Bagaimana cara menemukan dan Merumuskan masalah penelitian yang baik


MASALAH DALAM PENELITIAN

(Pengertian, Kriteria, dan Sumber Masalah Penelitian)

A.    PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Makna suatu penelitian sangat ditentukan oleh sumbangannya dalam pemecahan suatu masalah (problem). Hal ini menunjukkan bahwa pemecahan masalah menjadi pedoman dasar dan rujukan utama dalam setiap kegiatan penelitian itulah sebabnya seluruh laporan penelitian selalu diawali dengan rumusan mengenai latar belakang masalah.

Bagaimana cara menemukan dan Merumuskan masalah penelitian yang baik


Penelitian dalam jenis apa pun akan selalu bertumpu dan bersumber pada suatu masalah, karena penelitian tidak akan dapat terlaksana jika tanpa masalah. Anselm Strauss & Juliet Corbin mengemukakan bahwa merumuskan permasalahan penelitian bukanlah perkara mudah karena kita akan berhadapan dengan dua pertanyaan mendasar yang sangat sukar untuk ditangani yaitu:

a.       Bagaimanakah cara mendapatkan masalah yang layak untuk diteliti?

b.      Bagaimanakah cara mempersempit permasalahan tersebut sehingga dapat diteliti?

Berdasarkan hal diatas, maka memahami karakteristik dari masalah dalam penelitian menjadi sangat urgen agar nantinya tidak terjadi kekeliruan dalam merumuskan masalah dalam setiap kegiatan penelitian.

2.      Rumusan Masalah

a.       Apa pengertian masalah?

b.      Apa saja kriteria masalah yang layak untuk diteliti?

c.       Apa yang menjadi sumber dalam masalah penelitian?

d.      Bagaimana merumuskan masalah penelitian?

3.      Tujuan

a.       Untuk mengetahui tentang pengertian masalah.

b.      Untuk mengetahui kriteria masalah yang layak untuk diteliti.

c.       Untuk mengetahui sumber masalah penelitian.

d.      Untuk mengetahui cara merumuskan masalah penelitian.

B.     PEMBAHASAN

1.      Pengertian Masalah

Menurut Sumadi Suryabrata, masalah merupakan kesenjangan (gap) antara das Sollen dan das Sein, yaitu adanya perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan.

Basrowi & Suwandi menyebutkan bahwa masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. Faktor yang berhubungan tersebut dalam hal ini mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau unsur lainnya.

Mendefinisikan permasalahan berarti mendefinisikan keadaan yang masih dianggap kurang baik yang perlu dibenahi. Dari definisi-definisi tersebut secara ringkas dapat dirumuskan bahwa masalah adalah kesenjangan antara yang diharapkan dengan realita yang ada, kesenjangan antara cita-cita dengan keadaan yang sedang berjalan, atau masalah juga bisa diartikan sebagai kelangkaan cara-cara untuk mengatasi suatu kejadian sehingga diperlukan analisa mendalam untuk merumuskan pemecahannya.

2.      Kriteria Permasalahan Penelitian

Penelitian selamanya akan selalu bertumpu pada permasalahan atau masalah yang ingin diteliti. Namun kenyataan menunjukkan bahwa tidak setiap orang dapat mengenali atau menemukan permasalahan yang layak untuk diteliti. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dapat menyadari, merasakan, melihat, ataupun menemukan masalah, hal ini sangat bergantung pada apakah orang itu mempunyai keahlian, pengetahuan, atau minat khusus pada bidang yang ingin diteliti. Selain itu, tidak semua masalah layak dijadikan pokok penelitian dan untuk menjadikan suatu masalah itu dapat diteliti diperlukan berbagai pertimbangan.

Mohammad Ali mengemukakan lima hal yang menjadi kriteria apakah suatu masalah itu layak untuk dijadikan pokok penelitian sebagai berikut. 

a.       Baru

Masalah yang masih hangat atau aktual dan masalah yang masih berlangsung serta mempunyai kaitan kepentingan dengan situasi pada saat penelitian dilaksanakan adalah sangat layak untuk diteliti. Hal ini disebabkan karena hasil dari penelitian itu diharapkan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi sehingga sangat bermanfaat untuk perbaikan dan pengembangan sistem dari bidang yang diteliti.

Pengertian di atas tidaklah menunjukkan bahwa penelitian hanya layak untuk masalah yang masih hangat saja namun permasalahan yang terjadi di masa lampau pun juga layak untuk diteliti jika memiliki kaitan erat dengan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi kekinian misalnya melakukan penelitian perbandingan untuk dapat merumuskan konsep yang baru.

b.      Bernilai Praktis

Pelaksanaan penelitian tentunya membutuhkan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran. Jika hasil penelitian tidak memiliki signifikansi yang berarti dalam menunjang kegiatan praktis maka semuanya akan menjadi sia-sia. Itulah sebabnya masalah yang tidak bernilai praktis tidak layak untuk diteliti.

c.       Berada dalam batas kemampuan peneliti

Apabila peneliti tidak mempunyai kemampuan atau kecakapan dalam bidang yang ditelitinya maka sangat besar kemungkinan analisis terhadap masalah akan menyimpang dan tidak terarah. Kemampuan atau kecakapan tersebut meliputi kemampuan akademis, kesanggupan tempat (kesanggupan untuk berada di lokasi penelitian), kemampuan pengadaan sarana dan prasarana, kesanggupan biaya, kesanggupan waktu dan tenaga, dan kemampuan pengadaan data.

d.      Tidak mengundang kekuatan (hambatan) sosial politik

Masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang yang berlaku ataupun adat istiadat masyarakat setempat tidak layak untuk diteliti karena bisa jadi akan mengundang kekuatan sosial maupun politik yang akan menghambat dan menyulitkan proses penelitian.

e.       Mempunyai sponsor

Salah satu kesulitan dalam memilih masalah penelitian adalah memperolah lembaga yang mau mendukung atau mensponsori secara penuh terhadap masalah yang ingin diteliti. Dukungan tersebut bisa berupa pembiayaan atau orang ahli yang bersedia menjadi konsultan penelitian yang akan membantu dalam seluruh proses kegiatan penelitian. Oleh karena itu masalah yang layak untuk diteliti adalah masalah dimana ada lembaga atau orang ahli yang bersedia mendukung penelitian yang dilakukan.

Selanjutnya Ida Bagoes Mantra menyebutkan bahwa suatu masalah layak dan penting untuk diteliti harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a.       Apakah benar masalah yang ditentukan itu belum pernah dicari jawabannya (orisinalitas masalah)?

b.      Apakah masalah yang ditentukan itu benar-benar urgen dan penting untuk dipecahkan pada waktu penelitian dikerjakan?

c.       Apakah penelitian itu memenuhi 5 macam kata ganti penanya secara teoritis: apa (what), dimana (where), mengapa (why), bilamana (when), dan bagaimana (how) (Filosofi Keilmuan)?

d.      Apakah masalah yang dipilih itu mempunyai relevansi dengan gerak pembangunan (relevansi manfaat praktis)?

e.       Apakah dana yang tersedia cukup memadai untuk mencari jawaban masalah yang ditentukan itu sehingga dapat menghasilkan suatu pengetahuan yang bulat (tersedianya dana).

Sumadi Suryabrata menjelaskan bahwa dalam pertimbangan memilih atau menentukan apakah suatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti pada dasarnya dilakukan dari dua arah yaitu dari arah masalahnya dan dari arah calon peneliti.

a.       Pertimbangan dari arah masalahnya

Masalah yang diteliti harus objektif dan memberikan sumbangsih terhadap pengembangan teori pada bidang yang diteliti dan mampu memberikan pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

b.      Pertimbangan dari arah calon peneliti

Suatu masalah dikatakan layak untuk diteliti jika ia memiliki sifat managable, hal ini dapat terlihat jika terpenuhinya lima komponen sebagai berikut.

1)      Biaya yang tersedia

2)      Waktu yang dapat digunakan

3)      Alat-alat dan perlengkapan yang tersedia

4)      Bekal kemampuan teoritis

5)      Penguasaan metode yang diperlukan

Setiap calon peneliti harus secara total memperhatikan kriteria-kriteria sebagaimana tersebut di atas. Jika kriteria-kriteria tersebut tidak terpenuhi maka sebaiknya memilih masalah yang lain sehingga menjadi sesuai baginya.

3.      Sumber-Sumber Masalah dalam Penelitian

Masalah dalam segala bentuk pengertiannya yang beragam tentu selalu tersedia dan cukup banyak dalam berbagai bidang. Tinggallah calon peneliti mengidentifikasinya secara serius untuk memilih dan merumuskannya menjadi suatu pondasi awal dalam penelitian. Calon peneliti hendaknya peka terhadap apa saja yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menemukan suatu masalah.

Anselm Strauss & Juliet Corbin mengemukakan sumber masalah penelitian dapat digali dari tiga hal sebagai berikut.

a.       Saran dari dosen, peneliti senior, lembaga pemberi dana

Salah satu cara mendapatkan masalah adalah meminta saran dari dosen atau peneliti senior. Cara ini cenderung memperbesar peluang untuk memperoleh masalah yang layak dan relevan serta bermanfaat untuk diteliti. Namun hal yang harus diperhatikan adalah saran dari dosen atau peneliti senior tersebut harus ditinjau juga dari besarnya minat kita untuk meneliti masalah yang disarankan karena hal ini sangat berpengaruh nantinya dalam proses penelitian. Kurangnya minat bisa berakibat tidak baik bahkan bisa menyebabkan kegagalan dalam penelitian (berhenti di tengah jalan). 

b.      Literatur teknis

Literatur semacam ini bisa merangsang kita untuk menemukan suatu masalah penelitian. Untuk itu calon peneliti harus banyak membaca dan menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan bidang yang ingin diteliti hal ini dikarenakan dengan banyak membaca bisa memancing rasa ingin tahu terhadap suatu hal. Begitu kita bertanya-tanya tanpa menemui jawaban saat itulah permasalahan dapat kita temukan.

c.       Pengalaman pribadi dan profesi

Dari pengalaman pribadi dan profesi seringkali melahirkan motivasi yang kuat untuk menemukan solusi dari berbagai permasalahan yang sedang dialami. Bagaimanapun, pijakan pengalaman dapat meningkatkan peluang keberhasilan yang berharga bagi peneliti.

Hal-hal lain yang dapat dijadikan sumber untuk menemukan suatu masalah di antaranya adalah sebagai berikut.

a.       Bacaan

Bahan bacaan terutama yang berisi laporan hasil penelitian tentunya dapat dijadikan sumber inspirasi untuk menggali masalah lebih lanjut. Hal ini dikarenakan bahwa hasil penelitian yang baik akan selalu memberikan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dan mendalam dengan arah tertentu. Hal itulah yang menyebabkan ilmu pengetahuan selalu mengalami kemajuan.

b.      Seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah

Berbagai pertemuan ilmiah merupakan sumber masalah penelitian yang sangat kaya. Hal ini dikarenakan pada umumnya dalam pertemuan ilmiah para peserta mengemukakan berbagai persoalan yang sedang dihadapi secara profesional sehingga ketajaman sebuah masalah lebih mudah untuk dirumuskan dan digali pemecahannya melalui penelitian ilmiah.

c.       Pernyataan pemegang otoritas

Berbagai pernyataan pemegang otoritas baik dari kalangan pemegang otoritas dalam pemerintah maupun para ahli dalam bidang masing-masing biasanya mengemukakan berbagai masalah dan kendala yang dihadapi sehingga membuka ruang untuk dilakukannya penelitian. Misalnya pernyataan Menteri Pendidikan Nasional mengenai rendahnya daya serap siswa dalam mengikuti pembelajaran atau pernyataan rektor sebuah universitas tentang kecilnya daya tampung perguruan tinggi yang dipimpinnya dan lain sebagainya. Tentunya hal ini dapat dijadikan sebagai sumber masalah dalam penelitian.

d.      Pengamatan sepintas

Tidak jarang terjadi ketika seseorang calon peneliti ketika berangkat dari rumah tidak memiliki wacana terhadap suatu masalah namun secara spontan ketika menyaksikan hal-hal tertentu yang ditemuinya di lapangan timbullah di benaknya pertanyaan-pertanyaan yang akhirnya terkristalisasi dalam masalah penelitian. Seringnya calon peneliti untuk terjun langsung mengamati berbagai fakta di lapangan akan membuat calon peneliti lebih peka menggali sumber masalah dalam penelitian

e.       Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi sering pula menjadi sumber bagi ditemukannya masalah penelitian terutama dalam ilmu-ilmu sosial. Melalui pengalaman yang dirasakan oleh calon peneliti lebih mudah ditemukan berbagai masalah yang dirasa perlu untuk digali solusinya melalui penelitian.

f.       Perasaan intuaitif

Pertanyaan-pertanyaan tentang suatu masalah tidak jarang muncul begitu saja sehingga secara intuitif calon peneliti memiliki minat yang tinggi untuk mengetahui permasalahan secara mendalam.

Apa pun sumbernya, masalah penelitian itu hanya akan muncul atau dapat diidentifikasikan kalau calon peneliti memiliki kecakapan secara teknis dan teoritis mengenai hal yang ingin digali sesuai dengan bidang yang digelutinya. Tanpa adanya kecakapan tersebut sangat tidak mungkin sebuah penelitian dapat dilakukan. Di samping itu, hal yang menunjang ditemukannya suatu masalah bergantung pada besar kecilnya minat calon peneliti itu sendiri.

4.      Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah berbeda dengan masalah, kalau masalah itu merupakan kesenjangan antara yang diharapakan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah adalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.

Sumadi Suryabrata menjelaskan bahwa tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan masalah itu, namun dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.

·         Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya

·         Rumusan itu hendanya padat dan jelas

·         Rumusan itu hendaklah memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.

Sebagai ilustrasi di bawah ini disajikan beberapa contoh,

·         Apakah mengajar dengan metode diskusi lebih berhasil daripada mengajar dengan metode ceramah?

·         Apakah mahasiswa yang tinggi nilai ujian masuknya juga tinggi indeks prestasi belajarnya?

·         Apakah mahasiswa Fakultas Ekonomi yang berasal dari program IPA berbeda prestasi belajarnya dari mereka yang berasal dari program IPS?

a.       Bentuk-bentuk rumusan masalah

Dalam perumusan masalah perlu memperhatikan bentuk-bentuk masalah, Sugiyono menyebutkan ada empat bentuk rumusan masalah yaitu: rumusan masalah deskriptif, komparatif, asosiatif, dan masalah komparatif asosiatif.

1)      Rumusan masalah deskriptif

Rumusan Masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pernyataan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Penelitian semacam ini selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.

Contoh rumusan masalah deskriptif:

·         Seberapa tinggi kinerja Kabinet Kerja Jokowi ?

·         Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri berbadan hukum?

·         Seberapa tinggi efektivitas kebijakan mobil berpenumpang tiga?

·         Seberapa tinggi tingkat kepuasan konsumen dan apresiasi masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang kesehatan?

2)      Rumusan masalah komparatif

Rumusan Masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.

Contoh rumusan masalahnya sebagai berikut:

·         Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negeri, BUMN, dan swasta? (satu variabel pada tiga sampel)

·         Adakah perbedaan kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai swasta nasional dan perusahaan asing? (dua variabel pada dua sampel)

·         Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota, desa dan gunung? (satu variabel pada tiga sampel)

·         Adakah perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar antar murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang? (dua variabel pada tiga sampel)

·         Adakah perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA ? (satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)

3)      Rumusan masalah asosiatif

Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut bisa simetris, kausal, maupun hubungan timbal balik.

a)      Hubungan simetris

Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal ataupun interaktif. Contoh:

·         Adakah hubungan antara banyaknya semut dipohon dengan tingkat manisnya buah?

·         Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah kejahatan?

b)      Hubungan kausal

Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Dalam hal ini ada variabel independen (Variabel mempengaruhi) dan variabel dependen (dipengaruhi). Contoh:

·         Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?

·         Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan?

·         Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak? (pendidikan orang tua merupakan variabel independen dan prestasi belajar merupakan variabel dependen)

·         Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan merupakan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan merupakan variabel dependen)

c)      Hubungan timbal balik

Hubungan timbal balik atau interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel dependen dan variabel independen. Contoh:

·         Hubungan antara motivasi dengan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.

·         Hubungan antara kecerdasan dengan kakayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.

4)      Rumusan Masalah deskriptif-Asosiatif

Rumusan Masalah deskriptif-Asosiatif adalah rumusan masalah yang menanyakan perbandingan korelasi antara dua variabel atau lebih pada sampel atau popolasi yang berbeda. Contoh:

·         Adakah perbedaan korelasi kualitas pelayanan dengan penjualan antara toko A dengan toko B ?

·         Adakah perbedaan pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin pegawai antara lembaga pemerintah dan swasta ?

C.    PENUTUP

Masalah adalah kesenjangan antara yang diharapkan dengan realita yang ada, kesenjangan antara cita-cita dengan keadaan yang sedang berjalan, atau masalah juga bisa diartikan sebagai kelangkaan cara-cara untuk mengatasi suatu kejadian sehingga diperlukan analisa mendalam untuk merumuskan pemecahannya.

Tidak semua masalah layak dijadikan pokok penelitian dan untuk menjadikan suatu masalah itu dapat diteliti diperlukan berbagai pertimbangan di antaranya masalah tersebut merupakan masalah kekinian (baru/hangat), bernilai praktis, berada dalam batas kemampuan peneliti (memiliki kecakapan teknis dan teoritis), tidak mengundang kekuatan (hambatan) sosial politik, dan mempunyai sponsor.

Hal-hal yang dapat dijadikan sumber untuk menemukan suatu masalah di antaranya adalah calon peneliti harus banyak membaca bahan bacaan (terutama laporan hasil penelitian), sering mengikuti pertemuan ilmiah (baik berupa diskusi, seminar dan lainnya), secara intens mengamati setiap fenomena dan fakta yang berkembang di lingkungan yang ingin diteliti sehingga dengan demikian akan membuat calon peneliti lebih peka dalam menemukan suatu masalah penelitian.

Dalam perumusan masalah perlu memperhatikan bentuk-bentuk masalah. Prof. Dr. sugiyono menyebutkan ada tiga bentuk rumusan masalah yaitu: rumusan masalah deskriptif, komparatif, asosiatif, dan masalah komparatif asosiatif.

DAFTAR PUSTAKA