Baterai 3000 mah tahan berapa lama main game

Anda dapat melakukan beberapa tindakan untuk memperpanjang masa pakai baterai perangkat dan daya baterai bertahan lebih lama.

Tips: Masa pakai baterai perangkat bergantung pada jenis perangkat yang Anda miliki. Dapatkan bantuan untuk perangkat tertentu di situs dukungan produsen.

Memilih setelan yang menggunakan lebih sedikit baterai

Bergantung pada perangkat, Anda dapat:

  • Membiarkan layar mati lebih cepat.
  • Mengurangi kecerahan layar.
  • Menyetel kecerahan agar berubah secara otomatis.
  • Menonaktifkan suara atau getaran keyboard.
  • Membatasi aplikasi dengan penggunaan baterai tinggi.
  • Mengaktifkan baterai adaptif atau pengoptimalan baterai.
  • Menghapus akun yang tidak digunakan.

Untuk mempelajari cara mengubah setelan ini, buka situs dukungan produsen perangkat.

Merawat baterai

Menggunakan adaptor daya yang disertakan dengan ponsel

Adaptor daya dan pengisi daya lain dapat mengisi daya dengan lambat atau tidak mengisi daya sama sekali. Keduanya juga dapat merusak ponsel maupun baterai Anda. Untuk informasi selengkapnya tentang pengisi daya ponsel, hubungi produsen perangkat.

Menjaga agar ponsel tetap dingin

Hindari situasi yang dapat menyebabkan ponsel terlalu panas, terutama saat baterai terisi penuh dayanya. Baterai akan terkuras lebih cepat saat sedang panas, meski tidak sedang digunakan. Situasi semacam ini dapat merusak baterai Anda.

Isi daya baterai seperlunya

Anda tidak perlu memberi tahu ponsel tentang kapasitas baterai dengan menggunakan baterai dari penuh sampai kosong, atau kosong sampai penuh. Sebaiknya sesekali habiskan baterai hingga di bawah 10%, lalu isi daya hingga penuh dalam waktu satu malam.

Memperpanjang daya baterai yang hampir habis

Mengaktifkan mode penghemat baterai atau hemat daya

Beberapa ponsel Android dilengkapi dengan penghemat baterai atau mode daya rendah. Setelan ini membantu daya baterai bertahan lebih lama. Untuk mengetahui apakah ponsel Anda memilikinya, buka situs dukungan produsen perangkat.

Hindari tindakan yang membuat layar tetap aktif

Untuk menghemat masa pakai baterai, coba untuk tidak:

  • Menggunakan navigasi dalam waktu yang lama.
  • Menonton video.
  • Memainkan game dengan kualitas grafis yang tinggi.

Hindari sambungan konstan

Untuk menghemat masa pakai baterai, coba untuk tidak:

  • Tethering ponsel (hotspot).
  • Menggunakan GPS dalam waktu yang lama.
  • Streaming video atau musik.
  • Melakukan panggilan telepon saat dalam perjalanan, seperti di dalam mobil.

Hindari tindakan yang memproses terlalu banyak informasi

Untuk menghemat masa pakai baterai, coba untuk tidak:

  • Sering menggunakan kamera.
  • Memainkan game yang sangat interaktif.
  • Menggunakan aplikasi dalam waktu yang lama.

Membatasi konektivitas & lokasi

  • Jika Anda tidak memerlukan jaringan seluler, aktifkan mode Pesawat .
  • Gunakan Wi-Fi, bukan data seluler.
  • Nonaktifkan Bluetooth.
  • Nonaktifkan Akses lokasi. Beberapa aplikasi dan fitur tidak akan berfungsi jika Lokasi dinonaktifkan.

Memperbaiki masalah baterai yang tidak selesai

Memulai ulang ponsel (reboot)

  1. Di sebagian besar ponsel, tekan tombol daya ponsel selama sekitar 30 detik, hingga ponsel memulai ulang.
  2.  Di layar, Anda mungkin perlu mengetuk Mulai ulang .

Memeriksa update Android

  1. Buka aplikasi Setelan di ponsel Anda.
  2. Di dekat bagian bawah, ketuk Sistem  Update sistem. Jika perlu, ketuk Tentang ponsel atau Tentang tablet terlebih dahulu.
  3. Status update Anda akan muncul. Ikuti langkah-langkah di layar.

Memeriksa update aplikasi

  1. Buka aplikasi Google Play Store .
  2. Di kanan atas, ketuk ikon profil.
  3. Ketuk Kelola aplikasi & perangkat.
  4. Pada "Update tersedia", pilih untuk mengupdate semua aplikasi atau aplikasi tertentu.

Mereset ke setelan pabrik

Menghubungi produsen perangkat

Jika Anda masih mengalami masalah, buka situs dukungan operator atau produsen.

Bagaimana cara meningkatkannya?

Dapatkan jawaban dari pakar komunitas

Banyak orang yang membandingkan smartphone hanya dari kapasitas baterainya saja. “Ah yang itu 4000 mAh, yang ini 3000 mAh. Jangan beli yang hanya 3000. Lebih cepat habis baterainya.” Masalahnya, kapasitas baterai saja, bukan acuan yang benar untuk mengetahui daya tahan baterai sebuah smartphone.

Tabel di bawah ini menggambarkan hasil pengujian baterai 4 smartphone Xiaomi. Pengujian yang dilakukan adalah memutar video beresolusi 720p secara nonstop hingga baterai habis. Kami urutkan data ini berdasarkan dari yang paling irit hingga yang paling boros:

  • Xiaomi Redmi Note 4: Snapdragon 625 (8-core), Litografi SoC 14nm, Baterai 4100 mAh.
  • Xiaomi Redmi 4X: Snapdragon 435 (8-core), Litografi SoC 28nm, Baterai 4100 mAh.
  • Xiaomi Redmi A1: Snapdragon 625 (8-core), Litografi SoC 14nm, Baterai 3080 mAh.
  • Xiaomi Redmi Note 4: Mediatek X20 (10-core), Litografi SoC 20nm, Baterai 4100 mAh.

Hm, ada yang salah dengan grafik di atas? Bagaimana caranya sebuah smartphone dengan baterai 3080 mAh bisa menyamai performa daya tahan baterai yang baterainya 4100 mAh? Bahkan, ada satu smartphone dengan baterai 4100 mAh yang sukses dikalahkannya.

Redmi Note 4 dengan Snapdragon unggul jauh di sini. Akan tetapi, Mi A1 memiliki beragam keungulan telak dibandingkan Redmi Note 4, seperti kamera lebih baik (tele, bokeh, Video 4K), WiFi AC/5ghz, dan OS ringan dengan update cepat. Sementara itu, Redmi 4X memiliki SoC yang jauh lebih lamban performanya. Oleh sebab itu, kami tertarik meninjau lebih lanjut Mi A1 dan redmi Note 4 Mediatek yang seharusnya menawarkan performa tertinggi.

Masih penasaran, kami menjalankan 2 smartphone Xiaomi dengan layar yang sama resolusi dan ukurannya, namun berbeda kapasitas baterainya: Xiaomi Mi A1 (3080 mAh) dan Redmi Note 4 yang berbasis Mediatek (4100 mAh). Grafik di bawah ini adalah hasilnya.

Unik, bukan? Keduanya menyuguhkan hasil yang nyaris sama persis. Bagaimana caranya sebuah smartphone dengan baterai 3080 mAh bisa menyamai atau bahkan mengalahkan yang baterainya 4100 mAh?

Mungkin ada yang berpendapat: Ah, tentu saja Mi A1 bisa unggul. Performanya pasti berada jauh di bawah Redmi Note 4 dengan Mediatek X20. Pernyataan ini benar, jika kita hidup di negara beriklim dingin. Mari kita lihat 2 pengujian yang menampilkan performa keseharian, lengkap dengan efek suhu terhadap performa: Geekbench 3 Multicore dan PCMark.

Ternyata, lagi-lagi kedua smartphone ini bisa menghadirkan performa yang mirip. Bahkan Xiaomi Mi A1 bisa unggul dalam pengujian PCMark. Berarti, kedua smartphone ini memiliki performa yang serupa, dengan ukuran baterai yang berbeda jauh (sekitar 25%), tapi daya tahan baterainya SAMA?

Jawaban: Jumlah Core dan Litografi Prosesor/SoC

Mediatek Helio X20 di dalam Redmi Note 4 yang kami uji memiliki 10 core di dalam SoC-nya. Ini bisa menghasilkan panas lebih tinggi dan pemborosan daya. Tapi, kenapa performanya bisa disamai oleh SoC yang hanya pakai 8 core? Mari kita bahas poin selanjutnya, yaitu litografi dalam proses produksi.

Duh, apalagi ini litografi? Tidak perlu pusing. Litografi ini menggambarkan jarak rata-rata antara transistor di dalam sebuah prosesor. Secara umum, banyak yang mengunakan pula istilah proses produksi atau teknologi pabrikasi untuk menggambarkan jarak transistor. Saat ini kita akan melihat litografi dalam ukuran nm (nanometer). Berikut adalah contoh beberapa SoC modern-popular dan ukuran litografinya:

  • 28nm: Qualcomm Snapdragon 430, 435, 615, 617, 650, 652, Mediatek MT6750, MT6750T, MT6737, P10, P15, X10
  • 20nm: Qualcomm Snapdragon 808, 810, Mediatek X20
  • 14nm: Qualcomm Snapdragon 450, 625, 626, 630, 660, 820, 821, Exynos 7870, 7880, 8890
  • 10nm: Qualcomm Snapdragon 835, Exynos 8895

Lalu, apa sih keuntungannya kalau jarak di antara transistor dalam SoC itu menjadi makin pendek?

  • Lebih dingin dan irit daya
  • Lebih murah
  • Lebih kencang

Mari kita bahas lebih lanjut, apa maksud dari 3 keunggulan di atas ya.

Lebih Dingin dan Irit Daya

Karena jarak yang kian pendek, gesekan elektron pun akan berkurang, membuat suhu kerja jadi lebih dingin. Selain itu, otomatis aliran listrik akan menjadi lebih efisien. Efek sampingnya, jika ada dua arsitektur yang persis sama dan menggunakan litografi berbeda, maka yang lebih kecil akan lebih dingin dan lebih irit daya.

Lebih Murah

Bagaimana caranya bisa lebih murah? Dengan ukuran SoC yang lebih kecil, Sebuah wafer silikon akan bisa menampung lebih banyak SoC dalam tiap “loyang”. Jadi, jumlah bahan dasar terbuang akan bisa ditekan dan waktu produksi akan lebih singkat. Akibatnya, biaya per SoC akan menjadi lebih rendah.

Lebih Kencang

Nah, ini yang sering dilakukan sekarang. Karena litografi kecil membuat desain lama menjadi jauh lebih irit, lebih dingin, dan lebih murah, produsen pun memanfaatkan kondisi ini. Dibuatlah desain yang lebih kencang dan lebih canggih. Pada akhirnya, bisa saja suhu kerja dan konsumsi daya dari sebuah SoC 28nm menjadi sama dengan dengan SoC 14nm. Akan tetapi, performanya bisa ditingkatkan secara drastis, clock bisa dinaikkan lebih tinggi, bahkan mungkin core bisa ditambah.

Catatan: Kenapa Sekarang Smartphone dengan SoC 10nm Mahal?
Ini banyak ditanyakan. Saat tulisan ini dibuat, semua SoC 10nm dibuat untuk performa tinggi. Litografi 10nm mengizinkan produsen untuk menjejalkan banyak komponen dan memanfaatkan jenis core dan GPU dengan performa tinggi. Ini tentunya membuat biaya pembuatan SoC menjadi lebih tinggi. Selain itu, untuk mengaktifkan segudang fitur yang ada di SoC 10nm kelas atas tersebut, dibutuhkan komponen pendukung yang tentunya ada harganya juga, bukan? Seperti: Layar dengan resolusi lebih tinggi, sensor-sensor yang lengkap, IC charging khusus, baterai khusus, dan sebagainya. Itu sebabnya, saat tulisan ini dibuat, Smartphone dengan SoC 10nm rata-rata harganya masih cukup tinggi.

Kapasitas Baterai Smartphone Bukan Acuan Daya Tahannya

Ya, jadi jawaban dari pertanyaan di awal terletak pada proses litografinya yang berbeda. Xiaomi Mi A1 menggunakan Qualcomm, Snapdragon 625 dengan litografi 14nm. Sementara itu Xiaomi Redmi Note 4 Mediatek (bukan produk resmi untuk pasar Indonesia) menggunakan Mediatek dengan litografi 20nm.

Efek samping dari litografi ini, performa Meditatek X20 yang menggunakan 10 core bahkan terkadang dapat disamai atau dikalahkan Snapdragon 625 (8 core). Hal ini terjadi, tak lain karena suhu kerja yang terlalu tinggi saat pengujian yang membuat Redmi Note 4 Mediatek menjadi kepanasan SoC-nya dan terpaksa menurunkan performanya.

Satu hal yang perlu diperhatikan. Beda litografi ini umumnya akan membawa perbedaan seperti yang dijelaskan dalam artikel ini bila arsitektur yang digunakan di kedua SoC yang dibandingkan sama, atau setidaknya mirip. Dalam hal ini, kedua SoC sama-sama menggunakan core Cortex dari ARM, sehingga perbedaan litografi benar-benar bisa terlihat.

Jadi, saat memilih smartphone, kita tidak bisa asal lihat jumlah core saja. Perhatikan pula litografinya, atau proses produksinya, atau mudahnya, “nanometernya”. Makin rendah, umumnya akan makin baik. Lebih irit, lebih kencang, dan lebih dingin, tentunya jika arsitekturnya mirip.
Catatan: Sebenarnya ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi daya tahan baterai: – Konsumsi daya SoC yang digunakan (Litografi sangat berpengaruh di sini) – Konsumsi daya komponen lain yang digunakan – Kualitas baterai yang digunakan

– Power management (ini bisa membuat 2 smartphone dengan spesifikasi sama memiliki ketahanan baterai berbeda).

Tags:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA