Kerajaan islam di jawa yang kemajuannya lebih unggul dalam bidang apa saja analisislah

bagaimana pembagian kerja pada masa perundagian?​

dia adalah kapten veteran tua yang karakter tokohnya terinspirasi dari jenderal Jepang.ini seputar attack on titanhint nya -komandan-botak-akhirnya ja … di titantolong dibantu ya kak​

1.Periode pembukuan ilmu fikih terjadi pad abad...3.Ulama yang terkenal mengutamakan istinbat menggunakan hadis mursal dan dhaif daripada qiyas adlah … ....4.Menentukan sikap dalammenjalani kehidupan di dunia adalah tujun mempelajari .....6.Dalam merumuskn suatu hukum setiap peristiwa,seorang mujtahid tidak boleh mengambil rujukan atau sumber secara manasuka. Dalam islam terdapat sumber utama fikih untuk merumuskan suatu hukum yang dapat digunakan oleh seorng mujtahid,yaitu ......​

ada yang bisa bantuin gue ​

ada yang bisa bantuin gue ​

ada yang bisa bantuin gue dak tolong banget ya​

ada yang bisa bantuin gue ​

ada yang bisa bantuin gue ​

pemberontakan darul islam DI/TII latar belakang dan tujuan, tokoh,Upaya Penumpasan​

ada yang bisa bantuin gue ​

bagaimana pembagian kerja pada masa perundagian?​

dia adalah kapten veteran tua yang karakter tokohnya terinspirasi dari jenderal Jepang.ini seputar attack on titanhint nya -komandan-botak-akhirnya ja … di titantolong dibantu ya kak​

1.Periode pembukuan ilmu fikih terjadi pad abad...3.Ulama yang terkenal mengutamakan istinbat menggunakan hadis mursal dan dhaif daripada qiyas adlah … ....4.Menentukan sikap dalammenjalani kehidupan di dunia adalah tujun mempelajari .....6.Dalam merumuskn suatu hukum setiap peristiwa,seorang mujtahid tidak boleh mengambil rujukan atau sumber secara manasuka. Dalam islam terdapat sumber utama fikih untuk merumuskan suatu hukum yang dapat digunakan oleh seorng mujtahid,yaitu ......​

ada yang bisa bantuin gue ​

ada yang bisa bantuin gue ​

ada yang bisa bantuin gue dak tolong banget ya​

ada yang bisa bantuin gue ​

ada yang bisa bantuin gue ​

pemberontakan darul islam DI/TII latar belakang dan tujuan, tokoh,Upaya Penumpasan​

ada yang bisa bantuin gue ​

Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, dan berhasil membangun peradaban dan menopang Islamisasi yang cukup masif. Tidak hanya di sekitar Jawa, tetapi juga di kawasan lainnya.

Hasbulah dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia meyampaikan, pada masa berdirinya kerajaan Islam di Nusantara, pendidikan Islam di Indonesia mulai menapak ke arah kemajuan yang cukup pesat.

Hampir di setiap daerah yang penduduknya beragama Islam berdiri masjid, surau, langgar, dan pesantren yang berfungsi selain sebagai tempat ibadah, juga sebagai pusat kegiatan Islam termasuk pendidikan.

Begitu juga pada periode Demak. Tampak sudah banyak masjid yang dibangun, seperti masjid Demak, Kudus, Ampel, Giri, dan sebagainya. Setiap tokoh-tokoh agama Islam pada zaman itu cenderung mementingkan dan mendahulukan pembangunan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan daripada bangunan lainnya.

Sementara, Safei dalam Peranan Kerajaan Islam dalam Perkembangan Pendidikan Indonesia menyebutkan, ada dua tujuan kerajaan yang berjaya ketika itu menyelenggarakan pendidikan agama Islam.

Pertama, untuk mengajak manusia berbuat baik. Kedua, menjaga tradisi, maksudnya sesuatu yang diangap penting dan diperlukan oleh keluarga dan masyarakat, harus diturunkan dan diajarkan kepada anak cucu secara turun-temurun sebagai regenerasi.

Junaedi Machub dalam 100 Tokoh yang paling Berpengarauh dalam Sejarah mengatakan, penyelenggaran pendidikan pada masa kerajaan Islam ditempuh dengan tiga cara yang dinilai mampu membangun fondasi keislaman yang kokoh di masyarakat.

Cara pertama yakni dengan memberikan nasihat secara langsung kepada orang. Baik secara kelompok maupun secara individu. Metode ini merupakan yang paling banyak dan lazim digunakan oleh utusan kerajaan-kerajaan Islam.

Metode kedua adalah menunjukkan teladan yang baik. Metode ini cenderung menonjolkan sisi kharisma personal. Dengan penampilan pribadi yang agung dan mengesankan, menonjolkan tingkah laku yang baik dan terpuji, dapat melahirkan daya tarik dan perhatian yang besar dari para murid.

Penampilan kepribadian ini pada mulanya merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam dakwah Islam.

Dan, yang tidak kalah penting dari keduanya dalam memperluas ajaran Islam ialah lewat seni dan permainan. Seni adalah metode dakwah yang efektif pada masa lalu. Hal ini jelas terlihat seperti apa yang telah dilakukan oleh para Wali Songo di Jawa.

Begitu pula yang lain, misalnya maulid Nabi Muhammad di daerah Solo dan Yogyakarta yang mengunakan gamelan sekaten. Kata sekaten diambil dari bahasa Arab, syahadatain yang artinya dua kalimat syahadat yang merupakan pernyataan keislaman secara individual.

Tidak hanya di bidang pendidikan. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa juga fokus kepada upaya menciptakan stabilitas politik, keamanan, dan mewujudkan kesejahteraan.

Kerajaan Islam Mataram misalnya. Di bawah kekuasaan Sultan Agung yang merupakan raja ke-3 (1613-1645), meski berada di bawah tekanan politik, tapi Sultan Agung tetap berhasil memperluas kekuasannya sampai keluar wilayah Jawa, hampir seluruh pulau Jawa dikuasai Kerajaan Mataram, kecuali Banten.

Salah satu keberhasilan Sultan Agung dalam memperluas wilayah kekuasaannya adalah melalui kebijakan politiknya yang arif demi keutuhan dan kejayaan sebuah negara serta masyarakat di dalamnya. Tanpa ekonomi yang baik, militer kerajaan tidak akan menjadi kuat.

G Moedjanto dalam Sultan Agung, Keagungan dan Kebijaksannya mengatakan, kebijakan ekonomi Sultan Agung terdiri dari tiga macam, pertama meningkatkan pertanian dengan lebih dahulu mendistribusikan tanah, membentuk forum komunikasi bagi para petani, membangun bendungan beserta saluran airnya, dan intensifikasi tanaman padi disertai pemberian modal untuk memperbanyak produksi beras dalam pertanian.

Kedua, membentuk petugas pajak dan menentukan besaran pajak yang harus diserahkan kepada kerajaan. Ketiga, membentuk lembaga keuangan yang mengurusi segala pemasukan untuk kas kerajaan.

Melalui ekonomi yang baik, Mataram dapat menguasai sebagian besar wilayah Jawa, kecuali Banten dan Batavia, yang terbagi menjadi empat wilayah bagian, yaitu Kutagara, Negara Agung, Mancanegara, dan Pasisiran.

Mataram juga mampu menancapkan kekuasaannya di wilayah luar Jawa, seperti Madura, Palembang (Sumatra), Sukadana, dan Banjarmasin (Kalimantan), serta Makassar (Sulawesi).

Pemasukan kekayaan kerajaan didapat melalui aktivitas perekonomian yang ditarik dari pajak, yaitu pajak penduduk, pajak tanah (sebagian besar dari pertanian), pajak upeti, dan pajak bea cukai barang dan jasa dari kegiatan perdagangan.

Capaian Demak

Jika kebijakan Sultan Agung lebih kepada kebijakan ekonomi. Tidak demikian dengan kebijakan yang digunakan Raden Patah ketika menjadi raja pertama Kerajaan Demak pada 1500 hingga 1550.

Purwadi dan Maharsi dalam Perkembangan Agama Islam di Tanah Jawa mengatakan, kebijakan Raden Patah lebih kepada politik praktis yakni kekuasaan dengan memisahkan diri dari kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Keputusan Raden Fatah memisahkan dari dari Majapahit dan membentuk kerajaan, yang akhirnya nama Demak diganti menjadi Bintara, karena melemahnya Kerajaan Majapahit yang disebabkan pemberontakan serta perang di internal merebutkan kekuasaan.

Kebijakan yang diambil Raden Fatah dengan menguasai wilayah lebih dahulu bukan tanpa capaian spiritual dan ekonomi. Lebih dari itu, setelah Raden Patah menjadi raja pertama Islam di Pulau Jawa, berperan besar dalam Islamisasi di Nusantara.

Sementara kebijakan memisahkan diri dari Majapahit, Kerajaan Demak berkembang menjadi pusat perdagangan yang secara otomatis menguasai bandar dagang atau pelabuhan yang sebelumnya dikuasi Majapahit.

Setelah menguasai zona-zona ekonomi, pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa baik di bidang politik maupun ekonomi.

Tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukkan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara. N c62 ed: nashih nashrullah

Membangun Peradaban Melalui Budaya

Kesultanan Cirebon di bawah pimpinan Syarif Hidayatullah, atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati, memiliki kebijakan lebih kepada akulturasi budaya sebagai perekat antara Islam dan masyarkat setempat.

Effendy Khasan dalam buku Pepatah-petitih Sunan Gunung Djati Ditinjau dari Aspek Nilai dan Pendidikan menyampaikan, peradaban Islam yang disebarkan oleh SGJ memberi kontribusi terhadap pembentukan cara pandang dunia yang menekankan aspek teosentrik, berkisar kepada Tuhan, daripada konsep peradaban Barat yang lebih menekankan aspek antroposentrik, berkisar kepada manusia.

Semuanya itu, berasal dari warisan kearifan lokal Sunan Gunung Jati yang diaktualisasikan ke dalam beberapa simbol seperti dalam bentuk payung sutra berwarna kuning dengan kepala naga.

Payung ini melambangkan sebagai semangat perlindungan dari raja kepada rakyatnya. Sementara, simbol-simbol yang berasal dari ajaran Islam dibagi ke dalam empat tingkatan, yaitu syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat.

Tahap pertama adalah syariat yang disimbolkan dengan wayang. Wayang adalah perwujudan dari manusia, dan dalang adalah Allah. Tahap kedua adalah tarekat yang disimbolkan dengan barong.

Tahap ketiga adalah hakikat yang disimbolkan dengan topeng. Dan tahap keempat adalah makrifat yang disimbolkan dengan ronggeng. Wayang, barong, topeng, dan ronggeng adalah empat jenis dari pertunjukan kesenian masyarakat Jawa (Cirebon).

Simbol-simbol di atas sering kali muncul dalam berbagai acara selamatan-selamatan (sedekahan), yang menjadi tradisi di bulan-bulan tertentu dan perayaan-perayaan keislaman yang berasal dari tradisi Wali Songo, termasuk Sunan Gunug Jati. N c62 ed: nashih nashrullah

Kerajaan islam di jawa yang kemajuannya lebih unggul dalam bidang apa saja analisislah

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...