Buku panduan basic training hmi

Buku panduan basic training hmi


YakusaBlog- Modul ini adalah panduan Latihan Kader I (Basic Training) di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat yang diterbitak pada tahun 2016, atau Pengurus HMI Cabang Ciputat periode 2016-2017.

Buku panduan basic training hmi

(Buku ini dapat dipesan di Tokopedia. Klik Disini)



Modul ini dapat membantu Anda yang ingin mengikuti Latihan Kader II (Intermediate Training) untuk memenuhi beberapa materi screening  khususnya materi ke-HMI-an, seperti Sejarah Perjuangan HMI, Konstitusi HMI, Mission HMI, NDP HMI, dan yang lainnya. Untuk itu silahkan download pdfnya.

Download di sini: PDF Modul LK I HMI Ciputat 2016

Download juga buku-buku berkualitas dari YakusaBlog: (Klik di sini)

Buku panduan basic training hmi

Buku ini merupakan modul Latihan Kader I (Basic Training): Panduan untuk Kader Himpunan Mahasiswa Islam yang diperbaharui dan diterbitkan oleh Bidang PA  HMI Cabang Ciputat Periode 2016-2017.

Credit:

Kontributor Tulisan : Hasil Kongres XXVIX, Agussalim Sitompul, Nurcholis Madjid, Asep Sopyan, Wahyuni Nafis, Fakhrudin Muchtar, Mohalli, Isnur, Elban Faqih Esa, dan Ahmad Fauzan Baihaqi.

Editor: Aziz Muhtasyam, Sabarudin Fauzi, Humaidi, Maulana Ainul Asry, Ahmad Fathoni, dan Alamsyah Riki W.

Desain Sampul: Lava Himawan

Penanggung Jawab:  M. Zainuddin Asri (Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Periode 2016-2017)

NB: DILARANG KERAS untuk digunakan dalam kegiatan komersil seperti diperbanyak dan diperjualbelikan serta merubah isi modul TANPA PERSETUJUAN Pengurus HMI Cabang Ciputat!

Untuk mengakses Modul Latihan Kader I (Basic Training): Panduan untuk Kader Himpunan Mahasiswa Islam klik disini.

BASIC TRAINING:
Panduan untuk Kader
Himpunan Mahasiswa Islam

Ciputat, Agustus 2016
vii + 178 halaman
B5 (18,2 cm x 25,7 cm)

Kontributor Tulisan: Hasil Kongres XXVIX
Agussalim Sitompul
Editor: Nurcholis Madjid
Asep Sopyan, Wahyuni Nafis,
Desain Sampul: Fakhrudin Muchtar, Mohalli,
Penanggung Jawab: M. Isnur, Elban Faqih Esa, Ahmad
Fauzan Baihaqi
Penerbit: Aziz Muhtasyam
Website: Sabarudin Fauzi
Humaidi
Email: Maulana Ainul Asry
Ahmad Fathoni
Alamsyah Riki W.
Lava Himawan
Ketua Umum HMI Cabang Ciputat
Periode 2016-2017
Bidang PA HMI Cabang Ciputat
Periode 2016-2017
www.hmicbgciputat.org
[email protected]

Pengurus i
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Ciputat Periode 2016-2017

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat

DAFTAR ISI

SAMBUTAN KETUA UMUM............................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iv
MERAWAT PERKADERAN HMI ......................................................... v

BAB I Sejarah Perjuangan HMI............................................1
Pengantar Ilmu Sejarah.......................................................... 1
Sejarah Perjuangan HMI ........................................................ 4
Sejarah Singkat HMI Cabang Ciputat ....................................... 16

BAB II Konstitusi HMI ........................................................... 21
Ruang Lingkup Konstitusi HMI ................................................ 21
Anggaran Dasar (AD) HMI ...................................................... 25
Anggaran Rumah Tangga (ART) HMI....................................... 32
Memori Penjelasan Islam sebagai Azas HMI ............................. 86

BAB III Mission HMI ............................................................... 89
Tafsir Tujuan HMI.................................................................. 89
Tafsir Independensi HMI ........................................................ 96

BAB IV Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI .............................. 101
Latar Belakang Perumusan NDP .............................................. 101
Nilai-nilai Dasar Perjuangan ................................................... 118

BAB V Basic Demand Indonesia............................................139

BAB VI Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan ...............149

BAB VII Muatan Lokal ............................................................. 155
Teknik Persidangan................................................................ 155
Ke-kohati-an ......................................................................... 161

BAB VIII Ringkasan Pedoman Perkaderan .............................. 173

BAB IX Profil LPP HMI Cabang Ciputat .................................196
Atribut HMI.................................................................................... 211
Lagu-lagu Perkaderan HMI.............................................................. 215
Struktur Pengurus HMI Cabang Ciputat Periode 2016-2017................ 219
Komisariat, Badan Khusus, dan LPP di HMI Cabang Ciputat ............... 222

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat ii

SAMBUTAN KETUA UMUM
HMI CABANG CIPUTAT PERIODE 2016-2017

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji serta syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sampai detik ini. Tak lupa pula,
shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan alam, Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa pesan-pesan kebenaran sehingga sampai pada
kita semua sampai hari ini.

Alhamdulillahi Rabbal Alamin, penyusunan Modul Latihan Kader 1 (Basic
Training) Himpunan Mahasiswa Islam telah dirampungkan. Dasar pemikiran
penyusunan Modul Latihan Kader 1 (Basic Training) Himpunan Mahasiswa
Islam ini ialah sebagai guidence bagi para calon kader HMI dan segenap
fungsionaris HMI di setiap jenjangnya. Guidence yang dimaksud ialah agar
setiap kader HMI yang telah melalui proses Latihan Kader 1 mengalami
internalisasi nilai-nilai ke-HMI-an secara menyeluruh, baik dari sisi ideologis,
filosofis, historis, dan juga aspek-aspek konstitusionalnya.

Indikator dan tolok ukur pencapaian keberhasilan proses perkaderan HMI
ialah sejauh mana kader-kader HMI mampu memahami dan mengamalkan
apa yang tertuang pada konstitusi HMI, utamanya adalah Nilai-Nilai Dasar
Perjuangan (NDP) HMI dan Tujuan HMI, yang berbunyi: “Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab
atas terwujudnya masyarakat adil-makmur yang diridhoi Allah SWT”. Dimana
salah satu instrumen (alat) dalam mempermudah proses perkaderan guna
merealisasikan Tujuan HMI adalah modul (buku panduan) Latihan Kader 1
HMI.

Dewasa ini, jika kita menerawang kondisi HMI secara objektif, maka akan kita
temukan berbagai degradasi disana-sini. Persoalan ini disebabkan oleh
intenalisasi nilai-nilai ke-HMI-an yang tidak optimal dalam setiap jenjang
perkaderan. Sehingga dunia yang dicita-citakan HMI semakin jauh dari
kenyataan. Momentum LK 1 ialah momen paling krusial dalam pembentukkan
karakter dan mental, serta corak ke-islam-an ala HMI, hingga prosesi LK 1
menjadi perhatian serius bagi segenap pengurus HMI mulai dari Komisariat
sampai pada Pengurus Besar.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat iii

HMI Cabang Ciputat sejak dulu selalu menjadi basis “peradaban intelektual”
bagi HMI itu sendiri. Penerbitan Modul Latihan Kader 1 ini adalah sebagai
bukti bahwa HMI Cabang Ciputat masih senantiasa mempertahankan identitas
dan ciri khasnya. Tentu kita semua berharap, hal tersebut dapat bertahan
sebagai jati diri HMI Cabang Ciputat sejak dulu, hari ini, dan di masa yang
akan datang.

Terakhir, bagi segenap calon kader dan kader HMI se-Indonesia pada
umumnya dan HMI Cabang Ciputat pada khususnya, ber-HMI-lah secara
totalitas, jadikanlah HMI sebagai kawah candradimuka, sebagai wadah
perjuangan demi mewujudkan masayarakat adil-makmur yang diridhoi Allah
SWT. Yakinkan dengan doa, usahakan dengan ilmu, sampaikan dengan amal.
Yakin usaha sampai, bahagia HMI.

M. Zainuddin Asri
Ketua Umum HMI Cabang CIputat Periode 2016-2017

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat iv

KATA PENGANTAR

“Pelatihan merupakan syarat mutlak dalam mengawali proses
perkaderan” demi melanjutkan estafet perkaderan Himpunan Mahasiswa
Islam, pelatihan merupakan sebuah kewajiban. Bahasan terkait perkaderan
merupakan hal yang paling esensial dari eksistensi HMI sebagai organisasi
kader, sesuai dengan Anggaran Dasar HMI Pasal 8 tentangFungsi.

Sebuah kebanggaan mendalam melihat pelatihan- pelatihan yang ada
di HMI Cabang Ciputat ini terus berjalan dan membudaya di tengah kerasnya
hantaman arus hedonisme di kalangan Mahasiswa.

Namun dengan semangat membara serta kesadaran akan pentingnya
pengabdian terhadap masyarakat sebagaimana tertuang dalam Tri Dharma
PerguruanTinggi, pelatihan kader di HMI pun terus berjalan bahkan menjadi
rutinitas di kalangan mahasiswa, terutama Latihan Kader 1 yang menjadi
gerbang awal mahasiswa untuk menjadi anggota Himpunan Mahasiswa
Islam.

LK 1 (Latihan Kader 1) merupakan tingkatan pelatihan formal paling
dasar dari tiga tingkatan pelatihan, yaitu LK 1 (Basic Training), LK 2
(Intermediate Training) dan LK 3 (Advanced Training).

Dalam pelaksanaannya, HMI Cabang Ciputat sebagai Cabang
terkemuka selalu melakukan perbaikan-perbaikan serta inovasi untuk
meningkatkan kualitas pelatihan yang kita yakini bersama akan berefek linier
pada kualitas kader yang ada di HMI Cabang Ciputat. Salah satu item yang
menjadi kearifan lokal HMI CabangCiputat adalah Modul LK 1. Setiap Kader
di HMI Cabang Ciputat kiranya patut berbangga dengan adanya Modul
tersebut, dimana kita menjadi pionir dari sebuah inovasi besar dalam
sejarah pelatihan di HMI se- Indonesia.

Kesuksesan sebuah pelatihan menentukan militansi kader-kader
kedepannya. Latihan Kader 1 berfokus pada penanaman nilai Ke-HMI-an
melalui 5 materi wajib (Sejarah, Konstitusi, NDP, Mission dan MOK). Proses
indoktrinasi yang dilakukan benar-benar memerlukan kesiapan yang matang
serta kelengkapan fasilitas terutama Modul LK 1 sebagai rujukan peserta LK
ketika menerima materi di setiap sesi.

Hal ini untuk menghindari kemungkinan kader salah
menangkappesan serta nilai yang ada dalam materi yang disampaikan
Tutor.

Modul LK 1 yang disusun Pengurus HMI Cabang Ciputat ini selalu
mengalami perbaikan serta penyempurnaan setiap tahunnya seiring
perubahan-perubahan kondisi serta hasil Kongres HMI. Sehingga, bias
mewujudkan sebuah konsep pelatihan yang up to date dan memudahkan

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat v

kader untuk memahami setiap detail dari isi pelatihan, terutama terkait 5
materi wajib.

Terimakasih saya ucapkan kepada teman-teman di Bidang Pembinaan
Anggota khususnya yang telah berusaha meluangkan waktu di tengah
sibuknya kehidupan Ciputat untuk menyusun kembali dan melakukan proses
editing untuk menyempurnakan Modul LK 1 ini sehingga benar-benar siap
untuk diterbitkan kembali. Dan pula tak lupa saya ucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepadaseluruh Pengurus HMI Cabang Ciputat yang
mendukung penuh proses penerbitan sampai pencetakan Modul ini.

Semoga adanya modul LK 1 ini dapat membantu anggota dalam
menjalani setiap proses perkaderan yang ada di HMI. Dan nantinya setiap
tujuan, baik tujuan pelatihan bahkan tujuan HMI benar-benar mampu
teraktualisasi dalam diri setiap kader. Sehingga kedepannya HMI benar-
benar mampu melahirkan generasi emas yang menghantarkan Indonesia
menuju masa keemasan yang berkelanjutan seiring keberlanjutan
perkaderan di HMI.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat vi

MERAWAT PERKADERAN HMI
Oleh: Prof. Dr. Dede Rosyada, MA (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), ada kebanggaan
tersendiri melihat eksistensi HMI hingga usia setua ini masih menunjukkan
gairah hidupnya meskipun dalam beberapa hal juga patut diikritisi demi
kebaikannya. Kritik adalah sesuatu yang wajar dan sebuah keharusan. Ia
mencerminkan suatu gerak dialektis.

Bagi sebuah organisasi seperti HMI atau organisasi lainnya, kritik
menjadi cermin untuk selalu berkaca (introspeksi) diri demi melihat bagian-
bagian tertentu sebagai kekurangan yang perlu diperbaiki dan bagian lain
sebagai kelebihan yang perlu dipertahankan. Sehingga semangat organisasi
tersebut selalu sejalur dengan semangat yang diusung setiap zaman dengan
tidak menghilangkan identitas atau haluan dasarnya.

Tetapi, latihan kader atau bentuk-bentuk pelatihan lain sebagai ujung
tombak kaderisasi, pembentukan pemimpin dan pintu menuju peradaban
pemikiran kenyataannya masih terus berlangsung di HMI mulai dari level
terendah yang diadakan oleh komisariat hingga yang tertinggi. Ini
membuktikan bahwa gerak semangat HMI yang utama dan terpenting belum
lagi luntur. Ia menjadi instrumen penting yang masih terawat dan mentradisi
melewati ruang waktu. Bagi saya, ini satu hal yang perlu mendapatkan
apresiasi.

Setidaknya karena beberapa hal. Pertama, rangsangan pemikiran dan
keterbukaan untuk mendialogkan berbagai gagasan di HMI tumbuh bermula
di lingkungan perkaderan, melalui pelatihan-pelatihan, kursus atau kajian-
kajian. Di perkaderan anggota-anggota baru diperkenalkan dengan
pemikiran-pemikiran kritis, dihadapkan dengan tantangan yang menguji
kemampuan pemikiran kita dan dalam tingkat yang ekstrem menggoda
keteguhan iman kita, sebagaimana sering dilakukan oleh para NDPer
(sebutan bagi mereka yang mengajarkan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan) kala
membawa materi NDP.

Tentu perkaderan bukanlah ruang indoktrinasi semata. Tak ada di sini
usaha-usaha untuk menancapkan haluan pemikiran tertentu dimana mereka
tidak punya ruang untuk memberinya penilaian, koreksi dan sikap atau
tindakan untuk kemudian menerima atau menolaknya sama sekali.
Perkaderan adalah lingkungan atau wadah yang memacu kita demi
memperoleh kemerdekaannya untuk berfikir dan mengembangkan
pemikiran-pemikirannya. Bukankah kebahagiaan tertinggi manusia sebagai
hewan yang berfikir (hayawanun natiq) terletak pada saat mana

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat vii

kebebasannya untuk berfikir dan mempertanggungjawabkan pemikirannya
diberinya ruang?

Kedua, walaupun tentu perlu penyelidikan lebih untuk membuktikan,
perkaderan kurang lebih telah turut andil menyumbang dalam kuantitas
tertentu atas persediaan (stock) generasi pemimpin bangsa ini. Tidak
mengejutkan, bahwa tak sedikit para anggota legislatif, cendekiawan muslim,
aktifis, tokoh-tokoh publik, penggiat organisasi partai politik atau LSM dan
para pejabat penting di negeri ini lahir dari rahim organisasi HMI. Hingga kini,
berapa banyak kader yang lahir dari proses perkaderan yang berlangsung
sepanjang 68 tahun?

Tanpa menafikan kontribusi organisasi-organisasi lain yang juga
begitu besar, HMI telah mencetak banyak orang di negeri ini sebagai pemikir,
penggiat atau pejabat tertentu. HMI telah turut andil menjadi motor
penggerak demi mencetak kecerdasan dan kemajuan anak-anak bangsa. Bila
praktik perkaderan semacam ini dipertahankan hingga 68 tahun ke depan,
apa yang akan terjadi dengan bangsa ini dengan lahirnya lebih banyak lagi
orang-orang yang berfikiran luas dari organisasi ini. Kita belum lagi
membicarakan kontribusi lain dari HMI yang menyentuh kebutuhan riil di
masyarakat.

Dengan mengacu pada sebagian kenyataan di atas, tiada lain kecuali
praktik perkaderan di HMI haruslah dirawat, dipertahankan dan dimodifikasi
seperlunya untuk mengikuti gerak arus zaman. “Modifikasi” hanyalah kata
lain untuk menegaskan bahwa produk pemikiran dan konteks yang
melingkupinya adalah satu-kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Dan HMI
untuk dapat tetap hidup dan tetap seiring dengan konteks kekinian haruslah
mempertimbangkan kondisi-kondisi kekinian dalam pemikirannya. Sekali lagi
tanpa menghilangkan haluan dasar pemikiran HMI yang telah digariskan oleh
para perintis organisasi ini.

Keberadaan buku pedoman perkaderan ini adalah satu bukti
keseriusan demi merawat perkaderan di HMI. Juga sebagai penegas bahwa
risalah pemikiran sebagian mereka yang mewujud dalam teks perlu untuk
terus dikaji demi menggali dan memperoleh keotentikan dari pemikiran
mereka. Dan dengan mewujudkan pemikiran mereka dalam satu teks tertulis,
kita – sebagai kader – telah merawat hidup jiwa pemikiran mereka dan kita
terus dapat berdialog dengan mereka dalam ruang waktu yang berbeda.
Semoga kata pengantar singkat dan sederhana ini sedikit banyak memacu
kita senantiasa merawat kepedulian atas perkaderan.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat viii

BAB I
SEJARAH PERJUANGAN HMI

PENGANTAR ILMU SEJARAH
A. Pengertian Sejarah

Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan
benar-benar terjadi, dan tercatat dalam buku-buku maupun tulisan-tulisan
atau peristiwa masa lampau yang dibatasi ruang dan waktu dan berhubungan
manusia. Mengenai kebenaran sejarah didukung bukti-bukti yang
membenarkan peristiwa itu benar- benar terjadi. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu pengetahuan atau uraian
mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar
terjadi di masa lampau. Dari pengertian atau definisi di atas maka dapatilah
dibedakan antara sejarah dan ilmu sejarah, sejarah ialah kejadian atau
peristiwanya, sedangkan ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian
atau peristiwa tersebut.

B. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Ilmu Sejarah
Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah

lampau adalah pengetahuan tentang peristiwa- peristiwa yang terjadi pada
saat itu, dan dengan mempelajarinya maka dapat mengambil
hikmah/pelajaran dari peristiwa tersebut, dan dari pengetahuan sejarah
dapat meningkatkan kehati-hatian dalam mengambil keputusan pada masa
saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai yang terjadi di masa lalu,
karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan masa saat ini dan
yang akan datang.

C. Misi Kelahiran Islam
1. Masyarakat Arab Pra Islam
Sebelum masuknya Islam ke dalam masyarakat Arab mereka disebut

masyarakat jahiliyyah, karena mereka hidup dengan keterbelakangan
budaya, krisis moral sosial maupun peradaban. Hal demikian yang membuat
orang-orang men- justice bahwa masyarakat Arab pra Islam memang begitu
jahiliyah, dengan kebiasan menyembah berhala, kemudian mengubur anak
perempuannya hidup-hidup karena anggapan mereka bahwa anak
perempuan adalah pembawa sial, dan hanya merugikan keluarganya saja,
terlebih lagi perbudakan pada zaman itu sungguh tidak ber-pri-kemanusiaan,
yang mana budak perempuan diperlakukan sebagai benda bergerak yang
menyenangkan untuk di pakai dan terus dibuang, dan yang lelaki diperas

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 1

keringatnya tanpa ada imbalan sedikitpun. Akan tetapi ada sebagian yang
menjadi kebanggaan masyarakat Arab pada saat itu, yaitu syair-syair puisi
memang diakui pada saat itu sampai syair manapuntak dapat mengalahkan
syair-syair orang Arab pada masa itu.

Selain itu masyarakat Arab pra Islam hidup dalam perpecahan klan
(keluarga Besar), karena yang menjadi kebanggaan mereka adalah tingginya
egoisme kekuasaan (kabilah), tidak adanya altruistik antar sesama umat
manusia, dan saling memamerkan hartanya kepada orang-orang
disekelilingnya. Hal ini yang menyebabkan berperangnya klan-klan yang ada
di masyarakat Arab, sehingga dimata negara-negara lainpun bangsa Arab
adalah bangsa yang lemah dan mudah terpecah belah.

2. Periode Kenabian Muhammad SAW
*Fase Makkah

Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaan masyarakat yang
disintegrasi bangsa (bisa dikatakan buruk untuk masa kini). Muhammad lahir
pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah, bertetapan dengan tanggal 20
April 571 M. Muhammad adalah putra tunggal dari pasangan Abdullah dan
Aminah yang mana ketika lahir pun beliau sudah menjadi yatim piatu. Sejak
kecil Muhammad memilki sifat yang terpuji sehingga kemudian ia di juluki
“al-amin” atau orang yang dipercaya. Pada usia yang ke-25 Muhammad
menikah dengan seorang janda kaya yang bernama Khadijah. Dalam masa
pernikahannya ini Muhammad sering melakukan kontemplasi atau
menyendiri di luar Makkah, tepatnya di sebuah Gua yang bernama Hira. Entah
apa yang di pikirkannya yang pastinya saat itu Muhammad mengalami
kejumudan tingkat tinggi.

Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin sering
gelisah, sehingga pelariannya dengan menyepi di gua Hira semakin sering
kualitas maupun kuantitasnya. Suatu malam di bulan Ramadhan tepatnya 17
Ramadhan yang bertetapan pada tanggal 6 Agustus 610 M, datanglah Jibril
yang mana datang untuk menyampaikan wahyu pertama (Q.S Al-Alaq: 1-5).
Pasca menerima wahyu di gua Hira, Nabi Muhammad mendapatkan wahyu-
wahyu berikutnya yang memerintahkan kepada Muhammad untuk
menyampaikan ―dakwah Sirr”. Isi dakwah tersebut adalah ajakan untuk
melakukan perubahan-perubahan yang revolusioner, yang mana merubah
akhlak umat manusia, karena Islam mengajarkan tentang akhlak yang baik.
Perubahan yang lainnya adalah nilai persamaan/equalistik yaitu kesetaraan
antar umat manusia, tidak adanya perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, antar ras, suku, bangsa, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 2

yang diajarkan oleh Islam berimplikasi pada penguatan nasionalisme atau
keutuhan dalam berbangsa dan bernegara.

Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan oleh Muhammad SAW,
berkaitan pada nilai ketauhidan atau keimanan, kemudian perbaikan akhlak-
akhlak masyarakat Arab. Karena pada saat itu yang harus dibangun pertama-
pertama adalah pondasi aqidah dan akhlak yang dijadikan landasan
fundamental.

*Fase Madinah
Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah

ke Yastrib (diganti dengan nama Madinnah). Hijrahnya Nabi Muhammad dan
pengikutnya ke Yastrib karena penduduk dan kabilah Makkah pada saat itu
mengusir Nabi beserta pendukungnya sehingga Nabi pun harus pergi dari
kota kelahiranya. Tetapi setelah hijrahnya Nabi Muhammad meneruskan
dakwahnya sehingga masyarakat di Yastrib pun tertarik dengan beliau dan
ikut masuk Islam. Sampai kemudian umat Islam di Yastrib kian-hari
bertambah dan berkembang sehingga pada akhirnya kota Yastrib diubah
namanya menjadi Madinah.

Dengan bersatunya kaum Anshor (tuan rumah di madinah) dan
Muhajirin (pendatang dari Makkah) umat Islam menjadi kuat dan semakin
berkembang pesat tanpa adanya pertentangan dengan agama-agama lain
yang ada pada saat itu di Madinah. Dengan konsep yang dibawa dalam
ajaran Islam Persamaan dan Kesatuan, Madinah menjadi tempat pembinaan
masyarakat Islam. Pembinaannya tidak hanya meliputi bidang aqidah, tetapi
juga menyangkut masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya. Pada fase ini
di Madinah ajaran Islam lebih ditekankan pada hukum kemasyarakatan dan
Muammalah sehari-hari.

Dengan perkembangan Islam yang semakin pesat ini, kaum muslimin
dianggap oleh bangsa Qurasy sebagai ancaman bagi kelompok lainnya
karena pastinya kelompok lain akan ikut oleh pengikutnya Nabi Muhammad
SAW, maka kemudian bangsa Quraisy mengajak perang kepada umat Islam
pertama kali dan disebut perang Badar dan dimenangkan oleh Umat Islam
dan selanjutnya perang-perang dalam menaklukan Makkah seperti Uhud,
Ahzab, Khandaq. Pada prinsip peperangan yang terjadi bagi kaum muslimin
peperangan ini adalah upaya defensif idealisme dalam rangka menegakkan
kalimat Tauhid.

Nabi Muhammad SAW wafat dan dimakamkan di Madinah di usia yang
ke-63. Pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H bertepatan pada tanggal 8 Juni 632
M.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 3

SEJARAH PERJUANGAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM*

A. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya HMI

“Sesungguhnya, tahun-tahun permulaan riwayat HMI adalah hampir
identik dengan kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya
andil terbanyak pada mulabuka lahirnya HMI kalau tidak boleh kita katakan
sebagai tokoh pendiri utamanya.” (Media, No.7 Th. III. Rajab 1376 H/
Februari 1957,h. 32).

Dengan ungkapan ini jelaslah hubungan Lafran Pane dengan HMI
tidak bisa dipisahkan. Latar belakang pemikiran Lafran Pane untuk
mendirikan HMI, adalah juga identik dengan latar belakang munculnya
pemikiran HMI. Dengan demikian memahami pemikiran Lafran Pane, akan
senantiasa terdapat proses komunikasi dan ekspresi dengan lingkungannya,
yaitu negara Indonesia yang berpenduduk mayoritas beragama Islam,
dengan segala realitas dan totalitasnya. Pemikiran Lafran tidak bisa dipahami
tanpa meletakkannya dalam suatu proses sejarah atau tradisi panjang yang
melingkupinya.

Sesuai dengan konteksnya, latar belakang munculnya pemikiran HMI
adalah:
1. Penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan
2. Kesenjangan dan kejumudan umat Islam dalam pengetahuan,

pemahaman dan penghayatan serta pengamalan ajaran Islam
3. Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaan
4. Munculnya polarisasi politik
5. Perkembangan paham dan ajaran komunis dikalangan Masyarakat dan

Mahasiswa
6. Kedudukan Perguruan Tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis
7. Kemajemukan bangsa Indonesia
8. Tuntutan modernisasi dan tantangan masa depan.

Menangkap realitas historis dan berbagai persoalan dan
perkembangan yang mengikutinya, tampilah Lafran Pane seorang mahasiswa
yang sejak menjadi mahasiswa aktif mengamati dan memikirkan secara
seksama perkembangan sosial, politik, dan budaya di tanah air, mengangkat
kedelapan faktor di atas mejadi semangat spiritual. Idealisme ini diangkat
menjadi suatu yang empiris dan pemikiran yang memiliki daya dukung
konstruktif, guna merespon berbagai persoalan yang dihadapi bangsa saat
itu.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 4

Setelah berulang kali mencoba mengadakan pembicaraan yang selalu
gagal karena mendapat penentangan dari beberapa organisasi mahasiswa.
Akhirnya, para hari Rabu Pon 1878, tanggal 14 Rabiul Awwal 1366 H
bertepatan 5 Februari 1947 secara resmi dideklarasikan berdirinya Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) oleh Lafran Pane bersama 14 orang laninnya yaitu:
Kartono Zarkasy (Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Siti Zainah
(istri Dahlan Husein, Palembang), Maisaroh Hilal (cucu pendiri
Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, Singapura), Soewali (Jember), Yusdi
Gozali (Semarang, juga pendiri PII), M. Anwar (Malang), Hasan Basri
(Surakarta), Marwan (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha Mashudi
(Malang), Bidron Hadi (Kauman-Yogyakarta), Zulkarnaen (Bengkulu), dan
Mansyur.

Dan dengan dua semangat atau dua tujuan pertama didirikannya HMI
adalah semangat Keindonesiaan dan Keislaman yaitu, mempertahankan
Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia,
kedua menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Dua tujuan ini
selalu menyemai dalam semangat kader HMI baik dalam gagasan maupun
tindakan.

*Sekilas sosok Lafran Pane
Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI

HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa
berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI.

Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan
Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922, pendidikan Lafran
Pane tidak berjalan ―normal‖ dan ―lurus‖.Lafran Pane terinspirasi dari
gerakan kelompok pelajar Islam di era Hindia Belanda yaitu Jong
Islamieten Bond (JIB) dan Student Islamic Studenten (SIS). Lafran
mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya
untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane
pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba
ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih
intensif ia peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.

Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup
yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di
dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah studi ke Akademi
Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada dan Fakultas
Kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada tanggal 19
Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM), secara otomatis
Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 5

UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan
Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut
pada tanggal 26 Januari 1953.

B. Fase-fase Perjuangan HMI

Dalam perjalanan HMI selama setengah abad lebih, telah menjalani
11 fase.

1. Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (tahun
1946)
Bermula dari latar belakang munculnya pemikiran dan berdirinya HMI

serta kondisi obyektif yang mendorongnya, maka rintisan untuk mendirikan
HMI muncul di bulan November 1946. Permasalahan yang dapat diangkat
dari latar belakang berdirinya HMI, merupakan suatu kenyataan yang harus
diantisipasi dan dijawab secara cepat dan konkrit dan menunjukkan apa
sebenarnya Islam itu. Maka pembaharuan pemikiran di kalangan umat
Islam bangsa Indonesia suatu keniscayaan.

2. Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Februari – 30 November
1947)
Selama lebih kurang 9 bulan, reaksi-reaksi terhadap HMI barulah

berakhir. Masa 9 bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi
dan tantangan silih berganti, yang semuanya itu untuk mengokohkan
eksistensi HMI, sehingga dapat berdiri tegar dan kokoh. Maka diadakanlah
berbagai aktivitas untuk popularisasi organisasi dengan mengadakan
ceramah-ceramah ilmiah, rekreasi malam-malam kesenian.
1. Di bidang organisasi, HMI mulai mendirikan cabang- cabang baru

seperti Klaten, Solo dan Yogyakarta. Pengurus HMI bentukan 5 Februari
1947 otomatis menjadi Pengurus Besar (PB) HMI pertama dan
merangkap menjadi Pengurus HMI Cabang Yogyakarta I. Hari Rabu
Pon 1878, tanggal 14 RA 1366 / 5 Februari 1947, menetapkan
berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI
2. Mengesahkan Anggara Dasar HMI. Adapun Anggaran Rumah
Tangga dibuat kemudian
3. Membentuk Pengurus HMI :

Ketua : Lafran Pane (Prof. Drs. Alm.)
Wakil Ketua : Asmin Nasution (Drs.)
Penulis I : Anton Timur Jailani (Prof. H. – MA)
Penulis II : Karnoto Zarkasyi (Kapten AD – BA)

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 6

Bendahara I : Dahlan Husein

Bendahara II : Maisaroh Hilal

Anggota : Suwali, Yusdi Ghozali (SH), Mansyur

Ada kesan bahwa keanggotaan HMI hanya untuk mahasiswa STI.
Untuk menghilangkan anggapan yang keliru itu, tanggal 22 agustus 1947, PB
HMI diresuffle. Ketua Lafran Pane digantikan oleh H.M. Mintaredja dari
Fakultas Hukum BPT GM, sedang Lafran Pane menjadi wakil ketua
merangkap Ketua HMI Cabang Yogyakarta. Sejak itu mahasiswa BPT GM,
STT mulai masuk dan berbondong-bondong menjadi anggota HMI. Di
Yogyakarta tanggal 30 November 1947 diadakan Kongres I HMI.

3. Fase Perjuangan Bersenjata dan Perang Kemerdekaan, dan
Menghadapi Pengkhianatan dan Pemberontakan PKI (1947-
1949)
Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya,

maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun ke
gelanggang medan pertempuran melawan Belanda. Tepat saat Agresi Militer
Belanda I 21 April 1947 sekretariat HMI di JL.Setyodingrat terkena hantaman
senjata Belanda oleh karena itu anggota HMI membantu pemerintah baik
langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing sebagai staf
penerangan, penghubung, dll.

Untuk menghadapi pemberontakan Madiun 18 September 1948,
Ketua PMI/Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps
Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono, Wakil Komandan Ahmad
Tirtosudiro, ikut membantu pemerintah menumpas pemberontakan PKI di
Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung- gunung, memperkuat
aparat pemerintah. Sejak itulah dendam PKI terhadap HMI tertanam dan
terus berlanjut sampai puncaknya pada tahun 1964-1965 yaitu gerakan
penggayangan terhadap HMI menjelang meletusnya Gestapu/PKI 1965.

Pada fase ini berlangsung peringatan Dies Natalies pertama HMI di
Bangsal Kepatihan tanggal 6 Februari 1948, Panglima Angkatan Perang
Republik Indonesia Jenderal Sudirman memberi sambutan pada peringatan
tersebut atas nama Pemerintah RI. Jenderal sudirman selain mengartikan
HMI sebagai Himpunan Mahasiswa Islam, HMI juga diartikan sebagai
Harapan Masyakat Indonesia. Karena mayoritas bangsa Indonesia beragama
Islam, HMI juga diartikan sebagai Harapan Masyarakat Islam Indonesia.

Pada fase ini juga berlangsung Kongres Muslim Indonesia II di
Yogyakarta tanggal 20 sampai dengan 25 Desember 1949. Kongres itu
dihadiri oleh 185 organisasi, alim ulama dan intelegensia seluruh Indonesia.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 7

Di antara tujuh dari keputusannya di bidang organisasi salah satu
keputusannya adalah memutuskan bahwa: Hanya satu organisasi mahasiswa
Islam, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang bercabang di tiap-tiap
kota yang ada sekolah tinggi.

4. Fase Pembinaan dan Pengembangan Organisasi (1950-1963)
Selama anggota HMI banyak yang terjun ke gelanggang medan

pertempuran membantu pemerintah mengusir penjajah, selama itu pula
pembinaan organisasi HMI terabaikan. Namun hal itu dilaksanakan dengan
sadar, karena ini semua untuk merealisir tujuan HMI sendiri, serta
dwitugasnya, yakni tugas agamanya dan tugas bangsanya. Maka dengan
adanya pengakuan kedaulatan rakyat tanggal 27 Desember 1949,
mahasiswa yang berminat melanjutkan kuliahnya bermunculan di
Yogyakarta.

Sejak tahun 1950, dilaksanakanlah usaha-usaha konsolidasi
organisasi sebagai masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI
dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta. Diantara usaha-usaha yang
dilaksanakan selama 13 tahun itu antara lain:
a. Pembentukan cabang-cabang baru,
b. Menerbitkan majalah sejak 1 Agustus 1954, sebelumnya terbit Criterium,

Cerdas dan tahun 1959 menerbitkan majalah Media,
c. 7 kali kongres,
d. Pengesahan atribut HMI seperti lambing, bendera, muts, hymne HMI,
e. Merumuskan tafsir azas HMI,
f. Pengesahan kepribadian HMI,
g. Pembentukan Badan Koordinasi (Badko),
h. Menentukan metode Training HMI,
i. Pembentukan lembaga-lembaga HMI di Bidang ekstern,
j. Pendayagunaan PPMI,
k. Menghadapi Pemilu 1955,
l. Penegasan Independensi HMI,
m. Mendesak pemerintah supaya mengeluarkan Undang-undang Perguruan

Tinggi, tuntutan agar pendidikan agama sejak dari SR sampai Perguruan
Tinggi,
n. Mengeluarkan konsep peran agama dalam pembangunan, dan lain-lain.

Selain masalah internal, muncul pula persoalan ekstern yang sangat
menonjol. Justru karena keberhasilan HMI melaksanakan konsolidasi
organisasi ada golongan yang iri dan tidak senang kepada HMI yaitu PKI.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 8

Tidak dibubarkan dan dilarangnya PKI akibatnya pemberontakan PKI
di Madiun tahun 1948, PKI otomatis mempunyai kesempatan untuk bangkit
kembali. Tanggal 21 Februari tahun 1957, Presiden Soekarno mengumumkan
konsepsinya supaya kabinet berkaki empat dengan unsur PNI, Masyumi, NU
dan PKI (sebagai empat besar pemenang pemilu 1955). Berikutnya di Moskow
tanggal 19 November 1957 dicetuskanlah Manifesto Moscow, yaitu satu
program untuk mengkomuniskan Indonesia. Akibat itu semua, PKI tampil
sebagai partai pemerintah. Masyumi, akibat penentangan terhadap kebijakan
politik Presiden Soekarno, dengan Manipol Usdeknya, dengan Keputusan
Presiden nomor 200: tanggal 17 Agustus tahun 1960 Masyumi dipaksa
bubar. Untuk menghadapi perkembangan politik, Kongres V HMI di Medan
tanggal 24-31 Desember 1957 mengeluarkan dua sikap anatar lain:

a. Haram hukumnya menganut ajaran dan paham komunis karena
bertentangan dengan Islam,

b. Menuntut Islam sebagai dasar Negara.

5. Fase Tantangan I (1964-1965)
Dendam PKI terhadap HMI yang tertanam karena keikutsertaan HMI

dalam menumpas pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, menempatkan
HMI sebagai organisasi yang harus bubar, karena dianggap sebagai
penghalang bagi tercapainya tujuan PKI. Untuk itu dilaksanakanlah berbagai
usaha untuk membubarkan HMI.

Sesuai hasil Kongres II Consetrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia
(CGMI) organisasi mahasiswa underbow PKI di Salatiga, Juni 1961, untuk
melekuidasi HMI. PKI, CGMI dan organisasi lainnya yang se-ideologi mulai
melakukan gerakan secara terbuka untuk membubarkan HMI. Gerakan
pembubaran HMI disokong seluruh simpatisan dari tiga partai besar yaitu
Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Indonesia (PARTINDO) dan Partai
nasional Indonesia (PNI) dan seluruh underbow ketiga partai tersebut yang
semuanya berjumlah 42 partai. Untuk membubarkan HMI sekitar Maret 1965,
dibentuklah Panitia Aksi Pembubaran HMI di Jakarta yang terdiri dari CGMI,
GMNI, IPPI, GRMINDO, GMD, MMI, Pemuda Marhaenis, Pemuda Rakyat,
Pemuda Indonesia, PPI, dan APPI.

Menjawab tantangan ini, Generasi Muda Islam(GEMUIS) yang
terbentuk tahun 1964 membentuk Panitia Solidaritas Pembelaan HMI,
yang terdiri dari unsur- unsur pemuda, pelajar, mahasiswa Islam seluruh
Indonesia. Bagi umat Islam HMI merupakan taruhan terakhir yang harus
dipertahankan setelah sebelumya Masyumi dibubarkan. Kalau HMI sempat

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 9

bubar, maka satu-persatu dari organisasi Islam akan terkena sapu
pembubaran.

Namun gerakan pembubaran HMI ini gagal justru dipuncak usaha-
usaha pembubaran tersebut. Dalam acara penutupan Kongres CGMI tanggal
29 September 1965 di Istora Senayan. Meski PKI terus melakukan provokasi
kepada Presiden Soekarno, seperti diungkapkan DN. Aidit, ‖kalau anggota
CGMI tidak bisa membubarkan HMI, anggota CGMI yang laki-laki lebih baik
pakai kain sarung saja..... kalau semua front sudah minta, Presiden akan
membubarkan HMI.‖ Namun ternyata HMI tidak dibubarkan, bahkan dengan
tegas Presiden Soekarno mengungkapkan dalam pidatonya:

“Pemerintah mempunyai kebijakan untuk memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada kehidupan organisasi mahasiswa yang revolusioner.
Tapi kalau organisasi mahasiswa yang menyeleweng itu mejadi kontra
revolusi umpamanya HMI, aku sendiri yang akan membubarkannya.
Demikian pula kalau CGMI menyeleweng menjadi kontra revolusi juga akan
kububarkan.”

Antara lain karena gagal membubarkan HMI, maka PKI sudah siap
main kayu, main kekerasan. PKI takut didahului umat Islam untuk merebut
kekuasaan dari pemerintahan yang sah, maka meletuslah Pemberontakan
G30S/PKI 1965.

6. Fase Kebangkitan HMI sebagai Pejuang Orde Baru dan
Pelopor Kebangkitan Angkatan 66 (1966-1968)

a. Tanggal 1 Oktober adalah tugu pemisah antara Orde Lama dan Orde Baru
b. Apa yang disinyalir PKI, seandainya PKI gagal membubarkan HMI, HMI

akan tampil kedua kalinya menumpas pemberontakan PKI, benar-benar
terjadi.
c. Wakil Ketua PB HMI Mar‘ie Muhammad tanggal 25 Oktober 1965
mengambil inisiatif mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
(KAMI), sebagaimana yang dilakukan oleh Wakil Ketua PB HMI Ahmad
Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM) untuk menghadapi
pemberontakan PKI di Madiun.
d. Tritura 10 Januari 1966: ―bubarkan PKI, reatol kabinet, dan turunkan
harga
e. Surat Perintah Sebelas Maret 1966
f. Dibubarkan dan dilarangnya PKI tanggal 12 Maret 1966
g. Kabinet Ampera terbentuk, HMI diajak hearing pembentukan kabinet,
dan alumni HMI masuk dalam kabinet.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 10

7. Fase Partisipasi HMI dalam Pembangunan (1969-sekarang)
Setelah Orde Baru mantap dan Pancasila serta UUD 1945 sudah

dilaksanakan secara murni dan konsekuen, maka sejak tanggal 1 April 1969
dimulailah rencana pembangunan lima tahun dan sudah menyelesaikan
pembangunan 25 tahun pertama, kemudian menyusul pembangunan 25
tahun kedua. Pembangunan Indonesia menuju masyarakat adil dan
makmur bukanlah pekerjaan mudah, tetapi sebaliknya merupakan
pembangunan raksasa sebagai usaha kemanusiaan yang tidak habis-
habisnya. Partisipasi segenap warga negara sangat dibutuhkan. HMI pun
sesuai dengan lima aspek pemikirannya, telah memberikan sumbangan dan
partisipasinya dalam pembangunan: (a) partisipasi dalam pembentukan
suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya
pembangunan, (b) partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam
berbagai aspek pemikiran; (partisipasi dalam bentuk langsung dari
pembangunan).

8. Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970-1998)
Selama kurun waktu Orde Lama (1959-1965) kebebasan

mengeluarkan pendapat baik yang bersifat akademis terlebih-lebih politik
terkekang dengan ketat. Suasana itu berubah tatkala Orde Baru muncul,
walaupun kebebasan hakiki belum diperoleh sebagaimana mestinya. Sama
halnya di penghujung pemerintahan Soeharto dianggap sebagai suatu
perbedaan yang tidak pada tempatnya. Namun walaupun demikian,
kebebasan datang, kondisi terbatas dapat dimanfaatkan, baik yang berkaitan
dengan agama, akademik dan politik. Kejumudan dan suasana tertekan pada
masa Orde Lama mulai cair terutama dalam pembaharuan pemikiran Islam
yang dipandang sebagai suatu keharusan, sebagai jawaban terhadap
berbagai masalah untuk memenuhi kebutuhan kontemporer. Hal seperti itu
muncul di kalangan HMI dan mencapai puncaknya tahun 1970. Tatkala
Nurcholis Madjid menyampaikan ide pembaharuannya dengan topik
Keharusan Pembaharuan Pemikiran dalam Islam dan Masalah Integrasi
Umat. Sikap itu diambil, karena apabila kondisi ini dibiarkan mengakibatkan
persoalan-persoalan umat yang terbelenggu selama ini, tidak akan
memperoleh jawaban yang efektif.

Sebagai konsekuensinya muncul pergolakan pemikiran dalam tubuh
HMI yang dalam berbagai substansi permasalahan timbul perbedaan
pendapat, penafsiran dan interpretasi. Hal itu tercuat dalam bentuk seperti
persoalan negara Islam, Islam Kaffah, sampai kepada penyesuaian dasar HMI
dari Islam menjadi Pancasila. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor:
8/1985 yang mengharuskan bahwa semua partai dan organisasi harus

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 11

berdasarkan Pancasila. Kongres ke-16 HMI di Padang tahun 1986, HMI
menyesuaikan diri dengan mengubah asas Islam dengan Pancasila. Akibat
penyesuaian ini beberapa orang anggota HMI membentuk MPO, akibatnya
HMI pecah menjadi dua yaitu HMI DIPO dan HMI MPO.

9. Fase Reformasi (1998-2000)
Apabila dicermati dengan seksama secara historis HMI sudah mulai

melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan beberapa
pandangan yang berbeda serta kritik maupun evaluasi secara langsung
terhadap pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden
Soeharto pada tahun 1995. Sesuai dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI
tidak akan melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional dan konfrontasi
terhadap Pemerintah. HMI melakukan dan menyampaikan kritik secara
langsung yang bersifat konstruktif.

Koreksi dan kritik yang dimaksud, pertama, disampaikan M. Yahya
Zaini Ketua Umum PB HMI Periode 1992-1995 ketika memberikan sambutan
pada pembukaan Kongres ke-20 HMI di Istana Negara Jakarta tanggal 21
Januari 1995. Koreksi itu antara lain, bahwa menurut penilaian HMI,
pembangunan ekonomi kurang diikuti dengan pembangunan politik. Masih
dirasakan tingkat perubahan di tingkat politik tidak sebanding dengan apa
yang terjadi di bidang ekonomi. Dalam pembangunan politik institusi-institusi
politik atau badan-badan demokrasi belum maksimal memainkan fungsi dan
peranannya. Akibatnya aspirasi masyarakat masih sering tersumbat. Kondisi
inilah yang menutut kita, pemerintah dan masyarakat untuk terus
menggelindingkan proses demokratisasi dengan bingkai Pancasila tetapi ini
harus diikuti dengan pemberdayaan masyarakat. Dalam suasana demikian,
proses saling kontrol akan terbangun. Selain itu HMI melihat masih banyak
distorsi dalam proses pembangunan. Gejala penyalahgunaan kekuasaan,
kesewenang-wenangan, praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme adalah
cerminan tidak berfungsinya sistem nilai yang menjadi kontrol dan landasan
etika dan bekerjannya suatu sistem.

Suara reformasi berikutnya dengan fokus yang lebih tajam, lugas
dihadapan Presiden Soeharto tatkala menghadiri dan memberikan sambutan
pada peringatan Ulang Tahun Emas 50 tahun HMI di Jakarta tanggal 20 Maret
1997 (satu tahun sebelum reformasi), dimana Taufik Hidayat Ketua
Umum PB HMI 1995-1997 menegaskan; sekaligus sebagai jawaban atas
kritik-kritik yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi
HMI, kekuasaan atau politik bukanlah wilayah yang haram, politik justru
mulia, apabila dijalankan di atas etika dan bertujuan untuk menegakkan nilai-
nilai kebenaran dan keadilan. Lantaran itu, HMI akan mendukung kekuasaan

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 12

pemerintah yang sungguh-sungguh dalam memperjuangkan kebenaran dan
keadilan. Sebaliknya, HMI akan tampil ke depan menentang kekuasaan yang
korup dan menyeleweng. Ini telah dibuktikan ketika HMI terlibat aktif dalam
merintis dan menegakkan Orde Baru. Demikian juga pada saat sekarang ini
dan masa-masa mendatang. Kritik- kritik ini tidak boleh mengurangi rasa
percaya diri HMI untuk tetap melaksanakan amar ma‟ruf dan nahi munkar.

Pemikiran dan reformasi selanjutnya disampaikan Ketua Umum
PB HMI 1997-1999 Anas Urbaningrum pada waktu peringatan Dies Natalis
HMI ke-51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Februari 1998, dengan judul
Urgensi Reformasi Bagi Pembangunan Bangsa yang Bermartabat. Pidato itu
disampaikan 3 bulan sebelum lengsernya Presiden Soeharto 21 Mei 1998.
Suara dan tuntutan reformasi telah dikumandangkan pula dalam berbagai
aspek, yang disampaikan Anas Urbaningrum pada Peringatan Dies Natalis ke-
52 di Auditorium Sapta Pesona Departemen Pariwisata Seni dan Budaya
Jakarta 5 Februari 1999, dengan judul Dari HMI untuk Kebersamaan Bangsa
Menuju Indonesia Baru. Tuntutan reformasi juga disampaikan Ketua Umum
PB HMI M. Fahruddin pada Peringatan Dies Natalis ke-53 HMI di Taman Ismail
Marzuki Jakarta, 5 Februari 2000 dengan judul Merajut Kekuasaan Oposisi
Membangun Demokrasi Membangun Peradaban Baru Indonesia.

10.Fase Tantangan II (2000-sekarang)
Fase tantangan ke-2 ini muncul justru setelah Orde Reformasi

berjalan dua tahun. Semestinya berdasarkan landasan-landasan atau sikap-
sikap yang telah diambil PB HMI memasuki era reformasi semestinya
HMI mengalami perkembangan yang signifikan menjawab berbagai
tantangan sesuai dengan perannya sebagai organisasi perjuangan, yang
harus tampil sebagai pengambil inisiatif dalam memajukan kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Akan tetapi justru sebaliknya HMI
secara umum mengalami kemunduran, yang secara intensif disinyalir
Agussalim Sitompul dalam bukunya 44 Indikator Kemunduran HMI.

Jika pada fase tantangan I (1964-1965) HMI dihadapkan kepada
tantangan eksternal yaitu menghadapi PKI, pada fase tantangan II ini
HMI dihadapkan sekaligus pada dua tantangan besar secara internal dan
eksternal sekaligus.

Pertama, tantangan internal, kajian tentang HMI saat ini
menunjukkan, bahwa dalam kehidupan sekarang dan mendatang, HMI
ditantang:
a. Masalah eksistensi dan keberadaan HMI, seperti menurunnya jumlah

mahasiswa baru masuk HMI, tidak terdapatnya HMI di berbagai

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 13

perguruan tinggi, institut, fakultas, akademi, program studi, sebagai
basis HMI.
b. Masalah relevansi pemikiran-pemikiran HMI, untuk melakukan perbaikan
dan perubahan yang mendasar terhadap berbagai masalah yang muncul
yang dihadapi bangsa Indonesia.
c. Masalah peran HMI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup tampil
dalam barisan terdepan sebagai avant grade, kader pelopor bangsa
dalam mengambil inisiatif untuk melakukan berbagai perubahan yang
sangat dibutuhkan masyarakat.
d. Masalah efektifitas HMI untuk memecahkan masalah yang dihadapi
bangsa, karena banyak organisasi yang sejenis maupun yang lain yang
dapat tampil lebih efektif dan dapat mengambil inisiatif terdepan untuk
memberi solusi terhadap problem yang dihadapi bangsa Indonesia.

Sebagai jawabannya, menuntut perpecahan yang bersifat teoritis dan
praktis, akan tetapi semuanya bersifat konseptual, integratif, inklusif. Sebab
pendekatan yang tidak konseptual, parsial dan ekslusif tidak akan melahirkan
jawaban yang efektif. Untuk itu dibutuhkan ide dan pemikiran dari anggota
aktifitas kader, dan pengurus HMI di seluruh jenjang organisasi.

Kedua, tantangan eksternal, berbagai tantangan eksternal juga
dihadapkan kepada HMI yang tidak skala besar dan rumitnya dari tantangan
internal, antara lain:
a. Tantangan menghadapi perubahan zaman yang jauh berbeda dari abad

ke-20 dan yang muncul pada abad ke-21 ini.
b. Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup dalam zaman dan

situasi yang berada dalam berbagai aspek kehidupan khususnya yang
dijalani generasi muda bangsa.
c. Tantangan untuk mempersiapkan kader-kader dan alumni HMI, yang
akan menggantikan alumni-alumni HMI yang saat ini menduduki
berbagai posisi strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Karena regenerasi atau pergantian pejabat-pejabat, suka
tidak suka, mau tidak mau pasti terus berlangsung.
d. Tantangan menghadapi bahaya abadi komunis.
e. Tantangan menghadapi golongan lain, yang mempunyai misi lain dari
umat Islam dan bangsa Indonesia.
f. Tantangan tentang adanya kerawanan aqidah.
g. Tantangan menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
terus berkembang tanpa henti.
h. Tantangan menghadapi perubahan dan pembaharuan di segala aspek
kehidupan manusia yang terus berlangsung sesuai dengan semangat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat kompetitif.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 14

i. Tantangan menghadapi masa depan yang belum dapat diketahui bentuk
dan coraknya.

j. Kondisi umat Islam di Indonesia yang dalam kondisi belum bersatu.
k. Kondisi dan keadaan Perguruan Tinggi serta dunia kemahasiswaan,

kepemudaan, yang penuh dengan berbagai persoalan dan problematika
yang sangat kompleks.

Pada fase tantangan II ini, nampaknya HMI semakin memudar dan
mundur yang telah berlangsung 25 tahun sejak tahun 1980-2005.HMI tidak
mampu bangkit secara signifikan, bahkan dalam dua periode terakhir PB HMI
mengalami perpecahan.Karena itu, menghadapi tantangan tersebut, HMI
dengan segenap aparatnya harus mampu menghadapinya dengan penuh
semangat dan militansi yang tinggi. Apakah HMI mampu menghadapi
tantangan itu, sangat ditentukan oleh pemegang kendali organisasi sejak
dari PB HMI, Pengurus Badko, Cabang, Korkom, Komisariat, Lembaga-
Lembaga Kekaryaan, serta segenap anggota HMI, maupun alumninya yang
tergabung dalam KAHMI sebagai penerus, pelanjut serta penyempurna
mission sacre HMI. Peralihan zaman, peralihan generasi, saat ini
menentukan bagi eksistensi HMI di masa mendatang.

11.Fase Kebangkitan Kembali (2006-sekarang)
Gelombang kritik terhadap HMI tentang kemundurannya, telah

menghasilkan dua umpan balik.Pertama, telah muncul kesadaran individual
dan kolektif di kalangan anggota, aktivis, kader, bahkan alumni HMI serta
pengurus sejak dari Komisariat sampai PB HMI, bahwa HMI sedang
mengalami kemunduran.Kedua, selanjutnya dari kesadaran itu muncul pula
kesadaran baru, baik secara individual dan kolektif di kalangan anggota,
aktivis, kader, alumni, dan pengurus bahwa dalam tubuh HMI mutlak
dilakukan perubahan dan pembaharuan, supaya dapat bangkit kembali
seperti masa jaya-jayanya dulu.

Sampai sejauh mana kebenaran dan bukti adanya indikator-indikator
kebangkitan kembali HMI, sejarahlah yang akan menentukan kelak. Kita
semua berharap dengan penuh optimistis sesuai dengan ajaran Islam supaya
manusia bersikap optimis, agar HMI dapat mengakhiri masa kemundurannya
dan memasuki masa kebangkitannya secara meyakinkan.

Di tangan generasi sekaranglah sebagai generasi penerus, pelanjut,
dan penyempurna perjuangan HMI. Yakin Usaha Sampai!

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 15

SEJARAH SINGKAT
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

CABANG CIPUTAT

Menghadirkan Cabang Ciputat dalam sejarah HMI tentu saja
sebenarnya merupakan sebuah kewajaran belaka, mengingat masing-masing
Cabang memiliki sejarah dan karakteristiknya yang tidak saja berbeda, unik,
namun tentu saja memiliki kekhasannya masing-masing. Kebutuhan
mengetahui Sejarah HMI Cabang Ciputat (Ke-Ciputat-an) jelas tidak
didasarkan atas sikap arogansi yang cenderung hanya membanggakan
kejayaan masa lalu.

Seperti diungkapkan Wahyuni Nafis, mengadirkan tulisan semacam ini
setidaknya didasari tiga gagasan.Pertama, kalau memang HMI Cabang
Ciputat dikatakan oleh sebagian alumni-alumninya pernah memiliki
kejayaan, dengan berbagai data dan fakta, maka mungkin saja hal
semacam ini bisa menjadi stimulus bagi para kader di hari ini. Kedua,
seandainya statemen ―HMI Cabang Ciputat pernah memiliki kejayaan‖
sementara diterima, maka kita bisa menelaah strategi dan perangkat apa
saja yang membuat para kader di masa itu berhasil. Ketiga, kita kembali
mempertanyakan, apakah benar para kader HMI di masa tertentu di Ciputat
pernah mengalami keberhasilan? Betulkah mereka berhasil menjadi seorang
intelektual, pemikir, pemimpin, dan lain sebagainya, didapatkan dari aktivitas
yang dilakukan di HMI?

Tiga persoalan itulah yang mendasari dihadirkannya tulisan ini. Dengan
kemungkinan besar, kesalahan interpretasi dan kekeliruan penilaian atas
realitas yang sebenarnya telah terjadi di masyarakat HMI Cabang Ciputat,
akan terjadi dalam tulisan ini. Karenanya, paling tidak tulisan ini menjadi
tawaran awal bagi para peminat yang ingin mengetahui keadaan HMI Cabang
Ciputat.

Satu hal perlu diperhatikan, bahwa HMI Cabang Ciputat saat ini masih
sangat dihormati di Cabang-cabang lain di seluruh Indonesia. Salah satu
faktor utamanya adalah Nilai- Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI yang sangat
identik dengan Cak Nur – sapaan akrab Nurcholish Madjid – yang notabene
merupakan kader Ciputat. Hal ini berdampak psikologis bagi kader-kader HMI
Cabang Ciputat sampai saat ini, terbukti ketika kader dari Ciputat mengikuti
Latihan Kader II (Intermediate Training) di luar Ciputat, sehingga kita
mungkin akan heran bahwa kader-kader HMI Cabang lain akan banyak
bertanya tentang Ciputat dengan wajah antusias dan kekaguman. Hal ini
karena track-record intelektual HMI Cabang Ciputat yang masih

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 16

terimajinasikan dengan baik melalui ketokohan dan banyaknya buku-buku
karya alumni- alumni Ciputat.

HMI Cabang Ciputat berdiri pada tahun 1960, bermula dari sebuah
komisariat, yang kemudian pada tahun berikutnya 1961, dijadikan sebuah
Cabang. Abu Bakar yang ditugasi menjadi Ketua Umum Komisariat pada
tahun itu, pada tahun berikutnya dipercaya juga sebagai Ketua Umum HMI
Cabang Ciputat.

Cabang Ciputat tampaknya agak ganjil, lain dari yang lain. Pasalnya,
Ciputat hanya merupakan sebuah wilayah tingkat kecamatan.Alasan para
pendahulu HMI Cabang Ciputat adalah bahwa cabang ini memiliki ciri khas
tersendiri, yang membedakannya dengan Cabang-Cabang lain (Cabang
Jakarta, misalnya).Karenanya, ciri khas keciputatan ini hendaknya tetap
dipertahankan bahkan urgen untuk terus dihidupkan dan dikembangkan.

Sejumlah tokoh yang ditugasi memimpin HMI Cabang Ciputat bisa kita
sebut mulai dari Abu Bakar (alm), Syarifuddin Harahap, Muhammad Ali Umar,
Nurcholish Madjid, Mustoha, A. Syatibi, A. Hafidz Dasuki, M.E. Sya‘roni, A.
Syarifuddin, Mursyid Ali, I.Z. Efwan Asfa, Irchami, Maman Hilman, M.
Bunyamin, Y. Surur, A. Zacky Siradj, Harry Zamharir, Kurniawan Zulkarnaen,
Pipip Ahmad Rifa‘I, Azyumardi Azra, Ahmad Sanusi, Dasrizal, Didin
Syafruddin, Endang Hamdan, Ruhyaman R.Z., Safrida Yusuf, Aries Budiono,
Novianto, Muhammad Wahyuni Nafis, J.M. Muslimin, Akbar Zainuddin,
Syukran Kamil, Dudu Abdush-Shomad, Muhtadi, Yudi Ali Akbar, Teuku Ikbal
Syah, Saifuddin Asrori, Asep Sopyan, Saiful Rijal Al-Fikri, Kuntum Khairu
Basya, Elban Faqih Esa, Hariyadi, M. Fathul Arif, Ramfalak Siregar, Asep
Sholahuddin, Dani Ramdhany, dan kini M. Zainuddin Asri.

HMI Cabang Ciputat kini memiliki 15 komisariat: Komisariat Fakultas
Tarbiyah (Komtar), Komisariat Fakultas Syariah (Komfaksy), Komisariat
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (Komfuf), Komisariat Fakultas Adab dan
Humaniora (Kofah), Komisariat Fakultas Dakwah (Komfakda),
Komisariat Ekonomi dan Ilmu Sosial (Kafeis), Komisariat Sains dan
Teknologi (Komfastek), Komisariat Fakultas Dirasat Islamiyah
(Komfakdisa), Komisariat Fakultas Psikologi (Kompsi), Komisariat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (Komfakdik), Komisariat Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Komfisip), yang berada di lingkungan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; Komisariat Cirendeu
(Komici) yang berbasis di Universitas Muhammadiyah Jakarta;
Komisariat Bintaro (Kotaro) yang berbasis di Sekolah Tinggi Administrasi
Negara (STAN); dan Komisariat Pamulang (Komipam) yang berbasis di
Universitas Pamulang; Komisariat Persiapan Fatmawati (Komperfat) yang
berbasis di Sekolah Tinggi Filsafat (STF).

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 17

HMI Cabang Ciputat dan Gerakan Intelektual
Sejak berdiri tahun 1960, HMI Cabang Ciputat telah melekat sebagai

Cabang yang memiliki ciri khas intelektual yang sangat kuat, hal ini antara
lain dapat dibuktikan dengan kiprah kader-kader Ciputat yang mewarnai –
untuk tidak menyebut mendominasi – wacana intelektual dan politik di
pentas Nasional bahkan Internasional.

Pada dasawarsa pertama (1960-1970), para kader HMI Cabang
Ciputat dikenal tidak saja sebagai aktivis yang aktif menjalankan acara
rutinitasnya, melainkan juga dikenal sebagai kader-kader yang memiliki
bobot, baik intelektual maupun politik. Yang sangat menonjol pada fase ini
adalah Nurcholish Madjid (yang akrab dipanggil Cak Nur). Mantan Ketua
Umum HMI Cabang Ciputat yang selanjutnya satu-satu dalam sejarah HMI
kader yang menjadi Ketua Umum PB HMI dua periode (1966-1969 dan 1969-
1971). Pada saat inilah selain melahirkan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP)
HMI dan sekaligus menggelindingkan gagasan “pembaharuan Islam” berawal
dari pidatonya yang berjudul “Keharusan Pembaharuan Pemikiran dalam
Islam dan Masalah Integrasi Umat”. Pemikiran Cak Nur, terlepas dari pro dan
kontra sangat akrab di kalangan kader HMI di Ciputat, bahkan dapat
dikatakan tumbuh subur dan menjadi menu wajib mahasiswa di Ciputat.

Periode 1970-1980, bisa dikatakan kalau fase ini merupakan generasi
kedua dari gerakan pembaharuan Islam yang digulirkan Cak Nur, generasi
ini menjadi pelanjut estafet tradisi intelektual di Ciputat. Nama-nama kader
Ciputat juga bermunculan dan menghiasi media-media cetak Nasional ketika
itu, Fahry Ali merupakan satu nama yang bisa disebutkan di antara kader-
kader yang mengawali ranah ini.

Periode 1980-1990 disemarakkan dengan sejumlah kader yang
meraih gelar kesarjanaan baik yang telah meraih gelar doktor maupun yang
sedang menjalani pendidikannya, juga yang telah profesor. Selain Prof. Dr.
Nurcholish Madjid, kita bisa sebut Prof. Dr. Atho Mudzhar, Prof. Dr.
Komaruddin Hidayat, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Abudin Nata, Dr.
Fachry Ali, Dr. Bachtiar Effendy, Dr. Mulyadhi Kartanagara, Hadimulyo,
Sudirman Tebba, Saiful Mujani, dan lain-lain.

Dari mereka meskipun keseluruhannya berasal dari IAIN, tetapi tidak
dengan sendirinya mereka hanya mampu menyuarakan bidang keislaman
saja. Mereka juga cukup berkompeten di bidang filsafat, sosiologi, politik,
dan budaya, bahkan ada juga di bidang manajemen.

Keberhasilan mereka ketika itu, sebagaimana diakui oleh Cak Nur
dalam salah satu pidatonya, adalah didapat dari berbagai aktivitas dan
interaksi dengan para kader HMI Cabang Ciputat. Di HMI inilah mereka

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 18

berkumpul dan berdiskusi dalam segala hal, saling mentrasformasikan hasil
bacaan dan pemahamannya yang didapat dari buku-buku dan informasi lain.

Ketepatan strategi pada kader dalam merubah iklim tradisi di Ciputat
juga cukup bisa dibanggakan. Misalnya pada periode 1980-an, ketika para
kader nyaris mengorientasikan aktivitasnya hanya dalam bidang politik (yang
sementara dan lokal), yang karenanya selalu dilanda konflik kecil-kecilan
tetapi berpengaruh besar, sebagian kecil kader HMI Cabang Ciputat mencari
alternatif melalui didirikannya berbagai kelompok studi. Pada masa ini,
tercatat kelompok studi semisal Prasasti, Dialektika, Formaci, Respondeo,
Flamboyan, FSHI, dan lain-lain yang tidak terdeteksi.

HMI Cabang Ciputat Kini dan Nanti: Sebuah Refleksi
Pada dekade 1990-2000, tampaknya orientasi politik kader-kader HMI

Ciputat semakin meninggi, sehingga nyaris menenggelamkan ciri khas
intelektualitasnya. Namun kenyataannya hingga kini yang menjadi
politisi kaliber Nasional hanya dapat dihitung dengan jari dan karir politik
mereka pun hanya terbatas sebagai anggota DPR dan DPD. Sampai beberapa
tahun terakhir Ciputat masih belum mampu menentukan orientasi
perkaderan.

Perkaderan HMI Cabang Ciputat yang sempat menginisiasi lahirnya
arus baru intelektual ―Mazhab Ciputat‖, bahkan telah melahirkan banyak
tokoh ―Intelektualisme Islam baru‖ pada era kekinian justru terkesan
kehilangan ―sengat- nya. Beralasan bila banyak para alumni atau malah kader
HMI sendiri, berpandangan bahwa HMI Cabang Ciputat dari tahun 2000-
sekarang mengalami decline, stagnasi, atau yang semacamnya. Intelektual
lemah, politik kalah. Pandangan ini secara umum tidak lepas dari
perbandingan dengan masa- masa sebelumnya. Perjuangan HMI Cabang
Ciputat kini tidak lagi menampilkan sibgohnya yang dulu pernah berjaya.

Pencapaian karir kader Ciputat di tingkatan Badko dan PB HMI pun
terasa sepi. Di tingkatan PB HMI, setelah Cak Nur yang menjadi Ketua
Umum PB HMI 1966-1969 dan 1969-1970, kemudian Zacky Siradj 1981-183
belum ada kader Ciputat yang menjadi Ketua Umum PB HMI. Ke depan,
keharusan HMI Cabang untuk dapat menyambut estafet Ketua Umum
ditataran Badko dan PB HMI, menuntut terformatnya sebuah gerakan yang
strategis dan solid antara HMI dan KAHMI Ciputat untuk menyukseskan misi
ini.

Berbagai permasalah lain, seperti belum terformatnya pola
perkaderan baku yang menjadi standar Ciputat, lemahnya pemahaman
dan pelaksanaan konstitusi dan pedoman perkaderan HMI, lemahnya
semangat mengikuti pendidikan formal di HMI seperti LK II, LK III, dan

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 19

SC di kalangan kader, momen RAK dan Konfercab yang terlalu kental dengan
orientasi politis, melemahnya ghirah intelektual dengan sepinya kajian dan
diskusi, menurunnya semangat akademik, ketakmampuaan kader
menciptakan lahan produktif dan kreatif pasca perkuliahan, matinya
kreatifitas, dan setumpuk pekerjaan rumah lainnya yang harus segera
diselesaikan HMI Cabang Ciputat.

Kebanggaan akan sejarah Ciputat yang nyaris saat ini menjadi mitos
jelas hanya mengkerdilkan perkaderan dan hanya akan melahirkan kader-
kader yang cuma bisa ―berkoar- koar menyembunyikan kepengecutannya di
bawah ―ketiak- sejarah yang ditorehkan kakak-kakaknya. Sejarah sudah
semestinya menjadi pemecut semangat untuk tampil sebagai kader-kader
yang tidak saja pantas mewarisi tetapi sekaligus mampu menjadi penerus
waris kejayaan itu.

Berlomba dengan perubahan yang semakin cepat, berbagai
persoalan, tantangan dan prospek masa depan harus segera dijawab dalam
sebuah konsepsi, teoritis-praktis dan strategis. Sudah saatnya seluruh elemen
HMI Cabang Ciputat untuk tidak saja dengan sombong berkoar-koar
melemparkan kritik tanpa menawarkan solusi konstruktif bagi perubahan,
penyegaran, dan kebangkitan kembali kejayaan HMI Cabang Ciputat di masa
mendatang.

Sebagai anak kandung Ciputat, kader, aktivitis, dan pengurus HMI
Cabang Ciputat, bertanggungjawab dan menjadi penentu ―sejarah masa
depan- himpunan ini.

Billahitaufiq wal Hidayah.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 20

BAB II
KONSTITUSI HMI

RUANG LINGKUP KONSTITUSI HMI
A. Makna HMI Sebagai Organisasi Bernafaskan Islam

HMI adalah Organisasi yang menghimpun mahasiswa yang
beragama Islam dimana secara individu atau organisatoris memiliki ciri-
ciri keIslaman, dan menjadikan Al- Quran dan Sunnah sebagai sumber
norma, sumber nilai, sumber inspirasi, dan sumber aspirasi di dalam setiap
aktivitas dan dinamika Organisasi.

B. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI
AD dan ART HMI merupakan konstitusi HMI, isinya memuat aturan-

aturan pokok organisasi yang bersifat fundamental. Secara khusus masalah-
masalah yang memerlukan penjelasan lebih lanjut diurai dalam beberapa
naskah, yaitu penjelasan dan pedoman-pedoman organisasi lainnya.

C. Struktur Organisasi
Struktur organisasi HMI terbagi menjadi dua (2) yaitu struktur

kekuasaan dan struktur pimpinan.
1. Struktur Kekuasaan
Secara hirarki terdiri dari:
a. Kongres
b. Konferensi Cabang (Konfercab)
c. Rapat Anggota Komisariat (RAK)

2. Struktur Kepemimpinan
Secara hirarki terdiri dari:
a. Pengurus Besar (PB) HMI
b. Pengurus Badan Koordinasi
c. Pengurus Cabang HMI
d. Pengurus Koordinator Komisariat
e. Pengurus Komisariat HMI

D. Pedoman-pedoman Dasar Organisasi
1. Pedoman Perkaderan
Pedoman perkaderan adalah aturan yang khusus membahas tentang

sistem perkaderan yang dilakukan di HMI.Sistem inilah yang dilaksanakan

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 21

secara masif, seragam, standar, dan menyeluruh oleh seluruh komponen
HMI.

Hal-hal yang menjadi pokok dalam sistem perkaderan HMI adalah:
a. Tujuan Perkaderan; Terciptanya kader Muslim-Intelektual-Profesional

yang berakhlakul karimah serta mampu mengemban amanah Allah
sebagai khalifah fil ardh dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
b. Aspek Perkaderan; Pembentukan integritas watak dan kepribadian,
Pengembangan kualitas intelektual, Pengembangan kemampuan
professional.
c. Landasan Perkaderan; Landasan Teologis, Landasan Ideologis, Landasan
Konstitusi, Landasan Historis, dan Landasan Sosio-Kultural.
d. Pola Dasar Perkaderan; Rekrutmen, pembentukan kader, pengabdian.

2. Pedoman KOHATI
KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-Wati. KOHATI merupakan

badan khusus HMI yang bertugas untuk membina, mengembangkan dan
meningkatkan potensi HMI- Wati dalam wacana dan dinamika gerakan
keperempuanan.

KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H yang
bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 pada Kongres VIII HMI di
Solo, KOHATI berkedudukan dimana HMI berada.

KOHATI bertujuan ―Terbinanya muslimah yang berkualitas insan
cita‖. KOHATI merupakan organisasi yang bersifat semi otonom. KOHATI
memiliki fungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi
kader HMI dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. Dalam
internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang keperempuanan, dan di
eksternal HMI, KOHATI berfungsi sebagai organisasi perempuan. KOHATI
berperan sebagai pencetak dan pembinan muslimah sejati untuk
menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai keislaman dan
keindonesiaan. Yang dapat menjadi anggota KOHATI adalah HMI-Wati yang
telah lulus Latihan Kader I HMI.

3. Pedoman Lembaga Kekaryaan
Yang dimaksud dengan Lembaga Pengembangan Profesi adalah

badan-badankhusus HMI (di luar KOHATI dan BPL) yang bertugas
melaksanakan kewajiban-kewajiban HMI sesuai dengan fungsi dan
bidangnya (ladang garapan) masing-masing, latihan kerja berupa dharma
bhakti kemasyarakatan dalam proses pembangunan bangsa dan negara.

Terbentuknya Lembaga Pengembangan Profesi sebagai satu dari
institusi HMI terjadi pada kongres ke-7 HMI di Jakarta (1963) dengan

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 22

diputuskannya mendirikan beberapa lembaga khusus (lembaga kekaryaan,
sekarang lembaga pengembangan profesi dengan pengurus pusatnya
ditentukan berdasarkan kuota yang mempunyai potensi terbesar pada jenis
aktifitas lembaga kekaryaan yang bersangkutan di antaranya:
a. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI), dipusatkan di Surabaya;
b. Lembaga Da‘wah mahasiswa Islam (LDMI), dipusatkan di Bandung;
c. Lembaga Pembangunan Mahasiswa Islam (LPMI), dipusatkan di

Makassar;
d. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSBMI), dipusatkan di

Yogyakarta.

Dan kondisi politik tahun 60-an berorientasi massa, lembaga
kekaryaan pun semakin menarik sebagai suatu faktor bagi berkembang
pesatnya lembaga kekaryaan ditunjukkan dari:
a. Adanya hasil penelitian yang menginginkan dipertegasnya status

lembaga kekaryaan, struktur organisasi dan wewenang lembaga
kekaryaan
b. Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh terhadap
organisasi induk HMI.

Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan
Lembaga Tekhnik Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Pertanian Mahasiswa
Islam (LPMI), Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI).

Akhirnya dengan latar belakang di atas melalui kongres VIII HMI di
Solo melahirkan keputusan Kongres dengan memberikan status otonom
penuh kepada lembaga kekaryaan dengan memberikan hak yang lebih
kepada lembaga kekaryaan tersebut, antara lain:
a. Punya struktur organisasi yang bersifat nasional dari tingkat pusat

sampai rayon
b. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga (PD/PRT)

sendiri
c. Bentuk megadakan musyawarah lembaga termasuk memilih

pimpinan lembaga

Adanya lembaga kekaryaan dimaksudkan untuk mempertajam alat
pencapai tujuan HMI, sehingga dalam proses dapat terbentuk arah yang
jelas, agar pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan Lembaga
Kekaryaan benar dapat terkoordinasikan.

Adapun fungsi dari lembaga kekaryaan adalah melaksanakan
peningkatan wawasan profesionalisme anggota, sesuai dengan bidang

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 23

masing-masing, (Pasal 59 ART HMI) dan lembaga kekeryaan bertanggung
jawab kepada pengurus HMI setempat, (Pasal 60 ayat d ART HMI)
Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan HMI untuk meningkatkan
keahlian para anggota melalui pendidikan, penelitian dan latihan kerja praktis
serta darma bakti kemasyarakatan (pasal 60 ayat b ART HMI).

Pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan yang bersifat
umum, aturan secara khusus dijelaskan dalam pedoman-pedoman lainnya.
Pedoman lain berfungsi sebagai penjelasan teknis hal-hal yang dibahas
dalam konstitusi, sehingga tidak boleh bertentangan dengan konstitusi.
Secara hirarki hukum konstitusi merupakan aturan tertinggi.

4. Pedoman Atribut HMI
Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambang dan berbagai

macam penerapannya.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 24

ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

MUKADDIMAH

Sesungguhnya Allah Subhanahu wata‘ala telah mewahyukan Islam
sebagai ajaran yang haq lagi sempurna untuk mengatur umat manusia
berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi dengan
kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya.

Menurut iradat Allah Subhanahu wata‘ala kehidupan yang sesuai
dengan fitrah-Nya adalah panduan utuh antara aspek duniawi dan ukhrawi,
individu dan sosial serta iman, ilmu, dan amal dalam mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.

Berkat rahmat Allah Subhanahu wata‘ala Bangsa Indonesia telah
berhasil merebut kemerdekaan dari kaum penjajah, maka umat Islam
berkewajiban mengisi kemerdekaan itu dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia menuju masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
Subhanahu wata’ala.

Sebagai bagian dari umat Islam dunia, maka umat Islam Indonesia
memiliki kewajiban berperan aktif dalam menciptakan Ukhuwah Islamiyah
sesama umat Islam sedunia menuju masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah Subhanahu wata’ala.

Mahasiswa Islam sebagai generasi muda yang sadar akan hak dan
kewajibannya serta peran dan tanggung jawab kepada umat manusia, umat
muslim dan Bangsa Indonesia bertekad memberikan dharma bhaktinya untuk
mewujudkan nilai-nilai keislaman demi terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhoi Allah Subhanahu wata‘ala.

Meyakini bahwa tujuan itu dapat dicapai dengan taufiq dan hidayah
Allah Subhanahu wata‘ala serta usaha-usaha yang teratur, terencana dan
penuh kebijaksanaan, dengan nama Allah kami Mahasiswa Islam
menghimpun diri dalam satu organisasi yang digerakkan dengan pedoman
berbentuk anggaran dasar sebagai berikut:

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 25

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT

Pasal 1
Nama

Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI.

Pasal 2
Waktu dan Tempat kedudukan

HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan
dengan tanggal 5 Februari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan
berkedudukan di tempat Pengurus Besar.

BAB II
Azas

Pasal 3
HMI berazaskan Islam

BAB III
TUJUAN, USAHA DAN SIFAT

Pasal 4
Tujuan

Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah Subhanahu wata’ala.

Pasal 5
Usaha

1. Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah.
2. Membina pribadi muslim yang mandiri.
3. Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya.
4. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi

kemaslahatan masa depan umat manusia.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 26

5. Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dienul Islam dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

6. Memperkuat Ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam sedunia.
7. Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan

kepemudaan untuk menopang pembangunan nasional.
8. Ikut terlibat aktif dalam penyelesaian persoalan sosial kemasyarakatan

dan kebangsaan.
9. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan huruf (a) s.d. (e) dan

sesuai dengan azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk
mencapai tujuan organisasi.

Pasal 6
Sifat

HMI bersifat independen.

BAB IV
STATUS, FUNGSI DAN PERAN

Pasal 7
Status

HMI adalah organisasi mahasiswa.

Pasal 8
Fungsi

HMI berfungsi sebagai organisasi kader.

Pasal 9
Peran

HMI berperan sebagai organisasi perjuangan.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 27

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 10

1. Yang dapat menjadi anggota HMI adalah Mahasiswa Islam yang terdaftar
pada perguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh
Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar HMI.

2. Anggota HMI terdiri dari :
a. Anggota Muda.
b. Anggota Biasa.
c. Anggota Kehormatan.

3. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban.
4. Status keanggotaan, hak dan kewajiban anggota HMI diatur lebih lanjut

dalam ART HMI

BAB VI
KEDAULATAN

Pasal 11

Kedaulatan berada di tangan anggota biasa yang pelaksanaannya diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan penjabarannya.

BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 12
Kekuasaan

Kekuasaan dipegang oleh Kongres, Konferensi/Musyawarah Cabang dan
Rapat Anggota Komisariat.

Pasal 13
Kepemimpinan

1. Kepemimpinan organisasi dipegang oleh Pengurus Besar HMI, Pengurus
HMI Cabang dan Pengurus HMI Komisariat.

2. Untuk membantu tugas Pengurus Besar HMI dibentuk Badan Koordinasi.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 28

3. Untuk membantu tugas Pengurus HMI Cabang dapat dibentuk
Koordinator Komisariat.

Pasal 14
Majelis Pengawas dan Konsultasi

1. Dalam rangka pengawasan dan sebagai wadah konsultasi kepengurusan
HMI dibentuklah Majelis Pengawas dan Konsultasi Himpunan Mahasiswa
Islam yang disingkat dengan MPK HMI.

2. Pembentukan MPK HMI dilakukan disetiap tingkatan

Pasal 15
Badan–Badan Khusus

Dalam rangka memudahkan realisasi usaha mencapai tujuan HMI maka
dibentuk Korp-HMI-wati, Lembaga Pengembangan Profesi, Badan Pengelola
Latihan dan Badan Penelitian Pengembangan.

BAB VIII
KEUANGAN DAN HARTA BENDA

Pasal 16
Keuangan dan Harta Benda

1. Keuangan dan harta benda HMI dikelola dengan prinsip transparansi,
bertanggungjawab, efektif, efisien dan berkesinambungan.

2. Keuangan dan Harta benda HMI diperoleh dari uang pangkal anggota,
iuran dan sumbangan anggota, sumbangan alumni dan usaha-usaha lain
yang halal dan tidak bertentangan dengan sifat Independensi HMI.

BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN

Pasal 17

1. Perubahan Anggaran Dasar dan pembubaran organisasi hanya dapat
dilakukan oleh Kongres.

2. Harta benda HMI sesudah dibubarkan harus diserahkan kepada Yayasan
Amal Islam.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 29

BAB X
PENJABARAN ANGGARAN DASAR DAN PENGESAHAN

Pasal 18
Penjabaran Anggaran Dasar HMI

1. Penjabaran pasal 3 tentang azas organisasi dirumuskan dalam Memori
Penjelasan tentang Islam sebagai Azas HMI.

2. Penjabaran pasal 4 tentang tujuan organisasi dirumuskan dalam Tafsir
Tujuan HMI.

3. Penjabaran pasal 5 tentang usaha organisasi dirumuskan dalam Program
Kerja Nasional.

4. Penjabaran pasal 6 tentang sifat organisasi dirumuskan dalam Tafsir
Independensi HMI.

5. Penjabaran pasal 8 tentang fungsi organisasi dirumuskan dalam Pedoman
Perkaderan HMI.

6. Penjabaran pasal 9 tentang peran organisasi dirumuskan dalam Nilai
Dasar Perjuangan HMI.

7. Penjabaran Anggaran Dasar tentang hal-hal di luar ayat 1 hingga 6 di atas
dirumuskan dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 19
Aturan Tambahan

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Penjabaran Anggaran
Dasar dimuat dalam Peraturan-Peraturan/Ketentuan-ketentuan tersendiri
yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Penjabaran Anggaran
Dasar HMI.

Pasal 20
Pengesahan

Pengesahan Anggaran Dasar HMI ditetapkan pada Kongres III di Jakarta,
tanggal 4 September 1953, yang diperbaharui pada :

Kongres IV di Bandung, tanggal 4 Oktober 1955,
Kongres V di Medan, tanggal 31 Desember 1957,
Kongres VI di Makassar, tanggal 20 Juli 1960,
Kongres VII di Jakarta, tanggal 14 September 1963,

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 30

Kongres VIII di Solo, tanggal 17 September 1966,
Kongres IX di Malang, tanggal 10 Mei 1969,
Kongres X di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971,
Kongres XI di Bogor, tanggal 12 Mei 1974,
Kongres XII di Semarang, tanggal 15 Oktober 1976,
Kongres XIII di Ujung Pandang, tanggal 12 Februari 1979,
Kongres XIV di Bandung, tanggal 30 April 1981,
Kongres XV di Medan, tanggal 25 Mei 1983,
Kongres XVI di Padang, tanggal 31 Maret 1986,
Kongres XVII di Lhokseumawe, tanggal 6 Juli 1988,
Kongres XVIII di Jakarta, tanggal 24 September 1990,
Kongres XIX di Pekanbaru, tangal 9 Desember 1992,
Kongres XX di Surabaya, tanggal 29 Januari 1995,
Kongres XXI di Yogyakarta, tanggal 26 Agustus 1997,
Kongres XXII di Jambi, tanggal 3 Desember 1999,
Kongres XXIII di Balikpapan, tanggal 30 April 2002,
Kongres XXIV di Jakarta, tanggal 23 Oktober 2003,
Kongres XXV di Makassar, tanggal 20 Februari 2006.
Kongres XXVI di Palembang, tanggal 28 Juli 2008.
Kongres XXVII di Depok, tanggal 5 November 2010.
Kongres XXVIII di Jakarta Timur, Depok, Jakarta Selatan, tanggal 15 Maret-
15 April 2013
Kongres XXIX di Pekanbaru, tanggal 22 November – 5 Desember 2015

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 31

ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

BAB I
KEANGGOTAAN

BAGIAN I
ANGGOTA

Pasal 1
Anggota Muda

Anggota Muda adalah Mahasiswa Islam yang menuntut ilmu di perguruan
tinggi dan/atau yang sederajat yang telah mengikuti Masa Perkenalan Calon
Anggota (Maperca) dan ditetapkan oleh Pengurus Cabang.

Pasal 2
Anggota Biasa

Anggota Biasa adalah Anggota Muda atau Mahasiswa Islam yang telah
dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader I (Basic Training).

Pasal 3
Anggota Kehormatan

1. Adalah orang yang berjasa kepada HMI.
2. Mekanisme penetapan Anggota Kehormatan diatur dalam ketentuan

tersendiri.

BAGIAN II
SYARAT–SYARAT KEANGGOTAAN

Pasal 4

1. Setiap Mahasiswa Islam yang ingin menjadi anggota harus mengajukan
permohonan serta menyatakan secara tertulis kesediaan mengikuti
Anggaran dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan /peraturan
organisasi lainnya:

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 32

2. Apabila telah memenuhi syarat pada ayat (1) dan yang bersangkutan
telah dinyatakan lulus mengikuti Maperca, maka dinyatakan sebagai
Anggota Muda.

3. Mahasiswa Islam yang telah memenuhi syarat (1) dan/atau Anggota
Muda HMI dapat mengikuti Latihan Kader I dan setelah lulus dinyatakan
Anggota Biasa HMI.

BAGIAN III
MASA KEANGGOTAAN

Pasal 5
Masa Keanggotaan

1. Masa keanggotaan Anggota Muda berakhir 6 (enam) bulan sejak
Maperca.

2. Masa keanggotaan Anggota Biasa adalah sejak dinyatakan lulus LK I
(Basic Training) hingga 2 (dua) tahun setelah berakhirnya masa studi S0
dan S1, dan hingga 1 tahun untuk S2 dan S3.

3. Anggota Biasa yang habis masa keanggotaannya saat menjadi pengurus
diperpanjang masa keanggotaannya sampai selesai masa
kepengurusannya (dinyatakan demisioner), setelah itu dinyatakan habis
masa keanggotaannya dan tidak dapat menjadi pengurus lagi.

4. Anggota Biasa yang melanjutkan studi ke strata perguruan tinggi yang
lebih tinggi atau sama lebih dari dua tahun sejak lulus dari studi
sebelumnya dan tidak sedang diperpanjang masa keanggotaan karena
menjadi pengurus (sebagaimana dimaksud ayat 3) maka masa
keanggotaan tidak diperpanjang lagi (berakhir).

5. Masa keanggotaan berakhir apabila:
a. Telah berakhir masa keanggotaannya.
b. Meninggal dunia.
c. Mengundurkan diri.
d. Menjadi anggota Partai Politik.
e. Diberhentikan atau dipecat.
f. Tidak Terdaftar lagi di perguruan tinggi sesuai dengan poin a sampai
dengan d.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 33

BAGIAN IV
HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 6
Hak Anggota

1. Anggota muda mempunyai hak bicara dan hak partisipasi.
2. Anggota Biasa memiliki hak bicara, hak suara, hak partisipasi dan hak

untuk dipilih.
3. Anggota Kehormatan memiliki hak mengajukan saran/usul dan

pertanyaan kepada pengurus secara lisan dan tulisan.

Pasal 7
Kewajiban Anggota

1. Setiap anggota berkewajiban menjaga nama baik HMI.
2. Setiap anggota berkewajiban menjalankan Misi Organisasi.
3. Setiap anggota berkewajiban menjunjung tinggi etika, sopan santun dan

moralitas dalam berperilaku dan menjalankan aktifitas organisasi.
4. Setiap anggota berkewajiban tunduk dan patuh kepada AD dan ART serta

berpartisipasi dalam setiap kegiatan HMI yang sesuai dengan AD dan
ART.
5. Setiap anggota biasa berkewajiban membayar uang pangkal dan iuran
anggota.
6. Setiap anggota berkewajiban menghormati simbol-simbol organisasi.

BAGIAN V
MUTASI ANGGOTA

Pasal 8

1. Mutasi anggota adalah perpindahan status keanggotaan dari satu cabang
ke cabang lain.

2. Dalam keadaan tertentu, seorang anggota HMI dapat memindahkan
status keanggotaannya dari satu cabang ke cabang lain atas persetujuan
cabang asalnya.

3. Untuk memperoleh persetujuan dari cabang asal, maka seorang anggota
harus mengajukan permohonan secara tertulis untuk selanjutnya
diberikan surat keterangan.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 34

4. Mutasi anggota hanya dapat dilakukan jika yang bersangkutan pindah
studi dan/pindah domisili.

5. Apabila seorang anggota HMI studi di 2 (dua) perguruan tinggi yang
berbeda wilayah kerja cabang, maka ia harus memilih salah satu cabang.

BAGIAN VI
RANGKAP ANGGOTA DAN RANGKAP JABATAN

Pasal 9

1. Dalam keadaan tertentu anggota HMI dapat merangkap menjadi anggota
organisasi lain atas persetujuan Pengurus Cabang.

2. Pengurus HMI tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan pada
organisasi lain sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Ketentuan tentang jabatan seperti dimaksud pada ayat (2) di atas diatur
dalam ketentuan tersendiri.

4. Anggota HMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi lain di luar
HMI, harus menyesuaikan tindakannya dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan organisasi lainnya.

BAGIAN VII
SANKSI ANGGOTA

Pasal 10
Sanksi Anggota

1. Sanksi adalah bentuk hukuman sebagai bagian proses pembinaan yang
diberikan organisasi kepada anggota yang melalaikan tugas, melanggar
ketentuan organisasi, merugikan atau mencemarkan nama baik
organisasi, dan/atau melakukan tindakan kriminal dan tindakan melawan
hukum lainnya.

2. Sanksi dapat berupa teguran, peringatan, skorsing, pemecatan atau
bentuk lain yang ditentukan oleh pengurus dan diatur dalam ketentuan
tersendiri.

3. Anggota yang dikenakan sanksi dapat mengajukan pembelaan di forum
yang ditunjuk untuk itu.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 35

BAB II
STRUKTUR ORGANISASI

A. STRUKTUR KEKUASAAN
BAGIAN I
KONGRES

Pasal 11
Status

1. Kongres merupakan musyawarah utusan cabang-cabang.
2. Kongres memegang kekuasaan tertinggi organisasi.
3. Kongres diadakan 2 (dua) tahun sekali.
4. Dalam keadaan luar biasa, Kongres dapat diadakan menyimpang dari

ketentuan pasal 11 ayat (3).
5. Dalam keadaan luar bisa Kongres dapat diselenggarakan atas inisiatif

satu cabang dengan persetujuan sekurang-kurangnya melebihi separuh
dari jumlah cabang penuh.

Pasal 12
Kekuasaan / Wewenang

1. Meminta laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar.
2. Menetapkan AD/ART, Pedoman-Pedoman Pokok dan Pedoman Kerja

Nasional.
3. Memilih Pengurus Besar dengan jalan memilih Ketua Umum yang

sekaligus merangkap sebagai Formateur dan dua Mide Formateur.
4. Memilih dan Menetapkan Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi

Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (MPK PB HMI)
5. Menetapkan calon-calon tempat penyelenggaraan Kongres berikutnya.
6. Menetapkan dan mengesahkan pembentukan dan pembubaran Badan

Koordinasi (Badko).

Pasal 13
Tata Tertib

1. Penanggung jawab kongres adalah Pengurus Besar HMI
2. Peserta Kongres terdiri dari Pengurus Besar (PB), Utusan/Peninjau

Pengurus Cabang, Kohati PB HMI, Bakornas Lembaga Pengembangan
Profesi, Badan Pengelola Latihan (BPL) PB HMI, Badan Penelitian

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 36

Pengembangan PB HMI, Badko, Anggota MPK PB HMI dan Undangan

Pengurus Besar HMI.

3. Cabang penuh adalah peserta utusan

4. PB HMI, Kohati PB HMI, Bakornas Lembaga Pengembangan Profesi,

Badan Pengelola Latihan PB HMI, Badan Penelitian Pengembangan PB

HMI, Badko, Anggota MPK PB HMI dan Undangan Pengurus Besar

merupakan peserta peninjau.

5. Peserta Utusan (Cabang Penuh) mempunyai hak suara dan hak bicara,

sedangkan peninjau mempunyai hak bicara.

6. Banyaknya utusan cabang dalam Kongres dari jumlah Anggota Biasa

Cabang penuh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Sn = a.px-1

Dimana:

X adalah bilangan asli {1,2,3,4,…..}

Sn = Jumlah Anggota Biasa

a = 300 (Seratus Lima Puluh)

p = Pembanding = 4 (empat)

x = Jumlah utusan

Jumlah anggota Jumlah Utusan

300 s/d 1.200 :1

1.201 s/d 4.800 :2

4.801 s/d 19.200 :3

19.201 s/d 76.800 :4

Dan seterusnya……………..

7. Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus Besar.
8. Pimpinan Sidang Kongres dipilih dari peserta (utusan/peninjau) oleh

peserta utusan dan berbentuk presidium.
9. Kongres baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari

separuh jumlah peserta utusan (Cabang Penuh).
10. Apabila ayat (9) tidak terpenuhi maka Kongres diundur selama 2 x 24

jam dan setelah itu dinyatakan sah.
11. Setelah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan dibahas

oleh Kongres maka PB HMI dinyatakan Demisioner.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 37

BAGIAN II
KONFERENSI CABANG/MUSYAWARAH ANGGOTA CABANG

Pasal 14
Status

1. Konferensi Cabang (Konfercab) merupakan musyawarah utusan
komisariat.

2. Konfercab/Muscab merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di
tingkat Cabang.

3. Cabang penuh yang memiliki 3 (tiga) komisariat penuh atau lebih,
menyelenggarakan konferensi cabang.

4. Bagi Cabang penuh yang memiliki kurang dari 3 (tiga) komisariat penuh
dan cabang persiapan menyelenggarakan Musyawarah Anggota Cabang
(Muscab)

5. Konfercab/Muscab diselenggarakan satu kali dalam setahun.

Pasal 15
Kekuasaan dan Wewenang

1. Meminta Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Pengurus Cabang.
2. Menetapkan Pedoman Kerja Pengurus Cabang.
3. Memilih Pengurus Cabang dengan jalan memilih Ketua Umum yang

merangkap sebagai Formateur dan dua Mide Formateur.

Pasal 16
Tata Tertib Konferensi Cabang/Musyawarah Anggota Cabang

1. Penanggungjawab Konferensi/Musyawarah Anggota Cabang adalah
pengurus cabang

2. Konferensi Cabang dihadiri oleh utusan/peninjau komisariat, pengurus
kohati cabang, BPL Cabang, LPP Cabang, Balitbang Cabang, Korkom dan
undangan pengurus cabang

3. Peserta utusan konferensi cabang adalah utusan komisariat penuh,
sedangkan peserta peninjau terdiri dari komisariat persiapan, kohati
cabang, BPL, Cabang, LPP Cabang, Balitbang Cabang, Korkom, dan
undangan pengurus cabang.

4. Peserta Musyawarah Anggota Cabang terdiri dari anggota biasa,
pengurus kohati cabang, BPL Cabang, LPP Cabang, Balitbang Cabang
dan undangan pengurus cabang.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 38

5. Peserta utusan (komisariat penuh/anggota biasa) mempunyai hak suara

dan hak bicara sedangkan peserta peninjau mempunyai hak bicara.

6. Banyaknya utusan Komisariat dalam Konfercab ditentukan dari jumlah

Anggota Biasa dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Sn = a.px-1

Di mana :

x adalah bilangan asli (1,2,3,4,……)

Sn = Jumlah Anggota Biasa

a = 150 (seratus lima puluh)

p = Pembanding = 3 (tiga)

x = Jumlah Utusan

Jumlah Anggota Jumlah Utusan

50 s/d 149 :1

150 s/d 449 :2

450 s/d 1.349 :3

1.350 s/d 4.049 :4

4.050 s/d 12.149 :5

12.150 s/d 36.449 :6

Dan seterusnya ………………….

7. Pimpinan sidang Konfercab/Muscab dipilih dari peserta utusan/peninjau
oleh peserta utusan dan berbentuk presidium

8. Konfercab/Muscab baru dapat dinyatakan sah apabila di hadiri lebih dari
separuh (50 % + 1) jumlah peserta utusan Komisariat/Komisariat penuh

9. Apabila ayat (g) tidak terpenuhi, maka Konfercab/Muscab diundur 1 X 24
jam setelah itu dinyatakan sah.

10. Setelah menyampaikan Laporan pertanggungjawaban (LPJ) dan dibahas
oleh konfercab/muscab maka pengurus cabang dinyatakan demisioner.

BAGIAN III
RAPAT ANGGOTA KOMISARIAT

Pasal 17
Status

1. Rapat Anggota Komisariat (RAK) merupakan musyawarah Anggota Biasa
Komisariat.

2. RAK dilaksanakan satu kali dalam satu tahun.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 39

Pasal 18
Kekuasaan/Wewenang

1. Meminta Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Pengurus
Komisariat.

2. Menetapkan Pedoman Kerja Pengurus Komisariat.
3. Memilih Pengurus Komisariat dengan jalan memilih Ketua Umum yang

merangkap sebagai Formateur dan dua Mide Formateur.

Pasal 19
Tata Tertib Rapat Anggota Komisariat

1. Penanggungjawab RAK adalah pengurus komisariat
2. Peserta RAK terdiri dari Pengurus Komisariat, Anggota biasa Komisariat,

Pengurus Kohati Komisariat, Anggota Muda, Anggota MPK PK dan
undangan Pengurus Komisariat.
3. Peserta penuh RAK terdiri dari anggota biasa, sedangkan peserta
peninjau terdiri dari anggota muda dan undangan pengurus komisariat.
4. Peserta penuh mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peserta
peninjau mempunyai hak bicara.
5. Pimpinan sidang RAK dipilih dari peserta utusan/peninjau oleh peserta
utusan dan berbentuk presidium.
6. RAK baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri lebih dari separuh jumlah
(50% + 1) Anggota Biasa
7. Apabila ayat (6) tidak terpenuhi, maka RAK diundur 1 X 24 jam setelah
itu dinyatakan sah.
8. Setelah menyampaikan Laporan pertanggungjawaban (LPJ) dan dibahas
oleh RAK maka pengurus Komisariat dinyatakan demisioner.

B. STRUKTUR PIMPINAN

BAGIAN IV
PENGURUS BESAR

Pasal 20
Status

1. Pengurus Besar (PB) adalah Badan/Instansi kepemimpinan tertinggi
organisasi.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 40

2. Masa jabatan PB adalah dua tahun terhitung sejak pelantikan/serah
terima jabatan dari PB demisioner.

Pasal 21
Personalia Pengurus Besar

1. Formasi Pengurus Besar sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Jenderal, dan Bendahara Umum.

2. Formasi Pengurus Besar harus mempertimbangkan efektifitas dan
efisiensi kinerja kepengurusan serta mempertimbangkan keterwakilan
wilayah.

3. Yang dapat menjadi personalia Pengurus Besar adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader III
e. Pernah menjadi pengurus Komisariat, pengurus Cabang dan/atau
Badko
f. Tidak menjadi personalia Pengurus Besar untuk periode ketiga
kalinya kecuali jabatan Ketua Umum

4. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formateur Pengurus Besar adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader III
e. Pernah menjadi pengurus Komisariat, pengurus Cabang, Pengurus
Badko, Pengurus Besar HMI dan/atau Badan Khusus lainnya.
f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang
menjadi pengurus
g. Sehat secara jasmani maupun rohani
h. Ketika mencalonkan diri, mendapat rekomendasi tertulis dari
Cabang.

5. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah kongres, personalia
Pengurus Besar harus sudah dibentuk dan Pengurus Besar Demisioner
sudah mengadakan serah terima jabatan.

6. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam ayat (5),
formateur tidak dapat menyusun komposisi kepengurusan karena
meninggal dunia atau berhalangan tetap lainnya, maka formateur
dialihkan kepada mide formateur yang mendapat suara terbanyak.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 41

5 materi wajib HMI apa saja?

Latihan Kader I berfokus pada penanaman nilai ke-HMI an melalui 5 materi wajib yaitu materi Sejarah, Kontitusi, Nilai - nilai Dasar Perjuangan, Mission HMI, Kepemimpinan Manajemen Organisasi, serta materi penunjang lainnya.

Apa itu Basic Training HMI?

Basic Training HMI (Himpunan Mahasiswa Islam ) merupakan model pendidikan pelatihan umum, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi kreatifitas mahasiswa agar memiliki kesadaran berproses menjadi seorang muslim yang kaffah dan mempertegas jati diri sebagai mahasiswa.

Apa yg anda tau tentang HMI?

Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI merupakan suatu organisasi yang bernafaskan Islam dan bersifat independen atau bebas dan merdeka tidak tergantung dan memihak dengan kelompok atau golongan tertentu.

Mengapa ada HMI?

Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI yang bertujuan: Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.