Pada bayi, selang biasa dipasang melalui mulut atau dikenal dengan istilah Orogastric Tube (OGT). Selang yang digunakan sama, hanya ukuran dan cara pemasangannya yang berbeda. Hal ini dikarenakan ukuran saluran nafas pada bayi berbeda dengan dewasa. Penentuan ukuran selang NGT berdasarkan pada usia dan ukuran tubuh seseorang. Pada dewasa biasa menggunakan NGT ukuran Fr 16-18, pada anak ukuran Fr 8-10, sedangkan pada bayi ukuran Fr 3,5-6.
Terdapat bebarapa jenis selang NGT yang biasa digunakan berdasarkan bahan pembuatnya antara lain NGT berbahan Polyvinyl Chloride (PVC), Polyurethane (PUR), dan Silikon. Jangka waktu pemasangan selang NGT hanya selama 7 hari, setelah itu selang harus diganti. Selang NGT berbahan silikon lebih lentur dan memiliki kelebihan dapat digunakan lebih lama rata-rata hingga1-3 bulan pemasangan.
Pada kasus tertentu, beberapa pasien pulang dari rumah sakit dengan membawa selang NGT. Khususnya pada seseorang yang masih membutuhkan bantuan ekstra dalam pemberian makanan atau dalam mencukupi kebutuhan kalori harian, misal pada orang dengan gizi buruk yang memerlukan asupan kalori dalam jumlah tertentu, orang dengan gangguan atau ketidakmampuan makan lewat mulut dan lain sebagainya.
Berikut adalah beberapa hal penting yang harus diketahui mengenai perawatan selang NGT selama di rumah :
- Apabila usia anak-anak, jaga supaya tidak menarik selang NGT. Pastikan posisi selang tidak bergeser
- Selalu cuci tangan sebelum menyiapkan makanan, memberikan makanan atau obat-obatan. Setelah pemberian makanan, cuci spuit sampai bersih
- Saat pemberian makanan melalui selang NGT, posisikan kepala lebih tinggi
- Sebelum memasukkan makanan, lakukan pengecekan sisa makanan dengan cara menarik spuit.
- Bilas selang NGT dengan air dengan metode gravitasi setiap setelah pemberian makanan atau obat untuk menjaga agar selang tidak tersumbat. Jika air tidak mengalir, coba pasang pluger ke spuit dan dorong perlahan. Lalu tutup dengan rapat kembali selang NGT
- Ganti perekat pada sisi wajah jika terlihat kotor atau terkelupas. Monitor adanya kemerahan atau luka pada sekitar wajah yang tertempel perekat.
- Segera hubungi petugas kesehatan bila mendapati masalah seperti berikut :
- Selang masih tersumbat meskipun sudah dibilas dengan air
- Selang tercabut atau terlepas
- Waktunya penggantian selang NGT (hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis)
- Sisa makanan pada selang nampak tidak seperti biasanya (misalnya berwarna gelap)
- Batuk, tersedak, atau muntah saat pemberian makanan
- Perut nampak kembung atau keras saat ditekan
- Demam
- Tampak adanya darah pada sekitar selang, tinja atau dari sisa makanan pada selang NGT
Apabila masih merasa bingung dan mengalami kesulitan dalam melakukan perawatan selang NGT di rumah, jangan ragu untuk bertanya kepada petugas kesehatan.
Oldy Mutiara Dewi S.Kep., Ns
KFK Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Author Info
Humas Sardjito
Divisi Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Kateter urine adalah alat berupa tabung kecil yang fleksibel dan biasa digunakan paisen untuk membantu mengosongkan kandung kemih.
Pemasangan kateter urine dilakukan untuk pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri.
Jika kandung kemih tidak dikosongkan, urine dapat menumpuk dan menyebabkan tekanan pada ginjal.
Tekanan tersebut bisa menyebabkan gagal ginjal, yang bisa berbahaya dan mengakibatkan kerusakan permanen pada ginjal.
Kateter urine sebaiknya hanya dilakukan bila terdapat indikasi klinis yang spesifik dan memadai, karena dapat menimbulkan risiko infeksi.
Melansir Journal of Medical Engineering & Technology, kateter dapat menyebabkan tempat berkembang biaknya bakteri dan menyebabkan masalah kesehatan, seperti batu kandung kemih dan septikemia, kerusakan pada ginjal, kandung kemih dan uretra.
Untuk mengetahui penjelasan lebih lengkap tentang kateter urine dari fungsi hingga harganya, yuk kita simak.
Baca Juga: 11 Cara Mengobati Susah Buang Air Kecil Setelah Melahirkan, Patut Moms Coba!
Kondisi yang Membutuhkan Kateter Urine
Foto: kateter urine.jpg (medicalnewstoday.com)
Foto: medicalnewstoday.com
Seorang dokter mungkin merekomendasikan agar menggunakan kateter urine, jika Moms memiliki kondisi:
- Tidak dapat mengontrol kapan buang air kecil.
- Mengalami inkontinensia urine.
- Mengalami retensi urine.
Penyebab umum mengapa tidak bisa buang air kecil sendiri bisa, yaitu:
- Aliran urin tersumbat karena kandung kemih atau batu ginjal, pembekuan darah dalam urin, atau pembesaran kelenjar prostat yang parah.
- Operasi pada kelenjar prostat.
- Operasi di area genital, seperti perbaikan patah tulang pinggul atau histerektomi.
- Cedera pada saraf kandung kemih.
- Cedera saraf tulang belakang.
- Kondisi yang mengganggu fungsi mental, seperti demensia.
- Obat-obatan yang mengganggu kemampuan otot kandung kemih untuk menekan, yang menyebabkan urin tetap tersangkut di kandung kemih.
- Spina bifida, kelainan sejak lahir yang terjadi ketika tulang belakang dan sumsum tulang belakang tidak terbentuk secara tepat.
Baca Juga: Sering Menahan Buang Air Kecil? Hati-hati, 4 Penyakit Ini Risikonya!
Jenis dan Efek Samping Kateter Urine
Foto: tipe kateter.jpg (finneganmedicalsupply.com)
Foto: finneganmedicalsupply.com
Berdasarkan jenisnya, penggunaan kateter urine ada yang langsung dilepas setelah penggunaan, ada juga yang baru dilepas setelah beberapa jam, hari, dan bahkan dalam jangka waktu yang panjang.
Kateter urine juga memiliki ukuran, bahan, dan tipe yang berbeda. Namun fungsi kateter urine tetap sama, yaitu untuk mengosongkan saluran kandung kemih.
Ada 3 tipe kateter yang biasa digunakan, yaitu:
1. Indwelling Catheter
Jenis kateter urine ini adalah kateter yang berada di dalam tubuh untuk waktu yang lebih lama, dan ada dua jenis.
- Kateter yang menetap di uretra adalah kateter yang dimasukkan melalui uretra ke dalam kandung kemih.
- Kateter yang menetap di suprapubik dimasukkan melalui perut langsung ke dalam kandung kemih.
Kateter yang menetap dimasukkan oleh perawatan kesehatan atau dokter dan dibiarkan di dalam tubuh selama waktu yang diperlukan. Untuk penggunaan jangka panjang, sering diganti setiap atau setiap dua bulan.
Kateter urine ini memiliki balon kecil yang menggembung di ujungnya. Ini mencegah kateter meluncur keluar dari tubuh. Saat kateter perlu dilepas, balon akan dikempiskan dan dikeluarkan.
Penting untuk mengosongkan kantung drainase sebelum penuh. Umumnya waktu pengosongan kantung dilakukan setiap 2-4 jam.
Selain itu juga harus memasang kantung drainase yang bersih dan tidak terpakai 2 kali sehari dan memasang kantung yang lebih besar di malam hari.
Efek samping:
- Kejang Kandung Kemih
Kondisi ini sangat umum terjadi pada pemasangan indwelling catheter. Hal ini terjadi ketika kandung kemih mencoba mengeluarkan bagian balon dari kateter.
Seorang dokter mungkin meresepkan obat untuk mengurangi frekuensi dan intensitas kejang ini.
- Penyumbatan
Pasien yang menggunakan indwelling catheter mungkin melihat puing-puing di tabung kateter.
Meskipun normal, endapan mineral ini terkadang dapat menghalangi kateter dan mencegah drainase.
Penting bagi pasien untuk segera memberitahu perawat kesehatan jika kateter tersumbat, atau mengeluarkan gumpalan darah atau serpihan besar.
- Nyeri dan Ketidaknyamanan
Penggunaan jangka panjang dari kateter ini dapat menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan.
Penting untuk membicarakan hal ini dengan dokter, yang akan dapat memberikan atau memberi nasihat tentang pereda nyeri yang sesuai.
Baca Juga: ISK pada Ibu Hamil: Ini Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
2. Intermittent Catheters
Jenis kateter urine ini digunakan hanya sebentar saja, yaitu kateter akan dimasukkan bila Moms memerlukannya untuk mengosongkan kandung kemih.
Umumnya, teknik pemasangan kateter urine ini pasien akan diajari untuk melakukannya sendiri sehingga jenis ini dapat dilakukan oleh kebanyakan orang.
Bahkan anak-anak berusia 7-8 tahun, pasien yang menggunakan alat bantu, dan pasien yang memiliki fungsi tangan yang berkurang dapat mempraktekkannya sendiri.
Kateterisasi dipasang sama seperti saat pergi ke toilet, sekitar 4-6 kali sehari.
Efek Samping:
Kateter urine jenis ini biasanya sudah didesain untuk mengurangi ketidaknyamanan selama pemasangan.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah efek samping yang umum dari penggunaan intermittent catheters. Risiko pengembangan ISK meningkat dengan penggunaan kateter jangka panjang.
Kemungkinan efek samping lain dari penggunaan kateter urine jenis ini meliputi:
- Hematuria
Penyakit ini adalah adanya sel darah merah dalam urin, yang dapat menyebabkan urin tampak merah atau coklat.
Hematuria sering terjadi ketika pasien pertama kali mulai menggunakan kateter intermiten, tetapi hematuria persisten dapat mengindikasikan ISK.
- Batu Kandung Kemih
Ini umum terjadi pada orang yang menggunakan kateter intermiten dalam jangka panjang.
- Striktur Uretra
Ini adalah penyempitan uretra yang bisa terjadi akibat trauma berulang.
Orang yang memasukkan kateter intermitennya sendiri berulang kali selama berbulan-bulan memiliki risiko lebih tinggi mengalami striktur uretra.
3. Condom Catheters
Kateter urine jenis ini adalah kateter yang ditempatkan di luar tubuh.
Umumnya diperlukan untuk pria yang tidak memiliki masalah retensi urin tetapi memiliki disabilitas fungsional atau mental yang serius, seperti demensia.
Alat yang terlihat seperti kondom menutupi kepala penis. Sebuah tabung mengarah dari perangkat kondom ke kantung drainase.
Melansir Journal of Wound Ostomy & Continence Nursing, kateter jenis ini memang ada untuk wanita. Namun, condom catheters jarang sekali digunakan direkomendasikan untuk wanita karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, yaitu kerusakan pada kulit di sekitarnya dan mukosa vagina.
Kateter ini umumnya lebih nyaman dan memiliki risiko infeksi yang lebih rendah daripada indwelling catheter.
Condom catheters biasanya perlu diganti setiap hari, tetapi beberapa merek dirancang untuk penggunaan yang lebih lama. Hal ini dapat menyebabkan lebih sedikit iritasi kulit daripada kateter kondom yang memerlukan pengangkatan dan pengaplikasian ulang setiap hari.
Efek samping:
Kateter eksternal hanya untuk penggunaan jangka pendek. Penggunaan jangka panjang meningkatkan risiko:
- ISK
- Kerusakan pada penis akibat gesekan dengan alat mirip kondom
- Penyumbatan di uretra
Baca Juga: Mencegah Infeksi Saluran Kemih pada Balita, Simak Caranya di Sini
Proses Pemasangan Kateter Urine yang Aman
Foto: proses pemasangan kateter urine.jpg (pennmedicine.org)
Foto: pennmedicine.org
Pemasangan kateter urine adalah dengan memasukkan selang melalui saluran uretra menuju kandung kemih.
Proses pemasangan ini sebaiknya dilakukan oleh dokter atau perawat agar lebih aman.
Berikut adalah proses pemasangan kateter jenis intermittent catheter dan indwelling catheter:
- Dokter atau perawat akan membuka dan membersihkan peralatan kateter dan alat kelamin pasien sebelum dipasangkan.
- Proses sterilisasi pada alat kelamin dilakukan dengan gerakan melingkar hingga ke area sekitar alat kelamin.
- Selang kateter urine diberi cairan lubrikasi atau pelumas untuk memudahkan ketika dimasukkan ke dalam saluran uretra.
- Selanjutnya, selang kateter urine akan dimasukkan ke dalam saluran uretra.
- Selang akan dimasukkan hingga mencapai leher kandung kemih.
- Setelah selesai, pasien pun sudah bisa langsung buang air kecil menggunakan selang kateter urine.
- Kantung drainase urine biasanya akan diletakkan pada bagian bawah tempat tidur agar membantu aliran urine ke bawah.
Umumnya, proses pemasangan kateter suprapubic dilakukan dengan pemberian anestesi umum sehingga pasien tidak merasa kesakitan. Namun, jenis kateter ini perlu diganti setiap 6-8 minggu.
Baca Juga: Sering Buang Air Kecil di Malam Hari, Hati-Hati, Penyakit Nokturia Mengintai Kita
Harga Kateter Urine
Kateter urine dapat dibeli di apotek atau secara online. Umumnya, kateter yang dijual digunakan untuk jangka pendek.
Berikut ini harga kateter urine yang bisa Moms beli.
1. Nelaton Catheter Kateter Romsons GS 1004 Nel Cath 12 Fr Drainase Urine (Rp 10.000)
Foto: Nelaton Catheter Kateter .png
Nelaton Catheter Tabung fleksibel digunakan untuk drainase urine jangka pendek. Tidak seperti kateter foley, kateter Nelaton tidak memiliki balon.
Kateter Nelaton dapat dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui uretra atau mitrofanoff.
2. Foley Catheter 3 Way Rusch (Rp 62.000)
Foto: Foley Catheter 3 Way Rusch.png
Pemasangan kateter ini hanya 1 minggu sekali dan tidak perlu setiap hari. Pemasangannya pun mudah dilakukan karena bahannya lentur sehingga dapat mencegah iritasi pada lubang saluran kencing.
3. Fesco All Silicone Foley Catheter 2 Way FR 16 (Rp 108.000)
Foto: Foley Catheter 2 Way Rusch 16.png
Bahan kateter ini terbuat silikon yang lebih tahan lama dibandingkan bahan latex.
Selang terdiri dari 2 saluran, yaitu saluran untuk diisi air agar ujungnya bisa mengembang, sehingga menutup jalan keluar kandung kemih dan saluran kedua merupakan saluran utama untuk mengeluarkan air seni pasien dari kantung kemih ke urine bag.
Itu dia Moms penjelasan kateter urine. Jika Moms ingin menggunakannya, ada baiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk mengetahui tipe dan bahan yang sesuai dengan Moms.