Dalil yang menunjukkan adanya kewajiban iman kepada malaikat adalah

Iman kepada malaikat adalah rukun kedua dalam rangkaian rukun iman dalam Islam. Rukun iman kedua ini memiliki begitu banyak buah yang sangat indah nan agung bagi setiap mukmin yang benar dan jujur dengan imannya kepada para malaikat.

Tulisan berikut ini akan membahas tentang pengertian malaikat, dalil-dalil yang menunjukkan wajibnya iman kepadanya, ruang lingkup iman kepada malaikat, tugas-tugasnya, jumlahnya, hubungannya dengan manusia dan buah-buah iman kepadanya.

Definisi Malaikat

Malaikat Secara Bahasa

الملائكة “Malaikat” pada asalnya secara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata ملَك ‘Malak’. Kata ini merupakan derivasi dari kata الألوكة ‘al-alukah’ yang artinya الرسالة ‘ar-risalah’ (pesan).

Bisa juga kata tersebut merupakan derivasi dari kata الملك ‘Al-Malku’ yang berarti الأخذ بقوة artinya memegang dengan kuat.

Malaikat Secara Istilah Syar’i

Ada pun pengertiannya secara syar’i, malaikat adalah jisim (jasad) yang lembut yang diberi kemampuan untuk menjelma ke dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda dan tempat tinggalnya adalah di atas langit.

Jumhur ulama berpendapat semacam ini sebagaimana dinukil oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar.[i]

Dalil Naqli Kewajiban Mengimani Malaikat

Berikut ini dalil-dalil yang menunjukkan wajibnya beriman kepada Malaikat baik di dalam al-Quran maupun as-Sunnah:

Dalil Iman Kepada Malaikat Dalam Al Qur’an

Dr. Abdul Majid Az-Zindani menyatakan bahwa ayat-ayat yang menjadi dalil akan wajibnya beriman kepada Malaikat begitu banyak.

Di antaranya adalah ayat-ayat berikut ini:[ii]

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ -٢٨٥-

Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (al-Quran) dari Tuhan-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” [Al-Baqarah: 285]

تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِن فَوْقِهِنَّ ۚ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَن فِى ٱلْأَرْضِ ۗ أَلَآ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ – الشورى: 5

Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan malaikat-malaikat bertasbih memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampunan untuk orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. [Asy-Syura: 5]

إِنَّ الَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ – الأعراف: 206

Sesungguhnya orang-orang yang ada di sisi Tuhan-mu tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka menyucikan-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bersujud.[Al- A’raf: 206]

مَن كَانَ عَدُوّاً لِّلّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللّهَ عَدُوٌّ لِّلْكَافِرِينَ – البقرة: 98

Barangsiapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir. [Al-Baqarah: 98]

Dalil Iman Kepada Malaikat Dalam hadits:

Di antara hadits yang menunjukkan wajibnya beriman kepada Malaikat adalah sebagai berikut:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ,

حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ.

قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata,”Suatu hari, ketika kami sedang duduk-duduk di dekat Rasulullah ﷺ, secara tiba-tiba muncul di hadapan kami seorang lelaki yang mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tidak terlihat pada dirinya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya.

Ia lalu duduk di hadapan Nabi ﷺ. Ia menyandarkan lututnya kepada lutut Nabi ﷺ dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi ﷺ, kemudian ia berkata, “Hai, Muhammad! Beritahulah aku tentang Islam.”

Rasulullah ﷺ menjawab,”Islam adalah engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; Engkau menegakkan shalat. Engkau membayar zakat. Engkau berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau mampu melakukan perjalanan menuju ke sana.”

Lelaki itu berkata,”Engkau benar.” Kami merasa heran, dia yang bertanya namun ia pula yang membenarkannya. Kemudian ia berkata lagi, “Beritahulah aku tentang Iman.”

Nabi ﷺ menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitabNya; para Rasul-Nya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk.” Dia berkata, “Engkau benar.” [Hadits Riwayat Muslim]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَوْمًا بَارِزًا لِلنَّاسِ إِذْ أَتَاهُ رَجُلٌ يَمْشِي فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَلِقَائِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ الْآخِرِ

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu bahwa pada suatu hari Rasulullah ﷺ sedang berada bersama kami, lalu datanglah seorang laki-laki dengan berjalan kaki, lantas bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah iman itu?” Beliau menjawab,”Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, para Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan pertemuan dengan-Nya dan kamu beriman dengan hari kebangkitan akhir.” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 4404]

 عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

Dari ‘Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha, dia berkata,’ Rasulullah ﷺ bersabda,”Malaikat diciptakan dari cahaya dan jin diciptakan dari nyala api yang berkobar yang bercampur dengan api yang berwarna hitam sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah disebutkan kepada kalian (yaitu dari tanah liat yang murni, pent).” [Hadits riwayat Muslim no. 2996 ]

Makna/Pengertian Iman Kepada Malaikat

Yang dimaksud beriman kepada malaikat adalah kita beriman dengan wujud mereka dan bahwa mereka itu hamba-hamba yang dimuliakan. Allah menciptakan mereka dari cahaya dan menggunakan mereka dalam ketaatan kepada-Nya.

Para malaikat itu tidak pernah bermaksiat kepada Allah tentang apa saja yang diperintahkan dan senantiasa melaksanakan apa saja yang diperintahkan kepada mereka. (Sumber: alukah.net/sharia/0/137916/)

Ruang Lingkup/Cakupan Iman Kepada Malaikat

Iman kepada para Malaikat itu tidak berada pada satu level. Ada iman yang bersifat mujmal (global) yaitu beriman kepada wujud atau keberadaan para Malaikat dan percaya bahwa mereka adalah makhluk di antara makhluk-makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lainnya.

Kadar iman kepada Malaikat yang ini hukumnya wajib bagi seluruh mukallaf (mereka yang telah terbebani secara syar’i untuk melaksanakan syariat).

Ada pula iman yang bersifat tafshili (rinci) yaitu dengan mengetahui apa saja yang berkaitan dengan Malaikat sebagaimana yang diterangkan oleh Syara’ yang suci ini. Menuntut ilmu semacam ini wajib kifayah. Tidak setiap orang yang mukallaf dituntut untuk melakukannya.

Namun dia merupakan kewajiban bagi seluruh umat secara umum. Hanya saja bila telah ada sebagian orang yang melaksanakannya dan telah tercapai kecukupan (kifayah) maka gugurlah kewajiban tersebut atas Muslim yang lain.[iii]

Baca juga: Pengertian Iman Kepada Kitab Allah

Nama Malaikat & Tugasnya

Dr. Abdul Majid Az-Zindani menyatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan bagian atau tugas dari para Malaikat, di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Ada malaikat yang diberi tugas menyampaikan wahyu kepada para rasul yaitu Ruhul Amin Jibril ‘alaihis salam.
  2. Ada malaikat yang diberi tugas mencabut ruh yaitu Malaikat Maut dan para pembantunya.
  3. Ada malaikat yang diberi tugas untuk meniup Ash-Shuur atau “Sangkakala” yaitu Israfil.
  4. Ada malaikat yang diberi tugas tentang hujan yaitu Mikail.
  5. Ada malaikat yang diberi tugas terkait amal perbuatan para hamba yaitu Al-Kiram Al-Katibun (Para Malaikat Mulia pencatat amalan manusia).
  6. Ada Malaikat yang diberi tugas untuk menjaga seorang hamba di depan maupun di belakangnya yang disebut dengan al-Mu’aqibaat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. [Ar-Ra’du: 11]

  1. Ada malaikat yang diberi tugas terkait surga dan berbagai kenikmatannya yaitu Ridhwan dan para malaikat yang bersamanya.
  2. Ada malaikat yang diberi tugas terkait neraka dan siksanya yaitu Malik dengan para Malaikat Zabaniyah yang para pemimpinnya ada 19.
  3. Ada malaikat yang diberi tugas tentang fitnah kubur (pertanyaan di alam kubur) yaitu Munkar dan Nakir.
  4. Ada malaikat yang diberi tugas mengusung ‘Arsy.
  5. Ada malaikat yang diberi tugas tentang embrio di dalam rahim semenjak penciptaannya hingga penulisan kebaikan dan keburukan.
  6. Ada malaikat yang diberi tugas masuk ke dalam Al-Bait Al-Ma’mur yang setiap hari masuk ke dalamnya 70 ribu malaikat dan mereka tidak akan pernah kembali ke sana.
  7. Ada malaikat yang senantiasa berkeliling- travelling (sayyahuun) mencari-cari majlis-majlis dzikir.
  8. Ada malaikat yang terus menerus berdiri dalam barisan tanpa pernah berhenti dari hal itu,
  9. Ada juga malaikat yang terus menerus ruku’ dan sujud tanpa bangkit kembali dan ada juga malaikat yang lainnya yang tidak disebutkan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ -٣١-

Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhan-mu kecuali Dia sendiri. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia. [Al-Mudatstsir: 31]

Nash-nash dari al-kitab dan as-Sunnah tentang tugas-tugas malaikat tersebut begitu banyak dan dikenal oleh para ulama.[iv]

Baca juga: Pengertian Iman Kepada Hari Akhir

Hubungan Malaikat Dengan Manusia

Dr. Muhammad Na’im Yasin menjelaskan bahwa bila hubungan para malaikat dengan Allah Ta’ala adalah hubungan ‘ubudiyah (penghambaan) yang sempurna kepada-Nya, ketatan yang penuh terhadap perintah-Nya, maka hubungan para malaikat dengan alam dan umat manusia merupakan cabang dari ‘ubudiyah tersebut, serta ketaatan tadi.

Hal itu karena ibadah mereka kepada Allah Ta’ala sebagaimana Allah Ta’ala kabarkan itu tidak terbatas pada bertasbihnya malaikat tersebut kepada Allah dengan memuji-Nya dan memuliakan-Nya.

Namun juga mencakup pelaksanaan kehendak Allah Jalla wa ‘Ala dengan mengatur berbagai urusan alam ini dan memeliharanya, berikut segala yang ada di dalam alam ini berupa berbagai makhluk beserta pergerakannya, aktifitasnya, makhluk hidup dan benda mati, berbagai hukum alam dan segala aturannya.

Demikian juga, melaksanakan ketetapan Allah terhadap semua makhluk ini seluruhnya, menjalankan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal pengawasan dan pencatatan segala yang terjadi di alam ini berupa gerakan-gerakan yang dilakukan karena adanya kehendak maupun yang tanpa kehendak.

Dengan demikian mereka diberi tanggung jawab terkait langit dan bumi. Segala pergerakan di alam ini masuk ke dalam kekhususan mereka. [Ighatsatul Lahfan : 2/120, Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyah]

Semua itu sesuai dengan yang diinginkan oleh pencipta mereka, Allah Tabaroka wa Ta’ala. Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْراً – النازعات: 5

dan (malaikat) yang mengatur urusan (dunia). [An-Nazi’at: 5]

فَالْمُقَسِّمَاتِ أَمْراً – الذاريات: 4

dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan, [Adz-Dzariyat: 4] [Ighatsatul Lahfan hal. 120]

Lebih dari semua itu, sesungguhnya para malaikat itu memiliki amalan-amalan lain dalam kehidupan manusia yang dilakukan berdasar kehendak bebasnya.

Dengan target – sebagaimana telah ditetapkan Allah untuk mereka – menunjukkan manusia dan membahagiakan mereka dan membantu mereka untuk beribadah keapda Allah serta menolong mereka untuk memilih petunjuk dan kebaikan, menjauhi keburukan dan kerusakan serta kesesatan.

Dengan demikian para malaikat adalah makhluk yang Allah Rabb Semesta Alam ini pilih untuk menyampaikan petunjuk-Nya kepada penduduk bumi dengan jalan para rasul-Nya yang mulia dan malaikat yang dipilih untuk tugas ini adalah Jibril ‘alaihis salam.

Para malaikat terus mengiringi manusia dalam hidupnya seluruhnya dan semua persahabatannya dengan manusia itu untuk membahagiakannya, menunjukkannya, mengilhaminya kebenaran dan kebaikan serta menghasung mereka kepada keduanya.

Mereka mendoakan orang-orang mukmin dan memohonkan ampunan untuk mereka. Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْماً فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ -٧- رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدتَّهُم وَمَن صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ -٨- وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَن تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ -٩-

(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhan-nya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka

Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau Janjikan kepada mereka, dan orang yang saleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri, dan keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,

dan peliharalah mereka dari (bencana) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau Pelihara dari (bencana) kejahatan pada hari itu, maka sungguh, Engkau telah Menganugerahkan rahmat kepadanya dan demikian itulah kemenangan yang agung.” [Al-Ghafir/AlMukmin: 7-9]

Malaikat mendorong hamba untuk taat kepada Rabbnya, beribadah kepada-Nya dan menjadikan mereka mencintai dzikir dan al-Quran serta menghasung mereka kepada ilmu dan kebaikan. Mereka menghadiri shalatnya hamba dan bacaan qurannya. Semua ini ada hadits-hadits shahih yang menerangkannya.[v]

Baca juga: Pengertian Iman Kepada Qadha’ dan Qadar

Hikmah beriman kepada Malaikat

Di antara hikmah beriman kepada malaikat adalah sebagai berikut:

  1. Mengetahui keagungan, kekuatan dan kekuasaan Allah karena telah menciptakan makhluk yang agung ini serta kemampuan Malaikat yang beribadah kepada Allah tanpa rasa bosan sehingga hal ini mengantarkan kepada sikap tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  2. Memberikan hak-hak para malaikat dalam hal perwalian dan kecintaan serta tidak memusuhi mereka sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi.
  3. Memposisikan mereka sebagai hamba dan makhluk Allah sebagaimana manusia dan jin yang mendapat beban syar’i dan mendapatkan perintah. Dengan demikian tidak akan bersikap ekstrim dengan menjadikan malaikat sebagai yang diibadahi selain Allah (ilah selain Allah).
  4. Bersyukur kepada Allah atas perhatian yang Allah berikan kepada dirinya. Hal ini karena salah satu tugas Malaikat adalah menjaga dan mengatur urusan hamba.
  5. Manusia akan merasakan keberadaan Malaikat bersamanya. Hal ini akan memelihara dirinya tetap berada di atas akhlak yang utama serta meninggalkan akhlak yang tercela.
  6. Merasa nyaman bersama para Malaikat dalam mentaati Allah sebagaimana hadits tentang duduk di masjid seusai shalat.
  7. Teguh di atas al-haq, tidak tertipu dengan  banyaknya orang-orang yang binasa. Cukuplah dia berada di atas ketaatan bersama para Malaikat yang dekat dengan Allah Ta’ala.[vi]

Buah Iman Kepada Malaikat

Menurut Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Qushayyir, iman kepada malaikat itu memiliki buah yang agung dan banyak, di antaranya:

  1. Iman kepada malaikat termasuk iman kepada yang ghaib. Iman kepada yang ghaib merupakan salah satu prinsip dari prinsip-prinsip iman kepada Allah Ta’ala dan kepada apa saja yang datang dari Allah Ta’ala.
  1. Percaya penuh kepada sanad risalah Islam ini. Di antara para malaikat itu ada yang menjadi duta antara Allah Ta’ala dan para Rasul-Nya dalam menyampaikan risalah-Nya. Mereka memiliki sifat berupa sangat bisa dipercaya, sempurna agamanya, terpelihara dari dosa termasuk terpelihara dari dusta dan salah.
  1. Mengetahui hubungan para malaikat tersebut dengan seorang mukallaf serta dekatnya mereka dengan mukallaf tadi di banyak keadaan serta penjagaan mereka yang terus menerus kepadanya. Hal ini menuntut adanya adab bersama para malaikat serta adanya rasa malu kepada mereka, bersikap lembut dan berperilaku yang baik kepada mereka.
  1. Menghormati mereka dan menjaga adab yang semestinya kepada mereka pada keadaan dan majlis-majlis yang dihadiri oleh mereka sesuai yang ditunjukkan oleh nash-nash (syariat) yang ada serta bersikap waspada jangan sampai menyakiti mereka.
  1. Bersegera menuju ke tempat-tempat dan perbuatan-perbuatan yang ditunjukkan oleh nash-nash (syariat) bahwa para malaikat tersebut menghadirinya dan memuji para pelakunya serta mendoakan mereka.

Bersikap waspada terhadap amalan-amalan yang ditunjukkan oleh nash-nash (syariat) bahwa para malaikat itu tidak menyukainya atau melarang mereka hadir ke tempat – tempat dilakukannya perbuatan tersebut dan duduk-duduk bersama para pelakunya.

  1. Mengikuti mereka dalam hal terus menerusnya mereka dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala, ikhlas beribadah kepada-Nya dan terus menerus berdzikir kepada-Nya. Hal ini akan mengantarkan kepada kesempurnaan istiqamah dan terus menerus berbuat taat.
  1. Seorang mukmin sangat ingin agar Allah mengabulkan doa para malaikat untuk dirinya dan permohonan ampunan mereka untuknya serta melakukan sebab-sebab yang mengantarkan kepada hal itu berupa merealisasikan iman, bersegera kepada kebaikan dan menyibukkan diri dengan dzikir.
  1. Menjauhi apa saja yang menyebabkan para malaikat menjauhi seseorang atau suatu tempat seperti lukisan, patung, alat-alat musik, anjing, sampah dan seterusnya. Apa saja yang nash-nash (syariat) menunjukkan malaikat menjauhi orang atau tempat dengan sebab tersebut sebagai sikap waspada terhadap hal-hal yang menyebabkan jauhnya mereka dari para malaikat.
  1. Beriman kepada keagungan Allah, kekuatan-Nya, kekuasaan-Nya, dan kebijaksanaan-Nya dalam penciptaan para malaikat yang mulia tersebut dalam bentuk yang mulia, indah dan kuat.
  1. Bersyukur kepada Allah atas pemeliharaan-Nya terhadap keturunan Adam dan para mukallaf selain mereka karena para Malaikat yang mulia tersebut telah diberi tugas untuk menjaga mereka dan menjaga agar mereka tetap berada di atas amal-amal mereka serta menolong mereka untuk beribadah kepada Allah.
  1. Berpegang teguh dengan sikap istiqamah dan bersikap waspada dari melakukan maksiat sebagai bentuk kehati-hatian jangan sampai mereka menulis dosa kita atau menyaksikan kita berbuat maksiat karena mereka itu adalah para saksi yang diridhai. Sesungguhnya seorang hamba bila ingat kehadiran mereka bersamanya maka dia merasa malu kepada mereka.
  1. Aktifnya tekad dan anggota badan dalam melakukan kebaikan dan bersegera kepada kebajikan karena kita mengetahui kehadiran mereka pada majlis-majlis kebaikan tersebut serta cintanya para malaikat kepada kebaikan dan doa mereka untuk para pelaku kebaikan serta pertolongan mereka kepadanya.
  1. Memohon dengan sangat kepada Allah Ta’ala dengan berdoa kepada-Nya dan memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan harapan pas bersesuaian dengan doa para malaikat tersebut dan permohonan ampun mereka untuk kita karena kesesuaian waktu tersebut termasuk sebab pengabulan doa.
  1. Merasa tenang di tempat-tempat yang dihadiri oleh para malaikat dan mereka bershalawat untuk orang-orang muslim dengan harapan adanya barokah kehadiran mereka dan adanya tambahan yang didapat berupa doa mereka dan shalawat mereka.[vii]

Baca juga: Makna Iman Kepada Nabi dan Rasul

5 Contoh Pengamalan Iman Kepada Malaikat

Berikut beberapa contoh pengamalan iman kepada Malaikat:

  1. Berusaha untuk senantiasa bersuci sebelum tidur karena orang yang tidur dalam keadaan suci akan didoakan oleh Malaikat.

Dari Abdullah bin Umar radliyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ  bersabda,

مَنْ بَاتَ طَاهِرًا، بَاتَ فِي شِعَارِهِ مَلَكٌ، فَلَمْ يَسْتَيْقِظْ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِكَ فُلَانٍ، فَإِنَّهُ بَاتَ طَاهِرًا

”Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Selama dia tidur malaikat berdoa, ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena dia tidur dalam keadaan suci.” [Hadits riwayat Ibnu Hibban 3/329. Hadts shahih menurut Syaikh Al-Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37]

  1. Berusaha untuk menjaga shalat berjamaah di masjid karena Malaikat senantiasa mendoakan mereka selama shalat di masjid.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ  bersabda,

صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَفِى سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا ، وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لاَ يُخْرِجُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ ، لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ ، وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ ، فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلِ الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّى عَلَيْهِ مَا دَامَ فِى مُصَلاَّهُ (مَا لَمْ يُحْدِثْ)  تَقُوْلُ : اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ . وَلاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلاَةَ

“Shalat seseorang dalam jama’ah dilipatgandakan daripada shalatnya di rumahnya dan di pasarnya dua puluh lima kali lipat. Dan hal itu apabila ia berwudhu lalu memperbagus wudhunya kemudian keluar ke masjid dengan tujuan hanya untuk shalat. Tidak satu langkah pun dia ayunkan kecuali dengan langkah tersebut dinaikkan baginya satu derajat dan dihapuskan darinya satu dosa.

Apabila ia shalat, para malaikat akan terus mendo’akannya selama ia berada di tempat shalatnya, selama ia tidak berhadats. Malaikat mengucapkan doa, “Ya Allah, lipatgandakanlah pahalanya. Ya Allah, rahmatilah dia.” Salah seorang di antara kalian dianggap terus menerus shalat selama ia menunggu shalat.” [Hadits riwayat Al-Bukhari, no. 647 dan Muslim, no. 649]

  1. Rajin mendoakan kebaikan untuk saudaranya seiman tanpa sepengetahuannya karena Malaikat akan mendoakan dirinya juga.

Nabi ﷺ  pernah bersabda: 

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ. وَلَكَ بِمِثْلٍ. 

‘Doa seorang muslim untuk saudaranya  tanpa sepengetahuan orang yang dia doakan adalah doa yang mustajab. Pada kepalanya ada Malaikat yang ditugaskan. Setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, Malaikat tersebut berkata,”Aamiin dan bagimu seperti itu juga.” [Hadits riwayat Muslim]

  1. Rajin berinfak karena Malaikat setiap hari mendoakan orang-orang yang berinfak .

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi ﷺ  bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

 “Ketika seorang hamba berada di pagi hari, ada dua malaikat yang turun dan salah satu darinya berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada orang yang berinfak.” Malaikat yang satunya berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah.” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 1010]

  1. Rajin menjenguk saudara muslim yang sakit karena mengharap doa 70 ribu malaikat kepadanya.

Rasulullahﷺ  bersabda:

إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ

“Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), (seolah) dia sedang berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sampai dia duduk. Apabila dia duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar mendapat rahmat hingga sore hari. 

Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar diberi rahmat hingga pagi hari.” 

[Hadits riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Ahmad dan Al-Hakim. Al-Hakim berkata,”Isnad Shahih dengan syarat Syaikhain. As-Suyuthi dan Syaikh Ahmad Syakir menshahihkannya. Demikian pula, Syaikh Nashirudin menshahihkan hadits ini di sebagian kitabnya. ].

Sumber takhrij hadits ini, lihat: //khaledalsabt.com/

Tanya Jawab:

Kadang sebagian kalangan bertanya, sebenarnya berapakah jumlah malaikat itu? Apakah hanya yang dikabarkan nama-namanya di dalam al-Quran dan as-Sunnah ataukah lebih dari itu jumlahnya?

Berapa jumlah malaikat?

Dr. Muhammad Na’im Yasin menjelaskan bahwa jumlah malaikat sangat banyak dan tidak ada yang bisa menghitung jumlah mereka kecuali Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَاناً وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ -٣١-

Dan yang Kami Jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat; dan Kami Menentukan bilangan mereka itu hanya sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, agar orang yang beriman bertambah imannya, agar orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu;

dan agar orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (berkata), “Apakah yang Dikehendaki Allah dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan?”

Demikianlah Allah Membiarkan sesat orang-orang yang Dia Kehendaki dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia Kehendaki. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhan-mu kecuali Dia sendiri. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia. [Al-Mudatstsir: 31]

At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Bazzar telah meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Dzar secara marfu’:

“Langit merintih dan langit memang layak untuk merintih. Tidak ada tempat seluas empat jari di langit kecuali di atasnya terdapat malaikat yang bersujud.” [Lihat Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari: 6/233]

Dalam hadits Mi’raj, Rasulullah ﷺ bersabda,

فَرُفِعَ لِي البَيْتُ المَعْمُورُ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: هَذَا البَيْتُ المَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ …

Kemudian diperlihatkan kepadaku Al-Bait Al-Ma’mur. Maka aku bertanya kepada Jibril, lantas dia menjawab,”Ini adalah Al-Bait Al-Ma’mur. Setiap hari 70 ribu malaikat shalat di dalamnya dan bila mereka telah keluar mereka mereka tidak akan kembali lagi ke sana…” [Shahih Al-Bukhari bersama Fathul Bari : 6/233][viii]

Demikian pembahasan tentang buah-buah iman kepada malaikat serta hal-hal lain yang terkait dengan iman kepada malaikat.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan menjadi pemberat timbangan amal penulis di akhirat nanti.

Apabila ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu dari rahmat Allah semata. Dan bila ada kesalahan dan kekeliruan maka itu dari kami dan setan. Semoga Allah Ta’ala berkenan mengampuni semua kesalahan kami.

[i] //www.islamweb.net

[ii] Al-Iman, Dr. Abdul Majid Az-Zindani, hal. 96.

[iii] //www.islamweb.net/ar/article/

[iv] Al-Iman, Dr. Abdul Majid Az-Zindani, hal. 96-97.

[v] Al-Iman Dr. Muhammad Na’im Yasin, Daru Umar Ibnil Khathab, Al-Iskandariyah. hal. 22-23 dengan diringkas.

[vi] //www.alukah.net/sharia/0/97479/

[vii] //www.alukah.net/sharia/0/103641/  

[viii] Al-Iman, Dr. Muhammad Na’im Yasin, Daru Umar Ibnil Khathab, Al-Iskandariyah. hal. 25.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA