat apakah kita sabar menghadapinya atau tidak. Jika kita sabar, maka kita termasuk orang-orang yang beruntung.

5. “Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar”

Tentunya kata-kata ini sudah sangat familiar dari telinga kita. Dan memang kata-kata bijak tersebut sumbernya adalah al-Quran. Dalam surat Al-Anfal ayat 46 Allah berfirman:

وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ

“…dan sabarlah (menghadapi segala kesukaran dengan cekal hati); sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Ada hal yang dapat melengkapi kesabaran kita, yaitu sholat. Allah SWT berfirman:

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,

6. “Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan”

Allah telah memberikan begitu banyak nikmat kepada kita. Baik itu nikmat yang kita sadari maupun tidak. Saat kita terbangun, kita dapat membuka kedua mata kita; dari mana datangnya kekuatan untuk membuka kelopak mata kita?

Lalu tiba-tiba pendengaran kita dapat berfungsi sempurna lagi. Tombol mana yang kita tekan untuk menyalakan lagi fungsi telinga kita? Lalu tiba-tiba kulit kita dapat merasakan lagi sentuhan. Software apa yang kita nyalakan untuk menyalakan itu?

Bukankah itu semua di luar kemampuan kita? Bukankah dalam peristiwa bangun tidur itu saja sudah terlihat sekian banyak bukti betapa besarnya nikmat Allah pada kita?

Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Dalam Surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan berbagai nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia. Di antaranya, di ayat 10-12 Allah berfirman:

وَالْاَرْضَ وَضَعَهَا لِلْاَنَامِۙ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّالنَّخْلُ ذَاتُ الْاَكْمَامِۖ وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُۚ

“Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya), di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.”

Lalu pada ayat 13 Allah berfirman:

فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Ayat ini diulang berkali-kali dalam surat ini untuk menegaskan betapa, seberat apapun kesulitan yang kita tempuh, sungguh nikmat Tuhan jauh lebih banyak dari pada kesusahan itu.

Jadi, saat kesedihan datang, ucapkan kata-kata ini kepada diri kita sendiri: “Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan”

7. Kata-kata bijak tentang kesedihan dan kebahagiaan yang ketujuh adalah: “Dunia ini hanyalah sebuah permainan”

Saat kita mengalami sebuah masalah di organisasi, tempat kerja, ataupun tempat kita menuntut ilmu, terkadang ada yang merasa bahwa seolah langit telah runtuh! Dia merasa bahwa dunianya menjadi gelap, dia merasa telah kehilangan segalanya, dia merasa dia telah jatuh sejatuhnya!

Apakah memang demikian?

Sadarkah kita bahwa dunia ini hanyalah sebuah permainan? Jika kita bermain petak umpet dengan teman kita, lalu kita kalah dalam permainan itu, apakah kita akan sedih sesedih-sedihnya? Tentu tidak, kan? Karena itu hanyalah sebuah permainan. Setelah bermain, kita kembali menjalani kehidupan kita yang sesungguhnya.

Sama dengan dunia ini. Dunia ini adalah sebuah permainan dan senda gurau yang singkat saja. Setelah dunia ini berakhir, kehidupan kita yang sesungguhnya baru dimulai; yaitu kehidupan akhirat.

Allah SWT berfirman:

وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗوَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

“Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (Al-An’am: 32)

Nah, jadi, jika kamu merasa gagal, jika kamu merasa jatuh, jika kamu merasa seluruh manusia membencimu, jika kamu merasa semuanya telah berakhir, ucapkan kata-kata bijak tentang kesedihan dan kebahagiaan yang mengguhan ini: Santai bro, dunia ini hanyalah sebuah permainan.

Jangan lupa tersenyum dan bersyukur ya.

Demikian 7 Kata-kata bijak tentang kesedihan dan kebahagiaan yang kesemuanya bersumber dari tuntunan hidup seorang muslim, Al-Quran. semoga dapat bermanfaat. Semoga kata-kata bijak Islami tersebut dapat menguatkan langkah kita untuk lebih optimis dan positif dalam menjalani kehidupan.

All graphic in this page is designed with Inkscape

Artikel terkait kata-kata bijak tentang kesedihan dan kebahagiaan:

Waktu: Sebuah Janji

Bagaimana membuat murid percaya pada Guru?

Tiga Waktu, Seorang Pengembara

Ternyata Cara Berdoa Orang Shaleh Berbeda

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA