Faktor utama yang menjadi penyebab kemunduran kerajaan demak adalah ….

Kerajaan atau kesultanan Demak merupakan pelopor pertama kerajaan islam terbesar yang berdiri di Tanah Utara Jawa. Sebelumnya Demak adalah kadipaten dari kerajaan terbesar di Indonesia yaitu Kerajaan Majapahit yang menjadi penyebar agama islam terbesar di Nusantara. Meskipun menjadi kerajaan berkuasa pada masanya, sayangnya ia tak berumur panjang karena beberapa konflik. Berikut ini adalah penyebab runtuhnya kerajaan Demak yangdi kutip dari cosmogirl.co.id.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Demak di Abad Ke 16

1. Terjadinya Perang Antar Saudara

Tragedi ini berawal dari persaingan antara pangeran surowiyoto atau lebih dikenal dengan Sekar Seda Lepen dengan Sultan Trenggana. Mereka adalah dua putra dari pemimpin Kerajaan Demak sebelumnya yakni Raden Patah. Setelah Raden Patah meninggal, kedua putranya bersaing untuk menduduki tahta raja dan kedudukan sebagai raja berhasil diraih oleh Trenggana.

Baca juga: Silsilah Kerajaan Demak

Usai Trenggana meninggal kedudukan raja ditempati oleh putranya yang bernama Sunan Prawoto. Namun, kedudukannya tak berjalan mulus dan ditentang keras oleh Sekar Seda Lepen. Akibat penolakan kerasnya itulah Sunan Prawoto membunuh Seda Lepen di tepi sungai ketika ia pulang dari masjid usai sholat jumat.

Pada tahun 1561 Arya Penangsang putra dari Seda Lepen membunuh Sunan Prawoto sekeluarga dan merebut kursi raja Demak kelima. Setelah berhasil menjadi raja, Arya Penangsang memerintahkan pengikutnya untuk membunuh penguasa Jepara Pangeran Hadiri. Hal tersebutlah yang membuat para adipati termasuk Jaka Tingkir Hadiwijaya memusuhi sang raja.

Merasa tak terima, pada 1554 Jaka Tingkir Hadiwijaya dan pengikutnya melakukan pemberontakan. Arya Penangsang berhasil dibunuh oleh anak angkat Jaka Tingkir yaitu Sutawijaya. Meninggalnya raja Demak menandakan kesultanan Demak berakhir dan pusat pemerintahan dipindah ke Pajang oleh Jaka Tingkir. 

Baca juga: Ciri Ciri Bunga Matahari

2. Adanya Perdebatan Sengketa Dalam Keluarga

Penyebab runtuhnya kerajaan Demak berikutnya yakni perbedaan keturunan dalam keluarga raja Raden Patah. Ia diketahui memiliki banyak anak laki-laki namun berasal dari ibu yang berbeda. Kesulitan pertama dialami setelah mangkatnya Adipati Yunus yang tak meninggalkan putra. Pangeran Surowiyoto atau Sekar Seda Lepen dan Raden Trenggana berebut kekuasaan.

Perdebatan tersebut disebabkan Seda Lepen merupakan putra tertua sang raja namun ia lahir dari istri ketiga. Sedangkan Raden Trenggana yang jauh lebih muda namun lahir dari istri pertama.

Baca juga: Ciri Ciri Pohon Mirten

3. Pemerintahan yang gagal

Pemerintahan kerajaan yang gagal menjadi faktor yang menyebabkan kerajaan Demak runtuh. Beberapa masalah seperti perbedaan manzhab antara rakyat dan bangsawan, pemerintah yang abai kepada rakyat karena terlalu fokus perang dengan Portugis dan kurangnya mendengar aspirasi rakyat membuat kerajaan Demak tak bisa bertahan.

Itulah beberapa penyebab runtuhnya kerajaan Demak yang telah berjaya selama kurang lebih 71 tahun. Setelah kerajaan Demak runtuh kemudian pemerintahan dipindahkan ke Pajang dan berdirilah kerajaan baru yaitu kerajaan Pajang.

tirto.id - Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada abad ke-16 Masehi. Sejarah Kerjaan Demak beriringan dengan meredupnya Majapahit. Raden Patah sendiri adalah putra Raja Majapahit dari permaisuri asal Champa yang beragama Islam.

Masa kepemimpinan Raden Patah berakhir tahun 1518. Lalu, dilanjutkan oleh menantunya yang bernama Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor sebagai Sultan Demak kedua.

Dalam Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries: The Malay Annals of Semarang and Cerbon, Ricklefs menjelaskan bahwa Adipati Unus gugur ketika menyerbu Portugis di Malaka pada 1521.

Namun belakangan kerajaan ini mengalami keruntuhan karena perselisihan antara anggota keluarga kerajaan.

Penyebab dan Latar Belakang Keruntuhan Kerajaan Demak

Kematian Adipati Unus ternyata menjadi awal dari perselisihan keluarga kerajaan. Berdasarkan catatan Alik Al Adhim dalam Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Sultan Trenggana dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin dinobatkan menjadi pemimpin Demak setelah kematian Pangeran Sabrang Lor pada 1521.

Akan tetapi, diceritakan juga bahwa Sultan Trenggana membunuh Pangeran Sekar menjadi kandidat kedua raja Demak sebelum pelantikan tersebut. Pangeran Sekar ini belakangan disebut sebagai Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, karena ia meninggal di tepi sungai.

Dalam jurnal Konflik Politik Kerajaan Demak Setelah Wafatnya Sultan Trenggono Tahun 1546-1549, Muhammad Yusuf, Sumarno, dan Sri Handayani, menyebutkan, Pangeran Sekar dibunuh melalui tangan Sultan Prawoto, anak Sultan Trenggana, yang menitahkan seorang utusan.

Kendati Sultan Trenggana berhasil menjadi Sultan Demak yang ketiga, dendam dari anak Pangeran Sekar tidak dapat dihapuskan. Masih dalam jurnal tersebut, diungkapkan Arya Panangsang, putra dari Pangeran Sekar, berusaha menuntut balas kematian orangtuanya dengan dibantu Sunan Kudus sebagai gurunya.

Berita kematian Sultan Trenggana tersiar pada 1546 M. Menurut H.J. de Graaf dan T.H. Pigeaud dalam Kerajaan Islam Pertama di Jawa (2001:89), Trenggana meninggal karena ditusuk anak umur 10 tahun. Kejadian sebenarnya, bocah tersebut sedang menguping rapat perang dan mendapat teguran dari Raja Demak. Akan tetapi, bocah itu malah menusuk dada Trenggana dengan pisau hingga tewas.

Sultan Prawoto sebagai ahli waris raja ketiga, kini menempati posisinya sebagai pemimpin keempat Kesultanan Demak. Melalui catatannya, Manuel Pinto yang berasal dari Portugis mengungkapkan, kepala Demak baru ini berniat menyebarkan agama Islam ke seluruh Jawa.

Dari cita-citanya ini, akhirnya ia lebih terlihat seperti seorang pemuka agama dibanding pemimpin sebuah kerajaan. Bahkan, hal tersebut menyebabkan beberapa wilayah kuasa Demak melepaskan diri dan menjalankan pemerintahan secara independen.

Krina Bayu Adji dalam Ensiklopedia Raja-Raja Jawa Dari Klinga Hingga Kasultanan Yogyakarta: Mendedah Kisah dan Biografi Para Raja Berdasar Fakta Sejarah, mengungkapkan, Arya Panangsang diperintah Sunan Kudus untuk membunuh Sultan Prawoto dan mendapatkan kembali tahta Raja Demak.

Dalam menjalankan aksinya, Sunan Kudus merekomendasikan Rangkud kepada Arya Panangsang. Pada 1547, Rangkud berhasil membunuh Prawoto beserta istrinya. Akan tetapi, pembunuh tersebut juga mati di tempat kejadian perkara.

Akhir Keruntuhan Kerajaan Demak

Dendam dari Arya Panangsang akhirnya sudah terbalaskan dan ia resmi menjadi Sultan Demak kelima. Namun, anak Prawoto yang bernama Arya Panggiri malah melanjutkan tali dendam tersebut karena kedua orangtuanya mati dibunuh Arya Panangsang.

Kasus ini semakin rumit ketika pembunuhan bukan hanya dilakukan pada Prawoto. Namun, juga Raja Jepara yang meninggalkan istri bernama Ratu Kalinyamat, yang masih termasuk saudara raja keempat Demak.

Dari kejadian yang dinilai kejam ini, akhirnya beberapa kerajaan di bawah kuasa Demak memutuskan untuk memberontak pada 1554. Seorang tokoh yang terkenal bernama Hadiwijaya atau Jaka Tingkir dari Kerajaan Pajang.

Ternyata, sebelumnya Ratu Kalinyamat meminta bantuan juga kepada Hadiwijaya untuk membalaskan dendam. Pada akhirnya, Arya Panangsang menemui ajal karena ditusuk Sutawijaya, anak (angkat) Hadiwijaya, ketika pemberontakan itu.

Menurut Ahwan Mukarrom dalam Kerajaan-Kerajaan Islam Indonesia, umur Kesultanan Demak juga berakhir saat itu, lalu wilayah kuasanya diambil alih Kerajaan Pajang yang dipimpin Hadiwijaya.

Baca juga: Sejarah Perang Paregreg: Awal Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Baca juga artikel terkait SEJARAH KERAJAAN DEMAK atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/agu)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Agung DH
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA