Jelaskan paham agama menurut Muhammadiyah terkait tentang tauhid

Ilustrasi berdoa. ©Pixabay/AveCalvar

JATIM | 7 Desember 2020 15:01 Reporter : Rakha Fahreza Widyananda

Merdeka.com - Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam agama Islam sedikitnya terdapat beberapa ilmu yang perlu dipelajari oleh setiap umatnya. Baik itu dalam ilmu yang berkaitan dengan tata cara ibadah dengan Allah, atau ilmu yang berhubungan dengan aqidah atau keimanan, serta ilmu yang menjadikan hati kita menjadi bersih. Dari beberapa ilmu tersebut, ilmu aqidah merupakan salah satu ilmu penting yang harus dipahami oleh setiap umat Muslim.

Dengan mempelajari ilmu aqidah, akan bisa membuka wawasan kita sebagai umat Muslim untuk bagaimana caranya meningkatkan keimanan dan taqwa dalam beragama. Salah satu ilmu aqidah yang penting untuk dipelajari yaitu tauhid. Lantas apa itu tauhid dalam agama Islam?

Arti tauhid sendiri diketahui sebagai ilmu yang mempelajari tentang sifat keesaan Allah. Di mana Allah itu satu, Dzat yang memiliki segala kesempurnaan dan tidak ada satupun yang bisa menggantikannya.

Selain itu, arti tauhid juga dipahami sebagai sikap meyakini bahwa Allah Maha Suci yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun, seperti yang dimiliki oleh makhluk hidup ciptaannya. Bukan hanya itu, mempelajari arti tauhid juga termasuk meyakini kebenaran seluruh ajaran Allah yang diturunkan dan disebarkan oleh para Rasul-Nya.

Untuk mengetahui secara rinci, berikut ini kami telah rangkum apa itu tauhid dan manfaat mempelajarinya dalam agama islam, yang dilansir dari NU Online.

2 dari 5 halaman

©Pixabay/Konevi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, apa itu tauhid memiliki arti mendasar bahwa tauhid merupakan pengetahuan yang meyakini bahwa sesuatu itu satu. Dalam ajaran Islam, hal ini berkaitan dengan sifat keesaan Allah, bahwa Allah itu satu. Di sini, setiap umat Muslim mempercayai bahwa tiada Tuhan selain Allah, Sang Pencipta semesta alam dan segala isinya yang memiliki semua sifat kesempurnaan.

Selain meyakini sifat keesaan serta kesempurnaan Allah, orang yang telah mempelajari dan menerapkan arti tauhid juga akan meyakini kebenaran setiap ajaran Rasul. Bahwa rasul merupakan manusia utusan Allah yang telah diberikan pengetahuan serta pelajaran agar dapat disebarluaskan kepada seluruh umatnya. Dengan begitu, meyakini kebenaran pengetahuan yang diajarkan Rasul, berarti sudah meyakini keberadaan Allah dan ajaran yang berasal dari-Nya.

Perlu diketahui, Ilmu tauhid juga disebut sebagai ilmu ushul (dasar agama) atau ilmu aqidah. Artinya, ilmu ini menjadi bekal pedoman bagi seluruh umat Islam dalam melakukan kewajibannya sebagai umat beragama.

Bukan hanya itu, ilmu tauhid juga membantu umat Islam dalam menerapkan aqidah-aqidah keagamaan yang diperoleh dari dalil atau aturan yang sah. Baik dari kitab suci Al-Quran maupun Hadist.

3 dari 5 halaman

©Shutterstock

Apa itu tauhid dan mengapa begitu penting untuk kita pelajari? Tujuan mempelajari tauhid tidak lain adalah sebagai upaya mengenal Allah dan Rasul-Nya yang dilakukan melalui dalil-dalil yang pasti. Dalam hal ini, mempelajari ilmu tauhid juga memiliki arti meyakini segala sifat kesempurnaan yang telah dimiliki Allah serta membenarkan setiap risalah ataupun ajaran Rasul-Nya.

Bukan hanya itu, mempelajari dan menerapkan arti tauhid dalam kehidupan sehari-hari dapat menghindarkan umat Muslim dari pengaruh aqidah-aqidah lain yang menyeleweng dari kebenaran. Hal inilah yang membuat ilmu tauhid memiliki kedudukan istimewa dibandingkan ilmu-ilmu lainnya. Sebab, meyakini keesaan Allah dan kebenaran setiap ajaran Rasul menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, tujuan mempelajari ilmu tauhid juga dapat menjadikan setiap umat muslim sebagai pribadi yang ikhlas dalam menerima setiap ketentuan Allah. Bahkan mempelajari ilmu tauhid juga mampu memberikan jiwa yang tenang dan tentram bagi setiap orang yang melakukannya.

4 dari 5 halaman

©Shutterstock

Apa itu tauhid dan apa keutamaan dalam melaksanakannya? Dikatakan bahwa mempelajari ilmu tauhid akan penting untuk memahami kedudukan makhluk hiudp serta pengaruhnya pada dunia.

Seperti memahami mukjizat para nabi, ajaran yang bijak dan bermakna dari para wali, serta kesenangan yang Allah berikan kepada umat yang jauh dari-nya sebagai bentuk ujian atau cobaan. Sehingga melalui ilmu tauhid, dapat digunakan sebagai pedoman untuk membedakan hal yang termasuk aqidah dan mana yang bukan.

Selain itu, keutamaan mempelajari dan menerapkan arti tauhid dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menjauhkan diri dari kemusyrikan, mendudukkan soal wasilah, mendudukkan soal khilafah atau politik dalam agama Islam. Dengan begitu, ilmu tauhid dapat menjadi pedoman bagi setiap umat muslim dalam menjalankan kehidupan agar terhindari dari pikiran buruk atau su’uzhan terhadap Allah.

5 dari 5 halaman

Dalam mempelajari dan menanamkan ilmu tauhid dalam diri kita, perlu adanya beberapa aspek yang wajib dilakukan dan dipenuhi, antara lain :

1. Meyakini keberadaan Allah sebagai Sang Maha Pencipta, agar terlepas dari sikap ateisme atau peniadaan Tuhan.

2. Menetapkan keesaan Allah, agar terhindar dari perilaku syirik.

3. Menetapkan bahwa Allah bukan jauhar (substansi atau materi) atau ‘aradh (atribut materi), supaya terhindar dari sikap penyerupaan Allah dengan mahkluk lain.

4. Meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada, sebelum Allah menciptakan dan membuatnya ada. Hal ini agar terhindar dari sikap atau pendapat yang mempercayai hukum sebab akibat dalam penciptaan alam semesta dan isinya atau yang lainnya

5. Menetapkan bahwa Allah Maha Pengatur, bahwa apapun yang terjadi sudah sesuai kehendak AllaH. Hal ini supaya terhindar dari pendapat yang menyatakan adanya thaba’i (hukum alam yang berlaku dengan sendirinya).

(mdk/raf)

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Tarjih & Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja sama dengan Takmir Masjid Gedhe Kauman menggelar Pengajian Tarjih Edisi ke-2, Rabu (28/03). Ketua MTT PP Muhammadiyah Prof Dr Syamsul Anwar, MA menjadi narasumber bersama Ketua Divisi Fatwa dan Pengembangan Tuntunan Dr Fuad Zein, MA.

Dalam pengajian tersebut Syamsul menyampaikan tentang Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Menurutnya di dalam memahami agama ada cara-cara tertentu yang di dalam Muhammadiyah disebut Manhaj Tarjih. “Jadi manhaj tarjih adalah satu sistem yang terdiri dari empat komponen yang menjadi landasan untuk memahami agama menurut Majelis Tarjih” tandasnya.

Komponen itu, kata Syamsul, memuat unsur-unsur (1) wawasan (atau semangat/persfektif), (2) sumber ajaran, (3) pendekatan, (4) metode (prosedur teknis) tertentu yang menjadi pegangan dalam kegiatan ketarjihan. “Kegiatan ketarjihan itu artinya proses pemahaman agama dalam rangka merespon berbagai masalah yang timbul” imbuhnya.

Menurut Syamsul, tarjih tidak hanya difahami sebagaimana menurut pengertian aslinya dalam usul fikih yaitu memperbandingkan – dalam suatu permusyawaratan – pendapat-pendapat dari ulama (baik dari dalam atau pun dari luar Muhammadiyah termasuk pendapat imam-imam) untuk kemudian mengambil mana yang dianggap mempunyai dasar dan alasan yang lebih kuat (MPK, 2012).

Oleh karena itu, dalam lingkungan Muhammadiyah tarjih diartikan sebagai setiap aktifitas intelektual untuk merespon permasalahan sosial dan kemanjusiaan dari sudut pandang agama Islam. Dari situ tampak bahwa bertarjih artinya sama atau hampir sama dengan melakukan ijtihad mengenai suatu permasalahan dilihat dari persfektif Islam.

Baca juga : Pengajian Tarjih Rawat Semangat Islam Berkemajuan di Masjid Gedhe Kauman

Kemudian Syamsul menguraikan bahwa manhaj tarjih tidak sekedar bertumpu pada sejumlah prosedur teknis an sich. Hal itu juga dilandasi oleh wawasan/persfektif pemahaman agama yang menjadi karakteristik pemikiran Islam dalam Muhammadiyah meliputi lima hal.

Pertama wawasan paham agama, putusan tarjih mendefinisikan agama (yaitu agama Islam) yang dibawa oleh nabi Muhammad saw ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Qur’an dan yang tersebut dalam sunnah yang sahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat (Anwar, 2005).

Kedua wawasan tidak berafiliasi mazhab tertentu, memahami agama dalam persfektif tarjih dilakukan langsung dari sumber-sumber pokoknya, Al-Qur’an dan Sunnah melalui proses ijtihad dengan metode ijtihad yang ada. namun ini tidak berarti menafikan berbagai pendapat fukaha  yang ada.

Ketiga wawasan toleransi, dalam “Penerangan tentang Hal Tardjih” yang dikeluarkan tahun 1936, dinyatakan “Kepoetoesan tardjih moelai dari meroendingkan sampai kepada tidak ada sifat perlawanan, jakni menentang ataoe menjatoehkan segala jang tidak dipilih oleh Tardjih itoe.” Pernyataan ini menggambarkan bahwa Tarjih Muhammadiyah tidak menegasikan pendapat lain apalagi menyatkan tidak benar.

Keempat wawasan keterbukaan, artinya bahwa segala yang diputuskan oleh Tarjih dapat dikritik dalam rangka melakukan perbaikan, di mana apabila ditemukan dalil dan argument lebih kuat, maka Majelis Tarjih akan membahasnya dan mengoreksi dalil dan argument yang dinilai kurang kuat.

Kelima wawasan tajdid, dalam hal ini mempunyai dua arti, dalam bidang akidah dan ibadah tajdid bermakna pemurnian dalam arti mengembalikan akidah dan ibadah kepada kemurniannya sesuai dengan Sunnah Nabi saw. Dalam bidang muamalat duniawiah, tajdid berarti mendinamisasikan kehidupan masyarakat dengan semangat kreatif dan inovatif sesuai tuntutan zaman.

Ditulis oleh :

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA